Anda di halaman 1dari 9

Proses Penggarapan

Karya Seni Tari

Anggota Kelompok 3 :
1. Aini Soraya Tosari 2001025067
2. Mira Humaira 2001025201
3. Pira Oktarian 2001025048
4. Rifda Alfida 2001025091
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses penggarapan karya tari antara lain sebagai berikut.

1
Aktivitas berpikir, berimajinasi, mencoba merasakan, dan merespon suatu objek
untuk dijadikan bahan dalam karya tari, merupakan bentuk dari eksplorasi atau
penjajagan. Ekplorasi berperan penting agar proses kreatif melahirkan sebuah
karya tari dapat terwujud secara maksimal. Pada langkah ekplorasi biasanya
terbentuk karena adanya rangsang awal yang ditangkap oleh panca indera.
Melalui rangsang inilah secara sederhana praktik menata tari dapat dilakukan
dan akan mewujudkan proses kreatif yang cenderung orisinal dari karya tari
yang dibuat. Adapun rangsang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
membangkitkan pikir, semangat, dan mendorong terjadinya suatu kegiatan.
Dalam menata tari, rangsang dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan atau
kinestetik. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Rangsang Dengar (Auditif)
Suara instrumen musik (gendang, seruling, gamelan, dan yang lainnya), suara manusia
(nyanyian, puisi, tangisan, dan yang lainnya), suara alam atau lingkungan (gemuruh
ombak, angin, kicauan burung, dan yang lainnya) seringkali menarik dan menjadi
rangsang dinamis tari. Suasana, karakter, ritme, dan atmosfir tari dapat disusun dalam
struktur tertentu oleh rangsang tersebut, tetapi terkadang tari dapat hadir meskipun
tanpa suara iringan.

b. Rangsang Visual
Rangsang visual muncul karena panca indera yang berupa mata menangkap berbagai hal
yang menarik untuk diungkapkan dalam bentuk gerak tari. Rangsang visual ini dapat timbul
dari objek gambar, warna, wujud, patung, garis atau pola, dan lain-lain. Seorang penata tari
melalui gambaran visual tersebut dapat mengambil gagasan/konsep yang ada di balik hasil
penglihatannya dan dengan segera mampu bereksplorasi menciptakan gerak tarian yang
diinginkan. Tentu saja hal ini memerlukan kecermatan dan interpretasi dalam menuangkan
gagasan/konsep sebagaimana rangsang visual tadi dan jika dipandang perlu asosiasi dapat
diwujudkan pula tanpa harus persis dengan yang dilihatnya .
c. Rangsangan kinestetik
Rangsang kinetik merupakan hal yang biasa, bahwa tari dapat jadi disusun
berdasarkan gerak itu sendiri, yang dalam arti lain gerak atau frase gerak tertentu
berdasarkan fungsi sebagai rangsang kinestetik, sehingga tari tercipta tidak
dimaksudkan dalam fungsi komunikatif melainkan sifat alami yang terdapat pada
gerak itu sendiri. Namun demikian, gaya maupun kedinamisan gerak dan pola serta
bentuknya dapat digunakan dan dikembangkan untuk membentuk tari sebagai
pertunjukan. Selain itu, tari dapat pula berdasar kepada rangsang peraba sebagai
bagian dari kinestetik yang dapat menghasilkan respons dan kemudian menjadi
motivasi untuk menari.

d. Rangsangan gagasan (idesional)


Rangsang gagasan adalah rangsang yang seringkali digunakan penata tari dalam
membuat karyanya. Untuk menyampaikan gagasan atau cerita yang akan disajikan,
biasanya gerak dirangsang dan dibentuk dengan kapasitas kemampuan penata tari.
Seandainya gagasan yang akan disajikan berupa kelembutan dan keanggunan seorang
putri kerajaan, maka pilihan penata tari akan terbatas pada gerak yang memberikan
kesan seperti itu. Contoh lain apabila ingin membuat karya tari yang gagasannya
menceritakan keadaan di taman, maka seorang penata tari dapat mengekspresikan
gerak bunga, kupukupu, capung, dan bentuk-bentuk lainnya sehingga suasana ditaman
dapat ditangkap penikmatnya.
2. Stilisasi dan seleksi gerak

● Dalam berkarya tari tentunya memerlukan bentuk-bentuk baru dari suatu gerak, oleh karenanya hasil dari
eksplorasi dan improvisasi perlu diubah atau diperhalus dengan proses pengembangan. Adapun proses
pengembangan dapat dilakukan dengan cara mengubah volume gerak, level, kesan, ragam gerak, struktur,
dan elemen lainnya. Untuk mendapatkan bentuk baru dari pengembangan gerak yang diharapkan
memerlukan kecermatan dan uji cobayang terus-menerus, berdasarkan kreativitas dari gerak tubuh yang
terkecil sampai pada totalitas gerak tubuh sepenuhnya. Upaya koreksi terhadap alur gerak dari awal sampai
akhir perlu terus ditinjau ulang, sehingga keberlangsungan gerak dapat terwujud dengan rapih. Proses
penghalusan, memberikan kesan indah dari suatu gerak biasanya disebut stilisasi. Selanjutnya setelah proses
pembentukan gerak, dilakukan pemilihan gerak yang sesuai dengan ide. Pada tahap ini kegiatan memilih dan
memilah gerak-gerak yang sudah diolah diseleksi kembali untuk disesuaikan dengan ide garapan. Pemilihan
gerak setidak-tidaknya dapat digunakan seefektif mungkin, sehingga mempunyai kualitas yang mantap dari
karya yang akan dibuat.
3. Proses Penggabungan Gerak dan Iringan Musik

Proses penggabungan gerak-gerak yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dan siap untuk diajarkan pada para
penari yang telah diseleksi. Selain itu penggabungan antara gerak dengan musik dilakukan pula sesuai dengan
karakter dan atau suasana yang dibutuhkan oleh gerak tari. Dengan demikian karya tari yang dibuat tidak terkesan
sepotong-sepotong dan terpisah-pisah. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa memiliki
kompetensi sebagai berikut.
a) Mampu memahami pengertian improvisasi gerak dalam tarif.
b) Mampu mengetahui konsep improvisasi gerak dalam tarif.
c) Mampu Mengidentifikasi ciri-ciri gerak improvisasi gerak dalam tari.
d) Mampu mengomunikasikan cara dalam melakukan teknik gerak improvisasi melalui gerak sederhana.
e) Mampu membedakan atau membandingkan beberapa ragam improvisasi gerak dalam tarif menurut sumber
gagasan geraknya.
f) Mampu memperagakan beberapa gerak improvisasi dalam tarif.i
Kegiatan yang masih berkaitan dengan eksplorasi adalah improvisasi yang memiliki ciri-ciri dengan
menampilkan gerakan-gerakan spontan hasil dari gerak-gerak secara khas dan mengolah untuk
mengembangkan kemampuan refleksi tubuh. Meskipun improvisasi lebih bersifat kemampuan
pribadi yang kreatif, dalam praktiknya dapat dipelajari dan dimunculkan menjadi sebuah karya,
sehingga dapat menghadirkan suatu kesadaran baru dari ekspresi gerak dan pengalaman-pengalaman
yang pernah dipelajari sebelumnya. Improvisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tentunya
dilakukan secara bertahap, misalnya dengan gerak-gerak sederhana dari setiap anggota badan. Dari
bagian tangan, kaki, kepala, pinggang, dan badan, selanjutnya dikembangkan melakukan gerak-
gerak tersebut hanya di tempat saja, kemudian berpindah sedikit demi sedikit, terus bergeraklah
mengisi aspek ruang yang meliputi arah hadap, tempo, level, dan ritmenya. Setelah itu, cobalah
untuk mulai mendengarkan musik sebagai rangsang dengar dan meresponnya dengan cara mengisi
gerak-gerak yang dibuat secara spontan. Ada baiknya bekerja sama dengan teman, saling mengisi,
saling membetulkan, saling merasakan sentuhan satu sama lain melalui improvisasi yang sederhana
sampai yang paling rumit.
Untuk mencobanya, lakukan improvisasi dengan menggunakan properti atau
alat, baik yang digunakan di badan seperti selendang, keris, rok/kain panjang,
rambut yang tergerai panjang, gelang-gelang tangan, topi yang dipakai maupun
properti atau alat yang bukan bagian dari busana seperti kipas , tongkat, kursi,
golok, saputangan, dan lain sebagainya. Cara menggunakan properti atau alat
sebaiknya dilakukan secara bertahap pula, yaitu mulai mengenali alat yang akan
digunakan dengan berbagai kemungkinan yang akan dilakukan, sehingga alat
dapat digunakan secara maksimal tidak menghambat proses berkarya.
Selanjutnya bergerak dengan menggunakan motif-motif gerak yang sederhana,
bergerak berpindah tempat, dan mencoba untuk saling merespon dengan teman
agar properti tampak lebih variatif. Sudah tentu properti memiliki fungsi yang
banyak, dapat memberikan suasana atau gambaran karya dapat juga sebagai
senjata yang dapat difungsikan sesuai karakteristik dan kegunaannya,
sebaiknya juga menemukan kemungkinan lain dari properti tersebut.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai