Anda di halaman 1dari 32

SEMINAR MATA KULIAH KEPERAWATAN

BENCANA “TANAH LONGSOR”

Dosen Pengampu :

Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Faizah Agustin (2010044)

2. Faradila Salsa Nabila (2010056)

3. Ferlinda Putri Heviyanti (2010048)

4. Hanna Berlita Oktaviana (2010050)

5. Ishmah Salsabila Saputri (2010052)

6. Joesevine Deva Ananda P (2010054)

7. Khoirunnisa Umi R (2010056)

PRODI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH SURABAYA

TA. 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Seminar bencana tanah longsor

2. Nama Ketua : Khoirunnisa Umi R

3. Alamat Email : khrnnisaurrr3@gmail.com

4. Anggota Seminar : Faizah Agustin

Faradila Salsa Nabila

Ferlinda Putri Heviyanti

Hanna Berlita Oktaviana

Ishmah Salsabila Saputri

Joesevine Deva Ananda P

5. Dosen Pembimbing : Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Surabaya, 02 September 2023

Menyetujui,
Ketua Seminar

Khoirunnisa Umi R

Dosen pembimbing

Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 03.033 / NIDN 0712128403
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat meyelesaikan

makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan

Bencana dengan judul “Makalah Seminar Bencana Tanah Longsor“. Kami

menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak pihak

yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat

terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh

karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Ahirnya kami berharap semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat bagi semua teman – teman.

Demikian yang bisa kami sampaikan, sekian dan terima kasih.

Surabaya, 02 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PAPARAN INSIDEN.............................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................3
KONSEP MATERI................................................................................................3
2.1 Definisi Dan Konsep Tanah Longsor........................................................3
2.2 Macam-Macam Tanah Longsor................................................................4
2.3 Faktor Penyebab Tanah Longsor...............................................................5
2.4 Ciri-Ciri Daerah Rawan Tanah Longsor...................................................5
2.5 Tanda-Tanda Terjadinya Tanah Longsor..................................................6
2.6 Upaya Pencegahan Tanah Longsor...........................................................7
2.7 Dampak Tanah Longsor............................................................................7
BAB 3......................................................................................................................9
DISKUSI.................................................................................................................9
3.1 Pra Bencana...............................................................................................9
3.2 Bencana...................................................................................................12
3.3 Pasca Bencana.........................................................................................13
3.4 Peran Perawat..........................................................................................14
BAB 4....................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN PENUTUP.......................................................................20
4.1 Kesimpulan..............................................................................................20
4.2 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
BAB 1

PAPARAN INSIDEN

Tanah longsor adalah bencana alam yang disebabkan suatu proses geologi. Di

beberapa wilayah Indonesia maupun luar negeri, tanah longsor pun dapat terjadi

dikarenakan faktor- faktor lain yang dapat mengakibatkan tanah longsor. Menurut

BNPB Indonesia (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tahun 2023

tercatat kasus tanah longsor di Indonesia mencapai 258 kasus. Bencana Tanah

longsor merupakan jenis bencana dengan intensitas kejadian tertinggi ke tiga di

Indonesia pada tahun 2020.

Tahun 2023, di Indonesia tercatat bahwa pada bulan Maret dan Juli terjadi

tanah longsor di Riau dan Lumajang. Tanah longsor di Natuna,Kepulauan Riau

terjadi pada bulan Maret dikarena hujan lebat di daerah Desa Air Nusa

Kecamatan Serasan Timur yang tak kunjung berhenti selama 2 hari.Dan

mengakibatkan adanya korban jiwa sekitar 32 orang dinyatakan meninggal dan 33

lainnya masih belum ditemukan dan beberapa kerugian material berupa

tertibunnya beberapa rumah warga, kebun, dan sumber air warga. Dan pada bulan

Juli di Lumajang tanah longsor terjadi karena 2 hari Lumajang mengalami hujan

deras terus menerus dan mengakibatkan tiga orang dalam satu keluarga tewas.

Selain itu, akses jalan penghubung Lumajang-Malang juga terputus.

Selain Indonesia,tanah longsor juga terjadi di beberapa negara lainya

diantaranya terjadi pada bulan Juli di negara Jepang terjadi karena hujan yang

deras di wilayah Kyushu dalam peristiwa tersebut mengakibatkan beberapa

korban meninggal dan kerugian material. Dan setelah tragedi tanah longsor di

1
Jepang sebulan kemudian pada bulan Agustus terjadi tanah longsor di India

dikarenakan

2
2

hujan yang cukup deras dan mengakibatkan korban yang meninggal sekitar

kurang lebih 65 orang.


BAB 2

KONSEP MATERI

2.1 Definisi Dan Konsep Tanah Longsor

Bencana alam merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi setiap

saat, dimana saja dan kapan saja sehingga memicu timbulnya bahaya atau

risiko pada kehidupan manusia karena dapat menimbulkan kerugian harta

benda maupun korban jiwa manusia. Sebagai suatu Negara kepulauan yang

berada di wilayah khatulistiwa antara Benua Asia dan Benua Australia, di

antara Samudera Pasifik serta Hindia, dan merupakan pertemuan antara

ketiga lempeng utama di dunia yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, dan Australia

yang menyebabkan terjadinya tumbukan. Akibat dari proses tumbukan

tersebut, menyebabkan terbentuknya jalur gunungapi. Jalur gunungapi yang

terbentuk menyebabkan beberapa daerah di Indonesia terdiri atas deretan

pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng landai sampai terjal

Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi bencana tanah

longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan harta benda, dan

kerusakan pada lingkungan. Tanah longsor merupakan bencana alam

geologi yang apabila terjadi dapat menimbulkan korban jiwa serta kerugian

material yang sangat banyak,

Proses terjadinya tanah longsor yaitu dimulai dengan peresapan air ke

dalam tanah yang mengakibatkan penambahan bobot tanah. Jika air yang

meresap ke dalam tanah tersebut sampai ke tanah yang kedap air (bidang

gelincir), maka akan menjadikan kondisi tanah menjadi licin. Oleh karena

3
itu, tanah pelapukan yang ada di atasnya akan menjadi rentan terjadi

longsor.

4
4

Longsor yang merupakan gerakan massa tanah, sering terjadi pada lereng

alami maupun lereng buatan. Fenomena tersebut merupakan usaha dari

lapisan permukaan tanah untuk mencari keseimbangan baru. Hal tersebut

akibat adanya gangguan yang menyebabkan terjadinya pengurangan kuat

geser serta peningkatan tegangan geser tanah.

2.2 Macam-Macam Tanah Longsor

a. Longsor Translasi : Longsor translasi merupakan jenis tanah longsor


yang ditandai dengan bergeraknya massa tanah atau batuan pada lereng
sebagai bidang gelincir atau bidang luncur yang berbentuk rata atau
bergelombang landai.
b. Longsor Rotasi : Longsor rotasi merupakan jenis tanah longsor yang
ditandai dengan bergeraknya massa tanah atau batuan pada lereng
sebagai bidang gelincir atau bidang luncur yang berbentuk cekung atau
lengkung.
c. Longsor Pergerakan Blok : Longsor pergerakan blok merupakan jenis
tanah longsor yang ditandai dengan perpindahan massa batuan yang
bergerak pada lereng sebagai bidang gelincir atau bidang luncur yang
berbentuk rata. Jenis tanah longsor ini disebut juga tanah longsor
translasi blok batuan.
d. Longsor Runtuhan Batu : Longsor runtuhan batuan merupakan jenis
tanah longsor yang ditandai dengan sejumlah besar batuan atau material
lain yang bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas dari atas lereng.
Jenis tanah longsor ini biasanya terjadi pada lereng yang terjal terutama
di daerah pantai.
e. Longsor Rayapan Tanah : Longsor rayapan tanah merupakan jenis tanah
longsor yang bergerak lambat karena jenis tanah di lereng ini berbentuk
butiran tanah yang kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali karena berjalan dengan sangat lambat. Akan tetapi, jika
5

tanah ini longsor dalam waktu yang cukup lama, bencana longsor jenis
rayapan ini bisa mengakibatkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah
yang berada di lereng bukit kondisinya miring ke bawah.
f. Longsor Aliran Bahan Rombakan : Longsor aliran bahan rombakan
merupakan jenis tanah longsor yang ditandai dengan pergerakan massa
tanah karena terdorong oleh aliran air. Kecepatan aliran material ini
tergantung dari besarnya sudut kemiringan lereng, volume dan tekanan
air, serta jenis materialnya. Semakin curam sudut kemiringan lereng.

2.3 Faktor Penyebab Tanah Longsor

Bencana tanah longsor terjadi disebabkan karena adanya faktor

pengontrol dan faktor pemicu :

a. Faktor pengontrol merupakan faktor yang berpengaruh kepada kondisi

material longsor itu sendiri seperti geologi, kemiringan lereng, litologi,

sesar, dan kekar pada susunan bebatuan, sifat-sifat tanah lempung

karena adanya lapisan tanah shale, loose, pasir lepas, dan bahan

organik.

b. Sedangkan faktor pemicu merupakan faktor penyebab bergeraknya

material longsor itu sendiri seperti curah hujan, erosi, gempa bumi,

serta aktivitas manusia, penggunaan lahan.

2.4 Ciri-Ciri Daerah Rawan Tanah Longsor

a. Bukit dengan kemiringan 200

b. Lapisan tanah tebal diatas lereng

c. System tata air dan penggunaan lahan kurang baik


6

d. Tebing yang ditumbuhi tumbuhan

e. Terdapat retakan tapal kuda pada dinding tebing

f. Mata air dan longsoran-longsoran kecil

g. Adanya aliran sungai di dasar lereng

h. Banyaknya bangunan di lereng bukit

i. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah

j. Daerah dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun

2.5 Tanda-Tanda Terjadinya Tanah Longsor

a. Rembesan air di lereng, Munculnya mata air, rembesan, atau tanah yang

jenuh dengan air yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

b. Pohon dengan batang melengkung, Struktur-struktur tambahan seperti

dek dan teras miring dan atau bergerak relatif terhadap struktur utama

rumah, Lantai beton dan pondasi miring atau mengalami rekahan.

c. Adanya retakan di tanah, Ada rekahan baru atau bulge

(pembumbungan) yang tidak seperti biasanya yang terjadi di tanah,

paving jalan, atau di trotoar.

d. Adanya suara bergemuruh

e. Air sumur disekitar lereng menjadi keruh

f. Munculnya air tanah secara tiba-tiba

g. Longsoran batu kecil

h. Retakan vertikal di tebing


7

i. Gerakan tanah, tanah betgerak menjauhi pondasi bangunan, Tiang

telepon, pohon, dinding penahan, atau pagar mengalami sedikit atau

banyak pergeseran sehingga miring.

2.6 Upaya Pencegahan Tanah Longsor

Pada Masyarakat yang tinggal dipegunungan ataupun di berada tanah

rawan longsor untuk melakukan pencegahan terhadap bencana longsor,

berikut Upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh Masyarakat itu sendiri

antara lain :

a. Tidak menebang atau merusak hutan


b. Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba,
bambu, akar wangi, lamtoro , dsb maupun lereng-lereng yang terjal
c. Membuat saluran air hujan
d. Membangun dinding penahan dilereng-lereng yang terjal
e. Memeriksaan keadaan tanah secara berkala
f. Mengukur tingkat kederasan hujan

2.7 Dampak Tanah Longsor

Aspek yang terkena dampak bencana dapat dikategorikan menjadi 5,

yaitu aspek penduduk, sarana, dan prasarana, ekonomi, pemerintahan dan

lingkungan.

a. Dampak pada penduduk dapat berupa kematian, cidera, hilang,

pengungsian, dll. Sebelum melakukan perhitungan dampak tersebut


8

perlu diperkirakan jumlah dan komposisi penduduk yang terancam

berdasarkan worst scenario.

b. Dampak pada aspek sarana dan prasarana dapat berupa kerusakan jalan,

jembatan, instalasi air, listrik maupun rumah penduduk.

c. Dampak pada aspek ekonomi dapat berupa kerusakan pasar, gagal

panen, terganggunya perekonomian, perdagangan, dan transportasi.

d. Dampak pada aspek pemerintah dapat berupa kerusakan dokumen/arsip,

peralatan kantor, dan bangunan pemerintahan, serta jalannya proses

pemerintahan.

e. Dampak pada aspek lingkungan dapat berupa rusaknya kelestarian

alam, obyek wisata, dan pencemaran lingkungan


9
BAB 3

DISKUSI

3.1 Pra Bencana

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya yang bertujuan untuk

meminimalkan risiko bencana dengan mengoptimalkan kapasitas dan

meminimalkan ancaman serta kerentanan, baik dengan pembangunan fisik

wilayah ataupun melalui edukasi atas kesadaran dan kemampuan dalam

menghadapi ancaman yang timbul akibat bencana.

Upaya mitigasi longsor dapat dilakukan secara struktural dan non

structural :

a. Mitigasi Struktural merupakan bentuk upaya meminimalkan bencana

dengan cara fisik yaitu, membangun bangunan yang tahan bencana

longsor, seperti pembangunan tanggul atau talut pada kawasan dengan

kelerengan curam.

b. Mitigasi non struktural lebih memanfaatkan teknologi sebagai bentuk

prediksi dan antisipasi risiko bencana, selain itu kegiatan mitigasi non

struktural berkaitan langsung dengan sumber daya manusia serta

kelembagaan terkait seperti pemanfaatan SIG dalam pemetaan bencana

longsor dan pengadaan simulasi kejadian bencana untuk meningkatkan

pengetahuan ketika terjadi bencana.

Berdasarkan Tingkatan klasifikasi risiko bencana longsor berikut upaya

mitigasi bencana yang dapat diterapkan sesuai klasifikasi risiko.

a. Mitigasi pada Kawasan dengan Klasifikasi Risiko Tinggi

9
10

Kawasan tingkat risiko tinggi memiliki kelerengan lebih dari 40%

dengan guna lahan semak dan vegetasi berakar serabut serta lereng yang

belum ditalud. Berikut bentuk mitigasi pada kawasan dengan risiko

longsor tinggi adalah sebagai berikut:

1. Merencanakan teknik yang memperkuat tebing atau lereng pada

permukiman atau sisi jalan menggunakan talud yang menahan

longsoran.

2. Menanaman jenis vegetasi yang memiliki perakaran tunjang .

3. Menghindari aktivitas yang membebani lereng.

4. Tidak melakukan kegiatan yang memotong lereng untuk pembangunan.

5. Memasang tanda peringatan waspada bahaya longsor.

6. Mengevakuasi masyarakat rentan anak – anak dan wanita di lokasi yang

aman pada saat hujan deras.

7. Menggerakkan satuan tugas unit mitigasi longsor saat hujan deras.

8. Melakukan evakuasi saat terjadi hujan deras yang lama.

b. Mitigasi pada Kawasan dengan Klasifikasi Risiko Sedang

Kawasan tingkat risiko sedang mayoritas adalah hutan lindung dan

semak dengan kelerengan curam dan pada dataran dengan tinggi

1000mdpl. Upaya mitigasi yang diterapkan dalam kawasan risiko sedang

sebagai berikut:

1. Mengeluarkan kebijakan yang melarang aktivitas pemotongan lereng

2. Pengawasan kawasan lindung dan melakukan upaya yang memperkuat

seperti penanaman kembali jenis vegetasi yang mampu menahan

material tanah dan batuan.


11

3. Menghindari kegiatan yang menambah beban pada lereng.

4. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar tentang bencana

longsor.

5. Pengawasan kondisi tanah kawasan dan kelestarian alam.

6. Memperketat hukum yang melindungi kawasan lindung.

7. Penandaan pada kawasan yang rawan longsor pada kelerengan curam.

8. Memperkuat struktur bangunan dan infrastruktur.

9. Tidak mendirikan bangunan di sekitar lereng.

c. Mitigasi pada Kawasan dengan Klasifikasi Risiko Rendah

Kawasan dengan tingkat risiko rendah mayoritas merupakan lahan

hutan produksi dan hutan lindung. Bentuk mitigasi bencana longsor yang

diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Menjaga serta mengawasi sistem terasering.

2. Memantau fungsi kawasan lindung berdasarkan kebijakan.

3. Sosialisasi jenis vegetasi dan cara tanam pada wilayah dengan

kelerengan curam.

4. Tidak melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan guna lahan.

5. Pembangunan sistem pengairan dan drainase pada lereng – lereng.

6. Memperkuat lereng dengan mengusahakan terasering pada lereng di sisi

jalan.

7. Sosialisasi dan memprakarsai dibentuknya kelompok usaha tani yang

ikut berperan mengelola pertanian dan drainase.

Persiapan kemungkinan terjadinya bencana tanah longsor:

a. Memastikan salah satu terjaga saat hujan lebat


12

b. Mengurangi keterjalan lereng

c. Mempersiapkan tempat evakuasi

d. Memberikan tanda bahaya longsor

e. Mendirikan bangunan dengan pondasi kokoh

f. Penenam tumbuhan keras

g. Mempersiapkan sirine

h. Menenami area tepi sungai dengan bambu

i. Membuat irigasi kedap air

3.2 Bencana

a. Tindakan :

1. Berlari keluar dari area longsoran

2. Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda

seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala anda. Posisi ini akan

memberikan perlindungan terbaik untuk badan anda.

3. Berlari menuju tempat yang tinggi

4. Menjauhi titik longsor, Pada saat terjadi bencana segera evakuasi

untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.

5. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi

kearah zona evakuasi yang telah ditentukan.

6. Bergegas menuju tempat evakuasi

7. Membawa tas siaga bencana l foldable ukuran 10 lt (dapat dilipat)

yang berisi (makanan dan minuman siap saji, pakaian, dokumen

penting, senter, radio, P3K dan obat-obatan, batrai cadangan, lilin,


13

uang tunai, peluit, jarum dan benang, uang tunai, kertas dan pensil,

foto anggota keluarga, jas hujan plastic, pisau lipat serbaguna, peta,

tali nylon, plastic kedap air)

8. Membantu kelompok rentan ke tempat aman (anak-anak, ibu hamil,

ibu menyusui, difabel/penyandang cacat dan orang lanjut usia)

9. Menenangkan diri

10. Melaporkan diri selamat pada petugas

b. Ciri-ciri tempat yang aman untuk evakuasi :

1. Area terbuka

2. Bangunan permanen

3. Bangunan dengan bahan ringan

4. Bangunan dengan pondasi kokoh

5. Lapangan terbuka

3.3 Pasca Bencana

a. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil

b. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan

c. Pencarian dan penyelamatan

d. Pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi

e. Jika kondisi disekitar tempat tinggal membahayakan, mengungsilah

f. Pantau terus informasi apabila informasi menyatakan kondisi belum aman,

jangan dulu Kembali kerumah

g. Jauhi Kawasan yang terkena longsor dan tetap berada ditempat yang aman
14

h. Ikuti terus informasi untuk memastikan sudah berada ditempat yang tepat

dan aman

i. Laporkan kondisi dan kejadian dengan singkat dan jelas

j. Ikuti perintah relokasi apabila telah diputuskan oleh pihak yang

berwenang.

3.4 Peran Perawat

Salah satu dampak hencana terhadap menurunnya kualitas hidup

penduduk dapat dilihat dari herhagai permasalahan kesehatan masyarakat

yang terjadi. Bencana yang diikuti dengan pengungsian herpotensi

menimhulkan masalah kesehatan yang sehenamya diawali oleh masalah

hidang/sektor lain. Salah satu permasalahan kesebatan akibat bencana adalah

meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak

menular. Bahkan, tidak jarang kejadian luar biasa (KLB) untuk beberapa

penyakit menular tertentu, seperti KLB diare dan disentri yang dipengaruhi

lingkungan dan sanitasi yang memburuk akibat bencana.

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan

tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana dan perawat

tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek

keperawatan tetapi Lebih dari itu perawat juga mempunyai kemampuan

tanggap bencana yang sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini

diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan

pertolongan dalam situasi bencana. terdapat beberapa kompetensi yang harus


15

dipenuhi yaitu: First aid, Basic Life Support (BCLS), Advanced

Cardiovascular Life Support (ACLS), infection control, field triage, pre-

hospital trauma life support, advanced trauma care nursing, post traumatic

psychological care, dan peri-trauma counseling.

a. Peran Perawat Dalam Tahap Pra Bencana

Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di lini terdepan

dalam penanganan bencana di Indonesia yang diawali pada tahap mitigasi

atau tahap pra bencana sehingga dapat mengantisipasi pencegahan

terjadinya bencana maupun dampaknya. Pada tahap mitigasi-prevention

and preparedness competencies, kompetensi yang dibutuhkan adalah

public health promotion and education, Pada tahap ini perawat memiliki

peran untuk memberikan pendidikan dan promosi kesehatan terkait

pencegahan bencana, tanda-tanda bencana, penanggulangan bencana oleh

masyarakat dan juga respon masyarakat saat terjadi bencana.

b. Peran Perawat Saat Tahap Bencana

Kompetensi keperawatan Bencana yang harus dimiliki oleh seorang

perawat saat terjadi bencana adalah perawatan komunitas, keperawatan

individu dan keluarga, perawatan psikologis dan perawatan pada klompok

rentan. Perawat hanya melakukan tindakan dasar yang bisa dilakukan yaitu

membantu memberikan pelayanan unytuk memenui kebutuhan dasar

korban dan apabila kondisi pasien kritis maka akan dirujuk ke Rumah

sakit, serta membantu transportasi pasien sambil mengkaji, mengobservasi

dan memantau kondisi pasien dan segera diungsikan ke tempat yang lebih

aman.
16

c. Peran Perawat Dalam Tahap Pasca Bencana

Salah satu faktor pasca bencana yang harus menjadi perhatian adalah

dampak psikologis para korban bencana. banyak korban pasca bencana

mengalami gejala stres pasca trauma yang dikaitkan dengan kehilangan,

depresi, dan kekhawatiran akan terjadinya bencana berulang di masa

depan. Besarnya tenaga perawat dan keterlibatan langsung yang luas

dalam area pelayanan kesehatan mestinya mendorong pemerintah untuk

bisa memaksimalkan tenaga perawat dalam upaya penuntasan masalah

psikologis korban pasca bencana.

d. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik : bencana alam yang menimpa

suatu daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan, baik itu korban

meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang

mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh

para relawan.

e. Pemberian bantuan : perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi

korban bencana, dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam

berbagai bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain

sebagainya.

f. Pemulihan kesehatan mental : Para korban suatu bencana biasanya akan

mengalami trauma psikologis akibat kejadian yang menimpanya.

g. Pemberdayaan masyarakat : Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang

terkena musibah pasca bencana biasanya akan menjadi terkatung katung

tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana.


17

Upaya penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan

memperhatikan hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan

bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan

keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana serta hak

untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. pelayanan kesehatan

merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada kondisi

bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya:

a. Air bersih dan sanitasi

b. Pangan

c. Sandang

d. Pelayanan psikososial serta

e. Penampungan dan tempat hunian.

Ada beberapa hal yang bisa perawat lakukan dalam penanggulangan

bencana :

a. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah membantu melakukan pencarian,

penyelamatan, dan melokalisasi korban.

b. Kedua, triage, hal itu mengharuskan perawat untuk melakukan identifikasi

secara cepat korban bencana yang membutuhkan stabilisasi segera.

c. Ketiga, pertolongan pertama, pertolongan pertama yang dilakukan seperti

mengobati luka rubfab serta melakukan pertolongan bantuan hidup dasar.

d. Keempat, membantu proses pemindahan korban. Pemindahan korban

bencana tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, perawat dibekali

kemampuan untuk memeriksa kondisi dengan memantau tanda-tanda vital

sehingga dapat melakukan pemindahan korban dengan baik.


18

e. Kelima, perawatan di rumah sakit. Keenam, melakukan Rapid Health

Assesment di lokasi bencana (merupakan sebuah kegiatan kompleks yang

menyangkut proses pengumpulan, pengolahan, mendokumentasikan serta

menganalisis data secara langsung, maka dengan demikian, mengetahui

hal-hal yang harus dipersiapkan, juga merupakan hal penting agar proses

pendataan dapat berjalan dengan baik dan maksimal).

Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan

untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi korban akibat

bencana dan pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara khusus, upaya

ini ditujukan untuk memastikan:

a. Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana dan pengungsi

sesuai standar minimal.

b. Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi

korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal.

c. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan

pengungsi sesuai standar minimal.

d. Terpenuhinya kesehatan lingkungan bagi korban bencana dan pengungsi

sesuai standar minimal.

e. Terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang bagi korban bencana dan

pengungsi sesuai standar minimal.

Pengorganisasian sektor kesehatan dilakukan berjenjang mulai dari

tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan lokasi kejadian. Di

lokasi kejadian misalnya, penanggung jawab pelayanan kesehatan

penanggulangan bencana adalah Kepala Dinas Kabupaten/Kota, sedangkan


19

yang bertindak sebagai pelaksana tugas adalah Kepala Puskesmas di lokasi

kejadian. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan dikelompokkan pada fase

Prabencana, Saat bencana dan Paskabencana.


BAB 4

KESIMPULAN DAN PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bencana alam merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi setiap saat,

dimana saja dan kapan saja sehingga memicu timbulnya bahaya atau risiko

pada kehidupan manusia karena dapat menimbulkan kerugian harta benda

maupun korban jiwa manusia. Sebagai suatu Negara kepulauan yang berada

di wilayah khatulistiwa antara Benua Asia dan Benua Australia, di antara

Samudera Pasifik serta Hindia, dan merupakan pertemuan antara ketiga

lempeng utama di dunia yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, dan Australia yang

menyebabkan terjadinya tumbukan. Akibat dari proses tumbukan tersebut,

menyebabkan terbentuknya jalur gunungapi. Jalur gunungapi yang terbentuk

menyebabkan beberapa daerah di Indonesia terdiri atas deretan pegunungan

dan perbukitan dengan kemiringan lereng landai sampai terjal.

Tanah longsor adalah bencana alam yang disebabkan suatu proses

geologi. Di beberapa wilayah Indonesia maupun luar negeri, tanah longsor

pun dapat terjadi dikarenakan faktor- faktor lain yang dapat mengakibatkan

tanah longsor. Menurut BNPB Indonesia (Badan Nasional Penanggulangan

Bencana) pada tahun 2023 tercatat kasus tanah longsor di Indonesia mencapai

258 kasus. Bencana Tanah longsor merupakan jenis bencana dengan

intensitas kejadian tertinggi ke tiga di Indonesia pada tahun 2020. Bencana

tanah longsor terjadi di sebabkan karena adanya faktor pengontrol (faktor

yang berpengaruh kepada kondisi material longsor itu sendiri seperti geologi,

20
kemiringan lereng) dan faktor pemicu (merupakan faktor penyebab

bergeraknya material longsor

21
21

itu sendiri seperti curah hujan, erosi, gempa bumi). Salah satu dampak

bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk dapat dilihat dari

berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi, Pelayanan

keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan

seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat

dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana dan perawat tidak hanya dituntut

memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan tetapi

lebih dari itu perawat juga mempunyai kemampuan tanggap bencana yang

sangat di butuhkan saat keadaan darurat.

4.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa

dalam mengikuti proses pembelajaran mengenai bencana tanah longsor dan

peran tenaga kesehatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan bencana

yang ada di indonesia. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan

masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu

ditingkatkan, diubahla pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam

memperbaiki status kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

A Syahrial, Dkk. 2021, MODEL PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA

TANAH LONGSOR DI SEKOLAH DASAR LERENG GUNUNG

RINJANI, Mataram, ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi

Pendidikan Fisika

APriyono,Ahmad (Maret 2023) Petaka Longsor di Natuna Kepulauan Riau,Ada

ApaPenyebabnya?.Liputan6.https://www.liputan6.com/regional/read/5226

583/headline-petaka-longsor-di-natuna-kepulauan-riau-apa-penyebabnya

BNPB. (2017). Buku Petunjuk Singkat Penggunaan Tas Siaga Bencana

(Emergency Preparedness Kit. Bogor: Direktorat Kesiapsiagaan, Deputi

Bidang Pencegahan dan Kesiapsagaan BNPB.

Doondori K Anatolia, Yustina P. M. Paschalia. 2021, Peran Perawat dalam

Penanggulangan Bencana, Kupang, Jurnal Kesehatan Primer, DOI:

https://doi.org/10.31965/jkp

Fatiatun, Dkk. 2019, ANALISIS BENCANA TANAH LONGSOR SERTA

MITIGASINYA, Wonosobo, Jurnal Kajian Pendidikan Sains, DOI:

10.32699/spektra.v5vi2i.11.

Fatmawati Laila, Dkk. 2022, Pengembangan Tas Siaga Bencana Berbasis

Kearifan Lokal Yogyakarta Sebagai Upaya Membangun Kesiapsiagaan

Bencana Bagi Masyarakat , Yogyakarta, Geomedia

https://id.scribd.com/document/542744272/Makalah-Keperawatan-Bencana-

Tanah-Longsor-Compress diakses pada hari kamis tanggal 28 september

2023 pada pukul 1.15 WIB.

22
23

https://www.academia.edu/37146771/Penanggulangan_bencana_tanah_longsor

diakses pada hari kamis tanggal 28 september 2023 pada pukul 0.58 WIB.

Hutapea,Rita (Agustus 2023) Pilu, 58 Orang Tewas dalam Banjir-Tanah Longsor

di India.detiknews.https://news.detik.com/internasional/d-6877271/pilu-

58-orang-tewas-dalam-banjir-tanah-longsor-di-india.

Irawati,Dahlia.(Juli 2023) Longsor di Lumajang, Tiga Orang Tewas dan Akses

Jalan Kembali

Terputus.Kompas.id.https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/07/07/

longsor-di-lumajang-tiga-orang-tewas-dan-akses-jalan-kembali-terputus.

Kemkes. (2021, November). Vlog Seri RHA Rapid Health Assessment. Website

pusat krisis Kesehatan kementrian Kesehatan RI.

https://pusatkrisis.kemkes.go.id/vlog-seri-rha-rapid-health-assesment

Krisdiyanto Didik. 2020, Analisis Pemahaman dan Kesiapsiagaan

Individu/Rumah Tangga Menghadapi Bencana Tanah Longsor di

Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY, Yogyakarta,

APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama

https://doi.org/10.14421/aplikasia.v20i2.2399

Peran Perawat Pada Bencana | PDF (scribd.com) diakses pada hari kamis pada

tanggal 28 september 2023 pada pukul 1.07 WIB.

Sholikah Siti Nur Hidayatush, Dkk. 2021, Analisis Kesiapsiagaan dan Mitigasi

Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Ponorogo, Surakarta, Jurnal

Pendidikan dan Ilmu Geografi, Prefix 10.21067 by.

Tatas, Dkk. 2015, Rencana Kontijensi untuk Tanah Longsor di Desa Kalikuning,

Pacitan, Jawa Timur, Surabaya, Jurnal APLIKASI ISSN.1907-753X


24

Tim CNN (Juli 2023) Enam Tewas Akibat Hujan Lebat Disertai Banjir-Longsor

di

Jepang.CNNIndonesia.https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230

711113850113971966/enam-tewas-akibat-hujan-lebat-disertai-banjir-

longsor-di-jepang.

Widayatun Widayatun, Zainal Fatoni. 2013,

Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana: Peran Petugas

Kesehatan Dan Partisipasi Masyarakat, Jakarta, Jurnal Kependudukan

Indonesia, DOI: https://doi.org/10.14203/jki.v8i1.21

Zulfa Vira Ananda, Dkk. 2022, MITIGASI BENCANA BERDASARKAN

TINGKAT RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR, Semarang, Jurnal

Kajian Ruang , DOI: http://dx.doi.org/10.30659/jkr.v2i2.26532

Anda mungkin juga menyukai