Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi akut pada pengidap diabetes dan umumnya

berkaitan dengan penggunaan obat dari golongan sulfonilurea (glibenclamide, gliklazida,

glimepiride, glipizide, dan tolbutamide) atau insulin. Tingginya prevalensi dan besarnya

resiko hipoglikemia berat berkaitan erat dengan perilaku penderita diabetes dalam mengelola

penyakitnya, khususnya perilaku deteksi episode hipoglikemia (Martiningsih, 2018).

Tingginya angka kejadian dan besarnya dampak terjadinya hipoglikemia disebabkan karena

buruknya perilaku penderita diabetes dalam mengelola penyakitnya, terutama perilaku dalam

deteksi terjadinya hipoglikemia (Nurhayati & Sari, 2020). Pasien DM yang sering mengalami

episode hipoglikemia cenderung memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi terhadap

gejala hipoglikemia yang dirasakan, selanjutnya melawan atau melakukan upaya pencegahan

dan semakin lama menderita kemampuan yang dimiliki lebih banyak (Chrisanto et al., 2020).

Angka kejadian hipoglikemia pada kasus diabetes mellitus tipe 2 mencapai 10% selama

pemberian terapi insulin. Hipoglikemia pada diabetes melitus disebabkan oleh kelebihan

insulin relatif atau absolut, namun mekanisme kontrol glukosa berperan penting dalam

penurunan gejala klinis (Bilous & Donelly, 2014). Hipoglikemia diabetik lebih sering terjadi

pada pasien diabetes type 1, namun dapat juga terjadi pada pasien diabetes type 2 yang

mendapatkan terapi insulin dan merupakan faktor penghambat utama dalam penanganan

diabetes mellitus tipe 2 (Husna & Putra, 2020).


Data WHO tahun 2018 menyebutkan bahwa di dunia terdapat 1,6 juta (4%) penduduk

dunia yang meninggal karena diabetes mellitus (WHO, 2018). Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi penderita diabetes melitus berdasarkan

diagnosa dokter di Indonesia sebesar 2,0%, sedangkan berdasarkan Konsensus Perkeni

sebesar 10,9%, sedangkan Provinsi Jawa Timur berada di atas prevalensi nasional namun

jumlahnya tidak disebutkan dalam laporan Riskesdas 2018 (Kemenkes RI, 2018). Data

Kesehatan Jawa

Timur tahun 2017 penderita diabetes mellitus sebanyak 102.399 kasus dari diabetes mellitus

(Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2019).

Hasil penelitian (Samya et al., 2019) di India menunjukkan bahwa 57,4% penderita

diabetes mellitus tipe 2 mengalami hipoglikemia. Dari data studi International Operations

Hypoglycemia Assessment Tool (IO HAT) Indonesia baru-baru ini, sekitar 36,4% pasien tidak

tahu apa itu hipoglikemia pada gejala awal. Padahal, angka kejadiannya per tahun mencapai

25,7% dan 13%-nya adalah angka kejadian hipoglikemia berat. Studi IO HAT Indonesia juga

menemukan pasien diabetes tipe 2 yang mengalami hipoglikemia mencapai 47% (Hartono,

2019).

Strategi utama dalam mengontrol hipoglikemia adalah memberikan edukasi atau

pengetahuan pada pasien tentang gejala awal hipoglikemia, bagaimana menolong atau

merawat diri sendiri saat terjadi hipoglikemia. Pasien diajarkan dalam mengatur waktu

kebutuhan makan, membatasi jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, sering memonitor gula

darah dan belajar mengenali hubungan peningkatan tingkat gula darah dengan gejala

hipoglikemia.(Sutawardana et al., 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti


tertarik untuk meneliti tentang hubungan lama menderita diabetes mellitus dengan perilaku

deteksi episode hipoglikemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami
konsep penyakit asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemi

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan bagaimana hipoglikemia dapat terjadi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hipoglikemia


2. Menjelaskan apa penyebab hipoglikemia
3. Menjelaskan apa tanda dan gejala hipoglikemia
4. Menjelaskan klasifikasi penyakit hipoglikemia
5. Menyebutkan faktor resiko hipoglikemia
6. Menjelaskan bagaimana cara penanganan hipoglikemia
7. Menjelaskan pencegahan hipoglikemia
Kesimpulan
Hipoglikemia dapat dialami baik oleh pasien DM tipe 1 maupun pasien DM
tipe 2. Hipoglikemia dapat terjadi secara akut, tiba-tiba dan dapat mengancam
nyawa. Maka dari itu, pengetahuan tentang hipoglikemia, baik terhadap
pencegahan, terapi dan monitoring harus diperhatikan jika terjadi hipoglikemia.

Saran
Banyak sekali pencegahan yang dapat dilakukan oleh karena itu, sebagai kita
dapat memperhatiakan pengobatan diabetes harus disesuaikan dengan konsumsi
makanan sehari-hari dan siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di mana
pun berada.

Mathew, P. and Thoppil, D. (2020)


Hypoglycemia National Center for Biotechnology Information
. USA: StatPearls Publishing LLC. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534841/#article-23267.s1.Sole, M.

Hermina Hospitals | HIPOGLIKEMI

Anda mungkin juga menyukai