Anda di halaman 1dari 60

“EFISIENSI KERJA STERILIZER TIPE HORIZONTAL

DENGAN KAPASITAS 50 TON/JAM DI PT. PP


LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk, BEGERPANG
PALM OIL MILL”

KARYA AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian akhir guna


mendapatkan gelar Ahli Madya Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan

Oleh :

FAZRA VEGYOTHISTHA SIREGAR


NIM. 16 03 049

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
2019
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai panas yang dibutuhkan sterilizer
untuk perebusan TBS dengan kapasitas 50 ton/jam dan nilai total panas yang
diserap TBS dan dinding sterilizer serta untuk mengetahui nilai efisiensi di
sterilizer dengan kapasitas 50 ton/jam. Pada penelitian ini, data dikumpulkan
dengan berdasarkan jumlah panas yang dibutuhkan pada puncak pertama, puncak
kedua dan puncak ketiga yang ada pada sterilizer. Pengumpulan data dilakukan
dengan pengamatan langsung dan pencatatan data proses di sterilizer. Dari hasil
pengolahan data diperoleh jumlah panas yang dibutuhkan untuk merebus TBS
pada stasiun sterilizer dengan kapasitas 50 ton/jam pada puncak pertama
1.397.974 kkal/jam, puncak kedua 96.412 kkal/jam dan puncak ketiga 771.296
kkal/jam panas total yang diserap TBS yaitu sebesar 9.479.613,488 kj/jam dan
nilai panas yang diserap dinding sterilizer yaitu sebesar 378.836,7566 kj/jam
sehingga jumlah panas total pada sterilizer yaitu sebesar 9.858.450,2446 kj/jam
serta nilai efisiensi sterilizer dengan kapasitas 50 ton/jam dengan sistem triple
peak yaitu sebesar 96,15%.
Kata kunci : sterilizer, efisiensi, panas, TBS

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Karya Akhir ini.
Karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
bagi setiap mahasiswa Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan untuk
menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari dalam karya akhir ini masih
banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimah
kasih kepada :
1. Bapak Ir.H.Mansyur, M.Si, selaku Direktur Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan.
2. Pembantu Direktur I, II dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan
3. Ibu Mahyana, SE. Selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4. Bapak Ir. Irwan Rachmiadji, MM selaku Ketua Jurusan Agribisnis Kelapa
Sawit.
5. Ibu Trisna Yuniarti, MT, selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis Kelapa
Sawit.
6. Bapak Poltak E. Hutajulu, MT, selaku Dosen Pembimbing I bagi penulis
yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan karya akhir ini.
7. Ibu New Vita M. D. Marbun, MT, selaku Dosen Pembimbing II bagi
penulis yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan karya akhir ini.
8. Ibu Tengku Rachmi H., M.Si selaku dosen wali .
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan pegawai pada Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan.
iv
10. Pihak Industri PKS PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk,
BEGERPANG PALM OIL MILL yang telah memberi kesempatan kepada
saya sehingga Karya Akhir ini dapat selesai dengan baik.
11. Kepada Ayah saya Rabudin Siregar dan Ibu saya Fatimah Hutasuhut
tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil, dan doanya kepada penulis dalam penyelesaian penelitian
ini.
12. Kepada teman satu praktek kerja lapangan Helda Rachmawati dan
Sissyanda Fonedi yang telah membantu dan memberi semangat.
13. Kepada teman saya Demon Padang, Balas Ratia, Debora
Sitohang, Goodman, dan Febry Yetty Rahel dalam membantu dan
memberi motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.
14. Seluruh teman-teman mahasiswa Agribisnis Kelapa Sawit stambuk 2016
terkhusus kelas AKS A yang selalu memberikan semangat, doa dan
kerjasamanya selama perkuliahan berlangsung dan telah banyak
membantu memotivasi dan menasehati penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya akhir ini.
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa memberkati kita semua dan kiranya karya
akhir ini dapat bermanfaat bagi siapa saja membaca nya khususnya bagi
mahasiswa PTKI Medan.
Medan, September 2019
Penulis

Fazra Vegyothistha Siregar


NIM: 16 03 049

v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAAN.........................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................ii
ABSTRAK.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................ix
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah..............................................................1
1.2.Perumusan Masalah.....................................................................2
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................2
1.3.1. Tujuan Penelitian...............................................................2
1.3.2. Manfaat penelitian.............................................................3

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................4


2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit................................................4
2.1.1. Teori Dasar Sterilizer (Ketel Rebusan).............................5
2.1.2. Efisiensi............................................................................6
2.1.3. Tipe Bejana Rebusan ( sterilizer).....................................7
2.1.4. Sterilizer Horizontal.........................................................9
2.1.5. Sterilizer Tipe Vertikal....................................................10
2.1.6. Proses Memasukkan TBS Pada Sterilizer Tipe
Horizontal........................................................................12
2.1.7. Sistem Perebusan.............................................................18
2.1.7.1. sistem perebusan single peak..............................18
2.1.7.2. sistem perebusan double peak.............................19
2.1.7.3. sistem perebusan triple peak...............................20
2.1.8. Operasional dan Perawatan Rebusan (Sterilizer)............22
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan................................................23
2.3. Kerangka Konseptual................................................................26

BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................28


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................28
3.2. Pengumpulan Data.....................................................................28
3.2.1. Materi..............................................................................28
3.2.2. Metoda Penelitian............................................................29
3.3. Pengolahan Data........................................................................30
vi

3.3.1.Perhitungan Panas yang dibutuhkan Sterilizer


(Panas yang Dibutuhkan untuk Perebusan)......................30
DAFTAR ISI
3.3.2.Perhitungan Panas yang diserap Dinding Sterilizer.......31 Halaman
3.3.3. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer..........................32
3.3.4. Perhitungan Efisiensi sterilizer........................................32

BAB 4. PEMBAHASAN...............................................................................33
4.1. Hasil Pengumpulan Data...........................................................33
4.1.1. Perhitungan Massa Alir Berdasarkan Komponen TBS . 34
4.2. Pengolahan Data........................................................................36
4.2.1. Perhitungan Panas yang Dibutuhkan Sterilizer
(Panas yang Dibutuhkan Untuk Perebusan)....................36
4.2.2. Perhitungan Panas yang diserap Dinding Sterilizer......39
4.2.3. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer..........................42
4.2.4. Menghitung efisiensi sterilizer........................................42
4.3. Analisis dan Pembahasan..........................................................42
4.3.1. Perhitungan Panas yang Dibutuhkan Sterilizer
(Panas yang Dibutuhkan untuk Perebusan TBS)..............42
4.3.2. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer.........................43
4.3.3. Perhitungan Efisiensi Sterilizer.......................................44

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................46


5.1. Kesimpulan................................................................................46
5.2. Saran..........................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Desain Horizontal Sterilizer.......................................................9

Gambar 2.2. Desain Vertikal Sterilizer...........................................................11

Gambar 2.3 Sistem Perebusan Single Peak (SPSP)........................................18

Gambar 2.4 Sistem Perebusan Double Peak (SPDP).....................................19

Gambar 2.5 Sistem Perebusan Tripple Peak (SPTP)......................................20

Gambar 2.6. Bagan Kerangka Konseptual.....................................................26

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Kajian Penelitian yang Relevan....................................................24
Tabel 3.1. Spesifikasi Umum sterilizer.........................................................29
Tabel 4.1. Data Proses Perebusan di Stasiun Sterilizer PT. PP London
Sumatra Indonesia Tbk.................................................................33
Tabel 4.2. Data Pengamatan Komponen Tandan Buah Segar (TBS) di
PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang
Palm Oil Mill................................................................................36
Tabel 4.3. Panas yang Dibutuhkan Sterilizer (panas yang dibutuhkan
untuk perebusan).........................................................................39
Tabel 4.4. Konduktivitas Thermal Bahan Isolasi Glass Wool........................40
Tabel 4.5. Konduktivitas Thermal Logam Baja Karbon (C = 0,5%).............41

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) yang pertama adalah


proses perebusan atau sterilisasi yang dilakukan dalam bejana bertekanan
(sterilizer) dengan menggunakan uap air jenuh (saturated steam) penggunaan
uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air
di dalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit
buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan
dapat juga mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan
kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat
penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna (Sitepu, 2011).
Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-
sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.
Efisiensi diartikan sebagai rasio output dan input, seberapa besar output yang
dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki perusahaan.
Sterilizer adalah alat pemasakan tandan buah sawit (TBS) yang menggunakan
Steam sebagai bahan pemasaknya. Steam dialirkan melalui pipa dari boiler
dengan suhu tinggi. Sehingga pemasakan TBS tidak menambah kadar air
yang didalamnya (Sulaiman, 2018).
Temperatur masuk steam sangat tinggi yang akan mempengaruhi
efisiensi dari Sterilizer. Selain dari temperatur steam yang tinggi faktor lain
yang mempengaruhi sterilizer adalah laju alir steam masuk, pembuangan
udara, air kondensat. Pengaruh laju alir terhadap efisiensi sterilizer, laju alir
steam masuk dengan rentang 25-30 ton/jam yang akan memasak TBS di
dalam sterilizer dengan pemasakan 3 puncak. Jika secara langsung saja
diberikan tekanan 3 bar maka minyak dan airnya akan terdorong keluar TBS
dan menyebabkan brondolan gosong sehingga rendemen minyak nantinya

1
2

akan kecil. Selain temperatur, laju alir dan panas di sterilizer, efisiensi
sterlizer dapat dilihat dari rendemen, DOBI, kadar air, kadar ALB dan
kekotoran dari minyak yang dihasilkan yang telah disimpan di storage tank.
(Sulaiman, 2018).
Berdasarkan uraian diatas maka perebusan sangat menentukan
keberhasilan pada proses lanjutan dari pengolahan minyak kelapa sawit. Jika
panas kurang pada perebusan TBS maka proses perontokan buah di unit
thresser akan mengalami kesulitan. Sedangakan jika panas berlebih maka
TBS akan hangus. Hasil dari perebusan TBS sangat berpengaruh terhadap
pengaturan steam pada sterilizer, apabila tekanan steam berlebih atau kurang
hal ini dapat merusak kualitas minyak kelapa sawit. Baik buruknya mutu dan
jumlah hasil olahan suatu pabrik kelapa sawit terutama ditentukan oleh
keberhasilan rebusan. Oleh karena itu merebus buah harus sesuai dengan
ketentuan yang ada dan merupakan hal yang mutlak dilakukan.
Atas dasar inilah, penulis berminat untuk membahas dan mengambil judul
karya akhir mengenai : “EFISIENSI KERJA STERILIZER TIPE
HORIZONTAL DENGAN KAPASITAS 50 TON/JAM DI PT. PP
LONDON SUMATRA INDONESIA TBK,BEGERPANG PALM OIL
MILL”

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
a. Berapa nilai panas yang dibutuhkan sterilizer dalam perebusan TBS
dengan kapasitas 50 ton/jam?
b. Berapa nilai panas total pada sterilizer?
c. Berapa nilai efisiensi sterilizer dengan kapasitas 50 ton/jam?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai panas yang dibutuhkan sterilizer untuk
perebusan TBS dengan kapasitas 50 ton/jam
3

b. Untuk mengetahui nilai total panas yang diserap TBS dan dinding
sterilizer
c. Untuk mengetahui nilai efisiensi di sterilizer dengan kapasitas 50
ton/jam ?

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang Sterilizer yang


dimana mengetahui panas yang dibutuhkan untuk perebusan TBS
b. Dari hasil yang diperoleh dapat meningkat kinerja dari Sterilizer dan
kualitas minyak yang didapatkan.
c. Dapat mengetahui hal yang mempengaruhi efisiensi sterilizer PT. PP
London Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mil.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Secara umum pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi dua jenis akhir,
yaitu pengolahan minyak sawit dan pengolahan inti. Pengolahan minyak
sawit adalah untuk memperoleh minyak sawit yang berasal dari daging buah
(mesocarp) sedangkan pengolahan inti sawit adalah memperoleh inti yang
berasal dari biji (nut). Proses produksi minyak sawit kasar dari tandan buah
segar kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan proses seperti perebusan
buah, perontokan, pelumatan dan pengepresan buah, purifikasi dan
klarifikasi. Tandan buah segar yang masuk ke dalam pabrik ditimbang
terlebih dahulu kemudian dibawa menuju lantai penerimaan buah. Tandan
buah segar mengalami proses perebusan menggunakan uap basah.
Selanjutnya buah mengalami proses perontokan buah pada tandan dengan
menggunakan thresher. Buah yang telah rontok mengalami proses pelumatan
yang bertujuan untuk memudahkan proses pengepresan, sehingga minyak
dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah (Pahan, 2008).
Kemudian buah memasuki tahapan proses pengepresan yang bertujuan
untuk mengeluarkan minyak kelapa sawit secara mekanis. Pengepresan pada
buah akan membebaskan minyak dari serat dan biji. Minyak hasil
pengepresan selanjutnya mengalami proses pemurnian yang berfungsi untuk
memisahkan minyak dari sludge dan air. Pemurnian dilakukan dengan
metode gravitasi dan mekanik. Pada stasiun ini dihasilkan produk minyak
sawit jernih. Keberhasilan proses pengolahan ditentukan oleh 70%
keberhasilan proses rebusan. Karena di stasiun ini, TBS diberi tekanan steam
bertekanan tinggi yang di injeksi dari Back Pressure Vessel (BPV). Proses
ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya
(Naibaho, 2016).

4
5

2.1.1. Teori Dasar Sterilizer (Ketel Rebusan)


Mesin Sterilizer (perebusan) adalah bejana uap bertekanan yang
digunakan untuk merebus tandan buah segar dengan uap (steam).
Steam yang digunakan adalah saturated steam. Penggunaan uap jenuh
memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air
didalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan
kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging
buah dan dapat mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu,
pengontrolan kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas
perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang
sempurna (Naibaho, 2016).
Menurut Sulaiman ( 2018), sterilizer merupakan bejana untuk
perebusan yang menggunakan steam dan tekanan 2,6 – 3,0 kg/cm2.
Sterilizer menggunakan suhu tinggi untuk menurunkan viskositas
minyak agar terlepas dari daging buah kemudian untuk mendapatkan
minyak tersebut daging buah di press sehingga didapatkan minyak
kelapa sawit mentah. Jumlah minyak yang didapatkan tergantung dari
awal proses. Selain saat pemanenan kelapa sawit jumlah minyak yang
didapatkan juga tergantung saat perebusan. Pada saat perebusan akan
terjadi 3x kenaikan tekanan yang menyebabkan temperatur juga naik
3x lipat dari pada awalnya. Temperatur yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kenaikan FFA (free fatty acid), kenaikan kadar
air, kehilangan minyak (oil losses). Sebaliknya jika temperatur terlalu
rendah kelapa sawit tidak akan masak sehingga saat di Digester buah
tidak terlepas dari brondolannya dan saat di press akan sulit.
Menurut Naibaho (2016), terdapat dua metode dalam proses
perebusan di sterilizer yaitu dengan cara manual dan otomatisasi. Pada
cara manual, semua kegiatan seperti pemasukan uap, pengeluaran uap
dan condensate pada proses perebusan dikendalikan oleh tenaga
manusia. Sedangkan pada cara otomatisasi, semua kegiatan tersebut
dilakukan dengan metode penggunaan bantuan alat yang di program
6

kemudian pembukaan dan penutupan kran uapnya dibantu dengan alat


compressor.
Metode manual mempunyai kelemahan, yaitu diperlukannya
banyak tenaga manusia tiap shift untuk kapasitas pabrik karena
pelaksanaanya membutuhkan kekuatan fisik, kemudian apabila dalam
pelaksanaan pola perebusan tiga puncak pelaksanaan pembukaan dan
penutupan katup uap sangat sibuk sehingga ada kemungkinan
terlupakan kegiatan-kegiatan yang seharusnya dikerjakan, namun
apabila dalam pengoperasiannya tidak ada yang terlupakan dan
operator pada stasiun tersebut benar-benar handal dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya, maka hasil dari proses
perebusan dapat dipastikan sesuai yang diinginkan.
Sementara pada metode otomatisasi mempunyai kelemahan, yaitu
apabila tekanan pada saat menaikan steam belum tercapai atau
pengeluaran kondensat dan steam belum benar-benar habis namun
waktunya telah tercapai maka proses pengeluaranya akan berhenti,
karena pengaturan proses pada metode otomatisasi berdasarkan waktu,
bukan berdasarkan tekanan. Sedangkan keunggulan pada metode
otomatisasi adalah pabrik memperoleh efisiensi waktu dan hasil
produksi yang berkelanjutan.

2.1.2. Efisiensi
Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya
sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output. Efisiensi diartikan sebagai rasio output dan
input, seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan
sejumlah input yang dimiliki. Sterilizer adalah alat perebusan tandan
buah segar (TBS) yang menggunakan sejumlah input yang dimiliki.
Sterilizer adalah alat perebusan tandan buah segar (TBS) yang
menggunakan steam sebagai bahan pemasaknya. Steam dialirkan
melalui pipa dari boiler dengan suhu tinggi. Sehingga perebusan TBS
tidak menambah kadar air yang didalamnya. Temperatur masuk
7

steam sangat tinggi yang akan mempengaruhi efisiensi dari sterilizer.


Selain dari temperatur steam yang tinggi faktor lain yang
mempengaruhi sterilizer adalah laju alir steam masuk, pembuangan
udara, dan air kondesat. Pengaruh laju alir terhadap efisiensi
sterilizer, laju alir steam masuk, dengan rentang 25-30 ton/jam yang
akan memasak TBS di dalam sterilizer dengan pemasakan 3 puncak
(Sulaiman, 2018).
Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak adalah
sebagai berikut :
1. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpipih
semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin
rendah.
2. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan
menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
3. Semakin lama perebusan buah maka maka kehilangan minyak
dalam air kondensat semakin tinggi.
4. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam
tandan kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak
oleh tandan kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.
5. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan
semakin menurun (Sitepu, 2011).

2.1.3. Tipe Bejana Rebusan ( Sterilizer)


Di Indonesia ada 2 tipe bejana rebusan yang paling sering
digunakan di pabrik-pabrik kelapa sawit yakni bejana rebusan
horizontal dan vertikal. Kedua tipe bejana rebusan ini masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan dan sampai dengan saat ini masih
menjadi topik yang sangat menarik dalam menentuan mana yang lebih
baik antara satu dengan yang lain.Pada umumnya bejana rebusan
vertikal memiliki nilai oil losses yang tinggi dan membutuhkan waktu
yang lebih karena memiliki kesulitan dalam proses pengeluaran
tandan buah rebus dibandingkan bejana rebusan horizontal. Namun
8

jika ditinjau dari segi kebutuhan steam, bejana rebusan horizontal


lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan bejana rebusan
vertikal untuk merebus jumlah tandan buah segar yang sama.
Bejana rebusan vertikal beberapa tahun terakhir ini mulai banyak
digunakan oleh pabrik kelapa sawit baru, bahkan tidak sedikit juga
pabrik yang beralih menggunakan bejana rebusan tipe ini dan
meninggalkan tipe horizontal yang dianggap sebagai tipe
konvensional. Banyak kelebihan yang ditonjolkan oleh bejana rebusan
vertikal diantaranya mampu mengurangi biaya perawatan pabrik
karena tidak memerlukan lori, rel, kapstan, hoisting crane dan juga
mampu mengurangi kebutuhan terhadap tenaga kerja di stasiun
rebusan.
Selain ini, bejana rebusan vertikal juga membutuhkan kebutuhan
steam dalam proses perebusan yang lebih rendah dibandingkan
dengan tipe horizontal. Hal ini tentu nya dianggap dapat berpengaruh
secara signifikan terhadap keefisienan proses dan sekaligus menekan
biaya olah, sesuai dengan kebijakan seluruh perusahaan kelapa sawit
untuk melakukan efisiensi besar-besaran dikarenakan harga komoditas
kelapa sawit sangat rendah beberapa tahun terakhir. Namun dengan
seiringnya waktu, muncul permasalahan-permasalan di beberapa
pabrik kelapa sawit yang menggunakan bejana rebusan vertikal.
Ternyata dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki, bejana rebusan
vertikal juga memiliki kekurangan yang antara lain adalah losses
minyak pada tandan kosong kelapa sawit yang cukup tinggi akibat
bertumpukan di dalam bejana yang memiliki dimensi yang cukup
tinggi, dibutuhkan fatfit tambahan untuk pengolahan air kondensat dan
bunch press untuk pressing tandan kosong kelapa sawit yang
menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas sangat tinggi.
Begitu juga hal nya dengan bejana rebusan horizontal, sistem
perebusan konvensional ini membutuhkan lahan yang luas, tenaga
kerja yang banyak karena sistem kerjanya yang masih sangat manual.
Selain itu, permasalahan mobilitas keluar masuk lori dan ke bejana
9

rebusan juga sering menjadi permasalahan klasik yang selalu dihadapi


karena berefek kepada kesinambungan proses. Namun permasalahan
mobilitas memasukkan dan mengeluarkan TBS juga menjadi
permasalahan pada kebanyakan bejana rebusan vertikal.

2.1.4. Sterilizer Horizontal


Rebusan juga sering menjadi permasalahan klasik yang selalu dihadapi
karena berefek kepada kesinambungan proses. Namun permasalahan
mobilitas memasukkan dan mengeluarkan TBS juga menjadi permasalahan
pada kebanyakan bejana rebusan vertikal.

Gambar 2.1. Desain Horizontal Sterilizer


Sumber : Naibaho,2016
Keterangan gambar :
1. Rail track pintu
2. Pintu pemasukan lori
3. Manometer
4. Lori
5. Pipa inlet steam
6. Exhaust steam
7. Safety Valve
8. Ketel rebusan
9. Pintu keluar lori
10. Rail track didalam rebusan
10

11. Pondasi ( kaki rebusan )


12. Pipa pembuangan air kondensat
Sterilizer horizontal mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan
yaitu sebagai berikut:
1. Keuntungan sterilizer horizontal adalah sebagai berikut :
1) Kapasitas perebusan lebih besar yaitu sekitar 20-30 ton TBS
dalam setiap perebusan.
2) Pengoperasian lebih mudah dan praktis
3) Dalam pengisian TBS ke dalam sterilizer, buah tidak langsung
bersinggungan dengan dinding sterilizer sehingga kemungkinan
buah terluka lebih kecil.
4) Pengisian uap dan pembuangan serta pembuangannya kondesat
lebih mudah dilakukan.
2. Kekurangan dari sterilizer horizontal adalah membutuhkan biaya
perawatan yang cukup besar.

2.1.5. Sterilizer Tipe Vertikal


Media pemanas yang dipergunakan adalah uap basah yang berasal
dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ± 3kg/cm2 dan
temperatur 132,88ºC. Bila temperatur yang digunakan diatas 132,88ºC
saat perebusan akan mengakibatkan buah menjadi hangus atau
kegosongan sehingga kualitas minyak CPO rusak dan bila
menggunakan suhu dibawah 132,88ºC saat perebusan akan
mengakibatkan enzim-enzim pada buat tandan buah segar tidak
nonaktif dan masih banyak mengandung kadar air (Pahan, 2008).
Sterilizer tipe vertikal mempunyai bentuk bejana tabung yang
tegak, sehingga jenis sterilizer ini tidak memakai lori yang digunakan
sebagai pengantar buah TBS. Untuk sterilizer ini menggunakan scraper
sebagai alat untuk menghantarkan buah menuju sterilizer yang tersaji
pada gambar 2.2 dibawah ini.
11

Gambar 2.2. Desain Vertical Sterilizer


Sumber : Naibaho, 2016

Sterilizer tipe vertikal memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan


antara lain :
1. Kelebihan dari sterilizer tipe vertikal adalah mampu mengurangi
biaya perawatan pabrik.
2. Kekurangan dari sterilizer tipe vertikal sebagai berikut :
1) Kapasitas rebusan sangat kecil yaitu sekitar 2-6 ton TBS dalam
sekali perebusan
2) Dalam pemuatan TBS ke dalam sterilizer digunakan bunch
elevator, sehingga tingkat kemungkinan buah mengalami luka
tinggi, yang menyebabkan terjadinya kenaikan asam lemak
bebas yang dapat merusak kualitas CPO.
3) Teknik pengoperasian sterilizer vertical lebih sulit dan
membutuhkan tenaga yang lebih besar, terutama pada saat
membuka tutup sterilizer dan mengeluarkan buah dari
dalamnya.

Perbedaan antara sterilizer vertikal dengan sterilizer horizontal jika


ditinjau dari bentuk,kapasitas dan efisiensi pemakainya yaitu:

1. Sterilizer vertikal mempunyai bentuk lebih sederhana dan lebih


rendah biaya investasinya jika dibandingkan dengan sterilizer
horizontal.
12

2. Kapasitas sterilizer vertikal lebih kecil jika dibandingkan dengan


sterilizer horizontal, oleh karena itu sterilizer vertikal umumnya
digunakan dipabrik-pabrik dengan kapasitas pengolahan kecil.
3. Kerugian minyak dijanjangan kosong dan di dalam air embun
perebusan lebih tinggi pada sterilizer vertikal, disebabkan karena
buah mengalami kerusakan akibat benturan dengan pintu sterilizer
saat buah dimasukkan juga akibat bantingan yang dialami buah saat
dimasukkan ke dalam sterilizer
4. Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar isi sterilizer vertikal
lebih lama dibandingkan dengan pembongkaran isi sterilizer
vertikal dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya.
5. Pintu rebusan, jika sterilizer vertikal pintu masuk diatas sedangkan
pintu keluarnya berada disamping bawah jika sterilizer horizontal
pintu masuk berada dibelakang dan pintu keluar berada di depan.

2.1.6. Proses Memasukkan TBS Pada Sterilizer Tipe Horizontal


Tahapan proses perebusan buah sawit di horizontal sterilizer
umumnya menggunakan sistem 3 puncak (triple peak). Adapun tahapan
proses perebusan buah sawit di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk,
sebagai berikut :

1. Masukkan buah sawit yang terisi di dalam lori ke dalam sterilizer.


Sterilizer sendiri memiliki variasi daya tampung jumlah lori yang
masuk, tergantung spesifikasi sterilizer. Misalnya daya tampung 1
unit sterilizer = 5 lori, maka masukkanlah 5 unit lori yang berisi
sawit untuk 1 siklus perebusan.
2. Pastikan kedua pintu sterilizer sudah tertutup rapat, indikator pintu
tertutup rapat dapat dilihat di lampu indikator di panel sterilizer,
jika lampu menyala artinya pintu sudah tertutup dengan baik. Cara
kedua untuk memastikan pintu tertutup dengan menggunakan “
Batang Mekanis Indikator Pintu”. Jika batang mekanis indikator
pintu sterilizer dapat diletakkan dengan baik setelah baji segitiga
sendiri terletak di sisi luar sterilizer.
13

3. Bukalah condesate valve, kemudian masukkan uap ke dalam


sterilizer dengan membuka steam in let valve, maka uap akan
masuk dan keluar ke atmosfer bebas melalui condesate valve yang
terbuka membawa serta udara yang berada di dalam sterilizer.
Proses ini berlangsung selama 2 menit dan dinamakan Aerasi.
4. Setelah mencapai 2 menit, condesate valve di tutup namun steam in
let valve masih terbuka sehingga tekanan uap di dalam sterilizer
akan naik perlahan-lahan hingga mencapai 2 bar , tekanan 2 bar ini
dapat dicapai 10-12 menit.
5. Setelah tekanan mencapai 2 bar, tutup steam in let valve dan segera
buka condesate valve untuk membuang kondesat yang terbentuk
serta membuang udara yang masih terjebak, tekanan uap akan
menuju nol (sekitar 0,2 bar ). Jika ini sudah dilakukan maka
tercapailah puncak 1.
6. Selanjutnya tutup condesat valve dan bukalah steam in let valve
sehingga tekanan kembali naik hingga 2,5 bar, tekanan ini dapat di
capai dalam waktu 11-14 menit
7. Tutup steam in let valve dan segera buka condesate valve sehingga
tekanan uap dalam sterilizer turun menuju nol ( sekitar 0,3 bar ),
pembuangan uap dan kondesat ini harus ini harus berlangsung
selama 2 menit untuk memberikan efek kejut di setiap sisi
berondolan buah dan membantu penetrasi uap di puncak
berikutnya. Jika proses ini terlaksana dengan baik maka puncak ke
dua sudah tercapai.
8. Tutup condesate valve dan bukalah steam in let valve sehingga
tekanan uap dalam rebusan mencapai 3 bar, menaikkan tekanan ini
mencapai 15 menit, pertahankan tekanan hingga menit ke 22
memasuki puncak ke 3, bukalah condesate valve untuk mengurangi
kondesat yang terbentuk selama 1-2 menit, kemudian pertahankan
tekanan tetap 3 bar hingga menit ke 45 atau menit ke 50. Maka ini
dinamkan holding time. Namun kenyataannya, teakanan uap tidak
stabil sempurna, sehingga waktu untuk puncak ke 3 ini perlu
14

ditentukan sesuai masing-masing PKS . dalam kondisi normal


selama-lama nya proses perebusan holding time tidak lebih dari 50
menit.
9. Tutup steam in let valve dan segera buka condesate valve maka
tekanan uap akan turun,jika sudah mencapai 1,5 bar exhaust valve
dapat dibuka untuk mempercepat pengosongan tekanan uap di
dalam sterilizer. Proses ini biasanya berlangsung selama 5 menit.
10. Pastikan tekanan di dalam sterilizer sudah nol dengan cara
membuka keran uap pengontrol yang biasanya dihubungkan
dengan pipa uap berdiameter 2 inchi, jika tidak ada uap bertekanan
keluar berarti pintu aman dibuka
11. Lakukan prosedur dari awal untuk merebus buah sawit untuk
siklus berikutnya.

Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung


kemudahan-kemudahan dalam proses selajutnya, baik di stasiun
Thresing, Press, Digester dan lain-lain. Fungsi dari Sterilizer untuk
melakukan proses perebusan buah TBS sebelum diproses menjadi
minyak dengan tujuan adalah :
1. Menghentikan Aktifitas Enzim
Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidasi
yang tetap bekerja didalam buah sebelum enzim tersebut
dihentikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enzim oksidasi
berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah
menjadi gugus aldehid dan kation. Senyawa tersebut bila
teroksidasi akan membentuk asam lemak bebas. Jadi asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak kelapa sawit merupakan hasil
kerja enzim lipase dan oksidasi. Aktifitas enzim semakin tinggi
apabila buah TBS mengalami kememaran (luka). Enzim umumnya
tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu >50ºC. Maka
perebusan dengan suhu >120ºC sekaligus menghentikan kegiatan
enzim.
15

2. Melepaskan Buah dari Tandannya


Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, dan untuk
mempermudah proses ekstraksi minyak, buah perlu dipisahkan dari
tandannya. Pelepasan buah dari tandannya karena adanya hidrolisa
pektin ini terjadi di pangkal buah. Jadi hidrolisa pektin ini telah
terjadi secara alam dilapangan yang menyebabkan buah
memberondol. Hidrolisa pektin dapat pula terjadi didalam
Sterilizer, dengan adanya reaksi yang dipercepat oleh pemanasan.
Panas dan uap didalam sterilizer akan meresap kedalam buah
dengan adanya tekanan.hidrolisa pektin dalam tangkai tidak
seluruhnya menyebabkan pelepasan buah oleh karena itu perlu
dilakukan proses perontokan buah didalam mesin Thresing.
3. Menurunkan Kadar Air
Proses sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air
buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam saat
direbus maupun saat sebelum dimasukkan ke Thresing. Interaksi
penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan
minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan mempunyai
viskositas yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses
pengempaan (proses ekstraksi minyak).
4. Melunakkan Buah Sawit
Perikarp (kulit buah) yang mendapatkan perlakuan panas dan
tekanan akan menunjukkan sifat, dimana serat yang mudah lepas
antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan
memepermudah proses didalam Digester dan Depericarper
Polishing. Karena adanya panas dan tekanan tersebut maka air
yang terkandung dalam inti akan menguap lewat mata biji sehingga
proses pemecahan biji lebih mudah dalam Ripple Mill.
5. Melepaskan Serat dan Biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan
kesulitan pelepasan serat dan biji dalam polishing drum, yang
menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.
16

Penetrasi uap yag cukup baik akan membantu proses pemisahan


serat perikarp dan biji, yang dipercepat oleh proses hidrolisis.
6. Membantu Proses Pelepasan Inti dari Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji
hingga 15% kadar air biji yang turun hingga 15% akan
menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka
terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu
proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat
berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan
cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat
menghasilkan inti yang mengandung kotoran yang lebih kecil
(Pahan, 2008).
Dengan perebusan 3 puncak, maka panas dapat masuk dengan
baik, sehingga perebusan dapat matang secara merata. Cara ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil rebusan TBS yang sempurna,
mengingat kerapatan brondolan dalam tandan buah semakin padat
atau solid (Pahan, 2008).
Untuk mencapai kematangan perebusan brondolan bagian dalam
diperlukan panas yang cukup. Pembuangan air condensate dan udara
pada puncak I dan II harus benar-benar sampai habis, karena air dan
udara merupakan penghantar panas yang buruk. Pada puncak 3,
perebusan dilaksanakan selama 35 – 45 menit, tergantung pada
kondisi buah (buah segar 45 menit, buah menginap 35 menit). Waktu
yang digunakan untuk sterilisasi adalah 85 menit, sedangkan waktu
untuk satu siklus perebusan 110 – 120 menit. Untuk mendapatkan
hasil yang bagus sesuai dengan prosedur perebusan harus dijalankan
dengan baik tanpa melanggar satu aturan apapun, harus diperhatikan
faktor-faktor dalam proses perebusan:
1. Pembuangan udara (Dearasi)
Pembuangan udara yang terdapat dalam ketel rebusan, karena
udara adalah penghantar panas yang buruk. Udara merupakan
penghantar panas yang buruk dan berpengaruh negatif terhadap
17

proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan


menurunkan tekanan dan menghambat steam masuk kedalam buah.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam
bejana hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu dan cara ini disebut
dengan deaerasi.
2. Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan
merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat
dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan sehingga
jumlah air semakin bertambah. Pertambahan ini yang tidak
diimbangi dengan pengeluaran air kondensat akan memperlambat
usaha pencapaian tekanan puncak. Material Balance air kondensat
13% dari TBS yang diolah, sehingga oleh beberapa pabrik
dilakukan blow down terus menerus melalui pipa kondensat.
3. Pembuangan uap (Exhaust)
Pembuangan uap dilakukan sesuai dengan system perebusan
yang dilakukan. Uap dibuang melalui pipa exhaust dan cerobong
atas. Pada umumnya ukuran pipa pembuang uap lebih besar dari
pipa uap masuk sehingga pembuangan uap dapat terlaksana dengan
cepat sehingga buah lebih mudah lepas dari tangkainya.
Pembuangan uap sebelum akhir perebusan pada triple peak
dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan
maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat.
Pada akhir perebusan, sebelum pembuangan uap (blow up), air
kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus
kering.
4. Waktu perebusan
Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat
buah menjadi lembek dan lewat matang, akan banyak minyak
keluar dari buah dan terikut oleh kondensat dan akan menyebabkan
banyak losses. Waktu perebusan yang efektif adalah 90-95 menit
(Pahan, 2008).
18

2.1.7. Sistem Perebusan


Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan
dapat tercapai. Sistem perebusan yang lazim dikenal di Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) adalah single peak, double peak, triple peak. Sistem
perebusan triple peak banyak digunakan, selain berfungsi sebagai
tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu dengan adanya
goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat.
2.1.7.1. Sistem Perebusan Single Peak
Proses perebusan yang dilakukan hanya satu tahap. Uap
masuk sesuai dengan waktu yang ditentukan, sampai tercapai
tekanan konstan dan kemudian turun, dan uap dibuang dari
ruang perebusan.

Gambar 2.3 Sistem Perebusan Single Peak (SPSP)


Sumber: Naibaho, 2016

Sistem perebusan Single Peak adalah sebagai berikut :


1. Setelah buah dimasukkan kedalam rebusan, pintu ditutup,
kran-kran inlet steam, exhaust, dan pipa kondensat ditutup.
2. Inlet steam dibuka dank ran kondensat dibuka untuk
membuang udara-udara yang ada didalam rebusan selama
3-5 menit.
3. Memasukkan tekanan uap Puncak 1 dari 0-2 kg/cm2
selama ± 10 menit.
4. Dilakukan penahan waktu perebusan selama ± 45 menit.
19

5. Dilakukan pembuangan uap dari 2-0 kg/cm2, buang air


kondensat ± 5 menit.

2.1.7.2. Sistem Perebusan Double Peak


Proses perebusan dilakukan dengan dua tahap pemasukan
uap, demikian juga dengan dua tahap pembuangan kondensat
(uap air). Proses ini tersaji pada gambar 2.4 dibawah ini.

Gambar 2.4 Sistem Perebusan Double Peak (SPDP)


Sumber: Naibaho, 2016

Sistem Perebusan Double Peak adalah sebagai berikut:


1. Setelah buah dimasukkan kedalam rebusan, pintu ditutup,
kran-kran inlet steam, exhaust, dan pipa kondensat ditutup.
2. Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk
membuang udara-udara yang ada didalam rebusan selama
3-5 menit.
3. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0-2 kg/cm 2 selama ±
10 menit.
4. Dilakukan pembuangan uap dari 2-0 kg/cm2, buang air
kondensat ± 2 menit.
5. Menaikkan tekanan uap puncak II dari 0-2,6 kg/cm2
selama ± 12 menit.
6. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit.
7. Dilakukan pembuangan uap dari 2,6-0 kg/cm2, buang air
kondensat ± 5 menit.
20

2.1.7.3. Sistem Perebusan Triple Peak


Proses perebusan dilakukan dengan tiga tahap pemasukan
uap, demikian juga dengan tiga tahap pemasukan uap,
demikian juga dengan tiga tahap pembuangan kondensat (uap
air). Proses ini tersaji pada gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Sistem Perebusan Tripple Peak (SPTP)


Sumber: Naibaho, 2016

Sistem perebusan Triple Peak adalah sebagai berikut :

1. Setelah buah dimasukkan kedalam rebusan, pintu ditutup,


kran-kran inlet steam, exhaust, dan pipa kondensat ditutup.
2. Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk
membuang udara-udara yang ada didalam rebusan selama
3-5 menit.
3. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0-2 kg/cm 2 selama ±
8 menit.
4. Dilakukan pembuangan uap dari 2-0 kg/cm2, buang air
kondensat ± 4 menit.
5. Menaikkan tekanan uap puncak II dari 0-2,6 kg/cm2
selama ± 12 menit.
6. Dilakukan pembuangan uap dari 2,6-0 kg/cm2, buang air
kondensat ± 7 menit.
7. Menaikkan tekanan uap puncak III dari 0-3 kg/cm2 selama
± 14 menit.
8. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit.
21

9. Dilakukan pembuangan uap dari 3-0 kg/cm2, buang air


kondensat ± 5 menit (Naibaho, 2016).
Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga kebagian
tandan yang paling dalam. Untuk tandan yang beratnya 3-6 kg dengan
suhu uap 100ºC membutuhkan waktu 25-30 menit untuk mencapai
temperatur 100ºC pada bagian dalam buah. Sedangkan untuk tandan
yang beratnya 17 kg membutuhkan waktu penetrasi 50 menit.
Selain tekanan uap, lama perebusan buah sangat bergantung pada
faktor kematangan buah dan kondisi buah (segar/restan/ buah
kecil/buah besar). Waktu rebus yang optimal pada umumnya
ditentukan oleh lamanya menahan steam pada puncak ke tiga (holding
time) terhadap buah segar dengan kriteria kematangan yang berlaku
saat ini, pada tekanan uap 2,8-3,0 kg/cm2 .
Kehilangan minyak akibat proses perebusan dapat dijumpai pada:
1. Kandungan minyak dalam air kondesat berasal dari minyak yang
meleleh disebabkan brondolan terluka/memar karena terbanting
dan perebusan yang terlalu lama ( norma 0,50% terhadap sampel)
2. Kandungan minyak dalam tandan kosong akibat perebusan yang
terlalu singkat atau temperatur yang rendah atau air kondesat tidak
terbuang habis (norma 0,39 % terhadap TBS)
3. Brondolan tidak lepas dalam tandan kosong akibat perebusan yang
terlalu singkat atau temperatur yang rendah atau air kondesat tidak
terbuang habis (norma 0,16% terhadap TBS)
Tekanan uap rendah ( < 2,8 kg/cm2) dan waktu rebus tidak cukup
akan mengakibatkan buah kurang masak, sebagian brondolan tidak
lepas dari tandan yang mengakibatkan losis dalam tandan kosong
bertambah, pelumatan dalam digester tidak sempurna sebagian daging
buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan
tidak sempurna dan kerugian minyak pada ampas dan biji
bertambah. Ampas (fibre) basah mengakibatkan pemakaian bahan
bakar lebih boros pada proses pembakaran di ketel uap.
22

2.1.8. Operasional dan Perawatan Rebusan (Sterilizer)


Rebusan merupakan sebuah bejana tekan yang bekerja dengan
tingkat resiko tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya
harus diperiksa sebelum dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa
antara lain packing pintu rebusan, alat penunjuk tekanan (manometer),
pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever, dan pompa
kondensat.
1. Packing pintu rebusan
Kerusakan packing pintu rebusan biasanya terjadi di bagian bawah
pintu rebusan karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran
packing harus benar-benar diperiksa. Jika ada yang bocor, harus
segera dilakukan penggantian.
2. Alat penunjuk tekanan (manometer)
Manometer terdapat dibagian atas pintu rebusan. Fungsinya untuk
menunjukkan apakah tekanan dalam rebusan masih ada atau tidak.
Operator harus memperhatikan apakah masih ada atau tidak
tekanan dalam rebusan pada saat hendak membuka pintu rebusan.
Pastikan bahwa tekanan uap didalam rebusan benar-benar sudah
nol sebab uap akan menyembur jika masih ada tekanannya
3. Pelat penyaring kondensat
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan
ini harus sering diperiksa, jangan sampai tersumbat. Jika saringan
ini tersumbat, air kondensat akan tergenang dilantai rebusan dan
mempercepat rusaknya packing rebusan.
4. Katup Pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi
atau tidak katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya
tekanan berlebihan didalam rebusan.
5. Cantiliver
Cantiliver berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori
kedlaam rebusan. Cantiliver harus dalam keadaan baik dan tidak
23

baling (twisted) agar lori yang keluar masuk rebusan tidak terguling
atau jatuh.
6. Pompa Kondensat
Lantai disekitar rebusan tidak boleh digenangi oleh air kondensat
karena temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung
minyak yang menyebabkan lantai menjadi licin. Bagian dalam
setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu
sekali serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang
diperlukan. Semua peralatan rebusan memerlukan perhatian. Pipa-
pipa uap dan kondensat harus segera diperbaiki/diganti jika ada
kebocoran karena akan mengganggu proses perebusan, mengotori
sekitar stasiun rebusan (Naibaho, 2016).
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengenai efisiensi kerja sterilizer tipe horizontal dengan


kapasitas 50 ton/jam di pabrik kelapa sawit PT.PP London Sumatra Indonesia
Tbk, Begerpang Palm oil mill. Penelitian ditemukan beberapa tulisan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
24

Tabel 2.1. Kajian Penelitian yang Relevan


No Nama Tahun Judul Metode Hasil
Peneliti Penelitian (kesimpulan)
1 Sulaiman 2018 Pengaruh Mengolah data Efisiensi dari
dan Rm Temperatur dengan sterilizer di
randa terhadap menggunakan pengaruhi oleh laju
efisiensi metode aliran massa juga
sterilizer dan perpindahan perbedaan
kualitas panas temperatur uap
minyak yang masuk, uap keluar
dihasilkan dan air kondensat.
2 Tekad 2011 Analisa Analisa Kebutuhan uap
Sitepu Kebutuhan kebutuhan uap akan meningkat
uap pada Dengan pada pengeluaran
Sterilizer Menggunakan kondensat dengan
Pabrik perangkat lunak kualitas lebih
Kelapa Sawit komputer. besar. Sebaliknya
dengan Lama Sistem kebutuhan uap di
Perebusan 90 perebusan triple kondesat
Menit Peak mendekati nol.
Bertambahnya
tekanan uap masuk
sterilizer maka
kebutuhan uap
relatif bertambah
3 Dian 2016 Analisis Analisis Hasil yang
Hidayati Termal pada diperoleh dari didapatkan dari
Sterilizer dokumen PT. analisis termal
Crude Boma Bisma padaSterilizer
Palm Oil DI Indra. Data Crude Palm Oil di
PT Boma tersebut berupa PT. Boma Bisma
Bisma Indra data rancangan Indra yaitu
Dan efisiensi termal,
Spesifikasi losses, perubahan
Sterilizer. energi dalam dan
Transient
conduction.
Efisiensi termal
tertinggi terdapat
pada peak I sebesar
0,846277. Losses
terendah di peak
III sebesar 51,765
kJ.
25

Sulaiman (2018) yang berjudul “Pengaruh Temperatur Terhadap Efisiensi


Sterilizer Dan Kualitas Minyak Yang Dihasilkan” Penelitian dilakukan di PT.
Kencana Sawit Indonesia bertujuan untuk mengetahui temperatur yang tepat
agar efisiensi dari sterilizer maksimal dan kualitas minyak yang dihasilkan
juga terjaga. Efisiensi dari Sterilizer lebih dari 80%, Semakin tinggi
temperatur di sterilizer maka proses di sterilizer semakin baik. Dari penelitian
yang telah di lakukan di simpulkan bahwa: 1) Efisiensi dari sterilizer
diperoleh dari pengolahan data 90,6%. Efisiensi dipengaruhi oleh laju aliran
massa juga perbedaan temperatur uap masuk, uap keluar dan air kondensat. 2)
Jika laju aliran massa uap masuk, uap keluar dan air kondensat semakin besar
maka efisiensi dari sterilizer akan kecil.
Sitepu, Tekad (2011) yang berjudul Analisa Kebutuhan Uap Pada
Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit dengan Lama Perebusan 90 Menit penelitian
bertujuan mengetahui kebutuhan uap pada sterilizer dan pengaruh akan
kondesat dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode
kebutuhan uap dengan menggunakan perangkat lunak komputer. sistem
perebusan triple peak, dan dari pengolahan data yang dilakukan disimpulkan
bahwa kebutuhan uap akan meningkat pada pengeluaran kondesat dengan
kualitas lebih besar. Sebaliknya kebutuhan uap akan menurun apabila kualitas
uap di kondensat mendekati nol. Bertambahnya tekanan uap masuk sterilizer
maka kebutuhan uap relatif bertambah.
Hidayati, Dian (2016) yang berjudul Analisis Termal pada Sterilizer
Crude Palm Oil DI PT Boma Bisma Indra tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melakukan analisis termal pada sterilizer yang berkapasitas 30
ton/muatan, dari pengolahan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Efisiensi pada peak I, II dan III mengalami penurunan seiring bertambahnya
waktu. Nilai efisiensi berbanding terbalik dengan energi yang masuk ke
dalam sterilizer sehingga semakin besar energi yang masuk ke dalam
sterilizer maka efisiensi semakin kecil. panas yang hilang pada peak III
memiliki nilai paling besar diantara peak I dan peak II yaitu sebesar 51,765
kJ.
26

2.1. Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual karya akhir ini dibangun atas dasar permasalahan
yang mempengaruhi efisiensi sterilizer. Diagram dibawah ini menujukkkan
permasalahan yang terjadi pada PKS PT. PP London Sumatera
Indonesia Tbk, Begerpang Palm oil Mill dan solusi yang akan dilakukan
untuk mengetahui nilai efisiensi dari stasiun sterilizer.

Permasalahan : Apakah yang mempengaruhi efisiensi sterilizer ?

Penyebab :
Gambar 2.6. Bagan Kerangka Konseptual
Dampak : semakin banyak kalor
Tekanan uap sterilizer yang diserap oleh dinding
Kalor yang diserap oleh TBS sterilizer maka semakin
Kalor yang diserap dinding berkurang efisiensi sterilizer
sterilizer dalam perebusan TBS

Solusi : Prosedur 1 : mempelajari sterilizer serta alat pendukungny


Prosedur 2 :mengambil data-data yang menjadi permasalah
Prosedur
Perhitungan kalor yang dibutuhkan dalam merebus TBS3 dalam
: menghitung kalor yang dibutuhkan sterilizer
sterilizer
Perhitungan kalor yang diserap pada dinding sterilizer
Perhitungan nilai
efisiensi
Hasil : Diketahui nilai efisiensi sterilizer
27

Berdasarkan Gambar 2.6. mengenai kerangka konseptul ialah langkah


dalam menghitung efisiensi sterilizer dengan mengetahui faktor-faktor
penyebab efisiensi sterilizer dan dampak yang terjadi apabila nilai dari panas
yang diserap pada TBS dan dinding sterilizer sehingga dapat mengantisipasi
dengan mengetahui kebutuhan panas yang dibutuhkan pada perebusan TBS,
panas yang diserap atau panas yang hilang pada dinding sterilizer dengan
begitu dapat diketahui nilai efisiensi dari sterilizer dalam perebusan TBS
dengan kapasitas 50 ton/jam di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk,
Begerpang Palm Oil Mill.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk,


Begerpang Palm Oil Mill Provinsi Sumatera Utara, dibagian stasiun
perebusan (sterilizer). Penelitian ini dilaksanakan dalam periode waktu dari
tanggal 05 Juli 2018-05 Agustus 2018 dan pengambilan data dilakukan pada
tanggal 24 Juni-29 Juni 2019.

3.2. Pengumpulan Data


Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau ketrangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang
menunjukkan fakta (Riduwan, 2004).
Secara khusus, menurut Sugiyono (2010) data dibagi berdasarkan sumber
cara memperolehnya, diantaranya yaitu :
a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.
b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Berdasarkan sumber data tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan dengan sumber data primer.

3.2.1. Materi
Adapun peralatan yang digunakan sterilizer di PT. PP London
Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill dapat dituliskan pada
tabel dibawah ini :

28
29

Tabel 3.1. Spesifikasi Umum Sterilizer


1 Bentuk / model Silinder memanjang horizontal
2 Diameter dalam sterilizer 2,085 Mtr
3 Diameter luar sterilizer 2,070 Mtr
4 Diameter isolasi sterilizer 2,1 Mtr
5 Panjang 31 Mtr
6 Tekanan steam 2,8-3,0 kg/cm2
7 Suhu steam 120-130 °C
9 Safety Door Packing 2070 mm (2 pcs)
10 Pipa kondesat 6 pcs pipa/ sterilizer (Stainless
steel)
11 Lama Buka dan tutup pintu 25 menit
Sterilizer
12 Jumlah lori/sterilizer 5 lori
13 Sistem perebusan 3 peak ( perebusan 3 puncak)
14 Jumlah TBS/lori 10 ton
15 Banyak sterilizer yang 2 unit
dipakai
16 Waktu perebusan 90 menit
Sumber : PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk.

3.2.2. Metoda Penelitian


Metoda kerja yang dilakukan selama kerja praktik lapangan di PT.
PP London Sumatra Indonesia Tbk, Bagerpang Palm Oil Mill pada
unit perebusan dilakukan dengan metoda kerja sebagai berikut :
a. Melakukan pengamatan langsung ke lapangan bersama–sama
dengan pembimbing lapangan untuk mempelajari proses
pengolahan tandan buah segar hingga menjadi minyak mentah
(CPO) dan inti kelapa sawit khususnya pada proses perebusan
kelapa sawit
b. Perumusan data yang hendak diambil sesuai dengan judul karya
akhir
c. Perolehan data yang diperlukan sehubungan dengan pokok
permasalahan
d. Melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan terkait
sehubungan dengan langkah perolehan data.
e. Data yang diperoleh dengan pembacaan langsung pada alat
sterilizer di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
30

f. Mempelajari teori ilmiah yang berkaitan dengan alat sterilizer dan


perpindahan panas.
g. Mencatat data-data yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas, antara lain :
1. Spesifikasi peralatan sterilizer.
2. Data operasi sterilizer,seperti temperatur dan tekanan yang
digunakan.
3. Melakukan pembahasan terhadap masalah dengan menggunakan
data-data yang diperoleh.
3.3. Pengolahan Data
Pengolahan data ini didasarkan pada pengamatan dari proses perebusan
pada unit sterilizer di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, data yang
diperoleh berdasarkan ketentuan dari pabrik yang disesuaikan dengan
keefisiensian kerja sterilizer dan tidak berubah secara signifikan karna telah
memperoleh keefisiensian yang baik. Adapun metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam keefisiensian kerja sterilizer yaitu :
1. Mengenali dan mempelajari sterilizer serta alat pendukungnya dan cara
kerjanya.
2. Mengambil data-data yang berhubungan dengan permasalahan
Menghitung kalor (panas) yang diserap oleh oleh TBS
3. Menghitung panas yang diserap dinding sterilizer
4. Menghitung panas yang dibutuhkan sterilizer
5. Menghitung nilai efisiensi sterilizer
Beberapa rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai efisiensi
sterilizer sebagai berikut :

3.3.1. Perhitungan Panas yang dibutuhkan Sterilizer (Panas yang


Dibutuhkan untuk Perebusan)
Panas yang dibutuhkan sterilizer atau panas yang dibutuhkan
untuk perebusan merupakan panas yang diserap TBS (Q TBS), yang
dihitung dengan rumus dibawah ini :
31

QTBS= M x CρTBS x (Tb2 – Tb1) …….………………...... (3.1)

Sumber: Merle C. Potter. 2008

Keterangan :
QTBS : Panas yang diserap oleh tandan buah segar (Kkal/jam)
M : Kapasitas sterilizer (Kg/jam)
Cρ : Kalor spesifik untuk masing-masing komponen TBS
( air, cangkang, inti, lumpur, minyak serabut, tandan
kosong) (Kkal/Kg°C).
Tb1 : Temperatur TBS masuk. (°C)
Tb2 : Temperatur uap masuk (°C).
Selain panas yang diserap oleh Tandan Buah Segar (TBS), ada
juga panas yang diserap oleh dinding sterilizer.

3.3.2. Perhitungan Panas yang diserap Dinding Sterilizer


Kalor (panas) yang diserap oleh dinding sterilizer merupakan rugi
kalor pada perebusan. Panas yang diserap oleh sterilizer dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Q dinding = 𝟐𝝅 𝑿 𝑳(𝑻𝟏−𝑻𝟐 )
𝐥𝐧(𝒓𝟐𝐥𝐧(𝒓𝟑)
𝒓𝟏 )+𝒓𝟐 ………………………… (3.2)
𝑲𝒃𝒂𝒋𝒂𝑲𝒊𝒔𝒐𝒍𝒂𝒔𝒊

Sumber: Merle C. Potter. 2008

Keterangan :
Q dinding : Panas yang diserap oleh dinding sterilizer
(Kj/jam) L : Panjang sterilizer (m)
T1 : Temperatur uap masuk (°C)
T2 : Temperatur luar dinding luar isolasi (°C)
r1 : Jari-jari sterilizer (m)
r2 : Jari-jari sterilizer (m)
r3 : Jari-jari luar isolasi (m)
32

K baja : Konduktivitas termal baja (W/m°C)


K isolasi : Konduktivitas termal isolasi
(W/m°C)

3.3.3. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer


Sebelum menghitung efisiensi dari sterilizer harus diketahui total
besar panas yang diserap oleh TBS dan dinding sterilizer dalam sekali
perebusan. Maka untuk mencari besar dari panas yang diserap sterilizer
adalah :

Qsterilizer = QTBS + Qdinding sterilizer


……..……...………………..(3.3)

Sumber: Merle C. Potter. 2008

3.3.4. Perhitungan Efisiensi sterilizer


Setelah kita mendapat besar total panas yang diserap oleh sterilizer,
maka kita dapat menghitung efisiensi sterilizer dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

𝐐𝐓𝐁𝐒
𝜼𝒌𝒕 = X 100 % …..………………................(3.4)
𝑺𝑻𝑬𝑹𝑰𝑳𝑰𝒁𝑬𝑹

Sumber: Merle C. Potter. 2008

Keterangan :
y𝑘𝑡 : Efisiensi sterilizer
QTBS : Panas yang dibutuhkan sterilizer
Qsterilizer : Panas total pada sterilizer
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengumpulan Data

Dalam pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tentang proses


perebusan pada pabrik PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk yang
menggunakan sterilizer metode otomatisasi, dapat dituliskan pada Tabel
dibawah ini :
Produksi = 50 ton TBS/jam
Kapasitas bahan olahan (m) = 50000 kg TBS/jam

Steam

STERILIZER
TBS (T1) TBS (T2)

Kondensat
Tabel 4.1. Data Proses Perebusan di Stasiun Sterilizer PT. PP London
Sumatra Indonesia Tbk
Tekanan Temperatur Temperatur
Massa Waktu Puncak proses TBS (°C) Steam (°C)
TBS (kg) proses (Kg/cm2)
(menit) T1 T2 ∆T
19 Pertama 1,5 28 86 58
50.000 18 Kedua 2,5 86 90 4 130
43 Ketiga 3,0 90 122 32
Sumber : PT. PP London Sumatra

Proses perebusan merupakan proses yang utama dalam menentukan


kualitas CPO yang akan dihasilkan. Proses perebusan dilakukan pada

33
34

sterilizer, dimana buah akan direbus dengan menggunakan tiga puncak yang
dimaksud dengan tiga puncak ialah pemberian tiga tingkatan tekanan steam
yang berbeda secara bertahap dengan suhu steam 120-130°C , tahap pertama
diberikan tekanan 1,5 kg/ cm2, lalu tekanan dibuat nol kembali yang berfungsi
membuang air kondesat. Pada tahap kedua sterilizer di beri steam dengan
tekanan sebesar 2,5 kg/cm2 lalu dinolkan kembali untuk memurnikan uap air
di dalam sterilizer. Pada tahap ketiga diberikan tekanan 2,8-3 kg/cm 2 lalu
dibuang air kondesat, tekanan dan temperatur pada sterilizer berbanding
lurus yaitu apabila tekanan semakin tinggi maka temperatur akan tinggi
begitu sebaliknya apabila tekanan yang diberikan rendah maka temperatur
akan rendah. (Naibaho, 2016).
Pengambilan data dilakukan dengan mengamati suhu TBS sebelum
diberikan steam, dicatat sebagai T1 puncak pertama,setelah steam puncak
pertama habis, suhu dicatat sebagai T2 puncak pertama, T2 puncak pertama
dicatat sebagai T1 puncak kedua, setelah steam puncak kedua habis, suhu
dicatat sebagai T1 puncak kedua, T2 puncak kedua dicatat sebagai T1 puncak
ketiga, setelah steam puncak ketiga habis, suhu dicatat sebagai T2 puncak
ketiga.

4.1.1. Perhitungan Massa Alir Berdasarkan Komponen TBS pada (Tabel


4.2)

Dimana :
m = % x Massa sekali perebusan
m = massa Alir TBS (Kg)
%= Persentase Bahan yang akan diolah (%)
Massa sekali perebusan= 50.000 kg
35

A. % Perhitungan massa Air


m = % x Massa sekali Perebusan

11
m = 100 x 50.000 Kg
m = 5500 Kg
B. Perhitungan massa Cangkang
m = % x Massa sekali Perebusan
6,3
m=
100 x50.000 Kg
m = 3150 Kg
C. Perhitungan massa Inti

m = % x Massa sekali

Perebusanx m = 6,8
50.000

Kg
100

m = 3400 Kg
D. Perhitungan massa Lumpur
m = % x Massa sekali Perebusan

m = 17,5 x50.000 Kg
100

m = 8750 Kg
E. Perhitungan massa Minyak
m = % x Massa sekali Perebusan
25
m= 50.000 Kg
100 x
m = 12500 Kg
F. Perhitungan massa Serabut
m = % x Massa sekali Perebusan

13,4
m= 100 x 50.000 Kg

m = 6700 Kg
36

G. Perhitungan massa Tandan Kosong


m = % x Massa sekali Perebusan
20
m= 50.000 Kg
100 x
m = 10000 Kg

Tabel 4.2. Komponen Tandan Buah Segar (TBS) di PT. PP London


Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill
Persentase massa Cp
No. Kandungan
(%) (Kg) (Kkal/kg°C)
1. Air 11 5500 1,00
2. Cangkang 6,3 3150 0,45
3. Inti 6,8 3400 0,38
4. Lumpur 17,5 8750 0,53
5. Minyak 25 12500 0,35
6. Serabut 13,4 6700 0,43
Tandan
7. 20 10000 0,40
Kosong
Jumlah 100 50000
Sumber : PT. PP London Sumatra

Tandan buah segar kelapa sawit dengan komposisi air 11%, cangkang
6,3%, inti 6,8%, lumpur 17,5%, minyak 25%, serabut 13,4%, tandan kosong
20% dengan massa kapasitas olah 50.000 kg dibawa menuju sterilizer
kemudian dihitung massa dalam setiap komposisi yang terdapat pada air yang
digunakan untuk menghitung QTBS.

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Perhitungan Panas yang Dibutuhkan Sterilizer (Panas yang


Dibutuhkan Untuk Perebusan)

a. Menghitung Panas yang Diserap TBS pada Puncak Pertama


pada Suhu 28oC-86oC
37

Temperatur TBS untuk puncak I T1 = 28 oC dan T2 = 86 oC


∆T = (T2--T1) oC
= 86 oC - 28 oC
= 58 oC
Perhitungan Panas yang Diserap TBS Berdasarkan Komponen
TBS (Pada Tabel 4.2) Pada Puncak I (Q1)

Qtbs = (mair . Cpair . ΔT) + (mminyak . Cpminyak . ΔT) + (mlumpur .


Cplumpur . ΔT) + (mcangkang . Cpcangkang . ΔT) + (minti . Cpinti .
ΔT) + (mserabut . Cpserabut . ΔT) + (mtankos . Cptankos . ΔT)

Qtbs = (5.500 kg/jam . 1,00 Kkal/Kg oC (58oC) + (12500 kg/jam .


0,35 Kkal/Kg oC (58 oC) + (8750 kg/jam .0,53 Kkal/Kg oC
(58oC) + (3150 kg/jam . 0,45 Kkal/Kg oC (58 oC) + (3400
kg/jam . 0,38 Kkal/Kg oC (58 oC) + (6700 kg/jam . 0,43
Kkkal/Kg oC (58 oC) + (10000 kg/jam . 0,40 Kkal/Kg oC
(58 oC)
= (319.000 + 253.750 + 268.975 +82.215+ 74.936 + 167.098+
232.000) Kkal/jam
Qtbs1 = 1.397.974 Kkal/jam

b. Menghitung Panas yang Diserap TBS pada Puncak Kedua


pada Suhu 86°C-90°C
Temperatur TBS untuk puncak II T1 = 86 °C dan T2 = 90 °C
∆T = (T2--T1) oC
= 90 °C- 86 °C
= 4°C
Panas yang Diserap TBS Berdasarkan Komponen TBS (pada
tabel 4.2) pada Puncak II (Q2)

Qtbs = (mair . Cpair . ΔT) + (mminyak . Cpminyak . ΔT) + (mlumpur .


Cplumpur . ΔT) + (mcangkang . Cpcangkang . ΔT) + (minti . Cpinti .
ΔT) + (mserabut . Cpserabut . ΔT) + (mtankos . Cptankos . ΔT)
38

Qtbs = (5.500 kg/jam . 1,00 Kkal/Kg oC (4oC) + (12500 kg/jam .


0,35 Kkal/Kg oC (4oC) + (8750 kg/jam . 0,53 Kkal/Kg oC
(4oC) + (3150 kg/jam . 0,45 Kkal/Kg oC (4oC) + (3400
kg/jam . 0,38 Kkal/Kg oC (4oC) + (6700 kg/jam . 0,43
Kkal/Kg oC (4oC) + (10000 kg/jam . 0,40 Kkal/Kg oC (4oC)
= (22.000 + 17.500+ 18.550 + 5.670 + 5.168+ 11.524+
16.000) Kkal/jam

Qtbs2 = 96.412 Kkal/jam

c. Menghitung Panas yang Diserap TBS pada Puncak Ketiga


pada Suhu 90oC - 122°C

Temperatur TBS untuk puncak III T1 = 90°C dan T2 = 122°C


∆T = (T2--T1) oC
= 122°C - 90°C
= 32°C

Perhitungan Panas yang diserap TBS Berdasarkan Komponen


TBS (pada tabel 4.2) pada Puncak III (Q3)

Qtbs = (mair . Cpair . ΔT) + (mminyak . Cpminyak . ΔT) + (mlumpur .


Cplumpur . ΔT) + (mcangkang . Cpcangkang . ΔT) + (minti . Cpinti .
ΔT) + (mserabut . Cpserabut . ΔT) + (mtankos . Cptankos . ΔT)
Qtbs = (5.500 kg/jam . 1,00 Kkal/Kg oC (32oC) + (12500kg/jam .
0,35 Kkal/Kg oC (32oC) + (8750 kg/jam .0,53 Kkal/Kg oC
(32oC) + (3150 kg/jam . 0,45 Kkal/Kg oC (32oC) + (3400
kg/jam . 0,38 Kkal/Kg oC (32oC) + (6700 kg/jam . 0,43
Kkal/Kg oC (32oC) + (10000 kg/jam . 0,40 Kkal/Kg oC
(32oC)
= (176.000 + 140.000+ 148.400 + 45.360+ 41.344+ 92.192+
128.000) Kkal/jam

Qtbs3= 771.296 Kkal/jam


39

Maka
Qtbs = Qtbs1 + Qtbs2 + Qtbs3
Tabel. 4.3. Panas yang Dibutuhkan Sterilizer (panas yang
dibutuhkan untuk perebusan)
Puncak QTBS ( Kkal/jam)
Pertama 1.397.974
Kedua 96.412
Ketiga 771.296
Jumlah 2.265.682

Jumlah panas yang dibutuhkan sterilizer pada puncak pertama,


kedua, dan ketiga adalah 2.139.682 kkal/jam.
1 kkal/jam = 4,184 kj/jam
2.265.682 kkal/jam = 9.479.613,488 kj/ jam

4.2.2. Perhitungan Panas yang diserap Dinding Sterilizer


a. Ukuran sterilizer
1. Panjang sterilizer : 31 meter
2. Diameter dalam bejana : 2,085 meter, maka r = 1,0425 meter
3. Diameter luar bejana : 2,070 meter, maka r = 1,0350 meter
4. Diameter luar isolasi : 2,100 meter, maka r = 1,0500 meter

2𝜋rK 𝐿(𝑇1−𝑇
r2
)
Q dinding = ln( 2) ln( 3)
r1 r2
𝐾𝑏𝑎j𝑎 +𝐾
i𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠i

Dimana
:
Q dinding : Panas yang diserap oleh dinding sterilizer (KJ/Jam)
L : Panjang sterilizer (m)
T1 : Temperatur uap masuk (°C)
T2 : Temperatur luar dinding luar isolasi
(°C) r1 : Jari-jari dalam sterilizer (m)
r2 : Jari-jari luar sterilizer (m)
r3 : Jari-jari luar isolasi (m)
K baja : Konduktivitas termal baja (W/m°C)
K isolasi : Konduktivitas termal isolasi
(W/m°C)
40

Isolasi yang digunakan untuk membuat sterilizer di PKS PT. PP


London Sumatera Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill adalah
jenis glass wool, maka konduktivitas termal untuk jenis isolasi pada
suhu 28°C adalah dapat dilihat pada tabel thermal baja isolasi glass
wool dibawah ini:

Tabel 4.4. Konduktivitas Thermal Bahan isolasi Glass Wool


No Suhu (°C) Konduktivitas Thermal (k)
(W/m°C)
1 0°C 0,038
2 36°C 0,038
3 180°C 0,053
4 360°C 0,074
Sumber : Holman, J. P. 1995
Berdasarkan Tabel 4.4. konduktivitas Thermal Bahan isolasi glass
Wool maka dapat dicari nilai konduktivitas Thermal Bahan isolasi
glass Wool pada suhu 28 °C dengan menggunakan interpolasi, yaitu :

X− X1
X2− X1 Y− Y1
= Y2 − Y1
28 − 0
36 − 0 Y− 0,038 w/m° c
= 0,038 w/m° c− 0,038 w/m° c
28
36 Y− 0,038 w/m° c
= 0

0 = 36 y- 0,1368 w/m° c
36 y = 0,1368 w/m° c
Y = 0,038 w/m° c

Dan konduktivitas termal baja karbon 0,5 % pada suhu 130


adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
41

Tabel 4.5. Konduktivitas Thermal Logam Baja Karbon (C = 0,5%)


No Suhu (°C) Konduktivitas Thermal (k)
(W/m°C)
1 -100 -
2 0 55
3 20 54
4 100 52
5 200 48
6 300 45
7 400 42
8 600 35
9 800 31
10 1000 29
Sumber : Holman, J. P. 1995

Berdasarkan Tabel 4.5. konduktivitas Thermal Logam baja


Karbon (C= 0,5%) maka dapat dicari nilai konduktivitas Thermal baja
Karbon (C= 0,5%) pada suhu 130°C dengan menggunakan interpolasi,
yaitu:

X− X1
X2− X1 Y− Y1
= Y2 − Y1
130 −100
200 − 100 Y− 52 w/m° c
= 48 w/m° c− 52 w/m° c
30
100 Y− 52 w/m° c
= −4

-120 = 100y- 5200 w/m° c


(-120 + 5200) w/m° c = 100 y
Y = 50,8 w/m° c
(2. 3,14 K 31 𝑚(130 °𝑐−28° 𝑐)
Q dinding = ln(
1,0425
) ln(
1,0500
)
1,0350 1,0425
)+
50,8 w/m° c 0,038 w/m° c

19.857,36m
=0,1887 w/m° c
= 105.232,4324 W ( j/s)
1 j/s = 3,6 kj/jam
= 105.232,4324 x 3,6 kj/jam

= 378.836,7566 kj /jam
42

4.2.3. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer

Sebelum menghitung efisiensi dari sterilizer harus diketahui


besar kalor yang dibutuhkan sterilizer adalah :
Q sterilizer = Q TBS + Q dinding sterilizer
= 9.479.613,488 kj/ jam + 378.836,7566 kj /jam
= 9.858,450,2446 kj /jam
4.2.4. Menghitung efisiensi sterilizer
Besar panas yang diserap oleh dinding sterilizer dan besar kalor
yang dibutuhkan oleh sterilizer yang sudah diketahui sebelumnya,
maka besar efisiensi sterilizer dapat diketahui :
Q TBS
5 = x100 %
𝑘𝑡 Qsterilizer

9.479.613,488kj/jam
5 = 9.858.450,2446 kj/jam x 100 %

5𝑘𝑡 = 96,15 %

4.3. Analisis dan


Pembahasan

4.3.1. Perhitungan Panas yang Dibutuhkan Sterilizer (Panas yang Di


butuhkan untuk Perebusan TBS)
Panas yang dibutuhkan sterilizer untuk tandan buah segar
(TBS) dengan kapasitas 50 ton/jam di PT. PP London Sumatra
Indonesia Tbk, pada setiap puncak diperoleh pada puncak
pertama 1.397.974 kkal/ jam puncak kedua 96.412 kkal/jam dan
puncak ketiga 771.296 kkal/jam. Maka total kebutuhan panas
selama satu siklus perebusan adalah sebesar 9.479.613,488
kj/jam. Nilai panas yang dibutuhkan dalam perebusan tandan
buah segar (TBS) didapatkan dari pengolahan data dengan
menghitung panas yang diserap tandan buah segar ( QTBS),
didapatkannya nilai panas yang berbeda setiap puncak karena
perbedaan temperatur pada setiap puncak untuk pemasakan buah
dari temperatur ruangan dan mencapai suhu agar buah matang
sempurna. PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, menggunakan
sistem perebusan tiga puncak diberikan berbeda-beda. Puncak
43

pertama untuk panaskan Tandan Buah Segar (TBS), lori dan


seluruh dinding-dinding sterilizer. Puncak kedua untuk
memanaskan air yang terdapat pada TBS dan melunakkan buah
agar matang sempurna. Sehingga kebutuhan panas untuk setiap
puncak berbeda-beda.
Menurut Sitepu, Tekad (2011) beberapa dari sterilizer dalam
pentingnya menghitung panas yang diserap TBS (QTBS) adalah 1)
Melunakkan buah sawit,yang dimana mendapatkan perlakuan
panas yang dimana serat yang mudah lepas dengan lainnya. 2)
Menurunkan kadar air, interaksi penurunan kadar air dengan
panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari antara sel
dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga
mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan. 3) Melepaskan
buah dari tandannya, yaitu dengan adanya reaksi yang dipercepat
oleh pemanasan, panas akan meresap kedalam buah dengan
adanya tekanan menyebabkan pelepasan buah.

4.3.2. Perhitungan Panas Total pada Sterilizer

Menurut Hidayati, Dian (2016) Selama berlangsungnya


perebusan panas yang dihasilkan uap akan diserap oleh dinding
sterilizer dan diserap oleh TBS sehingga panas yang dihasilkan
untuk merebus buah akan berkurang yang dimana panas yang
diserap oleh dinding sterilizer dianggap rugi kalor (panas) karena
panas yang hilang melalui panas yang diserap dinding dan glass
wool. Pada pengolahan data diperoleh nilai panas pada dinding
sterilizer sebesar 378.836,7566 kj/jam nilai panas (kalor)
tersebut menyerap panas yang dihasilkan oleh uap (steam)
semakin banyak panas yang diserap semakin lama perebusan
yang menyebabkan kurang efisien waktu perebusan sterilizer.
Pada panas yang diserap oleh TBS diperoleh sebesar
9.479.613,488 kj/jam semakin banyak panas yang diserap maka
pemasakan buah akan semakin cepat dan mengefisienkan waktu
44

perebusan. Perhitungan total pada sterilizer yang dimana hasil


dari QTBS dijumlahkan dengan hasil dari Qdinding dijadikan sebagai
pembanding dalam menghitung efisiensinya yang dimana panas
yang dibutuhkan adalah panas yang diserap oleh QTBS karena
seperti yang diharapkan seharusnya panas yang masuk seutuhnya
untuk merebus TBS namun, pada kenyataannya ada panas yang
hilang yaitu yang diserap oleh dinding sterilizer, sehingga
dengan menghitung nilai dari Qdinding maka akan dapat diketahui
nilai panas yang hilang yang apabila ditinjau dari segi waktu
maka akan merugi yang memakan waktu perebusan lebih lama
dan berdampak pada efisiensi dari sterilizer berkurang.

4.3.3. Perhitungan Efisiensi Sterilizer

Menurut Sulaiman dan randa (2018). Efisiensi adalah ukuran


yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-sumber daya
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.
Efisiensi diartikan sebagai rasio output dan input, seberapa besar
output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang
dimiliki perusahaan. Kelvin Plank (dalam Ansyah, pathur razi, 20
18:54) sebuah pernyataan oleh Kelvin Plank yang berbunyi:

“Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang


beroperasi dalam sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah
reservoir (menyuplai sejumlah panas) tunggal dan memproduksi
sejumlah kerja bersih”.
Pernyataan Kelvin-Plank diatas dapat juga diartikan sebagai
tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah siklus
menerima panas dari reservoir (menyuplai sejumlah panas)
bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruh
menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada sebuah
mesin kalor yang mempunyai efisiensi 100%, artinya apabila
panas yang terjadi antara sistem dan lingkungan hanya bisa
didekati namun tidak bisa 100% diraih. Ketidakmungkinan
45

efisiensi 100% adalah karena keterbatasan yang terjadi antara


mesin kalor yang ideal dan aktual.
Pada pengolahan data diperoleh nilai efisiensi sebesar 96,15
% yang berarti efisiensi dari sterilizer di PT. PP London Sumatra
Indonesia Tbk, mengalami kerugian panas yang disebabkan oleh
hilangnya panas pada dinding sterilizer (Qdinding) sebesar
378.836,7566 kj/jam atau 3,85 %. Semakin tinggi nilai efisiensi
dari sterilizer maka semakin rendah % kehilangan panas pada
sterilizer maka pada sterilizer tersebut lebih berfungsi baik dalam
perebusan TBS, sebaliknya apabila efisiensi dari sterilizer
semakin rendah maka semakin banyak kehilangan panas pada
sterilizer dan makin boros dalam penggunaan steam.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan di PT. PP London


Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill selama melaksanakan kerja
praktek, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Panas yang dibutuhkan sterilizer untuk perebusan TBS (QTBS) dengan


kapasitas 50 ton/jam pada puncak pertama 1.397.974 kkal/jam, pada
puncak kedua 96.412 kkal/jam dan puncak ketiga 771.296 kkal/jam
sehingga total jumlah panas sebesar 9.479.613,488 kj/ jam.
2. Panas total pada sterilizer adalah sebesar 9.858,450,2446 kj /jam,
merupakan hasil penjumlahan dari panas yang diserap oleh tandan buah
segar (TBS) sebesar 9.479.613,488 kj/ jam, dijumlahkan dengan panas
yang diserap dinding sterilizer adalah sebesar 378.836,7566 kj /jam.
3. Besar efisiensi pada sterilizer dengan kapasitas 50 ton/jam di PT. PP
London Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill adalah sebesar
96,15 %.
5.2. Saran
1. Diharapkan adanya data tambahan untuk menganalisis sterilizer di PT.
London Sumatra Indonesia Tbk, Begerpang Palm Oil Mill misalnya data
properti kelapa sawit dan data temperatur permukaan sterilizer
bagian dalam, sehingga hasil analisis lebih akurat.
2. Perlunya ketelitian lebih dalam melakukan analisis supaya hasil
perhitungan akurat.

46
Lampiran 1.

Konduktivitas Thermal Bahan Isolasi Glass Wool

No Suhu (°C) Konduktivitas Thermal (k)

(W/m°C)

1 0°C 0,038

2 36°C 0,038

3 180°C 0,053

4 360°C 0,074

Konduktivitas Thermal Logam Baja Karbon (C = 0,5%)

No Suhu (°C) Konduktivitas Thermal (k)

(W/m°C)

1 -100 -

2 0 55

3 20 54

4 100 52

5 200 48

6 300 45

7 400 42

8 600 35

9 800 31

10 1000 29
Lampiran 2. Flowchart Pabrik Kelapa Sawit PT. PP London
Sumatra Indonesia, Begerpang Palm Oil Miil

PT. PP. LONDON SUMATRAFLOW PROCESS


INDONESIA, Tbk BGPOM - 50 T/H
BEGERPANG PALM OIL MILL - SERDANG LOCATION / AME-A

UNLOADING FFB

ESTATE

SECURITY BG POM
LOADING RAMP HORIZONTAL FFB SCRAPPER
20 Doors x 15 Ton
FFB FROM FIELD

WEIGH BRIDGE
FFB SPLITTER

LORRY

TRANSFER CARRIAGE NO.2


TIPPLER FRUIT BUNCH CONVEYOR

STERILIZER (2 Unit x 5 Lorry)

TRANSFER CARRIAGE NO.1


10 Ton 10 Ton

BUNCH AUTOFEEDER

RE-CYCLING E/B CONV.


EMPTY BUNCH CRUSHER
FIBRE CYCLONE FAN
FRUIT
ELEVATOR THRESHING
2 Unit
2 Unit
RE-THRESHING
1 Unit
BLOWDOWN TOP DISTRIBUTIO
INCLINED E/B CONV.
SILENCER CONVEYOR
N
CHOPPING

NUT GRADING DRUM CONDENSATE TANK / DILUTION WATER TANK BUNCH PRESS
2 Unit

TO EMU AREA (COMPOSTING


DIGESTER E/B PRESSED CONVEYOR
NUT HOPPER 4 Unit x 4000 LIQOUR TANK BUNCH PRESS
HORIZONTAL E/B CONV.
BOTTOM & CROSS CONVEYOR
RIPPLE MILL
OVER FLOW
TO BOILER

WASTE COVEYOR
WINOWING
WINOWING FAN NO.1FAN NO.2
PRESSING
4 Unit x 20 T/H
MAIN FRUIT BOTTOM CONVEYOR
WINOWING FAN NO.3
CRAKED MIXTURE CONVEYOR VIBRATING SLUDGE

BALANCE TANK
SAND CYCLONE
CAKE BREAKER CONVEYOR
DESTONER CYCLONE FAN (2 Unit)
SAND TRAP

TANK CLARIFIER TANK


(2 Unit)
Cap. 170 ton
NUT POLISHING DRUM
CRAKED MIXTURE ELEVATOR CLEAN OIL TANK
SHELL
OPPER
H Cap. 28 Ton SLUDGE TANK TO COOLING POND ( POME )
TO BOILER VIBRATING SCREEN
(2 Unit)
(3 Unit)
DRAIN Cap. 28 Ton
FUEL CONVEYOR DCO TANK
Cap. 9 Ton

SAND BOX

WET KERNEL DIST. CONVEYOR


DRAIN
NUT CONVEYOR DRAIN DRAIN
CLAY BATH

BOILER
(2 Unit)
Cap. 30 BAR WET KERNEL ELEVATOR STONE
SLUDGE CENTRIFUGE
KERNEL BULKING SILO (6 Unit)
KERNEL DRIER (2 unit)
(2 Unit) Cap. 250 ton

FLOATING TANK
VACUUM OIL DRIER
HOT (2 Unit)
WATER TANK OIL PURIFIER

SLUDGE PIT
WET KERNEL CONVEYOR DESPATCH CPO

SHELL TRANSPORT FAN


DESPATCH PK
TO DILUTION WATER
DRIED KERNEL CONVEYOR

HEATER FAN
UTAMAKAN P2K3-DLPOM

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DRIED KERNEL TRANSPORT FAN

OIL STORAGE TANK


(2 unit)
Cap. 2500 Ton

Anda mungkin juga menyukai