Anda di halaman 1dari 1

Join for free Log in

Download citation Share Download full-text PDF

Koreksi Kebudayaan: Dari Jaran Kepang Hingga Kritik Rendra

Article (PDF Available) · September 2012 with 83 Reads

Cite this publication

Sumasno Hadi
2.79 · Universitas Lambung Mangkurat

Abstract

Artikel ini terdapat dalam buku Manusia Paradoks: Esai-Esai Sumasno Hadi (Scripta Cendekia, 2014). Artikel ini
sebelumnya terbit dalam rubrik Opini Radar Lampung edisi 18 September 2012.

Discover the world's research


15+ million members
118+ million publications
700k+ research projects

Join for free

Full-text (PDF)
Download full-text PDF
Available from: Sumasno Hadi, Jun 12, 2016

memaknai koreksi kebudayaan, tentu melihat


kebudayaan yang dinamis itu menjadi penting.
Motif dasar untuk menyelami kedalaman persoalan
Koreksi Kebudayaan: kebudayaandi mana asumsi dasar yang dijadikan
sebagai keniscayaan kehidupan adalah keabadian
Jaran Kepang Hingga persoalandapat memakai suatu pertanyaan dasar yang
Kritik Rendra akan menjawab persoalan-persoalan kebudayaan, baik
persoalan yang bernilai primer maupun sekunder.
Pertanyaan sederhana namun utama misalnya adalah:
kebudayaan seperti apakah yang menjadi model ideal?
Mungkin saja pertanyaan tersebut sangat bernuansa
Pada Minggu, 9 September 2012 diselenggarakanlah abstrak dan absurd. Namun dari abstraksi idealitas
perhelatan bertaraf internasional di Jawa Tengah. Adalah sebagai tujuannya itu malah dapat dijadikan refleksi
acara The 14th Merapi and Borobudur Seniors Ama- pemikiran dan tindakan manusia dalam menentukan
teur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono gambaran problematika hidup, bahkan solusi terhadap
X Cup di kota Magelang. Dalam suasana itu muncul kemungkinan-kemungkinan kebudayaan.
fenomena yang kontroversial, yakni ketika pentas Usaha merumuskan problematika kebudayaan dapat
kelompok seni tradisi Jaran Kepang (Kuda Lumping) asal dimulai dari inventarisasi ide-ide, format-format, teori-
Magelang dikomentari sebagai kesenian yang paling jelek teori atau wacana-wacana, yang kesemuanya itu menjadi
di dunia. Tragisnya, komentar itu keluar dari Gubernur bahan dasar untuk merumuskan kebudayaan sebagai-
Jateng sendiri, Bibit Waluyo. Mungkin sang Gubernur mau mana idealitas yang dicita-citakan. Perlu disadari bahwa
mengkritikkalau tidak malah mencela dengan cara usaha tersebut merupakan tataran abstraksi yang
salah, atau mungkin sedikit mengoreksi sebuah pentas menjadi titik-tolak menuju usaha solutif yang lebih
seni sebagai bagian dari kebudayaan? bersifat praksis, juga pragmatis. Di samping usaha
Berkaitan dengan judul yang saya pilih dalam tulisan abstraksi pada perumusan idealitas kebudayaan, tataran
ini, tentunya tidak dimaknai sebagai koreksi dalam artian praksisnya adalah dengan menghadapi dan melihat
mencari benar-salah layaknya seorang guru sekolah secara jernih problematika masyarakat dewasa ini.
mengoreksi jawaban ujian soal pilihan berganda dari Fenomena kebudayaan seperti pada realitas masya-
muridnya, bahkan komentar Gubernur Jateng. Lebih rakat di mana bermacam-macam persoalan hidup
lentur dan kompromissebagaimana kebudayaan manusia ternyata semakin menyebabkan manusia
karena memberikan predikat benar dan salah secara menjadi asing terhadap induk kebudayaannya, yaitu
sempit padanya merupakan hal yang malah kontra kemanusiaan. Hal tersebut merupakan tantangan nyata
kebudayaan. Karena budaya lebih bersifat dinamis serta atas kedewasan kebudayaan. Pada suatu kondisi sosial-
dialektis daripada sekedar untuk dibenarkan dan masyarakat yang sedemikian rupa terpuruk oleh
dipersalahkan. Sehingga menyalahkan atau membe- kepicikan perilaku manusianya sendiriseperti sifat
narkan hanyalah dalam tataran relativisme subjektif dari keserakahan dan ambisi kekuasaanmaka nilai-nilai
sub-sub kebudayaan yang beragam. Maka dalam kemanusiaan sudah tidak ditempatkan sebagai panglima

46 Manusia Paradoks Sumasno Hadi 47

hidupnya. Perilaku-perilaku semacam itu tak lain adalah persoalaan kebudayaan. Langkah kecil ini saya lakukan
suatu alienasi kebudayaan, juga pengasingan dari hakikat dengan melihat kembali langkah besar Rendra pada
kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya. gagasan dan pemikirannya tentang kebudayaan.
Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipenuhi Adalah teks pidato kebudayaan Rendra yang
dengan makin masifnya kecurigaan antargolongan, berjudul Megat-Ruh yang dibacakannya pada perayaan
egosentrisme antarkelompok dan individualisme yang HUT ke-29 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 10
merasuki gaya hidup modern juga suatu bentuk ancaman November 1997. Ruh yang telah terpegat (terputus)
nyata yang akan membunuh manusia di kemudian hari. sebagaimana judul pada pidato Rendra setahun sebelum
Pada akhirnya, bentuk-bentuk ancaman itu bagaikan lengsernya Soeharto itu merupakan gambaran
penyakit serius yang akan menggeroggoti, kemudian terputusnya nilai-nilai kemanusiaan dari akarnya, dari
menenggelamkan kebudayaan manusia yang kini manusianya sendiri.
terwujud sebagai sebuah bangsa, Indonesia. Kritik kebudayaan Rendra adalah suatu usaha reaktif
Pada konteks kekinianbangsa Indonesia khusus- menggedor pintu kekuasan pemerintahan Orde Baru
nya,hiruk-pikuk dalam kehidupan politik nasional yang sentralistik dan militeristik di kala itu. Rendra
semakin membuat pusing rakyat kecil. Retorika-retorika mengangkat kembali kesejarahan trans-budaya, seperti
para elit politik pemerintahan, celakanya tidak menyen- dalam komparasinya atas model pemerintahan raja-raja
tuh dasar persoalan masyarakat. Belum lagi penegakan Jawa dengan raja-raja Inggrisdi mana kedaulatan
hukum yang terlihat seperti romantisme pasal-pasal manusia melalui hukum sudah dicontohkan oleh model
hingga membuat muak rakyat. Dan diperparah oleh pemerintahan monarki Inggris, namun berbeda dengan
pendidikan sebagai jalan solusi yang diharapkan untuk pemerintahan sentralistik raja Majapahit dan Mataram.
meningkatkan martabat rakyat, malah seperti dongeng Pada teks Megat-Ruh, Rendra juga menggambarkan
belaka. Ironi-ironi tersebut dapat dengan mudah disantap kelebihan pemerintahan Demak yang telah mem-
dalam keseharian. praktikkan kedaulatan hukum dengan pengakuan keseta-
Memandang miris atas ironi bangsa hari ini, saya raan manusia sebagai pengaruh dari nilai-nilai Islam yang
teringat jejak penyair besar Si Burung Merak, WS. Rendra. mengajarkan bahwa manusia adalah khalifatullah di
Dan nuansa ingatan itu menjadi semacam beban bumi. Berbeda dengan Demak, Rendra mengkritik
pemikiran yang menimbulkan kebutuhan argumentatif pemerintahan Mataram terutama pada masa raja
atas perjuangan Rendra selama hidupnya. Apakah Amangkurat I dan II, dikatakan tidak melanjutkan model
sepeninggal Rendra sebagai penyair besar bangsa ini yang pemerintahan Demak yang menjunjung tinggi
memiliki kritisisme, spirit dan pemikiran hebat itu telah kedaulatan manusia, malahan Mataram di tangan
dijadikan bangsa ini untuk memperbaiki diri? Amangkurat II menjadi bersifat sentralistik.
Sebagai bentuk nyata dan jawaban argumentatif yang Dasar dari refleksi kebudayaan Rendra melalui
diperlukan bangsa ini dalam memaknai perjuangan kesejarahan pemerintahan raja-raja Jawa dan dibanding-
Rendra, salahsatunya adalah dengan langkah kecil untuk kan pula dengan pemerintahan raja di Inggris merupakan
mengangkat kembali pemikiran-pemikirannya yang suatu refleksi sejarah, suatu penyadaran kembali atas
dapat dijadikan bahan reflektif untuk menghadapi prob- prinsip kedaulatan rakyat sebagai inti dari kehidupan
lem-problem kebangsaan, dan menyikapi persoalan- bernegara. Pengalaman sejarah sebagai koreksi

48 Manusia Paradoks Sumasno Hadi 49

kebudayaan itu sangat kita dibutuhkan untuk membuat


pikiran manusia lebih jernih dan tajam. Relevansinya
terhadap problematika kebudayaan bangsa Indonesia
kini adalah, bahwa nilai-nilai kemanusiaan merupakan
dasar yang mutlak untuk dijadikan kesadaran akan
pentingnya mewujudkan kedaulatan rakyat.
Kesadaran tersebut menjadi kemungkinan untuk
membangun suatu kebudayaan bangsa yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kesejahteraan rakyat, dan
kesetaraan antarmanusia. Makanya, kesenian Jaran
Kepang sebagai aset budaya nusantara juga sudah
seharusnya dijunjung tinggi. Bukan malah direndahkan.
[]

50 Manusia Paradoks

Citations (0) References (0)

This research doesn't cite any other publications.

Recommended publications

Article

Konsep Humanisme Yunani Kuno dan Perkembangannya dalam


Sejarah Pemikiran Filsafat
August 2012

Humanism is a philosophical view that upholds values and positions of human and make it as a criterion of all things.
Humanism has its main object that is human nature, its limits and natural tendencies. Humanism as a term in the
intellectual history has always highlighted problems of humanity that is often used in the study of philosophy. Humanism
as an intellectual movement emerged in the... [Show full abstract]

Read more

Article

UJIAN NASIONAL DALAM TINJAUAN KRITIS FILSAFAT


PENDIDIKAN PRAGMATISME
July 2014

Read more

Book

Sejarah Musik
November 2015

Read more

Article

Dialektika Kebudayaan dalam Puisi-Puisi Air Hajriansyah: Sebuah


Reeeksi Filsafati
March 2015

Read more

Discover more

About Support

News Help center

Company FAQ

Careers

Business solutions

Recruiting

Advertising

© ResearchGate 2018. All rights reserved. Imprint · Terms · Privacy

Anda mungkin juga menyukai