Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERISTIWA GEOLOGI GUNUNG ROKATENDA

Dosen Pembimbing:

Ir. Veronika miana radja ,ST .,MT.,IPM

Disusun Oleh

CYRILUS RODJA

NIM : 2022310549

UNIVERSITAS FLORES ENDE

MATA KULIAH PENGANTAR GEOLOGI TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas limpah rahmat dan kuasanya
sehinggaa kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERISTIWA GEOLOGI GUNUNG
ROKATENDA” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah pengantar geologi tekniik. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambh wawasan bagi
parah pembaca dan penyusun makalah.

Saya mengucapkan kepada ibu selaku mata kuliah pengantar geologi teknik. Ucapan terima
kaih juga di sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan saya menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan usul dan saran serta
masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Semuaa bantuan yang diberikan baik moril maupun materi, kami tidak bisa membalasnya, Hanya
Tuhan Maha Esa yang akan membalas semua budi baik yang telah diberikan dan ucapan terimah
kasih kami haturkan untuk semuanya.

Ende, 3 Januari 2023

CYRILUS RODJA
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ..............................................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Asal usul Gunung gunung Rokatenda ............................................................................................ 4

2.2 Penyebab meletusnya Gunung Rokateda ......................................................................................5

2.3 Bagaimana proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda dan permukaan bumi.....................6

2.4 apa saja struktur gunung berapi Rokatenda...................................................................................7

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................................8

B. Saran................................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung Rokatenda, atau juga disebut Gunung Paluweh, adalah sebuah gunung berapi yang
terletak di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung
yang bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu'e dengan ketinggian 875 meter.
Gunung ini secara geografis terletak di koordinat 121° 42' bujur timur and 8° 19' lintang selatan.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah

1. Bagaimana proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda ?

2. bagaimana penyebab gunung berepi Rokatenda?

3. Apa saja proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda dan permukaan bumi ?

4. Apa saja struktur gunung berapi Rokatenda ?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk membantu kita dalam memahami tentang proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda

2. Untuk membantu kita mengetahui dan mempelajari penyebab gunung berapi Rokatenda

3. Untuk mencari tau apa saja proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda dan Permukaan bumi

4. untuk mengetahui struktur gunung berapi Rokatenda

BAB II

PEMBAHASAN
2.2 Penyebab meletusnya gunung berapi Rokatenda

Gunung Rokatenda
Gunung Rokatenda

Status: Aktif

Tinggi: 875 m dpl atau ± 3000 m di atas dasar laut.

Letak: Kecamatan Awa, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Koordinat: 8°19'LS dan 121°42'30" BT


Info Geologi

Jenis: Gunungapi strato (stratovolcano)


Letusan

Pra 1928, 1928, 1929-1963, 1966, 1972, 1973, 1981, 1984, 1985
Gunung Rokatenda ini terletak di Pulau Palue, sebelah utara Flores Tengah. Secara administratif
masuk dalam Kecamatan Awa di pulau Palue bagian utara, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Gunungapi ini memiliki ketinggian 875 m di atas permukaan laut atau ± 3000 m
di atas dasar laut. Gunungapi dengan Tipe A (strato) ini memiliki Pos Pengamatan di Ropa,
Desa Keliwumbu,Kec. Maurole, Ende 86381 (08o 30' 08,34" LS dan 121o 42' 44,10" BT, 5 m
dpl).

Gunung Rokatenda ( © Wikipedia)

Rokatenda memiliki dua buah kawah dan tiga buah kubah lava di puncaknya. Ketiga kubah lava
tersebut masing-masing terbentuk pada tahun 1928; 1964 dan 1981, terletak pada pola garis
lurus berarah utara -selatan. Lokasi puncak gunungapi ini pada 8°19'LS dan 121°42'30" BT. Kota
terdekat dari gunungapi ini adalah Desa Awa yang merupakan pusat Kecamatan di pulau Palue.
Sedangkan kampung terdekat di pulau Flores ialah Roka, merupakan kampung pinggir pantai
utara Flores.
Jika Anda merasa konten halaman ini masih belum sempurna, Anda dapat berkontribusi untuk
menyempurnakan dengan memperbaiki (Edit) atau memperdalam konten naskah ini. Setelah
Anda anggap sempurna, silakan hapus koda template {{sempurnakan}} ini. Atau, Anda dapat
mengirimkan perbaikan konten naskah ke bencanapedia@gmail.com..

Terimakasih..

Contents
[hide]

 1Geologi
 2Sejarah Letusan
o 2.1Pra 1928
o 2.21928
o 2.31929-1963
o 2.41966
o 2.51972
o 2.61973
o 2.71981
o 2.81984
o 2.91985
o 2.102008
o 2.112009
 3Mitigasi
o 3.1Sistem Pemantauan
o 3.2Visual
o 3.3Kegempaan
 4Kawasan Rawan Bencana
o 4.1Kawasan Rawan Bencana III
o 4.2Kawasan Rawan Bencana II
o 4.3Kawasan Rawan Bencana I
 5Mitos Rokatenda
 6Catatan kaki
 7Sumber

Geologi
Gunung Rokatenda merupakan pulau gunungapi yang masih aktif. Geologi gunungapi
Rokatenda dipetakan oleh Igan Supriatman S., dkk pada tahun 2000. Hasil pemetaan
memisahkan produk Rokatenda tua dan muda. Rokatenda tua dibentuk oleh batuan lava dan
aliran piroklastik yang penyebarannya banyak menempati lereng Barat dan Selatan gunung, dan
juga terdiri dari sisa-sisa kerucut kecil pada kaki gunung Rokatenda bagian Barat, Baratdaya dan
Tenggara. Rokatenda (muda) menghasilkan lava dan aliran piroklastik, juga membentuk gumuk-
gumuk kecil antara lain Matomere, Rokatenda dan Ili Manunai.

Sejarah Letusan
Letusan G. Rokatenda bersifat efusif dan eksplosif yang menghasilkan lava dan piroklatik. Akhir
dari satu perioda erupsi sering dicirikan oleh pembentukan kubah lava. Penyebaran aliran
piroklastik sampai ke pantai (Kampung Awa). Perioda letusan terpendek adalah 1 tahun terjadi
antara tahun 1972 dan 1973, keduanya berupa letusan abu. Perioda letusan terpanjang yang
tercatat dalam sejarah adalah 35 tahun, terjadi antara tahun 1928 dan 1963, keduanya berupa
letusan efusif yang menghasilkan kubah lava pada titik letusan yang sama.
Sejarah erupsi danau Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (danau hijau) dapat diringkas sebagai
berikut:
Pra 1928
Terjadi letusan hebat kira-kira 200 tahun dihitung berdasarkan keterangan penduduk,
sekitar delapan generasi sebelum letusan 1928. Tampak bekas-bekas letusannya
berupa lima buah kawah dan sebuah lava dome. Perioda Rokatenda, dengan garis
tengah berkisar antara 200 - 700 m.
1928
Terjadi letusan pada 4 Agustus - 25 September, mengakibatkan perubahan lava dome,
memperlihatkan bekas letusan berupa empat buah kawah. Letusan mengakibatkan
kerusakan tanah, korban manusia sebanyak 266 jiwa, yang sebagian besar disebabkan
gelombang pasang laut.
1929-1963
Selama lebih kurang 34 tahun tidak ada kegiatan yang meningkat ataupun terjadi
letusan. Kegiatan gunungapi hanya pada kegiatan fumarola saja. Akhirnya pada tahun
1963, menjelang 1 Januari 1964 terjadi getaran gempa setempat, terdengar suara
gemuruh di bawah gunung Rokatenda, yang disusul kepulan asap tebal membumbung
tinggi di atas gunung Rokatenda, kemudian muncul kubah lava dari titik letusan 1928,
disertai guguran lava pijar dan lava dingin. Kegiatan pembentukan kubah lava
berlangsung lama, mengakibatkan korban 1 orang tewas dan 3 orang luka-luka. Akhir
Juni, ketinggian kubah lava lebih kurang 51 m dari dasar kubah (kawah letusan 1928).
Tebal abu 2 cm sepanjang 2 km dari puncak dan 5 cm disekitar puncak.
1966
Terjadi peningkatan kegiatan.
1972
Terjadi letusan dari sebuah kawah samping, bekas letusan 1928, sebelah timur laut
kawah utama.
1973
Terjadi letusan abu pada tanggal 27 dan 28 Oktober. Hujan abu tersebar di seluruh
pulau, dengan jarak 5000 m dari titik letusan. Ketebalan abu sekitar 3 cm.
1981
Terjadi peningkatan kegiatan, 18 Januari muncul kubah lava baru di antara Gunung Ili
Manunai dengan Rokatenda.
1984
Peningkatan kegiatan yang dirasakan penduduk pada tanggal 9 dan 21 Mei, juga pada
tanggal 3 dan 7 Juni.
1985
Tanggal 23 Maret 1985, jam 17.40 waktu setempat terjadi letusan selama 45 menit, yang
didahului suara gemuruh kecil dilanjutkan dengan letusan, hembusan abu setinggi lebih
kurang 1000-2000 m, dengan lontaran material berkisar 200-300 m di atas puncak.
Lokasi letusan berasal dari lereng tubuh kubah lava 1981, sebelah Baratlaut dengan
ukuran lubang letusan 40 x 30 m, dalamnya dari bibir kawah lebih kurang 20 m. Abu
letusan tersebar ke arah Barat dan menutupi kampung-kampung Nitung, Waikoro dan
Koa. Ketebalan abu rata-rata 3 mm. Kegiatan menunjukkan adanya pertumbuhan kubah
lava.
2008
Oktober, terjadi peningkatan kegempaan
2009
April, terjadi peningkatan kegempaan

Mitigasi
Sistem Pemantauan
Kegiatan G. Rokatenda dipantau secara menerus baik secara visual dan kegempaan
dari pos pengamatan di Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende, NTT.

Visual
Pengamatan visual dan cuaca yang meliputi: kenampakan gunung, warna dan tinggi
tekanan asap, suhu udara, keadaan cuaca, kelembaban udara, tekanan udara, curah
hujan, angin.

Kegempaan
Seismometer penerima gempa dengan sistem radio telemetri dipasang di sebelah timur
puncak G. Kelimutu pada posisi geografi 08o 21' 13,00" LS dan 121o 43' 27,40" BT,
ketinggian lk. 340 m dml. Sinyal gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS)
ke Pos Pengamatan G. Rokatenda dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2.

Kawasan Rawan Bencana


Tingkat kerawanan bencana G. Rokatenda dibagi menjadi tiga tingkat (secara
berurutan dari tertinggi ke terendah), adalah: Kawasan rawan bencana III, Kawasan
rawan bencana II, dan Kawasan rawan bencana I.

Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, apabila G.Rokatenda meletus kembali
pada masa datang dengan jenis dan tipe erupsi yang relatif identik dengan erupsi-erupsi
sebelumnya, kemungkinan akan mengarah terutama ke bagian baratdaya dan timur
dengan jarak jangkau maksimum 1,5-1,75 km dari pusat erupsi.
Kawasan rawan bencana terhadap aliran dan guguran lava, apabila pada erupsi
mendatang terjadi lagi aliran lava, maka sebarannya diperkirakan hanya di sekitar
puncak/di dalam Kawah Rokatenda. Apabila erupsinya membesar, maka kemungkinan
lava akan mengalir lebih jauh dari pusat erupsi, dan cenderung akan mengalir ke sektor
baratdaya, dan timur dengan jarak jangkau maksimum 1-1,5 km dari pusat erupsi.
Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan hujan abu lebat, untuk
mengantisipasi skala erupsi G. Rokatenda yang relatif lebih besar dari skala erupsi di
masa silam, maka radius lingkaran sebaran material lontaran batu pijar berukuran lebih
dari 6 cm, dan hujan abu lebat hingga radius 2 km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana II


Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, kawasan rawan bencana II yang
kemungkinan terlanda awan panas, adalah sektor baratdaya, dan timur. Apabila skala
erupsinya membesar, maka kemungkinan dapat terjadi perluasan aliran awan panas ke
arah utara, barat, baratlaut, timurlaut dan tenggara. Jarak jangkaunya diprediksi dapat
mencapai jarak lebih dari 3 km dari pusat erupsi (terutama ke arah baratdaya).
Kawasan rawan bencana terhadap aliran lava, apabila pada erupsi yang akan datang
terjadi aliran lava, maka sebarannya diperkirakan akan melanda daerah baratdaya
(sesuai dengan arah bukaan kawahnya).
Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan hujan abu lebat, untuk
mengantisipasi skala erupsi G.Rokatenda yang relatif lebih besar dari skala erupsi di
masa silam, maka radius lingkaran sebaran material lontaran batu pijar dan hujan abu
lebat hingga radius 5 km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana I


Kawasan rawan bencana terhadap aliran lahar, pembentukan lahar kemungkinan besar
dapat terjadi di daerah baratdaya, timur, utara, baratlaut dan tenggara.
Kawasan rawan bencana terhadap hujan abu dan material lontaran batu (pijar), untuk
mengantisipasi skala erupsi G. Rokatenda yang relatif lebih besar dari skala erupsi di
masa silam, maka radius lingkaran sebaran material lontaran batu pijar dan hujan abu
dibatasi hingga radius 7 km dari pusat erupsi

Mitos Rokatenda
Asal Usul Gunung Rokatenda : Sebuah Mitos Palu'e [1]
Gunung Rokatenda diyakini oleh sebagian warga Palue sebagai tempat bermukimnya para
leluhur atau tempat kehidupan yang baru bagi manusia yang telah dipanggil oleh Sang
Pencipta.[2] Pada zaman dahulu kala Gunung Rokatenda bukanlah sebuah gunung apalagi
sebuah gunung berapi. Akan tetapi, tempat itu adalah sebuah komo ca atau sebuah danau besar
tempat mandinya para Anjo ‘bidadari’. Di tempat ini pula, Ratu[3] yang merupakan salah seorang
keturunan dari tanah asal tersebut melangsungkan pertapaan untuk menyucikan diri agar
terhindar dari godaan berbuat segala yang jahat.
Ratu adalah seorang pemuda yang terkenal sangat tampan, rupawan, serta lemah-lembut.
Dalam menjalani pertapaan inilah Ratu mendapatkan banyak ujian dan godaan. Ketika ia sedang
bertapa, datanglah para anjo untuk mandi. Melihat ada seorang pemuda tampan yang sedang
menjalani tapa, salah seorang anjo diam-diam menyimpan rasa kagumnya dalam hati. Diam-
diam, anjo yang bernama Sali Molo ‘nirmala/bersih sejati’ tersebut mendekati dan menggoda
Ratu yang sedang bertapa. Ratu menganggap kehadiran Sali Molo sebagai salah satu bentuk
godaan dan ujian sehingga ia tidak menggubris semua godaan tersebut. Sali Molo teramat
kagum melihat ketampanan Ratu sehingga ia nekat memeluk dan membelai Ratu dan
melupakan keberadaannya sebagai seorang anjo ‘bidadari’.
Penguasa Alam yang mengetahui perbuatan nekat Sali Molo menjadi amat murka. Saat itulah,
muncul sebuah suara yang bergema dan berwibawa. Suara itu berujar “Hai manusia yang penuh
hawa nafsu karena keinginanmulah maka kau akan menjadi manusia bumi. Namamu, Sali Molo,
akan terpanggil orang sebagai Sali yang artinya terbuang. Sementara kau manusia tegar yang
mencari penyucian diri, tarikmu telah menodai tempat ini. Untuk itu, daya tarikmu akan Kuubah
menjadi sesuatu yang ditakuti manusia. Sejak hari ini, seluruh tubuhmu akan berbulu
menyerupai rambut. Namun, kebaikan hatimu akan menjadi buah bibir penduduk tanah ini.
Tempat indah yang telah ternodai ini akan menjadi sebuah gunung berapi yang akan menjadi
pengingat bagi penduduk di sini akan kekotorannya dan untuk mengenang peristiwa hari ini.
Terjadilah semuanya seperti yang telah keluar dari perkataanku”.
Segala sesuatu yang telah dikatakan Sang Penguasa Alam pun terjadi. Setelah mendengar
suara itu, Ratu membuka matanya dan melihat semuanya terjadi seperti apa yang telah
didengarnya. Ratu melihat seorang perempuan yang ada di sampingnya lalu berkata, “Pergilah
dan jalanilah seperti apa yang telah kau dengar. Aku akan tetap hidup di sini bersama saudaraku
si Gunung Baru”. Danau indah yang dulu dikenal sebagai Rokatenda berubah sebutannya
menjadi Gunung Rokatenda. Dalam rangkaian dua bersaudara, Ratu Rembu dan Ratu
Rokatenda akan terus dikenang. Dan Sali yang telah bertukar kehidupan, pergi ke utara dan
menetap di sana yang sekarang dikenal dengan kampung Sali. Demikian kisah terjadinya
Gunung Rokatenda

2.3 Bagaimana proses terbentuknya gunung berapi Rokatenda dan


permukaan bumi

1 Peningkatan Kegempaan Vulkanik

Faktor penyebab gunung meletus yang pertama adalah karena adanya peningkatan
kegempaan vulkanik. Gempa vulkanik sendiri merupakan gemp bumi yang muncul akibat
adanya aktivitas vulkanisme atau kegunung apian.
Gempa bumi vulkanik juga terjadi karena aktivitas magma di dalam gunung berapi.
Peningkatan kegempaan vulkanik bisa menjadi penyebab gunung meletus jika terjadi
berkali-kali yang tercatat dalam alat pengukur getaran gempa bumi atau seismograf.

Jika aktivitas kegempaan vulkanik semakin banyak dan membesar, maka gunung berapi bisa
meletus. Masyarakat di sekitar akan diimbau untuk waspada, hingga mengungsi.

2. Pergerakan Tektonik Lapisan Bumi

Faktor penyebab gunung meletus yang selanjutnya adalah adanya pergerakan tektonik lapisan bumi.
Pergerakan tektonik yang terjadi pada struktur lapisan bumi di bawah gunung, misalnya gerakan
lempeng dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya akan
membuat magma tersebut terdorong ke atas hingga berada tepat di bawah kawah.

Pergerakan tektonik ini juga akan menyebabkan suhu kawah meningkat secara signifikan. Naiknya
suhu ini disebabkan karena naiknya magma hingga menuju tepat di bawah kawah.

Selain itu, hal ini juga akan menyebabkan air tanah di sekitar kawah menjadi kering, hewan-hewan
yang ada di gunung akan panik bahkan mereka akan turun gunung untuk menyelamatkan diri.
3. Adanya Peristiwa Deformasi Badan Gunung

Faktor penyebab gunung meletus yang berikutnya adalah adanya peristiwa deformasi badan
gunung. Deformasi badan gunung adalah peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga
menyebabkan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam seperti
dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi bDeformasi badan gunung dapat diketahui
dengan analisa geometrik yang dilakukan menggunakan data hasil pengamatan yang terdiri dari
pergeseran dan regangan.

Pergeseran menunjukan perubahan arah dan besar deformasi dengan menggunakan data posisi dari
dua waktu pengamatan yang berbeda. Sedangkan regangan menunjukan gerakan tubuh gunung api
dan tekanan magma yang diperoleh dari hasil regangan.

Batuan penyusun gunung.

4. Lempeng Bumi yang Saling Berdesakan

Faktor penyebab gunung meletus yang keempat adalah adanya lempeng-lempeng bumi yang saling
berdesakan dan saling menghimpit satu sama lainnya.

Hal ini akan menyebabkan tekanan yang besar dan juga dorongan kepermukaan bumi sehingga
menimbulkan berbagai macam gejala tektonik lainnya. Selain itu hal ini juga menyebabkan gempa
vulkanik serta meningkatkan aktivitas geologi dari gunung berapi.Perlu diketahui, lempeng
merupakan salah satu bagian dari kerak bumi yang akan terus bergerak setiap saat. Wilayah
pegunungan atau gunung merupakan zona di mana kedua lempeng atau lempeng-lempeng tersebut
saling bertemu dan desakan yang diakibatkan pertemuan itu bisa menjadi penyebab dalam
perubahan struktur dalam gunung berapi.

5. Tekanan yang Sangat Tinggi

Faktor penyebab gunung meletus yang terakhir adalah adanya tekanan yang sangat tinggi.
Penyebab-penyebab gunung meletus sebelumnya akan menyebabkan dorongan cairan magma
untuk bergerak ke atas dan masuk ke saluran kawah dan keluar.
Apabila di sepanjang perjalanan magma dalam menyusuri saluran kawah tersebut mengalami
sumbatan, maka bisa menimbulkan ledakan yang besar yaitu gunung meletus. Semakin besar
tekanan dan juga volume magmanya, maka semakin kuat ledakan yang mungkin akan terjadi.
Kemudian dampak yang akan dihasilkan oleh ledakan gunung merapi ini juga akan semakin besar
dan berbahaya.

2.4 apa saja struktur Rokatenda

Struktur gunungapi, terdiri atas : (1) struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau

depresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar; (2) kaldera, bentuk

morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km.

BAB III

PENUTUP

A .Kesimpulan

Gunung berapi atau gunung api sejak umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau larva) yang memanajang dari kedalaman
sekitar 10 km di bawa permukaan bumi sampai ke permukaan bumi ,termaksud endapan hasil
akumulasi material yang di keluarkan pada saat meletus

B. Saran

1. Pada tingkatan status Awas, warga diimbau untuk segera mengungsi ke tempat evakuasi.

Hindari area berbahaya seperti lereng gunung dan lembah.


2. Anda juga perlu menutup mulut dan hidung dengan masker. Jika masker tak tersedia,

gunakan kain basah sebagai penutup.

3. Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh seperti pakaian berlengan panjang, celana

panjang, dan kacamata pelindung. Jika Anda mengenakan lensa kontak, akan lebih baik jika

dilepas terlebih dahulu.

DI LUAR RUMAH

1. Anda perlu melindungi diri dari materi hasil letusan. Akan lebih baik jika Anda mencari tempat

berlindung yang aman dan hindari area berbahaya seperti lereng gunung dan lembah.

2. Bila terjadi hujan abu, tutup mulut dengan masker. Jika masker tak tersedia, gunakan kain

basah sebagai gantinya.

Setelah letusan gunung api

1. Kembali ke rumah bila pihak berwenang mengatakan bahwa kondisi sudah aman dan kembali

normal.

2. Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik.

3. Tetap lindungi diri dari hujan abu. Salah satunya dengan tetap mengenakan masker atau kain

basah untuk menutupi mulut dan hidung.

4. Jika memungkinkan, hindari wilayah yang terkena hujan abu

Anda mungkin juga menyukai