Anda di halaman 1dari 15

GUNUNG AGUNG

Kecamatan Rendang , Kabupaten Karangasem , Bali.

Nama : Ni Nyoman Sekar Alit Suwartini


No : 31
Kelas : XII IPA 2

TAHUN AJARAN 2018/2019


SMA PGRI 2 DENPASAR

1
KATA PENGANTAR

“ OM SWASTYASTU “

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat asung kerta
wara nugrahaNYA saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang Gunung Agung ini dengan
baik dan batas waktu yang telah di tentukan.
Karya Ilmiah ini merupakan tugas yang diberikan oleh Bapak Ida Bagus Ngurah Satyawan
sebagai guru dalam bidang studi Bahasa Bali, yang dimana diwajibkan membuat untuk
memenuhi syarat dalam melaksanakan ujian praktek.
Karya Ilmiah yang saya buat ini bertujuan agar kita dapat mengetahui Gunung Agung
secara geologi dan sejarah terjadinya erupsi Gunung Agung tersebut.Saya mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam pengerjaan karya ilmiah ini baik dalam segi bahasa ,
penyampaian materi , dan proses analisa yang kurang jelas. Maka dari itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Guru dan pembaca dan semoga karya saya ini
berguna dan bermanfaat.

“OM SHANTI, SHANTI, SHANTI OM”

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. 1


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….. 3
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 3
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….... 4
A. Gunung Agung ………………………………………………………………… 5
B. Cara untuk mencapai Gunung Agung ………………………………... 5
C. Sejarah erupsi terjadinya Gunung Agung & hasil letusan …… 6
D. Kepercayaan masyarakat hindu tentang Gunung Agung …… 12
E. Mitigasi Gunung Agung ……………………………………………………. 13
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………. 14
BAB IV DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagi suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair/lava) yang memanjang
dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi .
termasuk endaan hasil akumulasi material yang dikeluarkan ada saat meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif atau istirahat. Sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu
610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan
keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu , aakah gunung berapi itu dalam
keadaan istirahat atau telah mati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan yang saya
akan bahas di dalam karya ilmiah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Gunung Agung secara geologi ?
2. Bagaimana cara melewati jalur pendakian?
3. Bagaimana sejarah terjadinya erupsi Gunung Agung & hasil letusan ?
4. Bagaimana kepercayaan masyarakat hindu tentang Gunung Agung ?
5. Mitigasi bencana Gunung Agung

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini sebagai berikut :


1. Agar masyarakat bisa mengetahui engertian Gunung Agung secara geologi dan
mengetahui jalur yang akan dilalui jika melakukan pendakian.
2. Memberikan informasi tentang sejarah terjadinya erupsi gunung agung dan hasil dari
letusan Gunung tersebut.
3. Mengetahui kepercayaan agama hindu terhadap Gunung Agung & mengetahui pos-
pos keamanan bila terjadi bencana.

4
Bab II

PEMBAHASAN

A. Gunung Agung

Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl.
Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Pura
Besakih, yang merupakan salah satu Pura terpenting di Bali, terletak di lereng gunung ini.

Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang
sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari
Pura Besakih gunung ini tampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya
puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di
pulau Lombok di sebelah timur, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua
puncak gunung tersebut berada di atas awan, kepulauan Nusa Penida di sebelah selatan
beserta pantai-pantainya, termasuk pantai Sanur serta gunung dan danau Batur di sebelah
barat laut.

B. Cara Untuk Mencapai Puncak Gunung Agung


Dapat dilihat dari 3 jurusan :
1. Dari Pasar Agung (selatan puncak )
2. Dari Budakeling lewat Nangka (tenggara puncak )
3. Dari Besakih (barat daya puncak )
Pendakian dari Pasar Agung
Pasar Agung yang berada di sisi selatan Gunung Agung menuju ke tepi kawah
pendakian dapat dicapai + 3 jam. Pasar Agung dapat dicapai dari Selat dengan kendaraan
bermotor roda empat.
Pendakian dari Budakeling lewat Nangka
Dilakukan dari Nangka (+ 700 m dpl) yang dapat dicapai dengan kendaraan
bermotor roda empat dari Karangasem melalui Budakeling. Pendakian melalui Pura Puseh
lewat Pura Plawangan ke Pura Telaga Mas ,kemudian ke Tirtadasar samai di batas hutan di
Pengubengan. Dari sini hanya dibutuhkan 1-2 jam pendakian hingga di tepi kawah sebelah
tenggara. Pendakian seluruhnya memakan waktu 4-5 jam.
Pendakian dari Besakih

5
Perjalanan dilanjutkan hingga ke tempat perkemahan yang terletak pada garis ketinggian
2500 m, tempat ini dicapai + 4 jam pendakian. Pendakian terakhir lewat suatu punggung
yang datar hingga dicapai tepi kawah sebelah barat. Pendakian melalui Besakih memerlukan
waktu 5-6 jam.

C. Sejarah & hasil erupsi Gunung Agung

 Sejarah erupsi Gunung Agung

1808
Pada tahun itu Gunung Agung melontarkan abu dan batu apung dengan jumlah luar biasa.

1821
Gunung Agung meletus lagi. Letusannya disebut normal tetapi tak ada keterangan
terperinci. Letusannya juga dinilai tak sedahsyat letusan pada tahun 1808.

1843
Gunung Agung meletus lagi pada tahun 1843, didahului sejumlah gempa bumi, kemudian
memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung.

1963

Gunung Agung terakhir meletus pada Februari 1963 hingga Januari 1964. Pada tanggal
18 Februari 1963, penduduk lokal mendengar suara letusan keras dan melihat asap tebal
keluar secara vertikal dari puncak Gunung Agung. Letusan ini mengeluarkan abu panas dan
gas setinggi hampir 20.000 meter. Material ini sampai mengurangi sinar matahari dan
membuat suhu udara di lapisan stratosfer turun 6 °C (10.8 °F). Pada tahun 1963-1966, rata-
rata suhu di bumi bagian utara sampai turun 0.4 °C. Abu Belerang dari erupsi gunung ini
beterbangan keseluruh dunia dan jejaknya sampai terlihat sebagai sulfur acid di dalam
lapisan es di Greenland.

6
Pada 24 Februari 1963, lahar mulai mengalir turun dari bagian utara gunung. Lahar terus
mengalir selama 20 hari dan mencapai kejauhan hingga 7 km. Pada 17 Maret 1963, Gunung
Agung meletus dengan Indeks Letusan sebesar VEI 5 (setara letusan Gunung Vesuvius) dan
kembali meletus pada tanggal 17 Mei 1963. Jumlah kematian yang disebabkan seluruh
proses letusan Gunung Agung mencapai 1.148 orang dengan 296 orang luka-luka.

2017

Pada bulan September 2017, peningkatan aktivitas gemuruh dan seismik di sekitar
gunung berapi menaikkan status normal menjadi waspada dan sekitar 122.500 orang
dievakuasi dari rumah mereka di sekitar gunung berapi.Badan Nasional Penanggulangan
Bencana mendeklarasikan zona eksklusi sepanjang 12 kilometer di sekitar gunung berapi
tersebut pada tanggal 24 September.

Pada tanggal 18 September 2017, status Gunung Agung dinaikkan dari Waspada menjadi
Siaga. Evakuasi berkumpul di balai olahraga dan bangunan masyarakat lainnya di sekitar
Klungkung, Karangasem, Buleleng dan daerah lainnya. Stasiun pemantau tersebut berlokasi
di Tembuku, Rendang, Kabupaten Karangasem, dimana intensitas dan frekuensi tremor
dipantau untuk tanda-tanda letusan yang akan terjadi.

Pada tanggal 22 September 2017, status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga menjadi
Awas. Daerah tersebut mengalami 844 gempa vulkanik pada tanggal 25 September, dan 300
sampai 400 gempa bumi pada tengah hari pada tanggal 26 September. Ahli seismologi telah
khawatir dengan kekuatan dan frekuensi insiden karena telah mengambil lebih sedikit
gunung berapi serupa untuk meletus.

7
Pada akhir Oktober 2017, status diturunkan dari Awas menjadi Siaga. Aktivitas gunung
berapi tersebut menurun secara signifikan, yang menyebabkan turunnya status darurat
tertinggi pada tanggal 29 Oktober.

Ada letusan freatik kecil yang dilaporkan pada tanggal 21 November 2017, pukul 17.05
WITA dengan kolom abu vulkanik mencapai 3842 meter (12605 ft) di atas permukaan
laut.[13] Ribuan orang segera melarikan diri dari wilayah tersebut,[14] dan lebih dari 29.000
pengungsi sementara dilaporkan tinggal di lebih dari 270 lokasi di dekatnya.

Sebuah erupsi magmatik dimulai pada hari Sabtu, 25 November 2017.[16] Letusan
dahsyat yang dihasilkan dilaporkan meningkat sekitar 1,5-4 km di atas kawah puncak,
melayang ke arah selatan dan membersihkan daerah sekitar dengan lapisan gelap abu tipis,
yang menyebabkan beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan menuju
Australia dan Selandia Baru. Tingkat bahaya resmi tetap di 3, dengan penduduk disarankan
untuk tinggal 7,5 km jauhnya dari kawah. Sejauh ini letusannya tampak moderat, dengan
kemungkinan letusan lebih intensif dalam waktu dekat. Cahaya jingga kemudian diamati di
sekitar kawah di malam hari, menunjukkan bahwa magma segar memang telah sampai ke
permukaan. Pada tanggal 26 November 2017, pukul 23:37 WITA, sebuah letusan kedua
terjadi. Ini adalah letusan kedua yang meletus dalam waktu kurang dari seminggu.

2018

Tanggal 10 Maret 2018, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG)
menurunkan status Gunung Agung, Karangasem, dari level IV (Awas) menjadi level III
(Siaga). Perubahan status ini diumumkan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.

Tanggal 11 April 2018 pukul 09.04 Wita, Gunung Agung kembali menyemburkan abu
vulkanik setinggi 500 meter. Kolom asap dan abu berwarna kelabu terlihat condong ke arah
barat daya.

Tanggal 28 Juni 2018 pukul 10.30 WITA, Gunung Agung mengeluarkan asap hingga Jumat
dini hari yang menyebabkan hujan abu di bagian barat hingga barat daya dan menyebabkan

8
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bandar Udara Banyuwangi dan Bandar Udara
Jember resmi ditutup sejak Jumat pukul 03.00 WITA hingga 19.00 WITA menyusul
hembusan Gunung Agung yang terus menerus mengeluarkan asap dan abu vulkanik.

Tanggal 2 Juli 2018 pukul 21.04 WITA, Gunung Agung kembali meletus. Kali ini dengan
melontarkan lahar dengan radius 2 km. Erupsi terjadi secara strombolian dengan suara
dentuman. Istilah tipe strombolian diambil dari kata Stromboli, nama gunung api di pulau
Stromboli Italia yang terletak di Laut Thyrene, Mediterania. Ciri-ciri erupsi strombolian
yakni adanya erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma. Dalam
laporan PVMBG Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung terjadi pada Senin (2/7/2018)
dan Selasa (3/7/2018) pukul 04.13 Wita. Tinggi kolom abu pada letusan malam tadi
teramati ±2.000 m di atas puncak (±5.142 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati
berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.[20][21] Status Gunung
Agung saat ini tetap berada di level 3 atau siaga dengan radius bahaya 4 kilometer dari
kawah.

 Hasil Erupsi Letusan Gunung Agung

 Lava Agung I (AI1)


Satuan batuan ini adalah hasil erupsi Gunung Agung yang tertua, berupa aliran lava
masif,berwarna abu-abu gelap “Vesikuler” , tersingkap baik di hulu Tukad Besumik dan
merupakan dasar dari sungai ini. Nama batuan : Andesit piroksin .

 Lava Agung 2 (AI 2)


Penyebaran terbatas pada dasar-dasar sungai di daerah Desa Tumukus ada
ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut. Nama batuan diduga : oliv in basalt
 Lava Agung 3 (AI 3)
Satuan batuan ini membentuk punggungan memanjang di atas Desa Blong Bonyoh
dan hulu Tukad Kidang.
 Aliran Piroklastik 1 (Aap 1)
Sebarannya terbatas pada lereng utara membentuk suatu punggungan yang
memanjang. Singkapan yang dijumai pada Tukad Bokeng mempunyai ketebalan lebih dari
10 meter,berwarna abu-abu gela sampai kecoklatan,mudah gugur,fragmen berukuran pasir-
kerakal. Makin keatas fragmen-fragmennya makin mengecil ,kemas mengambang,
menyudut tanggung,tersusun oleh fragmen magmatis dan litik. Satuan batuan ini ditutupi
oleh Lava Agung 3
 Lava Agung 4 (AI 4)

9
Sebarannya terdaat dibagian utara Gunung Agung , yaitu di sekitar Kampung Prasan,
Pucang dan seanjang aliran Tukad Daya pada ketinggian 40 m dari permukaan laut. Ia
membentuk punggungan yang memanjang dan berbatasan dengan produk Gunung Batur
Tua. Nama batuan Andesit piroksin.
 Lava Agung 5 (AI 5)
Sebarannya terdaat di bagian timur daerah penelitian, tersingkap di sepanjang dasar
Tukad Celagi pada ketinggian antara 100 meter hingga 800 meter dpl. Nama batuan basalt.]
 Lava Agung 6 (AI 6)
Sebarannya terdapat di bagian timur Gunungapi Agung ,tersingkap di tepi jalan raya
sebelah utara Desa Ababi dan di Tukad Lenceng, Desa Kesimpar 9lebih kurang 5 km dari
Desa Abang). Nama batuan Basalt dengan tingkat kesegaran yang cukup baik.
 Lava Agung 7 (AI 7)
Sebarannya terdaat di sebelah barat Tukad Sangkandadi pada ketinggian 700 meter
hingga 1500 meter dpl. Membentuk suatu punggungan yang memanjang dan sebagaian
besar sudah tertutup oleh produk yang lebih muda.
 Lava Agung 8 ( AI 8)
Sebarannya terbatas, yaitu hanya di bagian timur Gunungapi Agung , di daerah Tukad
Klatad ada ketinggian 900 meter hingga 2000 meter dpl.
 Lava Pawon (P1 )
Satuan batuan Lava Pawon tersingkap pada dinding sebelah barat Gunung Pawon.
Satuan batuan ini di duga muncul sebagai parasite Gunungapi Agung.
 Aliran Piroklastik 2 (Aap 2)
Sebarannya meliputi bagian tenggara, yaitu di daerah Pidpid (Tukad Kelenceng),
Kesimpar (sebelah utara bukit Pawon) dan daerah Nangka 1 (Tukad Pangadingah),
Linggasana (sebelah barat bukit Pawon). Satuan ini dibentukoleh material magmatis (60%)
dan litik (40%).
 Skoria Pawon (Psk)
Satuan batuan membentuk suatu kerucut yang terletak di bagian tenggara Gunung
Agung ada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Penyusun tubuh kerucut terdiri
dari skoria .
 Lava Agung 9 (AI 9 )
Sebarannya di bagian selatan Gunung Agung yaitu di Tukad Kerukuk dan di bagian
timur, yaitu di hulu Tukad Klenceng . Nama batuan Andesit piroksin.

10
 Aliran Piroklastik 3 (Aap 3)
Penyebarannya di Kesimpar , Puto, dan Telung Buana. Singkapan terbaik dijumpai di
tebing Tukad Dusuh daerah Sebudi bawah.
 Lava Agung 10 (AI10)
Sebarannya terbatas pada dasar sungai, di Tukad Iseh hulu Tukad Langon dan Tukad
Sabu, pada ketinggian di atas 1000 meter di permukaan laut. Nama batuan andesit basaltis.
 Aliran Piroklastik 4 (Aap 4)
Penyebarannya di timur laut Gunung Api , yaitu di daerah Batudawa ,Batudulu.
Satuan batuan ini dibentuk oleh material magmatis (60%) dan litik (40%).
 Lava Agung 11(AI 11)
Sebarannya di timur laut Gunung Agung membentuk kipas dan berakhir di laut (selat
Lombok), meliputi daerah Munting dan Tulamben. Nama batuan Andesit piroksin .
 Lava Agung 12 (AI 12)
Sebarannya di timur laut Gunung Agung ,yaitu di daerah Tulamben. Di utara
penyebarannya terbatas pada Tukad Moong,sedangkan di bagian selatan dibatasi oleh
Tukad Lamben. Posisi stratigrafi terletak di atas satuan Lava Agung 9.
 Aliran Piroklastik 5 (Aap 5)
Penyebarannya di bagian utara Gunung Agung , yaitu di daerah Selagading Bantas,
Juntal dan Bangkelan.
 Lahar 1 (Alh 1)
Penyebarannya di bagian selatan Gunung Agung ,terutama di daerah Selat dan
Bebandem. Endapan diduga merupakan lahar yang cukup tua.
 Lava Agung 13 (AI 13)
Sebarannya memanjang dari puncak ke arah utara dan berhenti pada ketinggian 550
meter di atas permukaan laut,yaitu pada bagian hulu Tukad Linggah dan Tukad Gamongan.
Nama batuan basalt.
 Jatuhan Piroklstik 1 (Ajp 1)
Sebarannya di bagian barat daya Gunung Agung , yaitu di Tukad Iseh. Singkapan
berupa abu,sedikit pumice,skoria dan fragmen litik.
 Lahar 2 (Alh 2)

11
Sebarannya di bagian timur laut Gunung Agung membentuk punggungan dan
berakhir di laut. Singkapan berupa pasir sampai kerakal dengan beberapa blok-blok lava
,kemas terbuka,fragmen menyudut hingga menyudut tanggung.
 Lava Agung 14 (AI 14 )
Sebarannya di bagian utara puncak Gunung Agung, hasil aktifitas tahun 1963. Nama
batuan basalt.
 Aliran Piroklastik 6 (Aap 6)
Penyebarannya di bagian selatan Gunung Agung ,sedikit di bagian timur dan menipis
di bagian utara. Satuan batuan ini hasil aktifitas Gunung Agung tahun 1963.
 Jatuhan Piroklstik 2 (Ajp 2)
Sebarannya tebal di bagian barat dan selatan puncak Gunung Agung ,sebagai hasil
aktifitas Gunung Agung tahun 1963. Singkapan terdiri dari fragmen skoria dan litik
berukuran abu sampai kerikil.
 Lahar 3 (Alh 3)
Sebarannya hampir seluruh sungai-sungai yang berhulu pada Gunung Agung pada
ketinggian 700-800 meter di atas permukaan laut. Batuan penyusun lahar berupa
pasir,abu,fragmen skoria,litik dan lumpur.
 Aluvial (AI)
Sebaran di pesisir utara Gunung Agung. Endapan berupa pasir,kerikil,kerakal dan
endapan halus lainnya.

D. Kepercayaan Masyarakat Hindu

Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya
dewa-dewa, dan juga masyarakat mempercayai bahwa di gunung ini terdapat istana dewata.
Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan tempat ini sebagai tempat kramat yang
disucikan. Pura Besakih yang berada di kaki Gunung Agung juga luput dari aliran lahar
letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963. Masyarakat percaya bahwa letusan
Gunung Agung pada tahun 1963 merupakan peringatan dari Dewata. Dalam catatan sejarah,
Pura Besakih dan Gunung Agung menjadi fondasi awal terciptanya masyarakat Bali.
Mengutip buku Custodian of the Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di Pulau Bali
karya Thomas A Reuter, menuturkan bahwa Maharishi Markandeya, orang pertama yang
memimpin pelarian Majapahit ke Bali, baru berhasil menetap di Bali datang ke kaki Gunung
Agung. Sebelumnya, gelombang eksodus yang dipimpin Markandeya berjumlah 800 orang
seluruhnya tewas akibat wabah penyakit.

12
E. Mitigasi Bencana Gunung Agung
Gunung Agung memliki 3 buah Pos Pengamatan Gunungapi (Pos PGA) yakni di
Rendang, Budakeling dan Batulompeh. Pemantauan di Pos PGA Rendang dilengkapi dengan
metoda seismic di samping secara visual. Sensor seismometer ditempatkan di Pasar Agung
(08 22,66’LS 115 29,92’BT). Data ditransmisikan ke Pos Rendang dengan sistem radio
telemetri sedangkan di Batulompeh dan Pos Budakeling pengamatan hanya secara visual.
Laporan kegiatan G.Agung disampaikaan ke PVMBG melalui radio SSB dan surat.
Dalam kondisi normal pelaporan kegiatan G.Agung ke PVMBG dilakukan melalui radio SSB
dua kali sehari dan satu bulan sekali melalui surat.

13
Bab III
Penutup

Kesimpulan
Dengan dibuatnya karya ilmiah ini dari segi geologist kita sebagai masyarakat dapat
mengetahui seperti apa terjadinya letusan Gunung Agung tersebut dari berbagai segi dan
kita bisa mengetahui bagaimana aktivitas Gunung tersebut dan bisa mengantisipasi jatuhnya
korban jiwa dengan adanya mitigrasi bencana. Namun jika dilihat dari segi umum, kita bisa
mengetahui bahaya apa saja yang disebabkan oleh letusan Gunung Agung tersebut dengan
membaca karya ilmiah ini.
Saran
Bencana kita tidak tau kapan datangnya , untuk itu agar kiranya harus tetap siap siaga
akan bencana yang terjadi. Dan menjaga dan melestarikan hasil bumi agar tidak terjadi
erupsi pada Gunung.

14
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/ceriazunena/tugas-makalah-41307546
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Agung

15

Anda mungkin juga menyukai