Anda di halaman 1dari 20

KEGIATAN BELAJAR IV Jurusan

Teknik Kimia

Lembar Informasi IV : Sifat-Sifat Fisik dan Termodinamika Hidrokarbon Murni

4.1 Sifat-Sifat Fisik Hidrokarbon Murni


Data fisik dan termodinamika hidrokarbon murni seperti Berat Molekul, Titik Didih,
Titik Leleh, Massa Jenis (Specific Gravity), Titik Kritik, Panas Pembakaran, Tekanan Uap,
Entalpi, Panas Spesifik, dan lain-lain banyak ditemui di dalam buku-buku acuan standar
seperti Maxwell “Data Book on Hydrocarbons”. Data tersebut biasanya ditampilkan dalam
bentuk Tabel, Nomogram atau Grafik.
Penentuan dan estimasi sifat-sifat fisik/termodinamika senyawa-senyawa murni ini
tidak menunjukkan kesulitan yang berarti, karena umumnya data yang diperlukan mudah
diperoleh. Lain halnya kalau data fisik/termodinamika yang diinginkan adalah data untuk
suatu campuran dari beberapa senyawa hidrokarbon, baik yang diketahui komposisinya
maupun fraksi minyak bumi yang tidak diketahui komposisinya, maka untuk produk-produk
ini diperlukan korelasi-korelasi empiris tertentu (dalam bentuk grafik atau persamaan
matematik) serta metoda-metoda perhitungan khusus.
4.1.1 Sifat Kritik Hidrokarbon Murni
Titik Kritik suatu Senyawa (temperatur dan tekanan kritik) adalah kondisi dimana
fasa cair dan fasa uap tidak dapat lagi dibedakan. Pada titik tersebut, densitas dan
komposisi dari kedua fasa tersebut identik, sehingga operasi-operasi pemisahan uap-cair
yang basis operasinya memanfaatkan sifat-sifat kesetimbangan uap-cair (misalnya operasi
distilasi), tidak dapat dilakukan pada titik kritik ini.
Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan diperoleh fakta adanya
hubungan-hubungan empiris antara sifat-sifat kritik suatu senyawa dengan sifat fisik yang
lain, misalnya :
1. Faktor Kompresibilitas Z (yaitu faktor yang menunjukkan seberapa jauh suatu senyawa
menyimpang dari sifat-sifat gas ideal) dengan temperatur tereduksi T r dan tekanan
tereduksi Pr.
2. Viskositas tereduksi dengan tekanan dan temperatur tereduksi.
4.1.2 Rapat Massa
1. Rapat massa cairan
Rapat massa adalah jumlah massa suatu benda per-satuan volume benda
tersebut, dengan demikian rapat massa dapat dinyatakan dalam berbagai satuan, misalnya
g/ml, lb/cuft, kg/m3, dan lain sebagainya.
Untuk keperluan perhitungan dan beberapa sebab lain, dalam teknologi
perminyakan rapat massa biasanya dinyatakan dalam bentuk :
a. Specific gravity
b. API gravity
c. Lb/gal
d. Lb/barrel
Rapat massa cairan hidrokarbon selain dinyatakan dalam satuan massa per-volume,
biasanya juga dinyatakan dalam API Gravity yang didefinisikan sebagai berikut :
141,5
o
API Gravity = ----------------- - 131,5
Spgr 60/60 oF
Spgr 60/60 oF adalah perbandingan rapat massa hidrokarbon pada 60 oF terhadap rapat
massa air pada 60 oF.
2. Rapat massa gas
Rapat massa suatu senyawa gas dapat dihitung berdasarkan korelasi P-V-T seperti
berikut :
ρ = P/ZRT
dimana jika Z = 1, gas/uap mengikuti Hukum Gas Ideal ; sedangkan Z ≠ 1, gas/uap
merupakan gas-gas nyata.
Uap/gas hidrokarbon pada tekanan rendah dan/atau temperatur tinggi pada
umumnya dapat didekati dengan Hukum Gas Ideal. Untuk kondisi tekanan tinggi dimana
interaksi antar molekul cukup besar, harga Z harus dicari berdasarkan kurva yang
menghubungkan Z tersebut dengan temperatur dan tekanan tereduksi.
4.1.3 Viskositas
1. Viskositas absolut
Dalam sistem Metrik, satuan viskositas adalah Poise yang sama dengan (dyne)
(det)/cm atau g/(cm)(det). Satuan viskositas dalam satuan Inggeris adalah lb/(ft)(det) yang
2

sama dengan 14,88 poise.


Satuan viskositas yang paling umum digunakan adalah centipoise (cp) yang
harganya sama dengan 0,01 poise, yaitu sama dengan viskositas air pada temperatur 68 oF.
2.Viskositas kinematik
Istilah viskositas kinematik muncul karena viskositas selalu dipengaruhi oleh rapat
massa zat. Viskositas kinematik dihitung dengan membagi viskositas absolut dengan
densitasnya pada temperatur yang ditinjau.
Dalam sistem Metrik, satuan viskositas kinematik adalah Stoke dan Centistoke.
Viskositas kinematik dari air pada 68 oF adalah 1 centistoke.
4.1.4 Titik Didih
Titik didih senyawa-senyawa yang sekeluarga (misalnya keluarga parafin, aromat
atau olefin) akan naik dengan naiknya berat molekul. Hubungan berat molekul dengan titik
didih hidrokarbon ditunjukkan oleh Grafik.
Dari data yang diperoleh melalui metoda distilasi (ASTM dan lain-lain), dapat
dihitung titik didih rata-rata (Average Boiling Point) dari hidrokarbon sehingga sifat fisiknya
dapat diperkirakan untuk digunakan sebagai acuan operasi. Hubungan ini ditunjukkan oleh
Tabel 4.1. Jenis titik didih rata-rata yang sering digunakan dalam teknologi perminyakan
adalah : VABP, WABP, MABP, MeABP dan CABP.

Tabel 4.1 Hubungan Titik Didih dan Sifat Fisik


No Macam Titik Didih Sifat-Sifat Fisik
1 Titik didih rata-rata volume Viskositas dan panas jenis ( dan Cp)
(VABP)
2 Titik didih rata-rata berat Suhu kritis nyata (Tc)
(WABP)
3 Titik didih rata-rata molal Suhu kritis pseudo (T/Tc) dan ekspansi
(MABP) termis (kt)
4 Titik didih rata-rata (MeABP) Berat molekul (M), faktor karakteristik
(K), berat jenis (), tekanan kritis
pseudo (P/Pc) dan panas pembakaran
(Hc)
1. Titik Didih Rata-Rata untuk Hidrokarbon yang tidak Diketahui Komposisinya.

Titik Didih Rata-Rata atas dasar volume (VABP) dapat dihitung langsung
menggunakan data yang diperoleh dari distilasi menggunakan rumus yang ditampilkan pada
Tabel 4.2.

Tabel 4.2 VABP berbagai Minyak


Jenis Minyak Grafik Distilasi
TBP ASTM
Minyak mentah t20  t50  t70 t30  t50  t70
VABP = 3 VABP = 3

Fraksi-fraksi t0  4t50  t100 t10  2t50  t90


VABP = 6 VABP = 4
Titik didih rata-rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP serta sudut garis
miring (slope) dari grafik 5-4 dan 5-5 Nelson. Slope dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
t70  t10 o
, F /%
S = 70  10
Hubungan antara titik didih rata-rata molal (MABP) dan titik didih rata-rata volumetric
(VABP) terhadap sifat- sifat fisik lain seperti oAPI gravity, berat molekul, faktor karateristik,
suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada Grafik 5-9 s/d 5-12 Nelson.
2. Titik Didih Rata-Rata untuk Hidrokarbon yang Diketahui Komposisinya.
Untuk campuran hidrokarbon yang diketahui komposisinya, titik didih rata-rata
dapat dihitung dari informasi tentang komposisinya menggunakan rumus sebagai berikut :
VABP = Σ Xvi Tbi
Dimana : Xvi = fraksi volume komponen ke-i
Tbi = titik didih normal komponen ke-i
4.1.5 Faktor Karakterisasi (Watson Characterization Factor)
Faktor Karakterisasi (K) adalah suatu indeks yang merupakan harga pendekatan
yang berguna untuk mengetahui komposisi hidrokarbon yang paling dominan dalam suatu
campuran hidrokarbon/minyak bumi. Pada hakekatnya, faktor K adalah suatu indeks yang
menyatakan tingkat kandungan parafin dalam suatu minyak bumi. Semakin besar harga
faktor K, kandungan parafin dalam minyak bumi semakin tinggi. Harga faktor karakterisasi
ini sangat berguna, karena indeks ini dapat dikorelasikan dengan banyak sifat-sifat
hidrokarbon lainnya.
1. Faktor Karakterisasi untuk Campuran Hidrokarbon yang tidak Diketahui
Komposisinya

Faktor Karakterisasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :


(Tb)1/3
Ki = ----------------
Spgr 60/60 oF
Dimana : Tb = titik didih rata-rata (MABP atau MeABP), oF
2. Faktor Karakterisasi Campuran yang Diketahui Komposisinya
Faktor Karakterisasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Σ (xi)(Spgri)Ki
K = ----------------
Σ (xi)(Spgri)
Dimana : xi = fraksi volume/mol/berat komponen ke-i
4.1.6 Berat Molekul
Secara eksperimen, berat molekul suatu hidrokarbon ditentukan dengan prosedur
standar (ASTM D 2503 atau ASTM D 2878). Pelaksanaan prosedur ini memerlukan waktu
dan perancangan percobaan yang relatif sulit dilaksanakan, maka penentuan berat molekul
dapat diperkirakan dengan ketelitian yang cukup memadai menggunakan grafik-grafik yang
telah dikembangkan (Esso Blue Book atau Maxwell).
Berat molekul suatu hidrokarbon atau fraksi minyak bumi berkaitan langsung
dengan titik didih normalnya, maka harga berat molekul tersebut dapat diperkirakan
berdasarkan harga titik didih normalnya menggunakan grafik-grafik tersebut di atas.

4.2 Sifat Termodinamika Hidrokarbon Murni


4.2.1 Kapasitas Panas
Sifat-sifat uap/gas hidrokarbon pada tekanan rendah umumnya mendekati sifat-
sifat gas ideal, sehingga kapasitas panasnya dapat dikatakan hanya dipengaruhi oleh
temperatur saja dan hampir tidak dipengaruhi oleh tekanan.
4.2.2 Panas Laten Penguapan
Panas laten penguapan suatu komponen adalah perbedaan entalpi antara uap
jenuh dan cairan jenuh pada temperatur tetap dan tekanan tertentu.
4.2.3 Entalpi Hidrokarbon Ringan
Entalpi atau kandungan panas dari senyawa-senyawa hidrokarbon umumnya
diberikan dalam bentuk grafik entalpi sebagai fungsi temperatur untuk berbagai harga
tekanan.
Untuk memperkirakan harga entalpi dari campuran hidrokarbon ringan digunakan
grafik entalpi dengan beberapa asumsi, antara lain :
1. Entalpi masing-masing komponen di dalam suatu campuran adalah bersifat aditif pada
fasa cair. Begitu juga pada fasa gas pada tekanan rendah, yang berarti bahwa
kandungan panas campuran adalah sama dengan jumlah dari hasil kali panas molal dan
fraksi molnya.
2. Anggapan no. 1 dapat dibenarkan untuk campuran hidrokarbon (terutama seri homolog)
pada temperatur di bawah temperatur kritisnya. Pada temperatur yang mendekati atau di
atas temperatur kritis dari setiap komponen, campuran fasa cair tidak lagi bersifat larutan
ideal sehingga akan terjadi penyimpangan dari sifat-sifat keaditifan kandungan panasnya.

4.3 Sifat-Sifat Fisik dan Termodinamika Campuran Hidrokarbon dan Minyak


Mentah serta Fraksinya
4.3.1 Rapat Massa Campuran
Campuran hidrokarbon cair biasanya mendekati suatu campuran ideal, sehingga
Rapat Massanya dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Spgr 60/60 oF = Σ Xvi Si
Dimana : Xvi = fraksi volume komponen ke-i
Si = massa jenis komponen ke-i pada 60 oF
4.3.2 Sifat-Sifat Kritik Campuran Hidrokarbon
Temperatur operasi tertinggi dari suatu pengilangan terdapat pada bagian dasar
kolom fraksionasi yaitu di bagian Reboilernya. Untuk menjamin masih terjadinya kondisi
kesetimbangan pada alat ini, maka harus diupayakan temperaturnya tetap berada di bawah
temperatur kritik campuran sebenarnya. Sebagai patokan, biasanya diambil ketentuan
bahwa paling sedikit temperatur di bagian dasar menara adalah 50 oF di bawah temperatur
kritik.
Untuk hidrokarbon murni, telah dibuktikan bahwa sejumlah sifat-sifat fisik dapat
dikorelasikan dengan temperatur dan tekanan tereduksi. Namun berbagai data
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi-korelasi tersebut yang dapat diterapkan terhadap
suatu campuran apabila temperatur dan tekanan kritik sebenarnya dari campuran tersebut
digunakan langsung untuk menentukan kondisi tereduksi. Kesulitan ini kemudian dipecahkan
oleh Kay, dengan memperkenalkan konsep temperatur dan tekanan kritik semu. Konsep ini
ternyata dapat memenuhi korelasi-korelasi yang telah ada, sehingga misalnya kita dapat
mencari faktor kompresibilitas suatu campuran dengan menganalogikan campuran tersebut
terhadap senyawa murni.

4.4 Metoda dan Macam-Macam Pemeriksaan Lab.


Metoda yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya berkaitan dengan sifat fisik dan termodinamikanya adalah :
1. ASTM (American Standard for Testing Material).
2. API (American Petroleum Institute)
3. IP ( Institute du Petrol)
4. ISI ( Indian Specification Institute)
Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan di laboratorium dimaksudkan
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan operasi pengilangan
terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.
Pemeriksaan rutin tersebut antara lain meliputi :
1. a. API Gravity dan Berat Jenis (specific gravity)
Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI gravity dan berat jenis adalah
untuk indikasi mutu minyak dimana makin tinggi oAPI atau makin rendah berat jenis
maka minyak tersebut makin berharga karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya
makin rendah oAPI maka mutu minyak makin rendah karena lebih banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut mempunyai
kandungan panas (heating value ) yang rendah, dan sebaliknya bila minyak mempunyai
berat jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang tinggi.
2. Tekanan Uap ( Reid Vapor Pressure)
Pemeriksaan tekanan uap RPV dilakukan dengan metoda ASTM D 323 untuk
produk-produk yang mudah menguap dan tidak pekat seperti mogas ( motor gasoline) dan
bensin alam (natural gasoline). Pemeriksaan dilakukan pada suhu 100 oF, dan satuan
tekanan uap ASTM dilaporkan sebagai lb/in 2 atau psia. Tekanan uap minyak yang
sesungguhnya dilaporkan lebih tinggi sekitar 5 – 9 % dari RVP.
Tekanan uap memberikan indikasi tekanan pada minyak yang akan mengembang di
dalam tempat tertutup, dan tekanan ini sangat berarti bagi minyak yang mempunyai suhu
sedemikian rendah dan tidak dapat didistilasi pada tekanan atmosfir. Pemeriksaan RVP
sangat penting terutama :
a. Untuk keselamatan dalam transportasi minyak,
b. Untuk menghindari penyumbatan uap pada sistem umpan gasoline,
c. Untuk perencanaan tangki penyimpanan minyak dan
d. Untuk menandai karakteristik mudah tidaknya start up pada bahan bakar untuk motor
yang menggunakan penyalaan dengan busi.
RVP menggambarkan adanya kandungan komponen ringan berupa etan dan propan.
Tekanan uap atau kecenderungan cairan untuk menguap diikuti oleh proses–
proses kondensasi, penguapan fraksionasi, dan lain-lain diperlukan untuk menghitung
koreksi titik didih pada suatu tekanan yang berubah ke tekanan yang lain. Tekanan uap
campuran merupakan tekanan terendah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
penguapan pada suatu suhu tertentu.
Secara kualitatif pada tekanan yang rendah maka tekanan uap merupakan
petunjuk untuk menentukan kesetimbangan antara uap dan cairannya. Apabila jarak antara
tekanan uap sangat besar maka diperlukan koreksi terhadap titik didih minyak berdasarkan
hubungannya dengan faktor karakteristik. Mekanisme koreksi untuk faktor karakteristik
tersebut adalah 10 oF pada tekanan penguapan antara 0,1 mm sampai tekanan atmosfir.
Koreksi tersebut mempunyai hubungan sebagai berikut :
dt = - 2,5 (K - 12) log P2/P1
dimana dt adalah koreksi suhu penguapan dalam oF, K adalah faktor karakteristik dan P 2/P1
adalah tekanan uap tertinggi dan terendah dalam satuan mmHg.
3. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta, dan
kerosene adalah dengan metoda ASTM-D 86, untuk bensin alam dengan ASTM-D 216, dan
untuk gas oil dengan ASTM-D 158. Distilasi laboratorium dilakukan pada volume 100 ml
dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap mula-mula
menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Point). Suhu uap dicatat pada
setiap 10 ml tetesan yang terkumpul. Maksimum suhu yang dicapai pada hasil distilasi 95 %
dicatat sebagai End Point atau FBP (Final Boiling Point).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana fraksi-fraksi
seperti komponen gasolin, bahan bakar jet, minyak diesel dapat diambil dari minyak mentah
yang disajikan melalui performance dan volatilitas dalam bentuk persen penguapannya.
Distilasi ASTM dilakukan untuk produk minyak maupun fraksinya secara batch tanpa tray
dan refluks, serta beroperasi pada tekanan atmosfir ataupun hampa, sedangkan distilasi
EFV (equilibrium flash vaporization) jarang dilakukan karena mahal dan memakan waktu
yang lama serta beroperasi pada tekanan di atas atmosfir.
Macam-macam distilasi di Laboratorium :
a. Distilasi Engler (ASTM-D 86)
Percobaan dilakukan dengan 100 ml minyak pada kecepatan pemanasan untuk
tetesan pertama adalah 5 – 10 menit dan selanjutnya dengan 4 – 5 ml per menit. Suhu uap
yang dicatat pada tetesan pertama disebut IBP (Initial Boiling Point) , selanjutnya suhu
dicatat pada 5 ml, 10 ml dan seterusnya setiap kenaikan 10 %. Suhu uap maksimum pada
tetesan hasil akhir disebut FBP (Final Boiling Point).
Kekurangan distilasi ini adalah :
 Fraksionasi yang terjadi pada distilasi model ini adalah kecil sekali. Hal ini disebabkan
refluks yang terjadi akibat pendinginan oleh udara pada leher labu kecil sekali dan
jumlahnya berubah-ubah.
 Initial Boiling Point dan FBP yang diamati kurang teliti.
 Distilasi dilakukan pada tekanan atmosfir dan temperaturnya terbatas sampai 700 oF,
karena di atas temperatur tersebut akan terjadi perengkahan.
 Sering kali terjadi kesalahan pada pembacaan temperatur, karena termometer tidak
terkena panas yang merata sehingga perlu dikoreksi dengan stem thermometer.
b. Distilasi hampa (ASTM-D 1160)
Distilasi ini sama dengan ASTM-D 86, hanya percobaan dilakukan pada tekanan
hampa 10 mm Hg atau 40 mm Hg dan suhu tinggi sampai dengan 1000 oF AET
(Atmospheric Equivalent Temperature) setelah dikoreksi terhadap tekanan atmosfir.
Kekurangan distilasi ini sama dengan distilasi atmosfir, kecuali alat pengukur panasnya
menggunakan Thermo Couple dan tidak dilakukan koreksi menggunakan stem.
Untuk merubah titik didih fraksi hidrokarbon dari tekanan 10 mm Hg ke tekanan 1
atm, dapat digunakan Grafik.
c. Distilasi True Boiling Point (Distilasi 15-5)
Percobaan dilakukan pada menara fraksionasi dalam pilot plant dengan 15 pelat
dan ratio refluks 5 : 1. Kondisi operasi adalah 600 oF dan tekanan 1 atm. Pada tekanan di
bawah 1 atm, kolom dapat dioperasikan pada 900 – 1000 oF AET.
Kelebihan-kelebihan distilasi TBP dibandingkan dengan distilasi ASTM adalah
sebagai berikut :
 Fraksi yang dihasilkan cukup banyak, sehingga dapat digunakan untuk mengukur specific
gravity, viskositas, kandungan sulfur, flash point, pour point, dan lain-lain.
 Data yang diperoleh dari percobaan ini, seperti perolehan (yield) dan sifat-sifat fisiknya
dapat digunakan pada operasi yang sebenarnya.
 Data disajikan sedemikian rupa, sehingga seluruh kemungkinan kombinasi dari yield
dapat dihitung.
4. Titik Nyala dan Titik Api
Titik nyala (Flash Point) adalah suhu dimana uap yang berada di atas minyak dapat
menyala sementara atau akan meledak seketika kalau ada api, sedangkan titik api ( Fire
Point) adalah suhu dimana uap yang ada di atas minyak akan cepat terbakar seluruhnya
secara terus menerus.
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih , dimana pada suhu tersebut
minyak akan aman untuk dibawa tanpa adanya bahaya terhadap api (tidak terjadi
kebakaran). Peralatan yang umum dipakai untuk pemeriksaan titik nyala dan titik api adalah
Open Cup (ASTM-D92) dan Pensky-Marten (ASTM-D93) untuk pemeriksaan minyak-minyak
berat., sedangkan peralatan Tag-tester (ASTM-D56) dipakai untuk pemeriksaan minyak-
minyak ringan.
Minyak-minyak berat yang akan diperiksa dipanaskan pada kecepatan 10 oF per
menit, sedangkan untuk minyak-minyak ringan pada kecepatan 1,8 oF/menit. Pada tiap
pemeriksaan, nyala api dimasukkan ke dalam uap selama interval waktu 30 detik, lalu suhu
dicatat.
Perkiraan hubungan antara titik nyala dengan persen jarak didih (0 – 10 %)
dikemukan oleh Nelson sebagai berikut :
Untuk fraksi distilasi = 0,64 T – 100
Untuk minyak mentah = 0,57 T - 100
Jarak didih yang lebar mempunyai beberapa pengaruh terhadap titik nyala atau pada suhu
penyalaan. Pada titik nyala atau suhu penyalaan tekanan uap beberapa material adalah
sebagai berikut :
Material sangat mudah menguap……… 20 mm
Gasoline ……………………………………..… 14 mm
Kerosine, distilat, residu ………………….. 5 mm
Minyak-minyak pelumas …………………. 1 mm
Ketinggian tekanan uap mempunyai pengaruh terhadap penurunan titik nyala, dan
sebaliknya tekanan menaikkan titik nyala.
5. Warna (Color)
Warna minyak menunjukkan indikasi kesempurnaan pada proses penyulingannya.
Untuk minyak-minyak yang berbeda jarak didihnya dan berbeda asal minyak mentahnya
akan mempunyai warna yang berbeda pula, akan tetapi hal-hal lain dapat pula dibandingkan
dimana warna menyatakan tingkat kesempurnaan penyulingan. Produk-produk penyulingan
yang berwarna akan menunjukkan indikasi a) terjadinya peruraian termis, b) masuknya
material yang berwarna gelap seperti ter. Perubahan warna oleh peruraian disebabkan
karena suhu terlalu tinggi, dan perubahan warna karena masuknya material gelap biasanya
disebabkan karena melubernya material itu kedalam peralatan yang kapasitasnya telah
maksimum.
Pemeriksaan yang dipakai pada pemeriksaan warna gasoline dan minyak-minyak
bakar adalah Saybolt Chromometer (ASTM-D156) atau IP-87. Untuk pemeriksaan warna
minyak-minyak pelumas, minyak-minyak sekunder dan Petrolatum digunakan Union
Calorimeter(ASTM-D155). Secara visual minyak dapat dibedakan seperti kuning untuk
mogas, merah untuk premium , hijau untuk avgas, biru untuk bensin 2 tak atau BB2L
(bensin biru 2 langkah) dan jernih untuk minyak premix.
6. Viskositas
Viskositas suatu minyak adalah merupakan ukuran ketahanan terhadap
pengalirannya sendiri dan merupakan indikasi adanya minyak pada permukaan bidang
pelumasan. Viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya hambatan dalam satuan dyne yang
diperlukan untuk menggerakkan suatu bidang datar yang luasnya 1 cm 2 sejauh 1 cm dalam
waktu 1 detik. Pengukuran viskositas dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan minyak
pada suhu tertentu sehingga minyak dapat dialirkan pada suhu tersebut, terutama pada
sistim pemipaan dan pemompaan minyak diesel dan minyak pelumas. Pada umumnya
makin ringan minyak bumi maka makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Peralatan yang dipakai untuk pemeriksaan viskositas adalah Saybolt Universal
Viscosity (ASTM-D88). Viskositas yang dicatat adalah lamanya waktu pengaliran minyak
dalam suatu wadah dengan volume tertentu melalui suatu lubang (orifice) tertentu pada
suhu tertentu. Apabila t adalah viskositas say bolt universal (dalam satuan detik), z adalah
viskositas dalam satuan centipoises dan s adalah berat jenis yang diperoleh pada suhu yang
sama, maka hubungannya adalah :
149, 7
Viskositas kinematik, z/s = 0,219 t - t
Pemeriksaan viskositas kinematik dilakukan dengan ASTM-D445 atau IP-71
menggunakan viskometer kapiler, merupakan suatu ukuran terhadap waktu pengaliran
minyak yang melawan gaya gravitasi dengan tekanan yang merata terhadap densitas cairan.
Angka viskositas dipakai sebagai dasar untuk menentukan angka indeks viskositas, yaitu
secara empiris menggambarkan perubahan viskositas akibat perubahan suhu. Bila indeks
viskositas tinggi maka viskositasnya relatif tidak berubah terhadap suhu, jika rendah berarti
viskositasnya sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Hubungan antara viskositas dengan titik didih, oAPI gravity dan faktor karakteristik
serta perubahan viskositas karena tekanan dan suhu dapat dilihat pada Grafik (Nelson).
Penggunaan grafik-grafik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui viskositas pada dua
buah suhu, atau untuk mengetahui satu viskositas dan satu indeks viskositas.
Viskositas kinematik atau dalam satuan centipoise dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut :
149, 7
v = / = 0,219 t - t
dimana t adalah viskositas Saybolt Universal dalam satuan detik,  adalah viskositas dalam
satuan centipoise dan  adalah berat jenis, dimana semua besaran tersebut berada dalam
suhu yang sama.
Untuk viskositas uap kritis dan hidrokarbon ringan dapat diperoleh dari Grafik 5-16
Nelson atau melalui persamaan sebagai berikut :

 M   Pc 
1/ 2 2/ 3

 Tc 
1/ 6

c = 7,7
dimana M adalah berat molekul, Tc adalah suhu kritis dalam o K, dan Pc tekanan kritis dalam
satuan atm.
7. Titik Kabut dan Titik Tuang.
Titik kabut (Cloud Point) dan titik tuang (Pour Point) dimaksudkan untuk
memperkirakan jumlah lilin yang terdapat dalam minyak. Seperti diketahui bahwa semua
minyak akan membeku jika didinginkan sampai suhu yang cukup rendah, dan oleh karena
itu pemeriksaan ini tidak menunjukkan adanya sejumlah lilin ataupun padatan lain di dalam
minyak. Hal ini berarti bahwa pada pemeriksaan tersebut terlihat bahwa lilin akan
meleleh di atas titik tuangnya sehingga dapat dipisahkan dari minyak. Titik kabut ini
sangat diperlukan untuk minyak diesel HSD (High Speed Diesel) untuk indikasi adanya
penyumbatan lilin pada saringan minyak halus (finer filter) sehingga mesin akan sulit
beroperasi. Indikasi minyak ini adalah makin rendah titik kabut maka makin banyak
kandungan lilin.
Titik kabut adalah suhu dimana terjadinya asap pada dasar tabung reaksi (jar test)
ketika minyak yang diperiksa (sesudah dipanaskan) didinginkan tanpa pengadukan.
Pemeriksaan titik kabut ini dilakukan dengan metoda ASTM-D250 atau IP-219, dimana
minyak didinginkan minimum pada suhu 25 oF di atas titik kabutnya.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergerak karena membeku
selama 5 detik ketika dimiringkan atau dituangkan setelah melalui pendinginan pada setiap
interval 5 oF. Pemeriksaan titik tuang dilakukan dengan metoda yang sama dengan metoda
titik kabut yaitu ASTM-D97 atau IP-15, dimana minyak mula-mula dipanaskan sampai suhu
115 oF sehingga semua lilin sudah terlarut, lalu didinginkan hingga suhu mula-mula minyak
sebelum dipanaskan (sekitar 90 oF). Titik tuang biasanya dicatat lebih rendah 5 oC (8 – 10
o
F) di bawah titik kabutnya. Indikasi minyak ini adalah bahwa pada suhu yang rendah
minyak bakar (fuel oil) masih dapat dipompakan.
8. Karakteristik Ketukan atau Angka Oktan
Satuan intensitas ketukan dikenal sebagai angka oktan (Octane Number)
didefinisikan sebagai persen volume dari iso-oktan (2,2,4 tri metil pentane) yang harus
dicampurkan dengan normal heptan dalam rangka untuk memberikan intensitas ketukan
yang sama terhadap minyak selama pengujiannya. Pada mesin yang memakai busi,
karakteristik anti ketukan digunakan untuk menentukan gejala fisik, gejala kimiawi,
perancangan mesin dan kondisi operasi. Bila angka oktan dari suatu gasoline terlalu rendah
dari spesifikasi yang diperlukan mesin, maka akan terjadi ketukan yang berakibat akan
menurunkan performance (daya guna) mesin tersebut sehingga akan menyebabkan
kehilangan tenaga dan kerusakan pada mesin. Standar angka oktan untuk Indonesia adalah
88 untuk premium, 95 untuk premix dan 98 untuk super.
Metoda-metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan antara lain ASTM-D908
atau D-2699 (research method) dan ASTM-D357 (Motor method) dipakai untuk mogas
(motor gasoline), ASTM-D614 atau D-2885 ( Aviation method) dipakai untuk minyak kapal
terbang baling-baling (avgas = aviation gasoline), dan ASTM-D909 (Supercharge Method)
dipakai untuk minyak kapal terbang turbo jet (avtur = avation turbine).
Angka Oktan Riset (RON = Research Octane Number) ditentukan dengan suatu
metoda yang mengukur tingkat anti ketuk mogas dalam suatu mesin dengan silender
tunggal pada kondisi operasi ringan (ppm rendah).
Angka Oktan Motor (MON = Motor Octane Number) terdiri dari :
a. Angka oktan > 100 (ASTM-D909), disebut rich mixture performance.
b. Angka oktan <100 (ASTM-D2700), disebut weak micture performance.
Angka oktan dapat dinaikkan pada mulanya memakai TEL (Tetra Ethyl Lead),
sedangkan pada perkembangan sekarang TEL sudah tidak diizinkan lagi karena
mengganggu lingkungan, maka formulasi gasoline menjadi :
a. Campuran-campuran komponen hidrokabon, eter alifatik, alkohol alifatik, methanol
maksimum 3% volume, dan aditif.
b. Mengandung oksigen tidak lebih dari 2 %.
c. Gasoline harus diolah dengan proses fisika dan kimia sehingga menghasilkan bensin
bebas timah hitam (timbal).
d. Komponen bahan aditif harus hanya mengandung karbon, hidrogen dan salah satu dari
elemen oksigen atau nitrogen. Aditif yang dianjurkan oleh Shell pada tahun 1991 adalah
etanol maksimum 70% vol, MTBE (Metil Tersier Butil Eter), ETBE (Etil Tersier Butil Eter),
TAME (Tersier Amil Metil Eter), DIPE (Di-Iso Propil Eter).
9. Uji Belerang (Sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur di dalam minyak dapat dilakukan dengan
berbagai metoda antara lain :
a. ASTM-D90 untuk gasoline dan minyak-minyak bakar,
caranya adalah 10 gram minyak dibakar pada sebuah lampu kecil dan hasil
pembakarannya ditarik melalui suatu larutan penyerap natrium karbonat. Kandungan
sulfur ditentukan dengan cara titrasi larutan natrium karbonat tak terpakai.
b. ASTM-D129 untuk pemeriksaan sulfur di dalam minyak
bakar residu dan minyak mentah, dengan cara oxygen bomb method.
c. ASTM-D130 untuk pemeriksaan sulfur bebas dan senyawa-
senyawa sulfur yang bersifat korosif.
10. Pemeriksaan untuk bahan-bahan Bituminous dan setengah padat.

Pemeriksaan yang lebih umum untuk bahan-bahan yang mengandung aspal adalah
kelenturan (ductility), penetrasi, titik cincin dan bola ringan dan pemeriksaan berat jenis.
Pemeriksaan kelenturan untuk aspal dilakukan dengan metoda ASTM-D113. Kelenturan
aspal adalah suatu pengukuran kapasitas pemanjangan atau peregangan yang
menunjukkan kemampuan zat ini untuk mengalir, sehingga akan memperbaiki keretakan
pada permukaannya.
Pemeriksaan penetrasi dilakukan dengan metoda ASTM-D5. Penetrasi
memungkinkan suatu jarum atau kerucut untuk menembus suatu zat tanpa gesekan
mekanik. Penetrasi untuk minyak-minyak gemuk (grase) dan petrolatum dilakukan dengan
metoda ASTM-D217. Minyak–minyak residu diuji penetrasi, kelenturan, dan kelarutannya
dalam CCl4 dengan metoda ASTM-D4. Tahi minyak atau ter merupakan minyak yang
dilapiskan pada jalan yang belum diberi aspal, ditentukan titik nyala, viskositas, dan
distilasinya dilakukan dengan menggunakan metoda ASTM-D462.

11. Getah Minyak (Gum)


Penentuan getah minyak didalam gasoline telah menjadi suatu test yang
menyulitkan. Metoda test yang digunakan adalah ASTM-D381. Pengujian ini menunjukkan
jumlah getah minyak yang terdapat pada waktu pengujian dan jumlah deposit yang
mungkin terjadi pada pemakaiannya jika gasoline dipakai dengan segera. Pemeriksaan
untuk stabilitas getah (gum stability) dilakukan dengan metoda ASTM-D525.
Pemeriksaan rutin laboratorium yang lain adalah :
a. Titik anilin (Aniline Point)
b. Bilangan setana (Cetane Number)
c. Indeks diesel
d. Titik asap (Smoke Point)
e. Bilangan cincin (Ring Number),
f. Indeks korelasi,
g. Nilai kalor,
h. Bilangan penetrasi,
i. Bilangan daya guna (Performance Number).
Titik anilin adalah suhu kesetimbangan yang minimum dimana sejumlah volume anilin
ditambahkan kedalam minyak sehingga bercampur sempurna.
Bilangan Setana (cetane number) adalah % volume setana (C16H34) dan metal naftalen
yang equivalent dengan kualitas penyalaan bahan bakar (minyak diesel) pada waktu
pengujian.
Indeks Diesel (diesel index) didefisnisikan sebagai :
(titik anilin x oAPI gravity)/100
Bilangan setana atau indeks diesel menunjukkan mudah tidaknya dilakukan start
terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang rendah pada operasi pembakaran
sempurna. Bahan bakar (diesel) yang mempunyai kualitas penyalaan yang jelek akan
menyebabkan tidak terjadi pembakaran (terjadi letupan), pelapisan piston oleh minyak,
pengotoran mesin oleh deposit dan operasi pembakaran tidak sempurna.
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dihasilkan oleh lampu standar
tanpa terjadi langat (jelaga). Titik asap ini diperlukan dalam spesifikasi kerosin dan minyak-
minyak bakar.
Bilangan cincin (ring number) adalah menyatakan karakteristik penyalaan minyak pada
lampu, didefinisikan sebagai :
SayboltThermovis cos ity
 10  46 o API 
RN = 5
Indeks korelasi untuk minyak mentah menyatakan hubungan antara titik didih dan berat
jenis.

4.5 Spesifikasi Produk Kilang


Persyaratan yang diperlukan untuk menentukan spesifikasi minyak, fraksi serta
produk-produk kilang dimana produk kilang yang lain berbeda satu sama lainnya. Pada
pembahasan topik ini akan dibahas tiga produk utama kilang yaitu mogas, kerosin dan
minyak diesel.
1. Mogas (Motor Gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline (dapat dilihat pada Tabel 4.3) antara lain : a)
bebas air, getah minyak dan sulfur korosif, b) mempunyai ketukan uap yang minimum c)
pemanasan dan akselarasinya lebih mudah, d) mempunyai kualitas anti ketukan, e) dapat
diencerkan sendiri dalam silinder mesin.
Tabel 4.3 Persyaratan Teknis Mogas
No Karakteristik Premium, ON = 85 Super, ON = 98
1. Warna Orange Merah
2. Korosi < No 1 < No 1
3. Kestabilan Oksidasi min 360 menit min 360 menit
4. Residu penguapan maks 4 mg/100 ml maks 4 mg/100 ml
5. Total sulfur maks 0,25 % berat maks 0,20 % berat
6. RVP, kg/cm 2
maks 0,70 maks 0,70
7. Kandungan Timbal maks 0,56 mg/l maks 0,80 mg/l
Bensin sebagai bahan bakar pada motor bakar haruslah berfungsi dengan
memuaskan. Untuk maksud tersebut maka gasoline harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut : a) dapat terbakar secara halus dan pelan di dalam silinder tanpa terjadinya
letupan, b) mudah menguap sehingga cukup tersedia campuran uap bahan bakar dan udara
dalam silinder apabila mesin dihidupkan dalam keadaan dingin, c) tidak mudah begitu
menguap didalam pompa atau pipa ketika mesin dalam keadaan panas yang akan
menyebabkan penyumbatan saluran minyak ke karburator, d) dalam kondisi normal dan
mesin panas, minyak harus lebih mudah menguap sehingga mengurangi pengaruh
terbentuknya cairan dalam manifold mesin.
Persyaratan teknis yang diperlukan oleh gasoline tergantung pada bilangan oktan minyak
yang dipasarkan. Secara umum persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Persyaratan Kerosin secara Umum
N Karakteristik Kualitas Standar Kualitas Industri
o
1. Keasaman organic Nol -
2. Kualitas pembakaran -
a.Nilai Arang, mg/kg Maks 20 tidak lebih -
minyak
3. b.Lengas pada semprong Gelap dari warna abu- Gelap dari warna
4. gelas abu abu-abu
5. Warna (ATM) - 5,0
6. Warna (say bolt), min 21 -
7. Korosi, copper strip < No 1 < No 1
8. Titik nyala, oC 35 35
Titik asap, min 20 cm -
Total sulfur, % berat maks 0,26 -

3. Kerosin
Persyaratan kerosin sebagai bahan bakar dengan kualitas standard dan kualitas
industri dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Persyaratan Kerosin sebagai Bahan Bakar


Sifat-Sifat Batasan Metoda ASTM
Titik nyala, oF, min 115 D-56
Uji pembakaran, jam, min 16 D-187
Kandungan sulfur, %, maks 0,13 D-129
Warna, say bolt chrom + 21 D-156
Warna setelah pembakaran + 16 D-156
FBP, oF, maks 572 D-86
Titik kabut, oF 5 D-97

Persyaratan kerosin yang terdapat dalam ASTM sama dengan pengujian sifat-sifat minyak
secara umum seperti yang terlihat pada tabel di atas.
Persyaratan kerosin sebagai minyak bakar dan untuk keperluan penerangan
tergantung pada permintaan konsumen ataupun ditentukan oleh pemerintah. Persyaratan
seperti yang tertera dalam Tabel 4.2. di atas ditentukan oleh Pemerintah Federal India (ISI).
ASTM tidak mempublikasikan spesifikasi untuk kerosin. Kerosin yang banyak dipakai sebagai
minyak untuk keperluan rumah tangga tidak hanya harus mempunyai kualitas pembakaran
yang layak, tetapi harus juga aman untuk dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu
dan kompor. Secara umum kerosin harus bebas dari air, zat aditif, getah minyak dan zat-zat
terlarut.
Kerosin yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas merupakan produk kilang yang
murni mempunyai spesifikasi standar yaitu :
o
API gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF
4. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya, kualitas
penyalaan, fluiditas, volatilitas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel meliputi residu
karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak. Kualitas penyalaan yang baik
dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana (cetane number) atau indeks diesel yang
ditunjukkan dengan mudah tidaknya mesin di – start pada suhu rendah, tekanan mesin yang
rendah dan operasi mesin yang halus. Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan
titik tuang (pour point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak sedemikian rendah
sehingga menyebabkan kesulitan pelumasan pada injektor, kebocoran dan efisiensi yang
rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Secara komersil minyak diesel yang dijual di Amerika Serikat dibagi dalam 4 kelas
yaitu :
a. Kelas 1, untuk mesin diesel bus kota dan sejenis.
b. Kelas 2, untuk mesin diesel truk, traktor dan mesin-mesin sejenis.
c. Kelas 3, untuk mesin diesel kereta api.
d. Kelas 4, untuk mesin diesel kapal laut.
Di Indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel untuk
kendaraan bermotor (ADO= Automotive Diesel Oil), dan minyak diesel untuk keperluan
industri (IDO = Industrial Diesel Oil). Persyaratan minyak diesel untuk berbagai keperluan
dari 4 klas dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Spesifikasi Minyak Diesel.


Karakteristik Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Gravity, oAPI 41,9 37,3 34,8 34,0
Viskositas pada 100 OF
 Kinematik, cs 1,84 2,54 2,74 2,79
 Saybolt Univ, det 32,1 34,6 35,2 35,4
Kandungan Sufur, % berat 0,142 0,223 0,287 0,543
Titik anilin, oF 148,6 146,2 140,2 139,3
Residu Karbon, % 0,057 0,088 0,117 0,163
Abu, % 0,0005 0,0009 0,001 0,0023
Bilangan setana 51,1 50,0 47,0 46,7
IBP, oF 356 380 388 397
FBP, oF 542 600 618 622

A.Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !


1. Sebutkan macam-macam metoda analisis minyak bumi dan jelaskan !
2. Uraikan apa yang dimaksud dengan :
a. oAPI Gravity
b. Titik Nyala
c. Angka Oktan
d. Titik Kabut
3. Apakah perbedaan metoda distilasi ASTM-D86 dan ASTM-D158

B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan menuliskan huruf dari


sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang anda anggap paling
benar.

1………. Metoda yang digunakan untuk pengukuran A ASTM-D381


kelenturan aspal
2………. Penentuan getah minyak dalam gasoline B. ASTM D-90
3………. Mudah tidaknya dilakukan start terhadap mesin C. Titik Tuang
pada suhu dan tekanan mesin yang rendah
4………. Metoda yang digunakan untuk menentukan
gasoline dalam minyak bakar D. ASTM-D 909
5………. Pemeriksaaan distilasi laboratorium yang
dilakukan terhadap kerosin E. ASTM D-113
6………. Suhu dimana minyak tidak dapat bergerak karena
membeku F.Index Diesel
7………. Metoda yang digunakan untuk pengujian angka
oktan pada minyak kapal terbang G. Angka Oktan
8………. Pemeriksaan sulfur dalam minyak bakar residu H. ASTM-D86
dan minyak mentah
I. ASTM D-158
J. Titik Beku

A.Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !


1. Jelaskan metoda analisis minyak dan fraksinya !
2. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan rutin di Laboratorium ?
3. Sebutkan macam-macam metoda pemeriksaaan terhadap minyak dan produknya !
4. Sebutkan karakteristik yang dimiliki oleh minyak dengan adanya angka oktan!

B. Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang menurut anda paling benar !

1. Untuk mengetahui indikasi mutu minyak dimana minyak tersebut banyak


mengandung bensin, pemeriksaaan rutin yang diperlukan adalah :
a. Warna c. Distilasi ASTM
b. Titik nyala d. oAPI gravity dan berat jenis
2. Untuk menunjukkan adanya indikasi ukuran ketahanan terhadap pengaliran minyak
dan adanya minyak pada permukaan bidang pelumasan maka pemeriksaan rutin
yang diperlukan adalah :
a. Titik kabut c. Warna
b. Viskositas d. o API Gravity
3. Persen volume dari iso oktan yang harus dicampur dengan normal heptan dalam
rangka untuk memberikan intensitas ketukan yang sama terhadap minyak selama
pengujiannya dinamakan :
a. Titik kabut c. Uji belerang
b. Iso oktan d. Angka Oktan
4. Karakteristik minyak dengan angka oktan > 100 disebut :
a. Weak mixture performance c. Rich mixture performance
b. Angka oktan riset d. ASTM-D 614
5. Standar angka oktan untuk premium adalah :
a. 88 c. 90
b. 98 d. 95
6. Metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan pada mogas adalah :
a. ASTM D 614 c. ASTM D-357
b. ASTM D-2885 d. ASTM-D269
7. Bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya dilakukan start terhadap mesin pada
suhu dan tekanan mesin yang rendah pada operasi pembakaran sempurna
dinamakan
a. Titik asap c. Titik anilin
b. Indeks diesel d. Indeks korelasi

Anda mungkin juga menyukai