KARYA AKHIR
Oleh :
RAYDOVE PALTI THYMOTI SIRINGORINGO
NIM. 19 01 072
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian karya akhir guna mendapatkan
gelar ahlimadya Politeknik Teknologi Kimia Industri
Proses pengeringan inti sawit merupakan proses yang penting dalam pengolahan
kelapa sawit, karena proses pengeringan inti sawit adalah proses yang menentukan
kualitas kernel yang akan diperoleh . Kernel silo dryer adalah tempat
pengeringan kernel sebelum masuk penyimpanan yang berfungsi mengeringkan
kernel yang telah terpisah dari cangkang untuk menurunkan kadar air kernel
sehingga sesuai standart agar kernel tidak cepat rusak/berjamur. Bahan yang
masuk pada alat kernel silo dryer adalah kernel basah. Dari perhitungan lama
waktu pengeringan 2,3,4,5,6 jam menggunakan regresi linier lama waktu
pengeringan untuk mencapai kadar air dan kadar ALB sesuai standar yaitu adalah
4,71 jam .
Kata Kunci : Kadar ALB, Kadar air, Kernel, Kernel silo dryer, Pengeringan.
v
ABSTRACT
The palm kernel drying process is an important process in palm oil processing,
because the palm kernel drying process is a process that determines the quality of
the kernel to be obtained. Kernel silo dryer is a place for drying the kernels before
entering storage which functions to dry the kernels that have been separated from
the shell to reduce the moisture content of the kernel so that it meets the standard
so that the kernel does not get damaged / moldy. The material that enters the
kernel silo dryer is wet kernel. From the calculation of drying time 2,3,4,5,6 hours
using linear regression the length of drying time to reach the moisture content
and ALB content according to the standard is 4.71 hours.
Keywords: ALB content, Moisture content, Kernel, Kernel silo dryer, drying.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Akhir ini.
Dalam menyelesaikan penulisan Karya Akhir ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ratna Kristina Tarigan,ST.,M.Si dan Ibu Donda ,ST.,M.Si.selaku Dosen
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam
memberikan arahan dan dukungan sehingga Karya Akhir ini dapat
diselesaikan.
2. Ibu Maulidna, ST. M.Si selaku Dosen Wali.
3. Ibu Yenni Sitanggang, ST, M.T dan Ibu Harmileni, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Teknik Kimia.
4. Ibu Mahyana, SE. selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan.
5. Pembantu Direktur I, II dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
6. Bapak Poltak Evencus Hutajulu, ST, M.T selaku Direktur Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan.
7. Terkhusus kepada kedua orang tua saya yaitu Ayahanda Rahmat
Siringoringo S,Pd dan ibunda tercinta saya Golda Marlina I Pardede A,Md
yang telah memberi support dan doa yang sangat luar biasa dan tidak lupa
Adik Saya Glory Aurelia Siringoringo dan Shiren Melani Siringoringo
beserta seluruh keluarga besar, dan tidak lupa juga kepala lab beserta asisten
dosen dan teman-teman asisten mahasiswa laboratorium Oleokimia 2022,
seperjuangan PKL, teman-teman seperjuangan stambuk 2019 khususnya
Teknik Kimia B stambuk 2019 dan seluruh teman saya yang telah
memberikan dukungan dan do’a kepada penulis dalam penyelesaian Karya
Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Karya Akhir ini. Penulis juga
berharap semoga Karya Akhir ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ke depan.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................3
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3.2 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1. Kelapa Sawit.....................................................................................................5
2.1.1 Inti Sawit ...............................................................................................6
2.1.2 Standar Mutu Kelapa Sawit...............................................................8
2.1.3 Kadar Air ..........................................................................................10
2.1.4 Asam Lemak Bebas .........................................................................11
2.1.5 Pengeringan .....................................................................................13
2.1.6 Stasiun Kernel...............................................................................................15
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan.....................................................................20
2.3. Kerangka Konseptual......................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................25
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................25
3.1.1 Tempat Penelitian ..............................................................................25
3.1.2 Waktu Penelitian ...............................................................................25
3.2 Pengumpulan Data .....................................................................................25
3.2.1 Alat dan Bahan .................................................................................25
3.2.2 Cara Kerja . .........................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28
4.1 Data Pengamatan..............................................................................................28
4.2 Analisa data dan Pembahasan..........................................................................28
ix
4.2.1 Analisa Data .....................................................................................28
4.2.2 Pembahasan...................................................................................................41
BAB V PENUTUP...............................................................................................43
5.1 Kesimpulan......................................................................................................43
5.2 Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbedaan bagian buah dari tiga jenis kelapa sawit...........................6
Gambar 2.2 Kernel Silo.......................................................................................19
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis golongan pertama palma yang masuk ke
dalam golongan tanaman tahunan. Hasil utama yang diperoleh dari tanaman buah
kelapa sawit adalah minyak sawit yang terdapat pada daging buah dan inti sawit y
ang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak kelapa sawit ini dibedakan berdasar
kan komposisi asam lemak dan sifat fisik dan kimia. Mutu hasil olahan sangat dite
ntukan oleh mutu bahan baku, sedangkan bahan baku dipengaruhi oleh kegiatan p
asca panen,seperti mutu panen dan transportasi bahan baku. Kesalahan pada langk
ah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu hasil olahan tidak dapat memen
uhi standart yang telah ditetapkan , akibatnya dapat memperkecil efisiensi pengola
han. PT. Karya Pratama Niagajaya merupakan pabrik yang mengelola kelapa sawi
t menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan menghasilkan inti kelapa sawit yang bahan
bakunya berasal dari kebun sendiri dan pihak ketiga.
Produksi kernel inti sawit dihasilkan dari proses pengolahan nut (inti
sawit menjadi kernel secara pressing dilakukan pada stasiun kernel diawali dari
proses pemecahan cake kernel, pemisahan dan pembersihan nut–kernel– fiber
sampai pengeringan kernel yang dilakukan pada kernel silo. Kernel silo
merupakan tempat pengeringan inti sekaligus berfungsi sebagai penampungan
inti. Pengeringan inti diharapkan dapat mengurangi kadar air, sehingga proses ini
harus dimonitor dan dikendalikan agar penurunan mutu inti yang disebabkan oleh
kadar air dijaga pada nilai baku produk. Kernel silo adalah tempat yang sangat
penting dalam proses pengolahan kernel karena semakin lama kernel dikeringkan
akan memnyebabkan kernel gosong dan semakin cepat pun proses pengeringan
maka akan mempengaruhi mutu dari kernel tersebut. Oleh karena itu proses
pengeringan kernel di kernel silo harus pada waktu yang tepat.
Mutu minyak inti sawit dipengaruhi oleh kadar air dan kadar asam lemak
bebas. Kandungan air pada minyak inti sawit dipengaruhi oleh pengolahan
minyak sawit itu sendiri serta cara penyimpanan inti sawit. Kadar air minyak inti
sawit akan meningkat jika tempat penyimpanan inti sawit lembab dan atau kadar
1
air pada inti sawit tinggi melebihi kadar air kesetimbangan terhadap lembab nisbi
udara sekitarnya (daerah tropika sekitar 7-8%). Apabila kandungan airnya terlalu
tinggi maka kualitas minyak akan menurun sehingga proses penyimpanannya
tidak tahan lama akibat adanya proses hidrolisa oleh minyak inti sawit. Faktor
lainnya adalah kadar asam lemak bebas yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Hal ini disebabkan reaksi hidrolisa minyak, pemanenan buah sawit yang tidak
tepat waktu dan keterlambatan pengangkutan, sehingga mutu minyak inti kelapa
sawit yang tinggi akan mempengaruhi kualitas dari minyak, dan kadar asam
lemak bebas yang tinggi tidak diinginkan dalam minyak karena dapat merusak
mutu minyak dan berpengaruh dalam proses penyimpanannya (Fauzi et al, 2006).
Di dalam pabrik kelapa sawit pengolahan inti sawit harus melewati bebera
pa tingkatan pengerjaan sampai dihasilkan inti sawit yang sesuai dengan standard
mutu. Kernel dari kelapa sawit diperoleh dengan cara pemisahan, pemecahan, pen
geringan dan penyimpanan. Pada pengolahan terakhir dilakukan pengeringan inti
sawit di Kernel Silo Dryer yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada inti k
elapa sawit agar dapat memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan oleh PT. K
arya Pratama Niagajaya , yaitu kadar air maksimal 8% dan kadar alb kernel
maksimal 2,5% . Faktor- faktor yang mempengaruhi mutu inti kelapa sawit adalah
air , asam lemak bebas , dan kadar kotoran . Kadar air melebihi 8% dan kadar
ALB melebihi 2,5% dapat menyebabkan penurunan mutu inti sawit selama penyi
mpanan dan penjualan ke konsumen.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik membahasnya dalam bentuk
Karya Akhir dengan judul :
2
1.2 Perumusan Masalah
1. Berapa lama waktu pengeringan pada kernel silo dryer agar memenuhi s
tandart mutu kadar air dan Asam Lemak Bebas (ALB)?
4. Bagaimana pengaruh kadar air terhadap asam lemak bebas (ALB) dalam
proses pengeringan kernel palm uji?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis jacq) berasal dari Negara Afrika
Barat.Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.Pada kenyataannya tanaman kelapa
sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand,
dan Papua Nugini.Bahkan mampu memberikan hasil produksi perhektar yang
lebih tinggi.Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesepakatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber
perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak
sawit (Fauzi, 2008).
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang memiliki tinggi dapat mencapai 24
m. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak, buahnya kecil bila
masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan buahnya
mengandung minyak.Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goring,
sabun dan lilin, ampasnya digunakan untuk makanan ternak dan tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan
biji, tumbuh didaerah tropika dengan ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut.
Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, ditempat yang terbuka dengan
kelembapan yang tinggi. Kelembapan tinggi itu antara lain dengan adanya curah
hujan yang tinggi. Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang
dikenal.Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebalnya tempurung dan
daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan
tempurung, penampung irisan buah kandungan minyak dalam buah kelapa sawit
dapat dibagi atas tiga varietas yaitu :
5
6
1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2 - 8 mm, daging buah relatif
tipis dan kandungan minyaknya rendah.
2. Pisifera, dengan biji yang kecil dengan dan mempunyai tempurung yang
sangat tipis tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya
tinggi.
3. Tenera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu Dura dan Pisifera, dengan tempurung tipis dan ketebalan 0,5-4 mm.
Persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak
dalam buah yang dihasilkan lebih banyak.
Gambar 2.1 Perbedaan bagian buah dari tiga jenis kelapa sawit
(Sumber : Fauzi, Y, 2008)
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan buahnya menjadi
masak 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat pada perubahan warna kulitnya dari hijau pada buah mudah menjadi
merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal, jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas
dari tangkai tandannya (Tim Penulis, 1996).
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering
disebut sebagai noten atau nut. Biji terdiri atas cangkang, inti dan lapisan kulit
inti. Namun terdapat juga biji tanpa inti. Biji terdiri dari :
a. Shell (Cangkang) yang merupakan lapisan keras dan berwarna hitam,
memiliki berat jenis 1,2. Sebagian besar cangkang digunakan sebagai bahan
bakar pada pabrik kelapa sawit, cangkang mempunyai presentase (%) yang
berbeda jumlahnya.
b. Endosperm (Kernel/Inti) berwarna putih keabu - abuan dikelilingi kulit inti
berwarna cokelat gelap. Kernel terletak di dalam cangkang dan terdiri dari
lapisan endoseperm yang berminyak, kernel akan menghasilkan minyak inti
(PKO). Kernel memiliki berat jenis 1,07. Kernel mempunyai kandungan
dengan persentase (%) yang berbeda.
c. Lapisan kulit inti (Testa) berwarna cokelat gelap. Inti sawit merupakan hasil
olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti,
cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras
jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti
sawit (PKO).
Inti sawit (kernel palm) merupakan sebuah tanaman kelapa sawit yang telah
dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan.
Kernel merupakan bagian terpenting kedua setelah mesocarpmkarena dari inti
sawit inilah akan dihasilkan PKO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO.
Inti ini mengandung minyak yang warnanya jernih , dan kualitas minyak inti lebih
bagus jika dibandingkan dengan kualitas minyak daging buah. Hanya saja
kandungan minyaknya lebih sedikit dibanding dengan kandungan minyak daging
buah. Kandungan minyak yang terkandung sekitar 47 – 52% . mminyak inti sawit
banyak digunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri pangan dan non
pangan. Minyak inti sawit sangat baik digunakan daalm industri (Nurhidayati,
2010).
Inti terdapat di dalam biji kelapa sawit yang telah dilapisi tempurung. Dalam satu
buah terdapat satu biji yang mengandung inti. Bentuk inti sawit bulat padat atau
agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat
dan air. Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan
8
non protein. Bagian yang disebut estrakbel non protein yang mengandung
sukrosa, gula pereduksi dan pati (Nurhidayati, 2010).
Inti sawit merupakan produk sampingan hasil pengolahan Crude Oil Palm (CPO)
yang masih memiliki nilai jual tinggi. Inti sawit ( kernel) dapat diolah lebih lanjut
untuk pembuatan minyak inti sawit. Standart mutu inti sawit yang diperdagangkan
terbagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1. Mutu secara fisik yang terdiri atas kotoran
(maksimal 6%), inti pecah (maksimal 15%), dan inti berubah warna (maksimal
40%); 2. Mutu secara kimia terdiri dari kadar air (maksimal 8%), kadar minyak
(maksimal 46%), dan kadar asam lemak bebas (maksimal 3%). Proses penentuan
mutu inti sawit secara fisik dilakukan secara manual dengan memisahkan inti
sawit menjadi tiga bagian yaitu kotoran, inti pecah dan inti utuh Penentu mutu inti
sawit secara manual seringkali mengakibatkan terjadi konflik antara pembeli dan
penjual, kondisi ini tentunya merugikan kedua belah pihak. Selain itu, proses
penentuan mutu secara manual memiliki kekurangan pada rendahnya efisiensi,
objektifitas, dan tingkat konsistensi, sehingga perlu dilakukan pengembangan
metode identifikasi mutu inti sawit yang baik dan akurat (Nugraheni Okta, 2017).
Tabel 2. 1 Komposisi Inti Sawit
dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik
lebur, angka penyabunan, dan bilangan iodium.Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran,
logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higenisnya harus lebih
diperhatikan.Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh faktor.Faktor-
faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pancapanen,
atau kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutan.Selain itu, ada beberapa
faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit. Tingkat
kematangan buah akan berpengaruh pada kualitas buah. Jika panen dilakukan
pada keadaan buah lewat matang, kandungan asam lemak bebas yang terdapat
pada minyak akan meningkat. Sementara jika panen dilakukan pada buah yang
masih mentah, akan menurunkan kandungan minyak dari buah kelapa sawit.
Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut
saling berkait dan mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai produksi kelapa
sawit yang maksimal, yang diharapkan ketiga faktor tersebut harus selalu ada
dalam keadaan optimal (Sitinjak, 1983).
Adapun susunan dan sifat dari minyak sawit, inti sawit dan minyak inti sawit yang
merupakan standart mutu yang dikeluarkan oleh direktorat Jenderal perkenunan
tahun 1997 adalah sebagai berikut (Fauzi, 2008).
Tabel 2. 2 Standar mutu minyak sawit, inti sawit dan minyak inti
Inti sawit (Palm kernel) merupakan produk kedua setelah minyak sawit. Dari inti
sawit dapat diperoleh minyak sawit (PKO). Mutu minyak inti sawit sangat
dipengaruhi oleh perlakuan-perlakuan selama proses pengolahannya, sehingga
penting diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak inti
sawit yang terdiri dari:
- Air dan Kotoran
- Asam lemak bebas
- Bilangan peroksida dan
- Daya pemucatan
Jika kadar air dalam minyak sawit > 0.15% maka akan mengakibatkan hidrolisa
minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan
asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.
Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus
dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini
bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi
minyak (Gunawan, 2004).
1. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap
(Hanya memiliki ikatan tunggal) pada rantai karbonnya.
13
2. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap
pada rantai karbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi
dari pada yang tak jenuh .(Rantawi, 2017)
2.1.5 Pengeringan
Menurut Mc.Cabe pengeringan (drying) zat pada berarti pemisahan antara sejumla
h kecil air atau zat lain dari bahan padat,sehingga mengurangi kandungan sisa zat
cair di dalam zat padat itu sampai nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan langkah terakhir dan sederetan proses yang terdapat di pabrik
dan hasil pengeringan telah dapat dikemas. Proses pengeringan merupakan proses
perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada
permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya
perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan
temperatur ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan
benda yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih dingin. (Mc.Cab
e,1993).
Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dan sederetan proses yang
terdapat di pabrik dan zat cair hasil pengeringan telah siap untuk dikemas.
Pemisah air atau zat cair lain dari zat padat dilakukan dengan memeras zat air itu
secara mekanik sehingga keluar, atau pemisahan secara sentrifugal, atau
penguapan secara thermal. Pemisahan zat cair secara mekanik biasanya lebih
murah biayanya, dan karena itu biasanya kandungan zat cair itu diturunkan
terlebih dahulu sebanyak-banyaknya dengan cara itu sebelum mengumpankannya
ke pengeringan panas.
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yang
berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkan sebagai :
Pengeringan Batch adalah pengeringan dimana bahan yang dikeringkan
dimasukkan ke dalam alat pengering dan didiamkan selama waktu yang
ditentukan.
Pengeringan Continue adalah pengeringan dimana bahan basah masuk secara
sinambung dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat pengering.
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan panas pada sistem
dan memindahkan uap air, proses pengeringan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
14
2.1.6.2 Deppericarper
Kegunaan dari depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler (ketel uap). Fungsi kerjanya
adalah tergantung pada berat massa, yang berat massanya lebih ringan (fiber) akan
16
terhisap oleh fan / blower. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk menuju
ke Nut Polishing drum.
2.1.6.5 Destoner
Fungsi destoner adalah untuk mengambil batu maupun benda lain yang terikut
selain nut. Selanjutnya nut jatuh ke wet nut conveyor, dengan hisapan udara nut
jatuh ke nut silo dan akan dibawa oleh conveyor ke destoner untuk mengambil
batu maupun benda lain selain nut yang terikut.
Pratama Niagajaya hanya memiliki 1 nut grading screen. Biji yang telah
disesuaikan ukurannya akan dimasukkan ripple mill. Biji dengan ukuran besar dan
sedang akan ke ripple mill 1 dan biji yang berukuran kecil masuk ke ripple mill 2.
2.1.6.9 LTDS 1
Alat ini merupakan alat pemisah cangkang, kernel, pecahan kernel yang masih
menempel di cangkang dan lainnya. Cangkang dan kernel yang dibawa oleh
cracked mixture conveyor akan masuk ke LTDS 1. Cangkang dan serabut atau
benda lain yang ringan akan dihisap oleh dust cyclone blower 1 dan akan
ditampung dust cyclone 1. Setelah cangkang akan diangkut oleh conveyoruntuk
dijadikan menjadi bahan bakarboiler. Kernel dan pecahannya akan dibawa ke
LTDS 2 untuk dipisahkan lagi.
2.1.6.10 LTDS 2
Alat ini berfungsi untuk memisahkan kernel dari pecahan pecahan kernel yang
masih menempel pada cangkang dan yang lainnya. Cangkang akan di hisap oleh
dust cyclone blower 2 dan akan diangkut oleh conveyoruntuk dijadikan menjadi
bahan bakar boiler. Kernel yang sempurna akan jatuh dan dibawa ke kernel silo
dengan menggunakan transfer inti. Kernel yang tidak terpisah dari cangkangnya
akan dibawa ke claybath.
18
2.1.6.11 Claybath
Di claybath biji akan di rendam didalam air yang bercampur CaCO3 (Calcium
Karbonat). CaCO3 digunakan dalam proses agar massa jenis air bertambah 1
kg/cm2 menjadi 1.17 kg/cm2 dan mengakibatkan kernel dan cangkang terpisah. Ini
disebabkan karena massa jenis kernel yaitu 1,07 kg/cm 2 lebih rendah
dibandingkan dengan massa jenis cangkang 1,2 kg/cm2 . Kernel akan masuk ke
kernel silo melalui wet kernel elevator dan c angkang akan diangkut shell elevator
menuju shell hopper.
Keterangan gambar :
1. Silo
2. Heater
3. Fan
2.1.6.13 Bulk Kernel Silo
Bulk kernel silo berfungsi untuk tempat penyimpanan kernel atau inti produksi
sebelum dikirim ke suplaier. Pada PKS Karya Pratama Niagajaya terdapat 3 buah
bulk kernel silo dengan kapasitas 80 ton.
20
Mulai
Ambil Sampel
Pengeringan di Laboratorium
Waktu 2 jam Waktu 3 jam Waktu 4 jam Waktu 5 jam Waktu 6 jam
Tipe : Rectangulair
Kapasitas : 26 ton
1. Neraca Analitik
3. Blender
4. Alat Soklet
5. Botol Aquadest
6. Buret 50 ml
7. Gelas Ukur
8. Hot Plate
24
9. Labu Destilasi
11. Tibal
13. Spatula
c. Bahan
1. Sampel kernel
2. Aquadest
3. Alkohol
4. KOH
5. Indikator PP
6.N-heksana
24
3.2.2 Cara Kerja .
1. Pengujian kadar air sampel
a. Sampel yang telah dikeringkan dengan variasi waktu 2; 3; 4; 5; 6 jam
dihaluskan masing -masing dengan batu gilingan.
b. Sampel yang di haluskan di timbang sebanyak masing-masing + 20 g
ram dengan cawan porselin yang sudah tau beratnya .
c. Lalu masing- masing sampel di keringkan didalam oven selama 2 ja
m dengan suhu 105 0 C .
d. Setelah pengeringan di oven selesai lalu sampel didinginkan didesika
tor selama 15 menit.
e. Sampel yang sudah didinginkan ditimbang masing-masing beratnya.
f. Hitung kadar air dengan menggunakan rumus :
W 1 −W 2
% Kadar Air = X 100%
W1
Keterangan :
W1 = Berat Kernel basah (gram)
W2 = Berat Kernel Kering (gram)
2. Menentukan konsentrasi KOH sebenarnya
Pembuatan Larutan KOH dalam labu 2000 ml
Diketahui :
Volume Labu Ukur = 2000 ml
N KOH = 0,1 Ek/L
BE KOH = 56,1 g/Ek
Ditanya : Gram KOH yang ditimbang=…… ?
Jawab :
Gram KOH = N KOH X BE KOH X Volume Labu
= 0,1 Ek/L X56,1 g/Ek X 2 L
=11,22 gram
Pembuatan Larutan asam oksalat dalam labu 50 ml
Diketahui :
Volume Labu Ukur = 50 ml
N KOH = 0,1 Ek/L
BE KOH = 63 g/Ek
Ditanya : Gram asam oksalat yang ditimbang=…… ?
Jawab :
Gram As. Oksalat = N As.Oksalat X BE As. Oksalat X Volume
= 0,1 Ek/L X 63 g/Ek X 0,05 L
=0,31 gram
Standarisasi Larutan KOH dengan Asam Oksalat
Kedalam erlemeyer yang berisis larutan asam oksalat ditambahkan 3 tete
s indikator pp , kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan KOH y
ang akan distandarisasikan hingga terjadi perubahan warna merah jambu
(TAT).
No Volume Asam Oksalat Indikator PP Vol KOH
(ml) (tetes) ( ml)
1 10 2 9,2
2 10 3 9,15
v 1+ v 2 9,2+9,15
V rata-rata =
2
= 2
= 9,175 ml
=5
mgr AsamOksalat
N KOH =
FP X ml KOH X BE Asam Oksalat
315 mgr
= mgr
5 X 9,175 ml X 63
mEk
= 0,1087 N
3. Pengujian kadar Asam Lemak Bebas (ALB) sampel uji
a. Erlenmeyer kosong ditimbang menggunakan neraca analitik.
b. Timbang sampel sebanyak ± 5 gram dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya. Berat sampel
dicatat sebagai Ws.
c. Tambahkan 15 ml n-heksan dan 50 ml alkohol.
d. Dipanaskan di atas hot plate selama 1 menit lalu didinginkan.
e. Tambahkan 3 tetes indikator PP.
f. Titrasi menggunakan KOH 0,1087 N hingga terbentuk larutan merah
muda (merah lembayung) dan dicatat volume KOH yang terpakai.
V KOH X N KOH XBM Asam Lemak
% Kadar ALB = X 100%
ws X 1000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan kadar air inti sawit pada variasi waktu pengeringan pada table
4.1, yaitu:
W2 = 18,0458 gram
Penyelesaian :
w 1− w 2
% Kadar air = x 100%
w1
( 20,1008− 18,0458 ) g
% Kadar air = x 100%
20,1008 g
W2 = 19,2426 gram
Penyelesaian :
w 1− w 2
% Kadar air = x 100%
w1
( 20,2443− 19,2426 ) g
% Kadar air = x 100%
20,2443 g
Penyelesaian :
w 1− w 2
% Kadar air = x 100%
w1
( 20,1340− 19,2878 ) g
% Kadar air = x 100%
20,1340 g
W2 = 19,8867 gram
Penyelesaian :
w 1− w 2
% Kadar air = x 100%
w1
( 20,7045− 19,8867 ) g
% Kadar air = x 100%
20,7045 g
W2 = 19,8493 gram
Penyelesaian :
w 1− w 2
% Kadar air = x 100%
w1
( 20,6021−19,8493 ) g
% Kadar air = x 100%
20,6021 g
Tabel 4. 3 Hasil pengamatan dan Analisa Kadar Air pada Kernel Palm Uji di PT.
Karya Pratama Niagajaya
Dari data hasil perhitungan diperoleh kadar air pada variasi waktu pengeringan 2-
6 jam dengan persentase kadar air 10,22% , 9,77 % ,8,35% , 7,64% , 7,1% .
Standar operasional perusahaan ,kadar air adalah maksimal 8 %
Persentase kadar air paling minimum pada interval 2 jam-6 jam diperoleh sebesar
7,64% pada waktu 5 jam .
Apa lebih < 5 jam maka kernel akan lebih mudah rusak/ berjamur karena
mengandung kadar air yang tinggi.
Data yang digunakan untuk perhitungan regresi linier disajikan pada tabel 4.3.
No X Y X2 Y2 XY
n ( ∑ XY ) − ( ∑ X )( ∑ Y )
r=
√ n (∑ X ) − (∑ X ) x n (∑ Y ) − (∑ Y )
2 2 2 2
5 ( 163,95 ) − ( 20 ) ( 43,08 )
r=
√ 5 ( 90 ) − ( 20 ) 2
x 5 ( 378,4034 ) − ( 43,08 )
2
( 819,75 ) − ( 861,6 )
r=
√ ( 450 ) − ( 400 ) x ( 1892,071 ) − ( 1855,8864 )
( − 41,85 )
r=
√ ( 50 ) x ( 36,1846 )
( −41,85 )
r=
√ ( 1809,23 )
( − 41,85 )
r=
( 42,5350 )
r =−0,9695
( ∑ Y ) ( ∑ X 2 ) − ( ∑ X )( ∑ XY )
a=
n ( ∑ X ) − ¿¿
2
( 43,08 ) ( 90 ) − ( 20 ) ( 163,95 )
a= 2
5 ( 90 ) − ( 20 )
a=11,964
n ( ∑ XY ) − ( ∑ X )( ∑ Y )
b=
n ( ∑ X ) −¿ ¿
2
5 ( 163,95 ) − ( 20 )( 43,08 )
b=
5 ( 90 ) − ( 20 )2
b=−0,837
Maka dapat diperoleh persamaan garis linier sederhana adalah:
Y = a + bX
Y = 11,964 + (-0,837) X
Grafik 4.1. Grafik Pengaruh Waktu Pengeringan terhadap Kadar Air Kernel
Palm Uji
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Waktu Pengeringan( Jam)
Y = 11,964 + (-0,837)X
8 = 11,964 + (-0,837)X
0,837 X= 11,964 -8
X = 4,7144 jam
Perhitungan kadar ALB inti sawit pada variasi waktu pengeringan pada tabel 4.2,
yaitu:
Tabel 4. 5 Hasil Pengamatan dan Analisa Kadar ALB pada Kernel Palm di PT.
Karya Pratama Niagajaya.
Dari data hasil perhitungan tabel 4.5 diperoleh kadar air pada variasi waktu
pengeringan 2-6 jam dengan presentasi ALB 3,98%, 3,54%,2,43%,2,4%, 1,65% .
Standar operasional perusahaan ,kadar air adalah 2 % (maksimal ).
Persentase ALB paling minimum pada interval 2 jam-6 jam diperoleh sebesar
pada waktu 6 jam.
Apa lebih < 6 jam maka kernel akan lebih mudah rusak/ berjamur karena
mengandung ALB yang tinggi.
Data yang digunakan untuk perhitungan regresi linier disajikan pada tabel 4.5
No X Y X2 Y2 XY
4 5 2,4 25 5,76 12
5 ( 50,35 ) − ( 20 ) ( 14,05 )
r=
√ 5 ( 90 ) − ( 20 ) 2
x 5 ( 43,1159 ) − ( 14,05 )
2
( 251,75 ) − ( 281 )
r=
√ ( 450 ) − ( 400 ) x ( 215,5795 ) − ( 197,4025 )
( −29,25 )
r=
√ ( 50 ) x ( 18,177 )
( −29,25 )
r=
√ ( 908,85 )
( −29,25 )
r=
( 30,1471 )
r =−0,9414
maka:
( ∑ Y ) ( ∑ X 2 ) − ( ∑ X )( ∑ XY )
a=
n ( ∑ X ) − ¿¿
2
(14,05 )( 90 ) − (20 )( 50,35 )
a=
5 ( 90 ) − ( 20 )2
a=5,15
n ( ∑ XY ) − ( ∑ X )( ∑ Y )
b=
n ( ∑ X ) −¿ ¿
2
5 ( 50,35 ) − ( 20 )( 14,05 )
b= 2
5 ( 90 ) − ( 20 )
b=−0,585
Maka dapat diperoleh persamaan garis linier sederhana adalah:
Y = a + bX
Y = 5,15 + -0,585 X
Grafik 4.2. Pengaruh Waktu pengeringan terhadap kadar ALB Kernel palm uji
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Waktu Pengeringan ( Jam )
Y = 5,15 + (-0,585)X
2,5 = 5,15 + (-0,585)X
X = 4,5299 jam
Maka, untuk memperoleh kadar air kernel sebesar 2,5% diperlukan waktu
pengeringan oleh kernel silo dryer selama 4,5299 jam.
3. Pengaruh Kadar Air terhadap kadar ALB
Data yang digunakan untuk perhitungan regresi linier disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4. 7 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana antara Kadar Air Kernel
terhadap Kadar ALB.
No X Y X2 Y2 XY
164,4414
r=
√ ( 474,3096 ) x ( 61,1176 )
( 164,4414 )
r=
√ ( 28988,6644 )
( 164,4414 )
r=
(170,2605 )
r =0,9658
Nilai r = 0,9658 menunjukkan bahwa hubungan antara %kadar air kernel dengan
% Kadar ALB kernel berbanding lurus dan saling bereratan , maka dapat
disimpulkan semakin kecil % kadar air kernel maka %kadar ALB semakin kecil .
4.2.2 Pembahasan
Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisahan biji perlu usaha
untuk mengurangi kadar air dan ALB sehingga tidak terjadi proses penurunan
mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama penyimpanan, oleh sebab
itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara
kelembaban udara dengan kadar air inti.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar air dari range waktu 2,3,4,5,dan 6 jam yaitu
secara berturut- turut yaitu 10,22% ,9,77%,8,35%, 7,64% dan 7,1% . kadar alb
yang diperoleh yaitu sebesar 3,985, 3,59%,2,43%,2,4% dan 1,65%. Dari hasil
penelitian diperoleh waktu yang digunakan kernel silo untuk memenuhi standar
mutu kernel yang ada yaitu 4,7144 jam . sedangkan waktu pengeringan kernel di
Pabrik Karya Pratama Niaga jaya yaitu berkisar 7-9 jam . jadi dapat disimpulkan
supaya pengefektifan proses dan kecepatan kerja setiap 4,7144 jam kernel sudah
bisa di keluarkan dari kernel silo dan di simpan di bulk kerne menunggu untuk
dipasarkan.
Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air melaui perhitungan regresi yaitu
nilai r = - 0,9838 menunjukkan bahwa hubungan antara temperatur dengan %
kadar air kernel berbanding terbalik dan saling bereratan , maka dapat
disimpulkan semakin lama waktu pengeringan kernel maka %kadar air semakin
kecil .
Pengaruh kadar air terhadap kadar alb memalui perhitunga regresi yaitu nilai r =
0,9658 menunjukkan bahwa hubungan antara %kadar air kernel dengan % Kadar
ALB kernel berbanding lurus dan saling bereratan , maka dapat disimpulkan
semakin kecil % kadar air kernel maka %kadar ALB semakin kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Lama waktu pengeringan pada kernel silo dryer agar memenuhi standart
mutu kadar air adalah 4,7144 jam .dan asam lemak bebas (ALB) adalah
4,5299 jam .
2. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air dapat diamati dari nilai r
= - 0,9838 menunjukkan bahwa hubungan antara temperatur dengan %
kadar air kernel berbanding terbalik dan saling bereratan , maka dapat
disimpulkan semakin lama waktu pengeringan kernel maka %kadar air
semakin kecil.
3. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar ALB dapat diamati dari nilai
r = - 0,9414 menunjukkan bahwa hubungan antara waktu pengeringan
dengan % Kadar ALB kernel berbanding terbalik dan saling bereratan ,
maka dapat disimpulkan semakin lama waktu pengeringan kernel maka
%kadar ALB semakin kecil
4. Pengaruh kadar air terhadap asam lemak bebas (ALB) dalam proses
pengeringan kernel palm uji dapat diamati dari nilai r = 0,9658
menunjukkan bahwa hubungan antara %kadar air kernel dengan % Kadar
ALB kernel berbanding lurus dan saling bereratan, maka dapat
disimpulkan semakin kecil % kadar air kernel maka %kadar ALB
semakin kecil.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah Untuk menghasilkan % k
adar air yang sesuai dengan standar pabrik yaitu 8%, diharapkan tingkat peny
emplingan sampel dilakukan rutin. untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya ada
perhitungan neraca massa pada unit kernel silo tersebut agar lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA