Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN

“ MEKANISME ANGSURAN PPH 25, MEMBEDAHKAN


PPH FINAL DAN TIDAK FINAL DAN CARA PENGISIAN SPT PPH WP
ORANG PRIBADI”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
PUTRI HERDIANI (7193344002)
VIONA SASTICA BR. SIJABAT (7193144003)

DOSEN PENGAMPU : Dr.MUNAJAT, SE,M.Si


MATA KULIAH : PERPAJAKAN

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERKANTORAN A

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN

1
TA. 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas
mengenai “Mekanisme Angsuran Pph 25 dan Membedahkan Pph Final dan tidak final dan
Menjelaskan cara Pengisian SPT Pph WP Orang Pribadi”. Dengan itu Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas rutin mata kuliah perpajakan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan dalam penyusunan
yang kami hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan atau dorongan dan bimbingan dari Bapak/Ibu sehingga kendala
-kendala tersebut dapat teratasi.
Penyususnan makalah terjemahan ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari
buku. Kami memberikan suatu pemahaman yang berguna untuk pembaca serta
mengembangkan minat untuk mempelajarinya. Jika ada kata atau penulisan yang salah kami
mohon maaf kepada Dosen dan pembaca lainnya.

Medan, 09 Oktober 2021

Kelompok 9

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................5
1.3 Tujuan .................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6

2.1 Pengertian PPh Pasal 25.......................................................................................

2.2 Mekanisme Angsuran PPh Pasal 25.....................................................................

2.3 Perbedaan PPh Final dan tidak Final...................................................................

2.4 Cara Menghitung PPh Pasal 25............................................................................

2.5 Cara Pengisian SPT PPh wajib pajak orang pribadi............................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................18

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................18

3.2 Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar pendapatan Negara-Negara di dunia termasuk di Indonesia berasaldari


sektor Perpajakan. Pajak itu sendiri adalah kontribusi wajib kepada negara yangterutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pajak memiliki beragam jenis, misalkan Pajak Penghasilan,
Pajak bumi dan Bangunan dan lain sebagainya. Oleh karena pajak diatur dalam undang
undang tentu ada pasal pasal yang membahas khusus mengenai kelompok kelompok pajak.
Misalnya Pajak penghasilan pasal 25 yang mengatur tentang besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan. Angsuran PPh Pasal 25 dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak
yang terutang atas seluruh Penghasilan wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan
dalam SPT tahunan PPh.

Pajak Penghasilan 25 dalam hal-hal tertentu Direktur jendral Pajak diberi wewenang
untuk menyesuaikan penghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh
wajib Pajak dalam tahun berjalan, apabila terdapat hal-hal tertentu, yaitu wajib Pajak berhak
atas kompensasi kerugian, wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, SPT tahunan
PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan, wajib Pajak
diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT tahunan PPh wajib Pajak
membetulkan sendiri SPT tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan, terjadi perubahan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

5
1.2 Rumusan Masalah :

1. Apakah pengertian PPh Pasal 25?

2. Bagaimana Mekanisme Angsuran PPh Pasal 25?

3. Bagaimana Perbedaan PPh Final dan tidak Final?

4. Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 25?

5. Bagaiman cara Pengisian SPT PPh wajib pajak orang pribadi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui pengertian PPh Pasal 25

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Angsuran PPh Pasal 25

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perbedaan PPh Final dan tidak Final

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 25

5. Untuk Mengetahui Bagaiman cara Pengisian SPT PPh wajib pajak orang pribadi

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh

Pasal 25 Pajak penghasilan pasal 25 adalah pajak penghasilan yang harus dibayar
sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak
penghasilan 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahun Pajak Penghasilan. tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak,
mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus
dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan. pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan
dengan:

1. Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)

2. Melalui pemotogan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21, 22, 23, dan 24)

2.2. Mekanisme Angsuran PPh Pasal 25

Terdapat dua (2) jenis pembayaran pajak penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib
Orang Pribadi (WPOP), yaitu:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT), yaitu yang melakukan usaha
barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa dengan satu atau lebih tempat usaha.

Cara Menghitung PPh 25 bagi OPPT = 0,75% x omzet bulanan tiap tempat usaha.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP OPSPT), yaitu pekerja bebas
atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri.

7
Cara Menghitung PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (12 bulan).

Tarif PPh 17 Ayat (1) Huruf a UU PPh adalah:

Rp. 0 - Rp. 50.000.000 = 5 %

Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 = 15%

Rp. 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%

Diatas Rp. 500.000.000 = 30%

Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu : Penghasilan kena pajak ( PKP)
x 25% ( Tarif pasal 17 ayat 1 huruf b UU PPh).

2.2.1 Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25

Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling lambat
15 Maret 2014. Jika batas penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu, hari
libur nasional, dan Pemilihan Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari
berikutnya, sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang
kemudian diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.80/PMK.03/2010. Sesuai
peraturan jendral pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008, pembayaran harus
dilakukan dengan membawa surat setoran pajak (SSP) atau dokumen sejenisnya.

2.2.2 Sanksi Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25

Jika terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan,
dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran. Misalnya: untuk bulan
Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarmya pada 16 Maret. Sesuai Pasal 9 ayat
(2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.

2.2.3 Penghitungan Besar Angsuran Pajak

Direktur Jendral pajak berwewenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran


pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut :

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian

2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur

8
3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah
lewat batas waktu yang ditentukan

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan waktu pemberitahuan Pemberitahuan Tahunan Pajak


Penghasilan

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan yang
mengakibatkan bulanan lebih besar dari bulanan sebelum pembetulan.

6. Terjadi perubahan keadaan usaha atay kegiatan Wajib Pajak

2.3 Perbedaan PPh Final dan PPh Tidak Final

a. Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final yang dipotong
pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh
terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga
wajib pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.

b. Pajak Penghasilan PPh tidak Final adalah sistem pemungutan pajak ini tidak akan
memotong suatu penghasilan saat itu juga. Wajib pajak akan dianggap belum melunasi
kewajiban perpajakan sebelum melaporkan pajak. Sehingga, transaksi baru akan dianggap
lunas apabila perhitungan dan pelaporan pajak di akhir tahun telah selesai.

Perbedaan PPh Final dan Tidak Final :

1. Berdasarkan Sistem Hitung

Untuk perbedaan yang pertama dapat dilihat dari adanya perbedaan dari sistem
penghitungan. Di mana untuk PPh final akan dihitung dengan secara langsung. Penghitungan
secara langsung tersebut dijadikan sebagai satu kesatuan namun tidak dikaitkan dengan
perhitungan penghasilan yang lain. Sementara untuk perhitungan PPh non final dihitung
secara tidak langsung. Perhitungan dari PPh non final ini dapat dihitung dari penghasilan
bruto. Kemudian penghasilan bruto tersebut nantinya akan ditambah dengan biaya lain.
Untuk biaya lain ini dapat berupa biaya perolehan, pemeliharaan, dan juga biaya tagihan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika penghasilan yang didapat dikenakan PPh final maka
tidak perlu untuk dihitung kembali.

2. Tarif

9
Selanjutnya dapat dilihat dari tarif yang dikenakan untuk setiap penghasilan yang
dikenakan. Di mana tarif yang dikenakan untuk kedua jenis PPh ini tentunya sangat berbeda.
Meskipun begitu tarif untuk PPh ini tentunya berasal dari peraturan yang ada. Karena tarif
tersebut memang sudah diatur terlebih dahulu oleh pemerintah sebelum memberikan
kesepakatan tari yang berlaku. Adapun peraturan yang dijadikan dasar dalam menentukan
tarif PPh final ini adalah berdasarkan pasal 4 ayat 2. Di mana pasal tersebut mengenakan
biaya tarif untuk bunga deposito sebesar 20 %. Namun untuk penghasilan dari undian hadiah
tarif dikenakan sebesar 25 %. Berbeda halnya dengan tarif yang dikenakan dengan PPh non
final yang berdasarkan dengan Peraturan Presiden.

3. Waktu Penyetoran

Perbedaan pajak penghasilan final dan pajak penghasilan non final juga dapat dilihat
dari waktu penyetoran. Di mana waktu penyetoran untuk PPh final dapat dilihat dari jumlah
pajak yang dipotong. Pemotongan tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain yang
bersangkutan maupun dari setoran yang dibayar sendiri. Kemudian nantinya akan di kredit
pada saat SPT Tahunan.

Berbeda halnya dengan pajak penghasilan non final yang lebih mengutamakan suatu
kewajiban. Setelah mengutamakan kewajiban selanjutnya bisa dibayar tunai pada saat
melakukan penyetoran yang akan dilaporkan kepada SPT Tahunan. Pembayaran dapat
dikatakan lunas apabila seseorang sudah melakukan perhitungan pajak yang dihitung pada
waktu akhir tahun.

2.4 Cara Perhitungan PPh Pasal 25

Besarnya pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh pajak wajib
untuk setiap bulan adalah sebasar Pajak Panghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Panghasilan Tahun Pajak yang dikurangi dengan:

1. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ( yaitu sesuai
tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki
NPWP) (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta ketidakseimbangan jasa) - serta penghasilan pajak yang dipungut
sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);

2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai
pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.

10
Contoh:

11

Anda mungkin juga menyukai