LONGSOR
OLEH :
Dosen Pengampuh :
2023
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR IS
I
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2 BAB 1
3 PENDAHULUAN
4 1.1 Latar Belakang
5 Indonesia merupakan
salah satu negara yang
memiliki kerentanan
bencana
6 hidrometeorologi, yaitu
bencana yang disebabkan
karena perubahan iklim
dan
1
7 cuaca (Susanti dkk,
2017: 50). Menurut UU
Nomor 24 Tahun 2007,
bencana
8 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa
yang mengancam dan
mengganggu
9 kehidupan dan
penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh
faktor alam
10 dan/atau faktor non
alam maupun faktor
2
manusia sehingga
mengakibatkan
11 timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta
benda, dan
12 dampak psikologis.
Bencana terjadi karena
adanya ancaman dan
kerentanan tanpa
13 ada kapasitas
masyarakat untuk
menanggulanginya.
Bencana dapat mengancam
3
14 semua wilayah di
Indonesia baik di
wilayah daratan,
pegunungan maupun di
15 wilayah pesisir
termasuk di Propinsi Jawa
Tengah (Hilmi dkk, 2012).
Salah satu
16 jenis bencana di
Indonesia yang berpoten
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak. Akibat tumbukan antara
lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau
Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara,
sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari
tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di
busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Jenis tanah
pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah
ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat
subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada
4
perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
Tanah longsor adalah sebuah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia setelah
bencana banjir dan puting beliung. Tanah longsor merupakan bentuk perpindahan
massa alami dan menyebar dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Dalam hal
topografi, daerah yang rawan longsor adalah lereng gunung dan bukit, dengan lereng
sedang hingga curam, adapun Gempa bumi dan aktivitas manusia mempengaruhi
stabilitas lereng. Secara umum, ada dua faktor yang menyebabkan bencana tanah
longsor, yaitu yang pertama faktor pendorong dan yang kedua faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor yang mempengaruhi material sehingga material didorong
untuk bergerak. Faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan material bergerak
dan tanah longsor terjadi. Penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi
yang.menarik tanah ke bawah. Namun ada juga faktor-faktor lain.yang menyebabkan
situasi atau sumber tanah longsor, seperti Erosi Tanah, Gempa Bumi, Gunung
Meletus, Penebangan Hutan Secara Berlebihan, dll. Tanah longsor adalah bencana
alam yang membawa banyak kerugian bagi manusia dan lingkungan alam di sekitar
tanah longsor. Meskipun tidak dapat dicegah, kita dapat mengambil langkah-langkah
pencegahan untuk mencegah tanah longsor. Dampak paling signifikan yang
diakibatan tanah longsor adalah terputusnya jalur transportasi, timbulnya korban jiwa,
ataupun hilangnya mata pencaharian dan rusaknya objek-objek pariwisata yang
berada didekatnya. Banyak objek wisata yang berada didekat lereng ataupun
perbukitan mengingat lokasi tersebut memiliki pemandangan yang indah dan tempat
yang sejuk sehingga dapat menarik minat wisatawan.
5
1. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan tanah longsor ?
3. Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh tanah longsor ?
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe
dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut.
Tanah longsor atau gerakan tanah didefinisikan sebagai gerakan menuruni
lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng akibat tergangguanya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. tanah longsor adalah salah
satu bentuk dari gerak massa tanah, batuan dan runtuhan batuan/tanah yang terjadi
seketika yang bergerak menuju lereng-lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya
gravitasi dan meluncur dari atas suatu lapisan kedap yang jenuh air (bidang luncur).
Oleh karena itu tanah longsor dapat juga dikatakan sebagai bentuk erosi.
7
Tanah longsor banyak terjadi di perbukitan dengan ciriciri: kecuraman lereng
lebih dari 30 derajat, curah hujan tinggi, terdapat lapisan tebal (lebih dari 2 meter)
menumpang di atas tanah/batuan yang lebih keras, tanah lereng terbuka yang
dimanfaatkan sebagai permukiman, ladang, atau sawah. Secara fisis longsor dapat
dianalogikan seperti benda yang berada pada bidang miring. Komponen-komponen
gaya yang bekerja pada bidang miring disajikan pada Gambar
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong (driving force)
pada lereng lebih besar dari gaya penahan (resisting force). Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong 6
dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis
tanah/batuan. Sehingga proses terjadinya tanah longsor adalah saat air yang meresap
ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Pergerakan massa tanah atau batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi
pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi geologi, morfologi, struktur geologi,
8
hidrogeologi dan tata guna lahan. kondisi-kondisi tersebut saling berpengaruh
sehingga mewujudkan suatu kondisi lereng yang mempunyai kecendurungan atau
berpotensi untuk begerak. Kondisi lereng demikian disebut kondisi rentan untuk
bergerak. Jadi, pengertian rentan disini berarti berpotensi atau kecenderungan untuk
bergerak namun belum mengalami gerakan. Proses dan tahapan terjadinya gerakan
tanah secara sistematik dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar 2.3 dijelaskan bahwa terjadinya proses gerakan tanah melalui
beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap stabil
2. Tahap rentan
3. Tahap kritis
4. Tahap bergerak
9
2.3 Faktor Penyebab Longsor
10
pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar
tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
3. Kemiringan Lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100
persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran
permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan,
dengan itu memperbesar energi angkut air. II-4 Klasifikasi kemiringan lereng
untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya
yaitu lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai
bergelombang dengan kemiringan 8-15%, agak curam berbukit dengan
kemiringan 15-25%, curam sampai sangat curang 25- 40%, sangat curam dengan
kemiringan >40%. Wilayah yang kemiringan lereng antara 0-15% akan stabil
terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi
longsor pada kawasan rawan gempa bumi semakin besar.
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia
terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan,
pertanian, dan permukiman. Permukiman yang menutupi lereng dapat
mempengaruhi penstabilan yang negatif maupun positif. Sehingga tanaman yang
disekitarnya tidak dapat menopang air dan meningkatkan kohesi tanah, atau
sebaliknya dapat memperlebar keretakan dalam permukaan baruan dan
meningkatkan peresatan. Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
5. Getaran
11
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
6. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
8. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
9. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
12
serpihan). Jenis gerakan massa yang umum terjadi di alam dilihat dari tipe dan jenis
materialnya antara lain yaitu :
1. Runtuhan (falls)
Runtuhan adalah gerakan secara tiba-tiba dimulai dari perlepasan tanah atau
bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang curam atau tebing. Pemisahan terjadi
di sepanjang kekar dan pelapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan terjun
bebas, mental dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan
mekanik, dan keberadaan air pada batuan.
Gambar 2. 4 Rockfall
2. Robohan (topples)
Topples dicirikan dengan gerakan robohnya unit batuan dengan cara berputar
kedepan pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang
disebabkan oleh gravitasi dan kandungan air pada rekahan batuan.
13
3. Aliran (flows)
Aliran adalah perpindahan material berupa tanah atau lumpur yang biasanya
disertai dengan kadar air yang tinggi sehingga mengalir dan bergerak ke bawah
menuruni lereng.
Ada beberapa upaya dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana tanah longsor, diantaranya :
14
2.6 Dampak bencana tanah longsor
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proses terjadinya tanah longsor dimulai dengan pergerakan massa tanah atau
batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi pengaruh antara beberapa
kondisi yang meliputi geologi, morfologi, struktur geologi, hidrogeologi dan
tata guna lahan. kondisi- kondisi tersebut saling berpengaruh sehingga
mewujudkan suatu kondisi lereng yang mempunyai kecendurungan atau
berpotensi untuk begerak. Kondisi lereng demikian disebut kondisi rentan
untuk bergerak. Jadi, pengertian rentan disini berarti berpotensi atau
kecenderungan untuk bergerak namun belum mengalami gerakan.
2. Faktor yang menyebabkan tanah longsor, yaitu kemiringan lereng jenis tanah,
curah hujan, penggunaan lahan, getaran, susut muka air danau atau
bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi dan adanya material
timbunan pada tebing.
3. Dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor terhadap kehidupan adalah
Bencana longsor banyak menelan korban jiwa, terjadinya kerusakan
infrastruktur publik seperti jalan, jembatan dan sebagainya. Dampak terhadap
lingkungan Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat terjadinya
tanah longsor adalah terjadinya kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi
penutup lahan dan terganggunya keseimbangan ekosistem.
3.2 Saran
Perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai tanah longsor agar lebih
banyak wawasan dan pengetahuan yang diperoleh.
16
DAFTAR PUSTAKA
17