Anda di halaman 1dari 9

Nama : Bunga Adelia Tegar Peristiwa

Kelas : 1D D3 Teknik Kimia

NIM : 2231410112

BAB IV

PRODUK PRODUK FERMENTASI 1

A. PRODUK FERMENTASI MENGGUNAKAN MIKROBA


Fermentasi dengan mikroba atau enzim konsepnya sama.

(gambar proses pembuatan produk fermentasi secara umum, sumber : pondok ilmu)
Secara umum, tahapan dalam proses fermentasi adalah :
1. Sterilisasi
2. Pembibitan atau pembuatan starter
3. Fermentasi dengan pengaturan pH, udara, busa, nutrisi, suhu
4. Pemurnian produk fermentasi

B. PRODUK FERMENTASI ALKOHOL / BIOETANOL


Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan etanol secara fermentasi dapat dibedakan
menjadi 3 macam
 Bahan bahan seperti gula tebu, gula bit, molase, dan cairan buah buahan
 Bahan pati, terdiri dari bahan bahan seperti golongan padi padian, kentang dan lain
lain
 Bahan selulosa, misalnya bahan dari kayu dan waste sulphite liquor

(gambar proses pembuatan etanol dari berbagai bahan baku, sumber : dinas
pertanian mesuji)
Dalam pembuatan etano, setiap negara mempunyai bahan baku yang khas, tergantung pada
bahan yang terdapat disekitarnya. Didaerah tropis seperti Indonesia dan kuba yang
dipergunakan adalah padi padian, jagung, gula bit, sulphite pulp.

1. PEMELIHARAAN RAGI ATAU KHAMIR


Ragi yang diperlukan dalam proses fermentasi perlu diseleksi atau diisolasi dalam
biakan murni. Spesies yang biasanya digunakan adalah saccharomyces cerevisiae,
saccharomycess anamensis, dan saccaromycess pombe. Berdasarkan komposisi
kimia, didalam ragi terdapat zat zat seperti air, protein, karbohidrat, lemak dan abu.
Kadar air yang didalam nya tidak sama, tergantung spesies ragi yang bersangkutan
dan kondisi dimana ragi tersebut tumbuh. Berdasarkan basis kering, kadar abu
berkisar antara 0,3-8,8 %. Lingkungan hidup yang diperlukan adalah suhu 28-37℃,
suasana asam dengan pH sekitar 4-5. Untuk perluan ini ditambahkan asam kedalam
bahan baku. Dan yang biasnya digunakan adalah H2SO4. Untuk mempertinggi
aktivitas ragi, biasanya ditambahkan pupuk phospat, ammonium sulfat dan urea.
Untuk memperbanyak jumlah selnya, ragi mempunyai cara berkembang biak yang
khusus. Yaitu,
a. Cara sporulasi : berkembang biak dengan pembentukan askospora. Didalam
sel nya ragi membentuk bola bola kecil yang berjumlah 1-4 buah. Bila spora
tersebut sudah masak, maka akan keluar dari induknya dan tumbuh sendiri.
Syarat syarat yang diperlukan agar dapat menggandakan sporalisasi ialah
adanya udara. Suhu maks adalah 35-37℃ dan min adalah 9-11℃, pH antara
3,5-4
b. Cara budding : pembentukkan tonjolan tonjolan. Jika tonjolan sudah besar
maka akna melepas diri dari induknya, untuk tumbuh sendiri atau melekat
dengan membentuk rantai yang Panjang. Syarat yang diperlukan adalah
tidak adanya udara (anaerob), pH anatar 4-5 dan suhu sekitar 32-34℃.
Kedua car aini diperlukan dalam proses pembibitan ragi, dan fermentasi alcohol.
Kedua caea ini memerlukan cara yang berbeda, maka pada pabrik alcohol biasanya
kedua proses ini dipisahkan. Berkembang biak dengan pembentukkan aeospora
akan lebih cepat mengahsilkan ragi dalam jumlah banyak, tetapi alcohol hasil
produksi dengan car aini lebih sedikit dibandingkan dnegan cara budding.

2. MEKANISME FERMENTASI
Menurut meyerholff-emden, mekanisme gula menjadi alcohol akan melalui 14 tahap
dan paling sedikit ada 15 enzim dan 3 koenzim yang membantuk proses tersebut.
Secara keseluruuhan enzim dan koenzim tersebut diberi nama zymase. Yang
berperan dalam proses oksidasi reduksi phosphate transfer dan lain lain. Dalam
fermentasi donor electron dan aseptop elekton adalah senyawa organic. Yang
biasanya dihasilkan dari sutu macam zat organic selama proses metabolisme. Bahan
yang dapat di fermentasi adalah yang dapat menghasilkan produk antara dakam
bentuk senyawa senyawa yang teroksidasi dan tereduksi. Pada proses ini kecepatan
fermentasi dikontrol oleh adanya phosphate bebas. Sedangkan adanya phosphate
bebas ini tergantung pada konsentrasi hexaphosphate. Untuk mengurangi
ketergantungan perlu ditambahkan phosphatedan nitrogen dari luar, yang keduanya
diperoleh dari pupuk urea, ammonium sulfat dan super phospohate. Efek
oenambahan pupuk ini akan memberikan pertambahan kecepatan fermnetasi
secara eksponioal. Proses terakhir adalah reduksi acetaldehyde menjadi alcohol
dengan bantuan enzim alcohol dehidrogenasi. Dan persamaan proses reduksi ini,
terjadi juga oksidasi triose phosphate menjadi phosphoglyceric acid.

(gambar mekanisme reaksi pembuatan alcohol, sumber biologi Gonzaga)


Hasil obserbasi menunjukkan bahwa kecepatan fermentasi tergantung pada macam
gula, dan macam ragi yang dipergunakan. Tidak semua ragi dapat bekerja dengan
efisiensi yang sama pada kondisi dan macam bahan baku yang berbeda. Berhasil
tidaknya suatu proses bergantung dari dapatnya mengifisiensi variable variable yang
ada. Perlu dilakukan optimasi variable variable konsentrasi gula, pH, larutan, suhu
penambahan pupuk dengan menggunakan strain ragi, juga kondisi anaerob serta
selama proses destilasi menentukan alcohol yang diperoleh.

3. DESTILASI
Salah satu cara memisahkan komponen komponen suatu campuran larutan untuk
mendapatkan komponen yang dikehendaki dalam keadaan lebih murni adalah
dengan destilasi. Pemisahan ini berdasar pada perpindahan massa dari satu fase
yang homogen ke fase lainnya karena efek panas. Komposisi yang terbentuk karena
mnedidihnya larutan biasanya berbeda dengan kondisi larutan itu sendiri. Uap yang
terbentuk dalam kolom dialirkan ke kondensor, setelah dingin akan mengondensasi
dan hasilnya terpisah dari residunya yang tertinggal dalam kolom.

C. PRODUK FERMENTASI TEMPE


Proses fermentasi tempe telah diterapkan dalam pengolahan berbagai jenis kacang
kacangan menjadi produk makanan yang digemari.

1. INOKULUM TEMPE
Kapang dari jenis Rhizopus mempunyai mikroba terpenting dalam fermentasi tempe.
Miselium Rhizopus oryzae lebih Panjang daripada Rhizopus oligosporus, sehingga
tempe yang dihasilkan lebih padat dan kompak. Akan tetapi jika produksi tempe
lebih diutamakan nilai gizinya Rhizopus oligosporus pemegang peran terpenting. Hal
ini disebabkan dalam proses fermentasi berlangsung Rhizopus oligosporus
mensintesa lebiih banyak enzim amilase.
Strain Rhizopus oligosporus NRRL 2710 telah berhasil diisolasi, dianggap merupakan
strain terbaik dalam memproduksi tempe. Strain ini mempunyai ciri ciri :
a. Mampu tumbuh cepat pada suhu 30-40℃. Pertumbuhan misellum mulai
Nampak setelah fermentasi berlangsung selama 12 jam dan selesai setelah
18-20 jam
b. Tidak dapat memfermentasikan sukrosa
c. Mempunyai kativitas proteolititk yang tinggi dan akan melepaskan amoniak
bebas setelah fermentasi berlangsung selama 48-72 jam
d. Memproduksi antioksidan
e. Mampu menghasilkan tempe dengan flavor dan aroma asli yang khas
f. Mampu tumbuh pada substrat pati biji bijian tanpa memproduksi asam
asam organic dengan tingkat konsentrasi yang dapat menyebabkan tempe
terasa asam.

2. FERMENTASI TEMPE KEDELAI


Terdapat beberapa variasi dalam proses pembuatan tempe kedelai dan semuanya
dimaksudkan untuk menghasilkan tempe dengan citra rasa yang disukai. Selama
proses fermnetasi, kapang tempe akna tumbuh lebih cepat dan suhu biasanya akan
meningkat 57℃ diatas suhu incubator. Setelah fermentasi berlangsung 72 jam, total
padatan terlarut meningkat dari 0,5 % menjadi 2,5% total nitrogen relative konstan,
pH meningkat dari 5 menjadi 7. Kapang tempe mempunyai aktivitas lipolitik tinggi.
Yaitu mengghidrolisa lebih dari sepertiga kandungan lemak kedelai setelah 72 jam
fermentasi pada suhu 37℃. Setelah 69 jam proses fermentasi, kanudngan asam
asam lemak tempe meningkat dan asam linoleate merupakna asam lemak yang
dominan diikuti oleh oleat. Karbohidrat utama yang ada pada kedelai iala sukrosa,
stachyose dan raffinose. Selama fermentasi berlangsung heksosa akan dicerna
dengan cepat. Tetapi hidrolisis stachyose berlangsung lambat.

D. PEMBUATAN RAGI ROTI


Akhir akhir ini pembuatan ragi dilakukan dengan jalan menggunakan pembenihan tetes
dengan aerasi. Tujuannya adalha mengalihkan aktivitas metabolisme ragi pada perbanyakan
selnya, bukan produksi alcohol. Strain strain khusus saccharomyces cerevisiae digunakna
dalam fermentor ini, memenuhi persyaratan :
 Karakteristik fisiologisnya stabil
 Fermentasi dari pada gula dalma adonan sangat aktif
 Mudah didespersi dalam air
 Tahan penyimpanan tanpa otolisa
 Cepat pertumbuhan dan perkembangannya dalam fermentor
 Appearance yang tetap selama penyimpanan.
Pembenihan untuk produksi ragi terdiri dari molase dengan penambahan berbagai garam,
seperti garam ammonium dan phospat. Ada juga yang menambahkan air rendaman jagung
sebagai persenyawa nitrogen. Kadang kadang diperlukan tambahan yang disebut
“biosfaktor” yang terdiri dari biotin, asam panthothenat dan inositol untuk pembuatannya.
Untuk pembuatan molase dicampur dengan air rendaman jagung, dan pH diatur antara 4,5-
5. Setelah pemanasan dan difiltrasi diencerkan sampai kadar gulanya mencapai 0,5-1,5%.
Pengolahan ini menurunkan kemungkinnan terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Kadar
gula yang rendah pada permulaan proses dimaksudkan untuk terbentuknya sel ragi dan
bukan alkoholnya dan selama proses fermentasi kadar gula ini diatur supaya tetap kadarnya
tetap dengan jalan penambahan molase sewaktu waktu. Suhu fermentasi adalah 30℃.
Untuk aerasi diperlukan udara sangat banyak. Sehingga biasa pelaksanaanyadiliputi 20-30%
dari biaya keseluruhan proses produksi ragi. Pada akhir periode fermentasi kecepatan aerasi
diperkecil. Dan penambahan gula dan ammonia dihentikan. Untuk selama fermentasi 1 jam
dibiarkan berjalan. Agar sel selnya menjadi dewasa dan baru dilakukan pemisahan.
Sebelum dipisahkan, cairan pembenihan didinginkan dan disentrifuge. Sel sel ragi dicuci dan
dicentrifuge beberapa kali agar bebas dari kotoran kotoran pembenihan dan menghasilkan
warnanya. Untuk menghilangkan sebanyak mungkin airnya, maka ragi difiltrasi melalui filter
press dan setelah dicampur dengan “plasticizer” dibuat dalma bentuk kubus melalui
“extruder”, dibungkus dan disimpan dalam tempat yang dingin.

E. PRODUKSI ENZIM DAN PEMANFAATANNYA


Enzim dapat digunakan dalam berbegai proses produksi, seperti :

ENZIM SUMBER APLIKASI


Penicillinase Bacillus substilis Degradasi penisilin
Pectinase Aspergillus niger Klasifikasi wine dan jus buah
Protease Clostridium sp. Pelunak, membantu system pencernaan
Saat ini telah beredar suatu jenis deterjen pintar 4 enzim, dengan kriteria ramah lingkungan.
Dimana sisa air rendaman dapat digunakan sebagai pupuk dan kerjanya sangat luar biasa
melebihi yang konvensional. Menurut informasi deterjen mengandung 4 enzim yaitu :
 Protease : untuk menghilangkan noda protein
 Amylase : untuk menghilangkan noda pati
 Lipase : untuk menghilangkan noda lemak
 Cellulozym (selalase) : untuk menjaga warna dan serat tetap halus
Kerja enzim deterjen ini cukup menggunakan suhu rendah. Mikroba yang sama akna
menghasilkan enzim yang berbeda.

F. PRODUKSI ENZIM PROTEASE


Protease diperoleh dari :
1. Aspergillus oryzae
Yang ditumbuhkan dalam medium cair tahu untuk menghasilkan enzim protease.
Medium fermentasi terdiri dari limbah cair tahu disumplementasi dengan tepung
tapioca 4% dan larutan mineral 4%. Fermentasi dilakukan pada pH 5 suhu 30℃ dan
masa inkubasi 5 hari. Dosis inoculum yang digunakan adalah 5-15%. Hasil tertinggi
yang dihasilkan oleh dosis inoculum 10% yaitu aktivitas protease 0,32 U/ml, kadar
protein 0,14 mg/ml dan berat kering biomassa9,07 mg. setelah supernatant
difraksinasi dengan ammonium sulfat 30-95% jenuh.
2. Bacillus subtilis
Salah satu bakteri penghasil antibiotic jenis basitrasin. Basitarsin adalah antibiotika
polipeptida topical yang berasal dari isolasi strain tracy-I bacillus subtilis. Yang
dikultur dengan penderita dengan fraktur compound yang terkontaminasi tanah.
Basi ini diturunkan oleh bacillus, dan trasin berasal dari penderita yang mengalami
fraktur compound. Basitrasin adalah antibiotika polpeptida siklis dengan komponen
multiple (A,B,C). basitrasin A adalha komponen utama dari produk komersil yang
digunakan sebagai garam zinc. Kebanyakan organisme gram negatife dan jamur
resisten terhadap obat ini. Sediaan tersedia dalam bentuk salep basitrasin topical
efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial pada kulit seperti impetigo,
furunkolosis, dan pyoderma.

G. AMILASE
Mikroba yang baik digunakan untuk produksi amylase dapat berupa organisme local atau
bukan dan dapat diisolasi sendiri. Mikroorganisme yang digunakan untuk produksi amilase
adalah :
 Bacillus subtilis
 B. licheniformis
 B. amyloliquifaciens
 Aspergillus niger
Untuk memproduksi enzim dari jamur digunakan medium cair agar mudah memanennya.
Komponen medium (g/L) :
 KH2PO4 sebanyak 1,4
 NH4NO3 sebanyak 10
 MgSO4.7H2O sebanyak 0,5
 FeSO4.7H2O sebanyak 0,1
 Pati larut sebanyak 20
Atur pH menjadi 6,5 masukkan dalam Erlenmeyer 50 mL sebanyak 30-40 mL medium dan
sterilkan pada suhu 121℃ selama 15 menit. Setelah dingin masukkan suspense spora jamur
jamur sebanyak 0,5 mL. Inkubasi selama 3 hari pada suhu kamar dalam penggolong dengan
putaran 200 rpm. Namun jika tidak ada yang lakukan penggojogan secara manual secara
berkala. Hasil yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas Whattman No 1. Filtrat yang
diperoleh ini mengandung amilase kasar yang dapat digunakan secara langsung atau
dimurnikan lagi. Mikroba yang baik digunakan untuk produksi dapat berupa organisme lokal
atau bukan dan dapat diisolasi sendiri. Mikroorganisme yang digunakan untuk produksi
amilase adalah: Bacillus subtilis, B. licheniformis, B. amyloliquifaciens dan Aspergillus niger.
Untuk memproduksi enzim dari jamur digunakan medium cair agar mudah memanennya,
komposisi medium (g/L) :
 KH2PO4 sebanyak 1,4
 NH4NO3 sebanyak 10
 MgSO4.7H2O sebanyak 0,5
 FeSO4.7H2O sebanyak 0,01
 Pati larut sebanyak 20
Atur pH menjadi 6,5, masukkan dalam erlenmeyer 50 mL. sebanyak 30-40 mL mediurn dan
sterilkan pada suhu 121 C selama 15 menit. Setelah dingin, masukkan suspensi spora jamur
sebanyak 0,5 mL. Inkubasi selama 3 hari pada suhu kamar dalam penggojong dengan
putaran 200 rpm. Namun jika tidak ada yang lakukan penggojogan secara manual secara
berkala. Hasil yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas Whattman No 1. Filtrat yang
diperoleh ini mengandung amilase k yang dapat digunakan secara langsung atau dimurnikan
lagi (Nur Hidayat, 2008).

H. LIPASE
Lipase dapat diisolasi dari salah satu bakteri termofilik yaitu Bacillus subtilis. Produksi lipase
menggunakan minyak zaitun sebagai substrat. Lipase yang diperoleh diuji kandungan protein
dan aktivitasnya, dimana sebelumnya dilakukan liofilisasi terhadap ekstrak kasarnya.
Optimasi lipase dilakukan terhadap faktor suhu inkubasi dimana dilakukan uji aktivitas lipase
pada variasi suhu tertentu. Lipase merupakan enzim yang mampu mengkatalisis berbagai
macam reaksi, seperti hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, dan aminolisis. Enzim adalah katalis
yang memiliki keunggulan sifat (aktivitas tinggi, selektivitas dan spesifisitas) sehingga dapat
membantu proses-proses kimia kompleks pada kondisi percobaan yang lunak dan lebih
ramah lingkungan (Khan. Et al 2002). Media cair digunakan untuk membuat inokulum pada
Bacillus subtilis. Media cair dibuat dengan komposisi :
 Polypeptone : 5 gram
 Yeast extract : 5 gram
 MgSO47H₂O : 0,2 gram
 CaCl2.2H2O : 0,5 gram
 MnSO4 H₂O : 0,05 gram
 KH₂PO4 : 1 gram
 Minyak zaitun : 80 mL
 Aquadest : 1 Liter
Semua bahan ditimbang sesuai komposisinya, kemudian dilarutkan dalam aquades hingga
volume 1 liter, dan dipanaskan sampai larut. Selanjutnya disterilkan dengan autoklaf pada
suhu 121 °C selama 30 menit. Media padat yang digunakan adalah agar nutrisi
dengan takaran 40 g/L. Media cair dapat dibuat dengan komposisi sebagai berikut: cairan
mutrisi 15 g/L. KH2PO4 1 g/L, MgSO4.7H20 0,5 g/L. dilarutkan dengan aquades dalam
volume 10 mL dan 100 mL serta media produksi dibuat dari media cair yang sama namun
dengan penambahan minyak zaitun 10% dan gum arab 5% kemudian dilarutkan dengan
aquades dalam volume 20 mL dan 1 L pH diatur hingga 7 dengan penambahan NaOH dan
diukur menggunakan pH-meter. Semua bahan disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
Media yang telah dibuat disimpan dalam erlenmeyer yang ditutup kapas berlemak yang
sudah steril kemudian disimpan dalam refrigerator.

1. UJI MIKROSKOPIS
Bacillus subtilis diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Unair Surabaya. Uji
sterilisasi dilakukan dengan menambahkan 1 ose Bacillus subtilis dari media padat ke
dalam 10 ml. media cair. Biakan diinkubasi pada suhu 45℃ selama 3 jam. Sebanyak
100 μL bakteri dari media cair ini diteteskan pada kaca preparat dan dilihat di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Selanjutnya biakan yang tumbuh
diamati morfologinya.

(gambar bacillus subtilis, sumber : Wikipedia)

2. REGENERASI BACILLUS SUBTILIS


Biakan murni Bacillus subtilis diremajakan pada agar miring yang telah disterilisasi
pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 15 menit, selanjutnya biakan diinkubasi
pada suhu 30°C selama 24 jam. Bacillus subtilis pada agar miring ini menjadi stok
kultur yang diregenerasi pada media agar miring yang baru sebelum digunakan.

I. PRODUKSI DAN ISOLASI LIPASE


Produksi enzim lipase dilakukan dengan cara yaitu 2 ose biakan media padat dimasukkan ke
dalam 20 mL media produksi. Selanjutnya campuran diinkubasi pada inkubator bergoyang
selama 8 jam pada suhu 45°C. Biakan ini selanjutnya dinokulasi kembali pada 1 L media
produksi dan diinkubasi pada inkubator bergoyang selama 8 jam pada 120 rpm, 45°C.
Setelah itu campuran disentrifugasi dan diambil supernatan sebagai ekstrak kasar lipase.
Ekstrak kasar yang didapat diukur volumenya kemudian diliofilisasi hingga mengalami
pemekatan ± 10 kali.

1. UJI AKTIVITAS LIPASE


a. Pembuatan Kurva Standar Asam Oleat
Kurva standar asam oleat dibuat dengan beberapa variasi konsentrasi asam
oleat Konsentrasi yang dibutuhkan adalah antara 3,5; 7; 10,5; 14 dan 17,5 (x
10-4 M). Variasi konsentrasi larutan tersebut dibuat dengan menggunakan
larutan standar asam oleat 0,007 M, larutan tersebut diambil sebanyak 0,5;
1; 1,5; 2; 2,5 ml lalu diencerkan dengan heksana sampai 10 mL. Selanjutnya
campuran diambil 4 ml. dan ditambahkan reagen tembaga (II) asetat
sebanyak 1 mL. lalu diaduk 1 menit Pengukuran absorbansi dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 715 nm.
b. Penentuan Aktivitas Lipase
Penentuan aktivitas lipase dilakukan dengan menggunakan metode Kwon
dan Rhee (Kwon, 1986). Substrat yang digunakan dalam metode ini adalah
minyak zaitun. Minyak zaitun sebanyak 1,5 mL, ditambahkan dengan 1 mL
buffer fosfat pH 7 dan 1 mL larutan enzim. Campuran ini selanjutnya
diinkubasi pada inkubator bergoyang 120 rpm selama 30 menit. Selanjutnya
campuran ditambahkan larutan 1 mL HCl 6 N dan 5 mL heksana. Campuran
selanjutnya dikocok kuat dan lapisan atas diambil sebanyak 4 mL, kemudian
ditambahkan 1 mL reagen tembaga (II) asetat dan diaduk 1 menit.
Campuran diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 715 mm. Aktivitas lipase diukur pada suhu inkubasi yang
bervariasi yaitu 30°-50°C. Contoh pemakaian lipase sebagai biokatalis,
diantaranya pada pembuatan biodiesel (metil ester) dari minyak sawit
(trigliserida) dengan reaksi sebagai berikut:

(gambar reaksi interesterifikasi minyak nabati melalui rute reaksi non


alcohol menjadi biodiesel dengan biokatallis lipase, sumber : asosiasi
Pendidikan tinggi Teknik kimia Indonesia)

J. SELULASE
Untuk memproduksi enzim selulase menggunakan Aspergillus niger dengan substrat jerami
melalui proses sistem fermentasi padat dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
 Penyiapan bahan baku
Bahan baku berupa jerami dan dicacah agar didapat ukuran yang homogen.
 Pembenihan inokulasi
Pembenihan inokulasi dilakukan pada PDA secara zig-zag dengan menggunakan
kawat inokulasi di dalam cawan petri secara aseptik. Mikroba diinkubasi pada suhu
30°C selama 120 jam.
(gambar aspergillus niger, sumber : Wikimedia commons)
 Penyiapan inokulum
Penyiapan inokulum dilakukan dalam media cair yang ditutup dengan kapas
kemudian diinkubasi pada suhu 30°C selama 24 jam di ruang aseptik. Komposisinya :
 Urea: 30 mg
 MgSO4.7H2O: 5 mg
 KH2PO4: 2,3 mg
 Suhu fermentasi: ± 30°C
 pH fermentasi : 5

1. PRODUKSI ENZIM SELULASE


Produksi enzim ini dimulai dengan mencampur jerami dengan nutrien yang ada
dalam media padat pH fermentasi diatur lalu media disterilkan di dalam autoclave
kemudian didinginkan Suspensi spora ditambahkan dan disebar merata pada media
tersebut. Kemudian diinkubasi pada suhu 30°C dengan waktu fermentasi yang
sesuai.

2. PENGAMBILAN ENZIM
Proses pengambilan enzim dimulai dengan mengekstrak hasil fermentasi dengan
aquades sehingga diperoleh filtrat dan padatan Kemudian filtrat dan palatan
dipisahkan dengan menggunakan centrifuge. Filtrat yang diperoleh siap diuji
aktivitas enzimnya.

3. ANALISA HASIL
Analisa pertama yang dilakukan adalah analisa protein dengan metode Lowry, untuk
menunjukkan kadar enzim dalam sampel. Untuk mengetahui aktivitas enzim yang
dihasilkan digunakan kapas 1% yang ditambah dengan ekstrak enzim kemudian
kadar glukosa dianalisa dengan metode DNS (3,5-dinitrosalicylic acid)

Anda mungkin juga menyukai