Anda di halaman 1dari 8

A.

Azas-azas Transaksi dalam Ekonomi Islam Hukum Islam yang mengatur hubungan kepentingan antarsesama manusia yang menyangkut ekonomi dan bisnis dikenal dengan istilah hokum (fiqih) muamalah. Pembahasan aspek hukum Islam yang bukan termasuk kategori ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan haji bias disebut sebagai muamalah. Hukum Islam di bidang muamalah dapatdibagi lagi menjadi munakahat (perkawinan) , jinayah (pidana) , dan muamalah dalam arti khusus mengenai urusan perekonomian dan bisnis dalam Islam. Dalam Al-Quran atau Hadist , terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam bermuamalah yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Asas suka sama suka , yaitu kerelaan yang sebenarnya, bukan kerelaan yang bersifat semudan seketika. Oleh karena itu, Rasulullah mengharamkan bai al garar (jual beli yang mengandung unsure spekulasi dan penipuan); 2. Asas keadilan, yaitu adanya keseimbangan, baik produksi, cara memperolehnya, maupun distribusinya; 3. Asas saling menguntungkan, yaitu tidak ada satu pihak pun yang dirugikan 4. Asas saling menolong dan saling membantu. B. Contoh Transaksi Ekonomi dalam Islam 1. Jual Beli Untuk memenuhi kebutuhan hidup, diperlukan kerja sama antar manusia sehingga terjadilah kegiatan jual beli.Jual beli adalah kegiatan tukar menukar suatu barang dengan barang lain (uang) dengan cara tertentu. Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun jual beli ada 4, yaitu : a) Orang yang berakad (penjual dan pembeli), syaratnya : 1. Berakal, yaitu jual beli dilakukan dengan akal sehat 2. Orang yang melakukan akad adalah orang yang berbeda Artinya, seseorang tida dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli. b) Sigat (lafal ijab dan kabul), syaratnya : 1. Orang yang mengucapkannya telah akil balig dan berakal sehat; 2. Kabul sesuai dengan ijab, misalnya penjual mengatakan, Saya jual buku ini dengan harga dua puluh ribu, lalu, pembeli menjawab, Saya beli dengan harga dua puluh ribu 3. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis. Artinya, kedua belah pihak hadir dan membicarakan topic yang sama. c) Barang yang diperjualbelikan, syaratnya : 1. Barangnya ada 2. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. 3. Milik seseorang 4. Bias diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati

d) Nilai tukar pengganti barang, syaratnya : 1. Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya 2. Bisa diserahkan pada waktu akad(pembayaran harus harus jelas) 3. Apabilajual beli dilakukan secara barter (al-muqayadah), barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan.

II. Kerja Sama Ekonomi Kerja sama ekonomi itu banyak macamnya, seperti syirkah, qirad, mukhabarah, dan takaful. a. Syirkah Syirkah berasal dari bahasa Arab yang artinya percampuran (sehingga sulit dibedakan). Secara terminologis, syirkah bias diartikan sebagai perserikatan dagang, ikatan kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Syirkah merupakan upaya saling menolong antarsesama manusia. Oleh karena itu, syirkah sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah juga bersabda yang artinya, Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Allah Swt. Berfirman, Aku adalah Pihak Ketiga bagi dua orang yang bekerja sama selama tidak ada salah satu yang mengkhianatinya, apabila salah satu berkhianat maka Aku keluar dari mereka. (HR. Abu Dawud) Syarat umum syirkah sebagai berikut : 1) Perserikatan itu merupakan transaksi yang bias diwakilkan. Artinya, salah satu pihak jika bertindak hukum terhadap objek perserikatan itu, dengan izin pihak lain, dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat 2) Persentase pembagian keuntungan untuk setiap yang berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad 3) Keuntungannya diambilkan dari hasil laba perserikatan, bukan dari harta lain. Syarat-syarat umum ini berlaku bagi syirkah Al-inan dan syirkah al-wujuh. Adapun syarat khusus untuk masing-masing syirkah al-amlak dibahas dalam wasiat, hibah, wakaf,dan waris (ilmu faraid).

Ulama fiqih membagi syirkah dalam dua bentuk, yaitu syirkah al-amlak (perserikatan dalam pemilikan) dan syirkah al-uqud (perserikatan berdasarkan suatu akad). Syirkah al-amlak terbagi menjadi dua bentuk 1. Syirkah ikhtiyar, yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang yang bersepakat membeli suatu barang, atau mereka menerima harta hibah, wasiat, wakaf dari orang lain, lalu kedua orang itu menerima pemberian hibah, wasiat atau wakaf tersebut dan menjadi milik mereka secara berserikat. 2. Syirkah jabr, (perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang berserikat), yaitu sesuatu yang ditetapkan menjadi milik dua orang atau lebih tanpa kehendak dari mereka,

seperti harta warisan yang mereka terimadari seseorang yang wafat. Harta warisan itu menjadi milik bersama orang-orang yang menerima warisan itu. Adapun syirkah al-uqud terbagi menjadi beberapa bagian : Syirkah al-inan, yaitu perserikatan dalam modal (harta) dalam suatu perdagangan yang dilakukan dua orang atau lebih dan keuntungan dibagi bersama. Modal yang digabungkan oleh setiap pihak tidak harus sama jumlahnya, tetapi boleh salah satu pihak memiliki modal yang lebih besar. Keuntungan dari perserikatan ini dibagi sesuai kesepakatan bersama. Adapun kerugiannya sesuai dengan persentase modalnya masing-masing. Syirkah al-mufawaddah, yaitu perserikatan dua orang atau lebih pada suatu objek, dengan syarat setiap pihak memasukkan modal yang sama jumlahnya, serta melakukan tindakan hukum yang sama sehingga setiap pihak dapat bertindak hukum atas nama orang-orang yang berserikat tersebut,. Unsur penting dalam perserikatan ini adalah, baik dalam masalah modal, kerja, maupun keuntungan, setiap pihak yang mengikatkan diri dalam perserikatan ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Syirkah al-abdan/al-amal, yaitu perserikatan yang dilaksanakan oleh dua pihak untukmenerima suatu pekerjaan, seperti pandai besi, binatu, dan tukang jahit. Hasil atau imbalan yang diterima dari pekerjaan itu dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan mereka berdua. Syirkah al-wujuh, yaitu serikat yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama sekali, dan mereka melakukan suatu pembelian dengan kredit serta menjualnya dengan harga kontan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi bersama. Syirkah al-mudrabah, yaitu persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Adapun kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal saja.

1.

2.

3.

4.

5.

b. Qirad/mudrabah Istilah qirad dikemukakan oleh ulama Hijaz, sedangkan ulama Irak menyebutnya mudrabah. Qirad merupakan kerja sama dalam pemberian modal kepada seseorang (pekerja/pedagang) untuk diperdagangkan yang keuntungannya dibagi sesuai dengan jumla kesepakatan bersama. Rukun qirad adalah orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja, dan akad. Syaratsyaratnya adalah sebagai berikut: 1. Orang yang bertransaksi harus orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wali 2. Syarat yang berkaitan dengan modal, yaitu a. Berbentuk uang b. Jelas jumlahnya c. Tunai d. Diserahkan sepenuhnya kepada pedagang 3. Keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang tersebut.

c. Musaqah Musaqah adalah transaksi antara pemilik kebun atau tanaman dan pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau tanaman pada masa tertentu sampai tanaman itu berbuah. Tanaman yang ditransaksikan dalam musaqah adalah tanaman yang minimal usianya satu tahun. Diisyaratkan juga jenis tanaman keras yang sangat menjanjikan. Rukun musaqah menurut jumhur ulama ada lima,yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Ada dua orang/pihak yang melakukan transaksi Ada lahan yang dijadikan objek dalam perjanjian Menyangkut jenis usaha yang akan dilakukan Ada ketentuan mengenai bagian masing-masing dari hasilnya, Ada perjanjian, baik tertulis maupun lisan(sigah)

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap rukun, yaitu : 1. Pihak-pihak yang melakukan transaksi harus orang yang cakap bertindak hukum, yakni balig dan berakal. 2. Benda yang dijadikan objek perjanjian bersifatpasti, dikemukakan sifat dan keadaannya sehingga tidak ada kemugkinan berbeda dengan keadaan yang telah dijelaskan. 3. Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun tersebut merupakan hak mereka bersama sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. 4. Bentuk usaha yang dilakukan oleh pengelola harus yang berkaitan dengan usaha untuk merawat dan mengolah kebun agar memberikan hasil yang maksimal. 5. Ada kesediaan setiap pihak untuk melakukan perjanjian musaqah berupa ungkapan lisan atau tertulis.

d. Muzarah dan Mukhabarah Kerja sama di bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap disebut muzaraah, biasa disebut di Indonesia dengan paroan sawah. Penduduk Irak menyebut mukhabarah, dan bibit yang ditanam berasal dari pemilik lahan. Rukun muzaraah menurut jumhur ulama yang harus dipenuhi, sehingga akad dianggap sah ialah : 1. 2. 3. 4. Pemilik lahan Petani penggarap Objek muzaraah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja petani Ijab (ungkapan penyerahan menerima lahan untuk diolah dari petani) Adapun rukun dan syarat-syarat muzaraah menurut jumhurulama, yaitu :

1. Para pihak yang berakad (pemilik tanah dan penggarap), syarat bagi keduanya harus cakap melakukan perbuatan hukum (balig dan berakal sehat) 2. Objek yang dijadikan tujuan akad (lahan pertanian), diisyaratkan agar tempat tersebut layak untuk ditanami dan dapat menghasilkan sesuai kebiasaan serta tempat tersebut sudah ditetapkan secara pasti. 3. Hasil atau sewa yang ditetapkan harus jelas dan pembagiannya ditentukan saat akad. 4. Sigat ijab kabul, yaitu ungkapan khusus yang menunjukan akad muzaraah. Akad muzaraah berakhir karena beberapa hal berikut : a. Berakhir masa akad muzaraah b. Salah satu atau kedua belah pihak yang meninggal dunia c. Terjadi pembatalan akad muzaraah karena alasan tertentu, baik dari pemilik tanah maupun dari pihak petani penggarap.

III. Bank Syariah Sebagian ulama mengharamkan bank konvensional karena kegiatan yang dilakukan bank tersebut termasuk jasa yang diberikan kepada nasabah dapat dikelompokkan dalam riba. Adapun yang lain berpendapat boleh dengan alasan pemberian jasa/bunga yang diberikan bank bersifat kelembagaandan menyangkut sistem perekonomian nasional. Dalam hukum Islam, apabila sesuatu hal ada yang menghalalkan dan sebagian ada yang yang mengharamkan, berarti masalah tersebut termasuk kategori subhat (menragukan). Untuk menjawab problematika perbankan tersebut, tanggal 2 November 1992 didirikan bank yang sesuai dengan syarat Islam, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Gagasan untuk mendirikan bank syariah atau bank Islam sebenarnya muncul pada awal masa Orde Baru atau dasawarsa 1970-an. Setelah yakin bahwa pendirian bank Islam (syariah) di Indonesia tidak berlatar belakang politik, tetapi sosial keagamaan, akhirnya izin pendirian lembaga tersebut dikeluarkan. Bahkan, sistem bagi hasil dan rugi yang menjadi dasar beroperasinya bank Islam diakui Undang-undang Perbankan yang baru (UU RI No. 7/1992 tentang Perbankan). Bank syariah didasarkan pada ajaran Islam, prinsip kemitraan yang dianut adalah sifat gotongroyong dan kekeluargaan dalam masyarakat Indonesia. Kemajuan bank syariah lebih kuat lagi setelah didukung landasan hukum yang kuat, yakni UU Perbankan. Secara umum, antara bank konvensional dan bank syariah adalah sama, baik dari segi produk maupun managemen. Namun, sesungguhnya keduanya terdapat perbedaan apabila anda melihat secara cermat, yaitu apabila dilihat dari dua segi. Pertama dari segi penarikan dana (funding) dan kedua dari segi pembiayaan (lending). Dari segi pembiayaan, bank konvensional telah menetapkan bunga terlebih dahulu yang harus dipatuhi nasabah. Nasabah berkewajiban untuk membayar pinjaman pokok dan bunga yang telah ditentukan. Adapun dalam bank syariah, pemebrian modal dilakukan dalam bentuk kerja sama atau bagi hasil yang keuntungannya ditetapkan bersama sewaktu akad. Dilihat dari segi penarikan dana masyarakat, bank konvensional memberinya bunga yang telah ditetapkan terlebih dahulu bagi setiapsimpanan dari

masyarakat. Bank syariah dalammenerima dana dari masyarakat melalui pola titipan dana (wadiah) dan simpanan investasi bagi hasil (madarabah). Pada dasarnya, ada empat instrumen penghimpunan dana dalam perbankan syariah, yaitu : a. b. c. d. Rekening giro. Di Indonesia disebut Giro Wadiah. Rekening tabungan Rekening investasi Rekening investasi khusus

Adapun bentuk pemanfaatan dananya bias berupa peminjaman dengan ciri-ciri khusus, yaitu : a. b. c. d. e. f. g. Al-Mudaradah Al-Musyarakah Al-Ijarah Al-Baibi ats-Tsaman Al-Bai at-Tajiri Al-Murabahah Al-Qarad al-Hasan

Jasa perbankan syariah lainnya adalah : a. Wakalah, artinya penyerahan, yaitu permintaan seseorang kepada orang lain untuk menjadi wakilnya pada pekerjaan atau urusan yang dapat diwakilkan . misalnya, inkaso, transfer, atau pembukaan letter of credits (L.C.) b. Sarf, adalah akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah, yaitu melindungi nilai bukan untuk tujuan spekulasi. c. Wadiah, adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan mengkehendaki. Bentuknya, berupa bias berupa pelayanan kotak simpanan (safe deposit box).

Table perbedaan antara bank umum dan bank Islam(syariah) dan contoh produksinya :

Bank Umum
Laba ditentukan dari melalui ketetapan bunga bank, Penutupan bunga dibuat pada waktu akad tanpa berpedoman pada untung rugi. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah modal yang dipinjamkan. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa melihat apakah proyek nasabah untung atau rugi. Jumlah bunga tidak meningkat sekalipun jumlah laba berlipat atau keadaan ekonomi membaik.

Bank Syariah
Laba ditentukan melalui bagi hasil sesuai kesepakatan. Penentuan rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada untung rugi. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah laba yang diperoleh. Bagi hasil tergantung pada laba proyek, sekiranya tidak ada laba, maka kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak. Jumlahpembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

IV. Asuransi Takaful

Asuransi takaful merupakan asuransi yang mendasarkan kegiatannya pada konsep tolongmenolong (taawun) dalam kebaikan serta memberikan pelindungan kepada pesertanya. Takaful sendiri artinya saling memikul resiko. Dan asuransi takaful itu sendiri bertindak sebagai moderator. Dua jenis produk asuransi takaful, yaitu : 1. Al-Tamin al-Taawuni Al-Tamin al-Taawuni adalah kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat kemudaratan. 2. Al-Taminbi Qitsabit Al-Taminbi Qitsabit adalah akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kepada pihak asuransi dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kemudaratan, ia akan menapat ganti rugi. Berikut adalah perbedaan asuransi takaful dan asuransi konvensional : 1. Dalam takaful ada dewan syariah yang mengawasi investasi dan produk yang dipasarkan, sedangkan pada asuransi konvensional tidak ada. 2. Aspek akad dalam asuransi takaful berpegang pada prinsip tolong-menolong(taawun), sedangkan pada asuransi konvensional berprinsip pada jual beli. 3. Dalam hal investasi, dana pada asuransi takaful berdasarkan mekanisme sistem bagi hasil (mudarabah), sedangkan pada asuransi konvensional berdasar kepada bunga.

4. Dalam hal kepemilikkan dana, dalam asuransi takaful dana merupakan milik peserta asuransi, sementara perusahaan hanya sebagai pemegang amanah yang mengelolanya, sedangkan pada asuransi konvensional harta merupakan milik perusahaan. 5. Pembayaran klaim dlam asuransi takaful terhadap peserta peserta diambil dari dana tabarru (dana kebajikan), sedangkan dalam asuransi konvensional diambil dari dana perusahaan. 6. Dalam asuransi takafulkeuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dan peserta sesuai dengan nisbah pembagian keuntungan dalam prinsip bagi hasil (mudarabah), sedangkan asuransi konvensional keuntungan adalah milik perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai