PENDAHULUAN
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi akut pada pengidap diabetes dan umumnya
glimepiride, glipizide, dan tolbutamide) atau insulin. Tingginya prevalensi dan besarnya
resiko hipoglikemia berat berkaitan erat dengan perilaku penderita diabetes dalam mengelola
Tingginya angka kejadian dan besarnya dampak terjadinya hipoglikemia disebabkan karena
buruknya perilaku penderita diabetes dalam mengelola penyakitnya, terutama perilaku dalam
deteksi terjadinya hipoglikemia (Nurhayati & Sari, 2020). Pasien DM yang sering mengalami
gejala hipoglikemia yang dirasakan, selanjutnya melawan atau melakukan upaya pencegahan
dan semakin lama menderita kemampuan yang dimiliki lebih banyak (Chrisanto et al., 2020).
Angka kejadian hipoglikemia pada kasus diabetes mellitus tipe 2 mencapai 10% selama
pemberian terapi insulin. Hipoglikemia pada diabetes melitus disebabkan oleh kelebihan
insulin relatif atau absolut, namun mekanisme kontrol glukosa berperan penting dalam
penurunan gejala klinis (Bilous & Donelly, 2014). Hipoglikemia diabetik lebih sering terjadi
pada pasien diabetes type 1, namun dapat juga terjadi pada pasien diabetes type 2 yang
mendapatkan terapi insulin dan merupakan faktor penghambat utama dalam penanganan
dunia yang meninggal karena diabetes mellitus (WHO, 2018). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi penderita diabetes melitus berdasarkan
sebesar 10,9%, sedangkan Provinsi Jawa Timur berada di atas prevalensi nasional namun
jumlahnya tidak disebutkan dalam laporan Riskesdas 2018 (Kemenkes RI, 2018). Data
Kesehatan Jawa
Timur tahun 2017 penderita diabetes mellitus sebanyak 102.399 kasus dari diabetes mellitus
Hasil penelitian (Samya et al., 2019) di India menunjukkan bahwa 57,4% penderita
diabetes mellitus tipe 2 mengalami hipoglikemia. Dari data studi International Operations
Hypoglycemia Assessment Tool (IO HAT) Indonesia baru-baru ini, sekitar 36,4% pasien tidak
tahu apa itu hipoglikemia pada gejala awal. Padahal, angka kejadiannya per tahun mencapai
25,7% dan 13%-nya adalah angka kejadian hipoglikemia berat. Studi IO HAT Indonesia juga
menemukan pasien diabetes tipe 2 yang mengalami hipoglikemia mencapai 47% (Hartono,
2019).
pengetahuan pada pasien tentang gejala awal hipoglikemia, bagaimana menolong atau
merawat diri sendiri saat terjadi hipoglikemia. Pasien diajarkan dalam mengatur waktu
kebutuhan makan, membatasi jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, sering memonitor gula
darah dan belajar mengenali hubungan peningkatan tingkat gula darah dengan gejala
Berdasarkan uraian latar belakang diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami
konsep penyakit asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemi
Saran
Banyak sekali pencegahan yang dapat dilakukan oleh karena itu, sebagai kita
dapat memperhatiakan pengobatan diabetes harus disesuaikan dengan konsumsi
makanan sehari-hari dan siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di mana
pun berada.