Disusun Oleh:
TEKNIK KIMIA
D3 TEKNIK KIMIA
2022
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah bioproses “Pembuatana Nata de coco”
ini tepat pada waktunya. Makalah ini diselesaikan tepat pada waktunya untuk memenuhi
tugas Bioproses.
Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada guru pengampu
mata kuliah Bioproses, Ir. Sri Ruliana, MP. Selain itu, terima kasih juga kami sampaikan
ucapkan kepada segenap pihak orang terlibat dalam penyusunan makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca yang
ingin mengetahui bagaimana cara produksi enzim
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Kami memohon maaf
apabila masih terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Besar harapan kami untuk
bisa memperoleh masukan, saran, kritik yang sifatnya membangun dari siapapun yang
membaca makalah ini demia kesempurrnaan pembuatan makalah berikutnya.
I
Daftar Isi
Table of Contents
Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................7
2.1 Jerami Padi............................................................................................................................7
2.2 Pengertian Enzim Selulase....................................................................................................7
2.2 Kegunaan Atau Fungsi Enzim Selulase.................................................................................8
2.3 Tahapan Proses Produksi Enzim Selulase Dari Aspergillus Niger Menggunakan Ampas
Tebu.............................................................................................................................................9
2.4 Aktivitas Enzim.....................................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................12
METODOLOGI...............................................................................................................12
3.1 Alat.......................................................................................................................................12
3.2 Bahan...................................................................................................................................13
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................................................13
BAB IV............................................................................................................................16
HASIL.............................................................................................................................16
BAB V..............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
5.1 Kesimpulan:.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
II
III
BAB 1
PENDAHULUAN
Selulase merupakan enzim yang secara luas banyak digunakan dalam industry tekstil,
kimia, kertas dan bahan pakan. Selain itu, selulase dapat dimanfaatkan dalam proses
fermentasi biomassa yang mengandung selulosa menjadi biofuel seperti bioetanol (Mtui,
2009).
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, suhu, pH, konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, pengaruh aktivator, dan inhibitor, dan untuk memaksimalkan
aktivitas enzim ini maka perlu dilakukan optimalisasi aktivitas enzim selulase dari
kapang selulolitik dengan mengkombinasikan beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi aktivitas enzim tersebut (Rumiris, 2010). Suhu memainkan peranan yang
sangat penting dalam reaksi enzimatik. Ketika suhu bertambah sampai suhu optimum,
kecepatan reaksi enzim naik karena energi kinetik bertambah. Bertambahnya energi
kinetik akan mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi baik enzim maupun
substrat. Hal ini akan memperbesar peluang enzim dan substrat bereaksi. Ketika suhu
lebih tinggi dari suhu optimum, proteinberubah konformasi sehingga gugus reaktif
4
terhambat. Perubahan konformasi ini dapat menyebabkan enzim terdenaturasi. Substrat
juga dapat berubah konformasinya pada suhu yang tidak sesuai, sehingga substrat tidak
dapat masuk ke dalam sisi aktif enzim (Rumiris, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
Rumiris (2010) dengan perlakuan suhu 250C, 350C dan 500C menunjukkan bahwa pada
suhu 250C tidak ada aktivitas enzim selulase, sedangkan pada suhu 35 0C aktivitas enzim
selulase mencapai 779 x 10-5 U/ml, dan pada suhu 50 0C aktivitas enzim selulase
mengalami peningkatan mencapai 3435 x 10-4 U/ml.
5
Tebu (sugar cane, Saccharum) merupakan salah satu jenis tanaman rumput rumputan
yang ditanam sebagai bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Umur tanaman tebu sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai lebih
kurang 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera
(Yash, 2009).
Ampas tebu (bagasse) merupakan limbah padat industri gula tebu yang mengandung
serat. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35% - 40% dari berat tebu
yang digiling. Menurut data statistik Indonesia tahun 2002, luas tanaman tebu di
Indonesia 395.399,44 ha, yang tersebar di Pulau Sumatera seluas 99.383,8 ha, Pulau
Jawa seluas 265.671,82 ha, Pulau Kalimantan seluas 13.970,42 ha, dan Pulau Sulawesi
seluas 16.373,4 ha. Diperkirakan setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton
bagasse. Maka potensi bagasse nasional yang dapat tersedia dari total luas tanaman tebu
mencapai 39.539,944 ton per tahun (Fauzi, 2005)
Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula dan salah satu bahan lignoselulosa yang
masih terbatas pemanfaatannya. Ampas tebu dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai
bahan bakar boiler untuk penggerak turbin yang mana merupakan penyedia listrik yang
utama untuk kelangsungan proses di Pabrik. Ampas tebu terdiri atas tiga komponen
utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), ampas tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula sebanyak
32% dari berat tebu yang digiling. Ampas tebu yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan
bakar boiler sebanyak 60% dari total ampas tebu yang dihasilkan. Oleh karena itu
diperkirakan sebanyak 40% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin dalam
Oktavia, 2014).
1.3 Tujuan
1.1.5 Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan enzim selulase.
6
1.1.6 Dapat mengetahui fungsi dari enzim selulase.
1.1.7 Dapat mengetahui cara memproduksi enzim selulase menggunakan limbah ampas
tebu dari Aspergillus niger.
1.1.8 Dapat mengetahui apa yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim selulase
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Salah satu jenis kapang yang populer dan banyak digunakan secara komersial dalam
suatu produksi yaitu Aspergillus niger. Selain karena mudah tumbuh dengan cepat A.
niger juga merupakan salah satu spesies Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin
sehingga tidak membahayakan (Gras, 2008 dalam Maryanty, 2010).
Kapang memerlukan nutrient dengan komposisi tertentu untuk tumbuh dan membelah
diri. Komposisi nutrien untuk pertumbuhan mikroba berbeda bagi mikroba yang berbeda.
Untuk kapang berfilamen, rata-rata mengandung 10-25% protein, 1-3% asam nukleat, 20-
50% lipida (% berat kering). Sejumlah mineral dan unsur hara terdapat didalam tubuh
mikroba untuk menjalankan fungsi khusus; K, Ca, Mg, Fe, Co, Zn dan Mo. Dengan
sendirinya kandungan kimiawi ini mempengaruhi kebutuhan nutrien untuk menunjang
penggandaan sel dan pertumbuhannya (Suhartono, 1989).
9
2.3 Tahapan Proses Produksi Enzim Selulase Dari Aspergillus Niger Menggunakan
Ampas Tebu
Induser yang sering digunakan untuk memproduksi enzim selulase dari Aspergillus
niger adalah CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) yang merupakan senyawa turunan dari
selulosa. Namun penggunaan induser tersebut dirasakan kurang efektif karena hanganya
cukup mahal, sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk menggantikan peran
CMC tersebut. Pada saat ini, penelitian tentang penggunaan induser alami terus
berkembang Beragam induser yang telah diteliti kebanyakan berasal dari limbah
pertanian. Penggunaan induser alami ini merupakan alternatif penggunaan induser yang
lebih ramah lingkungan dengan nilai ekonomis yang rendah. Ada beberapa jenis limbah
pertanian yang dapat dijadikan induser alami yakni jerami padi, tongkol jagung.
Penggunaan induser alami dari limbah pertanian berupa ampas tebu. Ampas tebu
merupakan limbah pertanian yang ketersediaannya sangat melimpah di Indonesia. Jika
dilihat dari sisi ekonomisnya tentu lebih murah dan ramah lingkungan. Pemilihan kedua
limbah tersebut didasari oleh banyaknya jumlah selulosa yang terkandung di dalamnya.
Tingginya kandungan selulosa ampas tebu ini diharapkan mampu menginduksi produksi
enzim selulase yang tinggi.
10
erat dengan suhu lingkungannya. Aktivitas tertinggi dari enzim akan dicapai
apabila direaksikan pada suhu optimum. Reaksi enzimatik yang terjadi di bawah
suhu optimum akan menyebabkan kakunya struktur protein, sehingga pengolahan
substrat tidak optimal dan menyebabkan aktivitas enzim turun. Namun suhu yang
diatas batas suhu optimumpun akan mengganggu aktivitas enzim karena
menyebabkan rusaknya struktur lipatan protein karena proses denaturasi, sehingga
aktivitas enzim menjadi turun (Prima, 2012). Suhu pada media fermentasi menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh dalam produksi enzim. Enzim merupakan
suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu, dengan demikian
aktivitas enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Hasil penelitian Sholihati et al., (2015)
menunjukkan bahwa salah satu bakteri selulolitik yaitu Bacillus subtilis
memproduksi enzim selulase dengan aktifitas yang optimum yaitu pada suhu 30°C
dengan nilai aktivitas enzim sebesar 5,6609 x 10-3 U/mL.
b. Derajat Keasaman (pH)
Selain suhu, aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH. Derajat keasaman (pH)
sangat berkaitan dengan keberadaan ion hidrogen. Konsentrasi ion hydrogen
sangat mempengaruhi aktivitas enzim, karena enzim aktif apabila asam amino
yang merupakan sisi aktif enzim berada dalam keadaan ionisasi tepat. (Prima,
2012).
c. Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim akan
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada konsentrasi substrat tertentu,
kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2006).
d. Konsentrasi Substrat
Konsentrasi substrat yang rendah hanya dapat menampung sedikit substrat pada
bagian aktif enzim. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat
yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan
demikian konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar sehingga
menyebabkan semakin besar kecepatan reaksi. Pada suatu batas konsentrasi
substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrat atau telah jenuh
11
dengan substrat. Dalam hal ini, bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak
menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim tersebut, sehingga
jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar (Poedjiadi dan Supriyanti,
2006).
e. Inhibitor
Kerja suatu enzim dapat terhalang oleh zat lain. Zat yang dapat menghambat kerja
enzim disebut inhibitor. Ketika inhibitor berikatan dengan enzim maka akan
menyebabkan penurunan kecepatan reaksi enzimatis. Zat penghambat atau
inhibitor ini dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap.
Inhibitor (hambatan) enzim dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor reversibel dan
inhibitor ireversibel (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Produk akhir juga dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat kerja enzim, hal tersebut
dikarenakan adanya feed back inhibition dari glukosa sehingga dapat menghambat
aktivitas enzim selulase. Molekul glukosa yang menjadi produk akhir dari enzim
selulase, dapat menempel pada sisi alosterik enzim sehingga sisi aktif enzim
selulase tidak dapat ditempati oleh substrat selulosa (Simanjuntak et al., 2010).
12
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Autoclave
Spektrofotometer
Api bunsen
Centrifuge
Cuvet
Inkubator
Timbangan
Screen/ayakan
Kuvet
Beaker glass
Tabung reaksi
kertas pH
Pengaduk
Pipet
Corong
Erlenmeyer
Labu takar
Cawan petri
Kawat ose
13
Lemari aseptis
3.2 Bahan
Jerami
Aquadest
KH2PO4
MgSO4.7H2O
Na2CO3
CuSO4.5H2O
Folin phenol
KOH
Urea
HCl
NaOH
Spiritus
glukosa standart
alkohol 96%
DNS (dinitrosalicylic acid)
Mikroba yang digunakan dalam pembuatan enzim adalah Aspergillus niger yang
telah dibeli dari salah satu took online
14
b) Pembenihan Inokulasi
c) Penyiapan Inokulum
100 ml media cair (media cair ini terdiri dari sukrosa 12,5%, (NH4)2SO4 0,25%,
KH2PO4 0,2%), api bunsen, dan kawat ose disiapkan. pH media cair diatur
dengan HCl hingga pH=3. Ujung kawat ose dicelupkan ke dalam alkohol 96%
lalu dipanaskan pada api bunsen sampai berwana merah. Biakan Aspergillus
niger dari media PDA diambill dengan menggunakan kawat ose lalu dicelupkan
beberapa saat pada media cair hingga tampak keruh. Media cair ditutup dengan
kapas dan diinkubasi pada suhu ± 30°C selama 24 jam Pekerjaan ini dilakukan di
ruang aseptik.
Jerami dicacah dengan ukuran tertentu kemudian dijemur selama sehari. Jerami
dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml sesuai variabel (moisture content dan
waktu fermentasi) dengan nutrisi antara lain: urea, MgSO4.7H2O, KH2PO4,
dalam media cair padat. Aquadest ditambahkan dalam jerami hingga didapat
moisture content 75%, 80%, 85%, 90%. pH diatur hingga pH=5 lalu media
disterilkan di dalam autoclave pada suhu 120ºC selama 15 menit. Media yang
telah disterilkan kemudian didinginkan. Suspensi spora ditambahkan dengan
konsentrasi ± 3 juta/ml disebar merata pada media tersebut dengan perbandingan
1 bagian suspensi spora dalam 10 bagian media. Media diinkubasi pada suhu
±30oC dengan waktu fermentasi 48, 72, 96, 120, 144 jam.
e) Pengambilan Enzim
15
Cairan yang diperoleh kemudian diambil untuk analisa protein dan diuji
aktivitas enzimnya.
16
BAB IV
HASIL
Untuk memproduksi enzim selulase dari Aspergillus niger dengan substrat ampas tebu
melalui proses sistem fermentasi padat dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan baku
Bahan baku berupa ampas tebu ini bisa berasal dari kota Sebelum digunakan
sebagai medium fermentasi, ampas tebu dicacah agar didapat ukuran yang
homogen.
b. Pembenihan inokulasi
Pembenihan inokulasi dilakukan pada PDA secara zig-zag dengan menggunakan
kawat inokulasi di dalam cawan petri secara aseptik. Mikroba diinkubasi pada
suhu ± 30°C selama 120 jam.
c. Penyiapan inokulum
Penyiapan inokulum dilakukan dalam media cair (sukrosa 12,5%, (NH4)2SO4
0,25%, KH2PO4 0,2%) yang ditutup dengan kapas kemudian diinkubasi pada
suhu ± 30°C selama 24 jam di ruang aseptik.
d. Produksi enzim selulase
Produksi enzim ini dimulai dengan mencampur ampas tebu dengan nutrien yang
ada dalam media cair padat. pH fermentasi diatur lalu media disterilkan di dalam
autoclave kemudian didinginkan. Suspensi spora ditambahkan dan disebar merata
pada media tersebut. Kemudian diinkubasi pada suhu 30oC dengan waktu
fermentasi sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
e. Pengambilan enzim
Proses pengambilan enzim dimulai dengan mengekstrak hasil fermentasi dengan
aquadest sehingga diperoleh filtrat dan padatan. Kemudian filtrat dan padatan
dipisahkan dengan menggunakan centrifuge kecepatan 4200 rpm selama 14 menit.
Filtrat yang diperoleh siap diuji aktivitas enzimnya.
f. Analisa hasil
Analisa pertama yang dilakukan adalah analisa protein dengan metode Lowry
untuk menunjukkan kadar enzim dalam sampel dengan menggunakan BSA
17
(bovine serum albumin) sebagai larutan standar. Untuk mengetahui aktivitas
enzim yang dihasilkan digunakan kapas 1% yang ditambah dengan ekstrak enzim,
kemudian kadar glukosa dianalisa dengan metode DNS (3,5-dinitrosalicylic acid).
CcBiaya yang dikeluarkan adalah :
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan:
1. Enzim selulase adalah enzim yang mampu mendegradasi selulosa dengan produk
utamanya yakni glukosa, selobiosa dan selooligosakarida.
2. Selulase digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulp dan kertas.
Selulase juga digunakan dalam pengolahan kopi (Frazier dkk, 1988) dan kadang-
kadang digunakan dalam industri farmasi sebagai zat untuk membantu sistem
pencernaan. Selulase juga dimanfaatkan dalam proses fermentasi dari biomassa
menjadi biofuel, seperti bioethanol (en.wikipedia.org/wiki/cellulase). Saat ini, enzim
selulase juga digunakan sebagai pengganti bahan kimia pada proses pembuatan
alkohol dari bahan yang mengandung selulosa (Zhiliang Fan dkk, 2006).
3. Untuk memproduksi enzim selulase dari Aspergillus niger dengan substrat ampas tebu
melalui proses sistem fermentasi padat dilakukan beberapa tahapan yaitu penyiapan
bahan baku, pembenihan inokulasi, penyiapan inokulum, produksi enzim selulase,
pengambilan enzim, dan analisa hasil.
4. Aktivitas dari enzim selulase dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, pH,
zat penghambat atau aktivator, kadar substrat, dan jenis substrat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sri Rulianah, Zakijah Irfin, Mufid, Prayitno, 2017. Produksi Crude Selulase Dari Bahan Baku
Ampas Tebu Menggunakan Kapang Phanerochaete Chrysosporium. Jurnal.
Politeknik Negeri Malang:Malang.
Nunak Nafiqoh, Lusi H. Suryaningrum, 2020. Hidrolisis Ampas Tebu Menggunakan Enzim
Selulase Dari Bakteri Bacillus Subtilis Dalam Upaya Pemanfaatannya Sebagai
Bahan Pakan Ikan. Jurnal. BRPBATPP:Bogor.
Selviza Safaria, Nora Idiawati, Titin Anita Zahara, 2013. Efektivitas Campuran Enzim
Selulase Dari Aspergillus Niger Dan Trichoderma Ressei Dalam Menghidrolisis
Substrat Sabut Kelapa. Jurnal. Universitas Tanjungpura:Pontianak.
Nana Mulyana, Tri Retno Dyah Larasati, Nurhasni, Meliana Ningrum, 2015. Peningkatan
Aktivitas Enzim Selulase Dan Produksi Glukosa Melalui Fermentasi Substrat
Jerami Padi Dengan Fungi Aspergillus Niger Yang Dipapari Sinar Gamma.
Jurnal. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:Jakarta.
Zulfatus Sa’adah, Noviana Ika S., Abdullah, 2017. Produksi Enzim Selulase Oleh Aspergillus
Niger Menggunakan Substrat Jerami Dengan Sistem Fermentasi Padat. Jurnal.
Universitas Diponegoro:Semarang.
Purkan, Purnama HD, Sumarsih S., 2015. Produksi Enzim Selulase Dari Aspergillus Niger
Menggunakan Sekam Padi Dan Ampas Tebu Sebagai Induser. Jurnal.
Universitas Airlangga:Surabaya.
Dr. Henny Saraswati, S,Si, M.Biomed, 2020. Modul Bioindustri. Modul. Universitas Esa
Unggul:Jakarta.
20