Disusun Oleh :
FAKULTAS
KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2021
i
Halaman Judul
Disusun Oleh :
Diajukan kepada
Fakultas Kehutanan
Sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai mata kuliah Magang
di Minat Kehutanan, Jurusan Kehutanan
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2021
i
Halaman Pengesahan
LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG
Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan magang ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan magang ini, tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga perlu kiranya
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
iii
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...8
A. Latar Belakang.........................................................................................8
B. Tujuan Magang........................................................................................8
A. Tujuan....................................................................................................10
B. Tinjauan Pustaka....................................................................................10
D. Cara Kerja..............................................................................................11
E. Hasil Pengamatan..................................................................................11
F. Pembahasan...........................................................................................12
G. Kesimpulan............................................................................................14
iv
BAB III PENYULINGAN DAUN KAYU PUTIH...................................................15
A. Tujuan....................................................................................................15
B. Tinjauan pustaka....................................................................................15
D. Cara Kerja..............................................................................................16
E. Hasil Pengamatan..................................................................................16
F. Pembahasan...........................................................................................18
G. Kesimpulan............................................................................................19
A. Tujuan....................................................................................................20
B. Tinjauan pustaka....................................................................................20
D. Cara Kerja..............................................................................................21
E. Hasil Pengamatan..................................................................................22
F. Pembahasan...........................................................................................27
G. Kesimpulan............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
LAMPIRAN................................................................................................................32
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam persiapan menghadapi dunia kerja mahasiswa haruslah
memiliki bekal yang tidak hanya dalam lingkup teori namun juga praktek dan
softskills. Selain hal tersebut pensinkronan antara teori yang didapatkan di
bangku kuliah dan di dunia kerja ataupun wawasan lain yang nantinya akan
sangat berguna saat mahasiswa memasuki dunia kerja. Dalam upaya
memenuhi standar tersebut maka dilaksanakan magang di Balai Penelitian
Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPTSTH) Kuok yang merupakan badan
research terkait teknologi serat tanaman hutan dan penugasan lainnya dari
Badan Litbang Kehutanan serta pengembangan terhadap hasil penelitian.
Degan adanya kegatan magang ini mahasiswa diharapkan mendapatkan
berbagai hal yang akan berguna di dunia kerja nantinya, yang tentunya tidak
didapat di bangku kuliah.
B. Tujuan Magang
1. Memberikan bekal ketrampilan kepada mahasiswa secara langsung dalam
pengelolaan hutan sehingga tercipta link and match dunia pendidikan dan
dunia kerja.
2. Sinergi potensi teoritis akademik dengan dunia pengelolaan hutan dalam riset
dan pengembangan dalam menangkap peluang untuk mensikapi
persaingan di era global
3. Memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang budaya kerja pada
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan
9
C. Waktu dan Jadwal Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 18 september sampai 18
Kegiatan Tanggal
Peninjauan KHDTK Kepau Jaya 18 Sepember 2020
Orientasi Kelti Silvikultur 21 – 25 September 2020
Orientasi Kelti Teknologi 28 September – 2 Oktober 2020
Orientasi Kelti Sosek 5 – 9 Oktober 2020
Presentasi 1 16 Oktober 2020
Pembuatan pelet benih 19 September – 27 November 2020
Pengaplikasian pelet benih 30 Oktober – 11 Desember 2020
Presentasi 2 14 Desember 2020
BAB II
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SERAT
TANAMAN HUTAN (BPTSTH)
A. Tujuan
1. Mengetahui kegiatan di Balai Litbang BP2TSTH
10
B. Tinjauan Pustaka
Penelitian dan pengembangan (Litbang) berperan penting dalam
mendorong kemajuan suatu negara. Hasil litbang yang akurat dalam bentuk
konsep, model, skenario, maupun pilihan kebijakan yang tepat dapat menjadi
rekomendasi dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul di suatu negara
mulai dari perubahan iklim, krisis pangan dan energi hingga solusi dalam rangka
meningkatkan produktivitas di berbagai sektor pembangunan. Pentingnya peran
lembaga litbang terangkum pada UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang tercantum pada Pasal 209 dan 219. Amanah tersebut menyebutkan,
pentingnya pembentukan badan daerah untuk melaksanakan fungsi penunjang
urusan pemerintahan yang meliputi perencanaan, keuangan, kepegawaian dan
pendidikan, serta pelatihan dan penelitian pengembangan. Selain itu, pada Pasal
373 dan Pasal 374 menyatakan BPP (Badan Penelitian dan Pengembangan) juga
berfungsi sebagai salah satu instrumen pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Roni, 2016). Pada Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPTSTH) Kuok yang merupakan badan
research terkait teknologi serat tanaman hutan dan penugasan lainnya dari Badan
Litbang Kehutanan serta pengembangan terhadap hasil penelitian. Didirikan pada
tahun 1984 oleh PT. Caltex.
D. Cara Kerja
1. Mempelajari materi power point (ppt) yang diberikan
2. Mendengarkan penjelasan yang diberikan
11
E. Hasil Pengamatan
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan
(BP2TSTH) berada di Jl.Raya Bangkinang-Kuok Km.9, Bangkinang 28401
Kotak Pos 4/BKN Bangkinang - Propvinsi Riau. Adapun struktur Organisasi
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan Sesuai
dengan Permen LHK Nomor : P.20/MENLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat
Tanaman Hutan terdpat pada gambar II.1. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya wilayah kerja dari BP2TSTH yaitu seluruh wilayah Indonesia, dengan
spesifikasi kegiatan pelaksanaan penelitian dan pengembangan terhadap hasil
penelitian terkait teknologi serat tanaman hutan dan penugasan lainnya dari
Badan Litbang Kehutanan.
12
alternatif sebagai bahan baku kertas dan papan serat), dan pot organik bibit
tanaman dari limbah lignoselulosa sekitar hutan.
13
Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) dikepalai oleh Bapak Priyo
Kusumaedi, S. Hut., MP. P. Dengan tata kerjanya dibagi menjadi beberapa sub
dan seksi. Sub seksi diluar dari jabatan fungsional secara teknis juga memiliki
tugas dalam menunjang keberlangsungan kegiatan fungsional di BP2TSTH.
14
G. Kesimpulan
1. Wilayah kerja BP2TSTH yaitu seluruh wilayah Indonesia, dengan spesifikasi
kegiatan pelaksanaan penelitian dan pengembangan terhadap hasil penelitian
terkait teknologi serat tanaman hutan dan penugasan lainnya dari Badan
Litbang Kehutanan.
2. Jabatan fungsional di BP2TSTH terbagi menjadi 3 Kelompok Peneliti (Kelti).
Kelompok peneliti Teknologi Pengelolahan, Kelompok Peneliti Sosial
Ekonomi dan Kebijakan. Serta Kelompok Peneliti Silvikultur
3. Kegiatan penelitian yang telah dilakukan yaitu Informasi potensi dasar (sifat
kayu dan pulp, sebaran, syarat tumbuh dan karaktertik pertumbuhan) kayu
alternatif sebagai bahan baku kertas dan papan serat), dan pot organik bibit
tanaman dari limbah lignoselulosa sekitar hutan
BAB III
PENYULINGAN DAUN KAYU PUTIH
A. Tujuan
1. Mengetahui teknik penyulingan daun kayu putih
15
B. Tinjauan pustaka
Minyak atsiri atau disebut juga minyak etiris, minyak menguap
merupakan suatu zat yang berbau yang terdapat dalam berbagai tanaman. Minyak
atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor non - migas yang memiliki peluang
pasar dan sangat dibutuhkan keberadaannya oleh berbagai bidang industri di
dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut disebabkan oleh kegunaan minyak
atsiri yang sangat luas dan spesifik.
Tercatat tidak kurang dari 40 jenis minyak atsiri yang selama ini telah
diperdagangkan di pasar dunia dapat diproduksi di Indonesia. Jenis tanaman
minyak atsiri yang saat ini dapat dikembangkan sekaligus diproduksi minyaknya
sebagai bahan pengharum atau pewangi antara lain nilam dan kenanga. (Sumarni,
et al. 2008). Gelam atau lebih dikenal sebagai tumbuhan kayu putih
(Melalauca leucadendron Linn.) adalah tumbuhan yang mengandung minyak
atsiri, dengan penyebaran di seluruh area Indonesia. Minyak atsiri yang
dihasilkan berupa minyak kayu putih yang memiliki banyak manfaat
terutama dalam bidang pengobatan, sehingga minyak kayu putih ini
sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat (Utomo, et al. 2018). Dalam
Muyassaroh (2016) berdasarkan hasil penelitian rendemen untuk daun layu
(diangin-anginkan) dan kering yang dihasilkan berada pada kisaran (0,526%
-0,638%).
D. Cara Kerja
1. Memisahkan daun gelam dari tangkai
2. Menimbang daun kayu putih
16
3. Memasak daun kayu putih selama 6 jam
4. Memisahkan lapisan minyak
E. Hasil Pengamatan
1. Pemisahan daun dari ranting bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
penyulingan, daun kayu putih yang sudah dipisahkan dari ranting pada
gambar III.1
Gambar III.1 Daun Kayu Putih yang Sudah Terpisah dari Ranting
2. Daun kayu putih setelah dipisahkan dari ranting dan ditimbang, mendapat
hasil seberat 13 kg, semetara berat ranting tanpa daun yaitu 7 kg.
3. Daun kayu putih dimasak menggunakan alat destilasi dengan metode kukus.
Alat destilasi yang digunakan memiliki kapasitas 7 kg bahan dan 6 liter air.
Penambahan air dilakukan 2 jam sekali sebanyak 2 liter. Ditunjukan pada
gambar III.2 alat destilasi memiliki pipa kondesnsor yang akan mengalirkan
uap hasil pemanasan. Pipa kondensor juga dialiri air mengalir yang bertujuan
mendinginkan uap hasil pemanasan.
4. Pemisahan lapisan minyak dilakukan dengan menggunakan bantuan sendok
dan pipet tetes, gambar III.3. Lapisan minyak kayu putih akan berada diatas
permukaan air. Gambar III.4 menunjukan minyak hasil penyulingan daun
kayu putih.
17
Gambar III 2 Pemasakan Daun Kayu Putih
18
1 7 9 0,1157
2 6 7 0,105
Total 13 16 0.11035
Keterangan :
n : jumlah minyak yang diperoleh (kg)
N : jumah daun yang disuling (kg)
BJ minyak kayu putih : standar minimal SNI yang mensyaratkan BJ minimal
minyak kayu putih adalah sebesar 0,900. Handayani
(1997) dalam Arnita (2011) dalam Widiyanto, et al
(2013).
F. Pembahasan
Penyulingan dilakukan di lab Litbang BP2TSTH Kuok. Kegiatan
penyulingan diawali dengan pemisahan daun kayu putih dari ranting. Pemisahan
daun ini dilakukan guna memaksimalkan penggunaan bahan baku sehingga hasil
penyulingan bisa maksimal. Dalam pemisahan satu karung daun kayu putih dan
ranting didapatkan hasil daun kayu putih seberat 13 kg dengan berat ranting 7 kg.
Selama pemasakan harus dipastikan bila kodensor terus dialiri air dan
air dalam destilator harus selalu tersedia. Uap air dari hasil pemanasan bahan
dalam desikator akan alirkan ke pipa kondensor. Pipa kondensor memiliki dua
lapisan pipa. Pada lapisan pipa paling luar dialiri air. Air yang mengalir pada
19
kondensor berfungsi untuk mengembunkan uap hasil pemanasan air dan bahan
didalam kondensor. Pada pipa kedua dilewati uap hasil pemanasan bahan.
G. Kesimpulan
1. Penyulingan daun kayu putih dilakukan dengan metode kukus.
2. Rata-rata rendemen minyak kayu putih yang didapat adalah 0.11035% masih
tergolong rendah.
BAB IV
PELET BENIH
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat pelet benih
B. Tinjauan pustaka
Kerusakan lahan dan hutan dapat diakibatknan kerena penebangan liar,
kebakaran, pertambangan, ataupun kegitaan lain yang meningkatkan luas lahan
20
kritis. Berdasarkan data statistik kehutanan tahun 2017, luas kawasan hutan
yang dikategorikan kritis adalah 24,30 juta ha (KLHK, 2017). Dalam usaha
pembangunan kembali lahan kritis masih menggunakan penanaman bibit yang
menggunakan wadah plastik (polybag). Penggunaan wadah platik lambat laun
seiring dengan perjalanan waktu dapat menimbulkan permasalah lingkungan
yang serius. Kegiatan penanaman seringkali kurang maksimal, penggunaan
polybag dalam usaha rehabilitasi lahan kurang optimal dalam menjangkau areal
areal dengan topografi ektrem.
21
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pelet
benih adalah : gelas beaker 500 ml, pengaduk kaca, kompor, timbangan, alat
pencetak, gelas ukur, kamera, alat tulis, oven, cocopeat, beewax, asam oleat,
trietanolamin, kompos, arang sekam, tepung tapioka, air, benih kelor.
D. Cara Kerja
1. Membuat media 1 (1 bagian kompos : 1 bagian arang sekam : 1 bagian
cocopeat), membuat media 2 (2 bagian kompos : 1 bagian arang sekam), serta
media kontrol (1 bagian kompos : 2 bagian tanah)
2. Membuat perekat dengan mencampurkan tepung tapioka dan air. Persentase
perekat yang digunakan adalah 2,5%, 5%, dan 7,5%, dengan penambahan air
sebanyak setengah dari berat total bahan. Larutan perekat akan dipanaskan
hingga mengental.
3. Mencampurkan campuran media dan perekat hingga merata
4. Mencetak pelet benih
5. Mengoven pelet benih selama 20 jam dengan suhu 80˚C
6. Membuat larutan coating yang terbutan dari campuran beewax dan asam oleat
sebagai emulsi, serta campuran air dan trietanolamin sebagai pelarut
7. Menyemprotkan larutan coating pada pelet benih yang sudah kering
8. Melakukan pengaplikasian pelet benih terhadap benih kelor
E. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan media pada gambar IV.1 dilakukan dengan mencampur 1 (1
bagian kompos : 1 bagian arang sekam : 1 bagian cocopeat), membuat media
2 (2 bagian kompos : 1 bagian arang sekam), serta media kontrol (1 bagian
kompos : 2 bagian tanah)
22
Gambar IV.1 Mencampur Bahan Penyusun Media
2. Pembuatan perekat pada gambar IV.2 dilakukan dengan memasak larutan
tepung tapioka dan air. Persentase perekat yang digunakan adalah 2,5%, 5%,
dan 7,5% dari berat media, dengan penambahan air sebanyak setengah dari
berat total bahan. Berat total bahan didapat dari penambahan berat media yang
digunakan dan berat tepung tapioka ditunjukan pada tabel IV.1. Larutan
perekat akan dipanaskan hingga mengental.
3. Mencampurkan campuran media dan perekat (gambar IV.2) yang dilajutkan
mencetak pelet benih (gambar IV.3). Adapun jumlah pelet benih yang
dihasilkan tertera pada tabel IV.1
4. Pengovenan pelet benih (gamar IV.4) dilakukan selama 20 jam dengan suhu
80˚C.
5. Pembuatan larutan coating yang terbutan dari campuran beewax dan asam
oleat sebagai emulsi, serta campuran air dan trietanolamin sebagai pelarut.
Bahan yang digunakan untuk pelarut adalah 20 ml asam oleat, 40 ml
trietanolamin, dan 840 ml air, yang kemudian dicampurkan (gambar IV.6).
selanjutnya adalah pembuatan emulsi dengan menggunakan 120 gram beewax
dipanaskan hingga beewax terlarut sempurna (gambar IV.7). Emulsi dan
pelarut yang telah dibuat kemudian dicampurkan (gambar IV.8).
23
Gambar IV.2 Memanaskan Larutan Tepung Tapioka Hingga Mengental
24
Gambar IV.5 Mengoven Pelet Benih
25
Gambar IV.8 Mencampurkan Larutan Emulsi dan Pelarut Hingga
Homogen
6. Menyemprotkan larutan coating pada pelet benih yang sudah dioven
ditunjukan pada gambar IV.9. Sementara pada gambar IV.10 dan gambar
IV.11 menunjukkan.
26
Gambar IV 11 Pelet Benih dengan Media 2
Tabel IV.1 Berat Media dan Jumlah Pelet Benih
27
Tabel IV.2 Data Persen Perkecambahan Benih Kelor Umur 2 Minggu
28
Pembuatan pelet benih diawali dengan menyiapkan media tanam, seperti
kompos, arang sekam, dan cocopeat. Perbandingan media yang digunakan adalah
kompos : arang sekam : cocopeat masing-masing sebanyak satu bagian. Media
yang sudah dibuat selanjutnya dicampur dengan perekat berupa larutan tepung
tapioka. Perekat yang sudah jadi akan dicampurkan dengan campuran media, lalu
dicetak. Pelet benih yang dihasilkan pada setiap media memiliki rata-rata yang
sama yaitu 12,3.
Pengujian pelet benih dilakukan dalam waktu 2 minggu, hal ini karena
keterbatasan waktu pengujian. Keadan pelet benih setelah pengujian 2 minggu
didapat semua pelet benih masih memiliki bentuk utuh, walau ada beberapa
partikel media yang tercecer akibat kegiatan penyiraman. Namun keadaan
29
keseluruhan pelet benih masih kokoh dan memiliki bentuk yang sama seperti
pada awal pengujian. Berdasarkan keadaan media dan rerata persen
perkecambahan tiap media dapat disimpulkan bila jenis media 1 lebih baik
dibanding jenis media 2 pada perkecambahan benih kelor
G. Kesimpulan
Kesimpulan yang apat diambil berdasarkan kegitan magang adalah:
1. Pelet benih yang dihasilkan pada setiap media memiliki rata-rata yang sama
yaitu 12,3.
2. Persen kecambah paling rendah pada media dengan komposisi 2 bagian
kompos : 1 bagian arang sekam dengan prresentase perekat 7,5% yaitu
sebesar 0%.
3. Media dengan 1 bagian kompos : 1 bagian arang sekam : 1 bagian cocopeat
baik pada presentase perekat 2,5%, 5%, ataupun pada 7,5% adalah media
yang paling baik.
4. Keadan pelet benih setelah pengujian 2 minggu didapat semua pelet benih
masih memiliki bentuk utuh, walau ada beberapa partikel media yang tercecer
akibat kegiatan penyiraman.
30
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Lisa C., Susanne Schwinning, dan Todd C. Esque. 2014. Seedling Ecology and
Restoration of Blackbrush (Coleogyne ramosissima) in the Mojave Desert,
United States. Restoration Ecology 22(5), 692-700
Muyassaroh, 2016. “Distilasi Daun Kayu Putih dengan Variasi Tekanan Operasi
dan Kekeringan Bahan untuk Mengoptimalkan Kadar Sineol dalam
Minyak Kayu Putih”. Jurnal Teknik Kimia, 10 (2) : 36-41
Nugroho, Alfian Fandi, Iin Ichwandi, dan Nandi Kosmaryandi. 2017. Analisis
Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus. Journal of Env.
Engineering & Waste Management, 2 (2) : 51-59
Sudrajat, Dede J., Nurhasybi, Eliya Suita, Evayusvita Rustam, Reny Sawitri. 2019.
Konservasi Kehati Demo-Plot. Penerbit IPB Press. Bogor
Sumarni, Nunung Bayu Aji, dan Solekan. 2008. Pengaruh Volume Air Dan Berat
Bahan Pada Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal Teknologi, 1 (1): 83-88
Utomo, Dimas Bagus Galih, M Mujiburohman. 2018. Pengaruh Kondisi Daun Dan
Waktu Penyulingan Terhadap Rendemen Minyak Kayu Putih. Jurnal
Teknologi Bahan. 2 (2) : 124-128
31
Widiyanto, Ary dan Mohamad Siarudin. 2013. Karakteristik Daun Dan Rendemen
Minyak Atsiri Lima Jenis Tumbuhan Kayu Putih. Jurnal penelitian Hasil
Hutan 31 (4) : 235-241
Willoughby, I., Harrison, A., Jinks, R., Gosling, P., Harmer, R.,& Kerr, G.
(2007). The potential for direct seeding of birch on restock sites. Information
Note, Maret 2007. Forestry Commission. Edinburgh. UK
Wulandari, Windi, Afif Bintoro, dan Duryat. 2015. Pengaruh Berat Benih Terhadap
Perkecambahan Benih Merbau Darat (Intsia palembanica). Jurnal Sylva
Lestari. 3 (2) : 19-88
32
LAMPIRAN
berat benda
Rumus BJ=
volume benda
berat benda
Rumus BJ=
volume benda
gram
0.9 = = 8.1 gram = 0.0081 kg
9 ml
0.0081 kg
= x 100% = 0.1157%
7 kg
berat benda
Rumus BJ=
volume benda
gram
0.9 = = 6.3 gram = 0.0063 kg
7 ml
33
0.0063 kg
= x 100% = 0.105%
6 kg
1) Ulangan 1
2
¿ x 100 %
3
= 66,67 %
2) Ulangan 2
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
3) Ulangan 3
2
¿ x 100 %
3
34
= 66,67 %
b. Persen perekat 5%
1) Ulangan 1
3
¿ x 100 %
3
= 100 %
2) Ulangan 2
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
3) Ulangan 3
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
1) Ulangan 1
35
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
2) Ulangan 2
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
3) Ulangan 3
3
¿ x 100 %
3
= 100 %
1) Ulangan 1
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
2) Ulangan 2
36
0
¿ x 100 %
3
=0%
3) Ulangan 3
2
¿ x 100 %
3
= 66,67 %
b. Persen perekat 5%
1) Ulangan 1
0
¿ x 100 %
3
=0%
2) Ulangan 2
1
¿ x 100 %
3
= 33,33 %
3) Ulangan 3
0
¿ x 100 %
3
37
=0%
1) Ulangan 1
0
¿ x 100 %
3
=0%
2) Ulangan 2
0
¿ x 100 %
3
=0%
3) Ulangan 3
0
¿ x 100 %
3
=0%
10
¿ x 100 %
16
38
= 55,55 %
39