Anda di halaman 1dari 24

ABSTRAK

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi


senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Tujuan percobaan adalah
praktikkan mampu memahami proses persiapan fermentasi seperti persiapan
inokulum, persiapan medium fermentasi dan sterilisasi alat dan bahan,
selanjutnya mampu mengoperasikan fermentor dan mampu menghasilkan produk
berbasis rekayasa bioproses. Bahan baku yang digunakan adalah glukosa teknis
sebagai bahan pembuatan medium fermentasi dan starter, urea, NPK, MgSO 4,
ZnSO4 sebagai nutrisi, yeast, akuades, dan reagen antron. Setiap 2 jam sekali
sampel diambil dari dalam fermentor untuk dianalisa berat keringnya dan kadar
glukosa. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan pada kondisi sampel 0
jam didapat berat kering 0,11 gr, pH: 4, konsentrasi sel 0,0055gr/ml, dan
konsentrasi glukosa 9,990 mg/L; sampel 2 jam didapat berat kering 0,11 gr, pH:
4,5, konsentrasi sel 0,0055 gr/ml, dan konsentrasi glukosa 9,890 mg/L; sampel 4
jam didapat berat kering 0,13 gram, pH: 4,5, konsentrasi sel 0,0065gr/ml, dan
konsentrasi glukosa 9,490 mg/L; sampel 6 jam berat kering 0,15 gr, pH: 4,5,
konsentrasi sel 0,0075gr/ml, konsentrasi glukosa 9,090 mg/L; sampel 8 jam berat
kering 0,175 gr, pH: 4,5, konsentrasi sel 0,00875gr/ml, dan konsentrasi glukosa
8,690 mg/L; sampel 22 jam berat kering 0.0137gr, pH: 4,5, konsentrasi sel
0,000685gr/ml, dan konsentrasi glukosa 7,090 mg/L.
Kata kunci: berat kering, fermentasi, fermentor, glukosa.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Memahami

persiapan

proses

fermentasi,

mampu

mengoperasikan

fermentor dan mampu menghasilkan produk berbasis rekayasa bioproses.


1.2

Dasar Teori

1.2.1

Pengertian Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin yaitu fevere artinya mendidih.

Peristiwa mendidih sebenarnya timbul dari gelembung-gelembung CO2 yang


dihasilkan dari proses katabolisme karbohidrat. Kemudian pengertian fermentasi
berkembang dan didefenisikan sebagai proses penguraian yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Proses penguraian tidak hanya terhadap karbohidrat tetapi juga
5

terhadap protein, lemak, asam, dan juga zat-zat lain karena adanya aktivitas
enzim. Sampai sekarang defenisi fermentasi semakin berkembang bahkan kadangkadang sudah berbeda sama sekali baik ditinjau dari segi biokimia maupun dari
segi mikrobiologi industri. Akan tetapi pengertian dasar dari pengertian fermentasi
yang dapat diterima, baik dari segi biokimia maupun dari segi mikrobiologi yaitu
sebagai proses penguraian/perubahan dari karbohidrat, protein, dan lemak oleh
enzim-enzim yang diikuti oleh pembentukan gas. Wadah tempat melakukan
proses fermentasi disebut sebagai Fermentor (Tim Penyusun, 2016).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi
senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme.
Klasik:
Urai senyawa-senyawa organik komplek Mikroorganisme senyawa sederhana
Anaerob

Modern:
Pengubahan suatu substrat

Mikroorganisme

Bahan lebih berguna

Terkontrol

Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme yang (enzim,


jasad renik scroksidasi, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) melakukan
perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir.
Fermentasi merupakan proses aktivitas mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan
dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco,
Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi
adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol dan contoh kapang
adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan
angkak dan sebagainya.
Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami
serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran. Fermentasi menggunakan
kultur alami umumnya dilakukan pada proses fermentasi tradisional yang
memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan. Salah satu contoh produk
pangan yang dihasilkan dengan fermentasi alami adalah gatot dan growol yang
dibuat dari singkong. Tapai merupakan produk fermentasi tradisional yang
diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui
sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tapai yang bagus harus dikembangkan
2

dari kultur murni. Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan
dalam fermentasi dengan sifat dan karakteristik yang diketahui dengan pasti
sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas.
Fermentasi dapat dilakukan secara aerobik ataupun anaerobik. Respirasi
anaerobik atau fermentasi tidak menggunakan O2 sebagai akseptor elektron
terakhir. Sel-sel tertentu tidak mampu melalui seluruh proses respirasi seluler
secara aerobik kerena sel-sel tersebut tidak memiliki mitokondria atau kekurangan
enzim untuk memanfaatkan oksigen. Beragam organisme menggunakan jalur
fermentasi kebanyakan prokariotik dan protista. Organisme pelaku fermentasi
disebut fermenter. Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu mikroba, bahan baku, sifat proses, pilot plant dan faktor
sosial ekonomi.
Sifat-sifat proses fermentasi harus disesuaikan dengan kondisi yang
dibutuhkan oleh mikroba dalam melakukan metabolisme. Kondisi

yang

dibutuhkan dapat aerob ataupun anaerob, sedangkan bentuk medium dapat


cair ataupun padat. Dalam proses produksi dapat digunakan proses tertutup atau
pun kontinu. Perbedaan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroba dalam proses
industri juga akan menentukan :
1. Tipe Fermentor
2. Optimasi lingkungan: pH, aerasi, suhu, kadar nutrien
3. Macam alat bantu: sumber air, listrik, kompresor dan sebagainya
4. Cara pengunduhan hasil, sterilisasi
1.2.2

Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi


Proses fermentasi bahan makanan pada dasarnya sebagai hasil kegiatan

beberapa jenis mikroorganisme diantara beribu-ribu jenis bakteri, khamir dan


kapang. Oleh karena itu, dalam membahas berbagai jenis mikroorganisme yang
berperan dalam fermentasi bahan makanan tradisional, akan bertitik tolak dari
ketiga jenis mikroorganisme di atas, yaitu bakteri, khamir dan kapang.
1.2.3

Jenis-jenis Fermentasi
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2 model utama yaitu fermentasi

media cair (liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media padat (solid
state fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang

melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau suspensi sebagai
partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi media padat merupakan proses
fermentasi yang berlangsung dalam substrattidak terlarut, namun mengandung air
cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Dalam fermentasi tradisional baik
fermentasi medium cair maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi
cair dapat meliputi fermentasi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam
cuka, yoghurt dan kefir. Fermentasi media padat seperti fermentasi tape, oncom
dan kecap.
a. Fermentasi Media Cair
Komponen tambahan yang diperlukan pada pakan generasi baru seringkali
disintesa secara terpisah adan ditambahkan kemudian. Cara yang digunakan
biasanya dengan cara fermentasi media cair, yang dapat mensitesa asam-asam
amino, asam-asam organik, enzim-enzim dan beberapa vitamin.Fermentasi cair
dengan teknik tradisional dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik
fermentasi cair modern melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan: pengaduk
agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan pemanasan)
dan hasil lebih uniform dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi,
namun pemanasan, perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba
kompetitor.
b. Fermentasi Media Padat
Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan nutrien per
volume dapat lebih besar.Produksi protein mikroba untuk pakan ternak dari
keseluruhan hasil fermentasi dapat dilakukan dengan pengeringan sel-sel mikroba
dan sisa substrat. Fermentasi substrat padat dengan kapang mempunyai
keuntungan, yaitu:
1. Medium yang digunakan relatif sederhana
2. Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil, karena air
yang digunakan sedikit
3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana
4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat
alaminya
5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap
partikel substrat
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah

1.2.4

Fasa Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu

kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap


seperti berikut.
a. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/lag phase. Pada saat ini
mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru
daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha
merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi
untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal
mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak
komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat
mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan
hidup.
b. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak
tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat.
c. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju
pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (maks). Nilai maks ini
ditentukan oleh konstanta jenuh/saturasi substrat. Nilai maks untuk setiap mikroba
juga tertentu pada masing-masing substrat.
d. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan
mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Jika
fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan hanya pada
awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang
mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi
kekurangan nutrisi. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah
terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk
metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
e. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi
mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi
produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus
menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu

umur sel juga sudah tua, sehingga pertahanan sel terhadap lingkungan yang
berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang.
Plot ln [Cell] terhadap waktu akan menghasilkan hubungan garis lurus
yang mewakili exponential phase dapat dilihat pada gambar 1.1.

ln[Cells]

[Cells]

slope

Waktu

Waktu

Gambar 1.1 Grafik ln [cells] Terhadap Waktu


Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan ini adalah
bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam laju
peningkatan konsentrasi sel.

Gambar 1.2 Kurva karakteristik pertumbuhan sel dalam medium fermentor


Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan Gambar
1.2 adalah bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga
dalam laju peningkatan konsentrasi sel. Sel adalah katalis yang self-reproducing
6

(autocatalysts), yaitu dapat mengkatalisa reaksi dan juga memproduksi katalis


lebih banyak lagi. Saat jumlah sel meningkat, laju bio reaksi juga akan meningkat
sehingga jika kondisi lainnya tetap konstan maka laju peningkatan jumlah sel
(biomass) akan tergantung dari konsentrasi sel yang ada dalam reaktor yang
dituliskan sebagai berikut.
dX
X
dt

....................................................... (1)
dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor (g/l) dan adalah slope
kurva pertumbuhan sel. Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan (1) dapat
ditambahkan dengan sebuah konstanta yang disebut specific growth rate (),
sehingga menjadi:
dX
X
dt

...................................................... (2)
dimana adalah laju pertumbuhan specific growth rate. Doubling time (tD) adalah
ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk menyatakan laju pertumbuhan
sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel untuk melipat gandakan
dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu konstan. Hubungan antara
doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan sebagai berikut.
2X
ln
t D
X
............................................................ (3)
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D
.............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D

................................................................... (5)
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X
X X0
Y

S
S0 S
............ (6)
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t

S0 = massa glukosa awal


1.2.5

Pembentukan Produk
Pembentukan produk dari suatu proses fermentasi merupakan tujuan

utama dari suatu sistem. Produk yang berhasil guna dan berdaya saing tinggi
dapat diperoleh dengan cara mengeleminasi biaya-biaya operasi yang sepantasnya
dapat dihindari. Untuk itu yang harus diperhatikan agar produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi antara lain :
a.

Pemilihan mikroorganisme yang selektif dan mempunyai produktivitas


optimum.

b.

Bahan baku yang murah dan mudah didapatkan.

c.

Proses kontrol yang akurat untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang


optimum untuk pertumbuhan dan pembentukan produk.

d.

Proses pemurnian yang spesifik.


Proses fermentasi yang bertujuan komersil, dewasa ini dikembangkan

dalam empat bagian antara lain :


a. Fermentasi yang menghasilkan produk biomassa atau sel mikroorganisme.
b. Fermentasi yang menghasilkan enzim.
c. Fermentasi yang menghasilkan produk metabolit.
d. Fermentasi biotransformasi.

BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1

Alat-alat yang digunakan


Perlatan yang digunakan pada percobaan ini adalah

magnetic stirrer,

erlenmeyer 1000 ml sebagai wadah fermentasi, autoclave, aluminium foil, corong,


gelas kimia 100 ml, gelas ukur 10 dan 100 ml, labu ukur 500 ml, kertas saring,
spatula,

shaker, tabung

reaksi,

neraca

analitik,

pipet

tetes,

sentrifus,

spektrofotometer, dan vortex mixer.


2.2

Bahan-bahan yang digunakan


Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah glukosa teknis

sebagai bahan pembuatan medium fermentasi dan starter dengan jumlah masing
masing 100 gram, urea 0,4 gram/liter, NPK 0,5 gram/liter, yeast 0,1 gram/liter,
MgSO4 0,1 gram/liter, ZnSO4 0,1 gram/liter, akuades, dan reagen antron 0,01%
2.3

Prosedur Percobaan

2.3.1

Persiapan Inokulum
Glukosa ditimbang sebanyak 100 gram lalu dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 1000 ml dan ditambahkan 500 ml aquades. Nutrisi berupa urea, NPK,
MgSO4, ZnSO4 ditimbang masing-masing sebanyak 0,4 gram; 0,5 gram; 0,1
gram; 0,1 gram; serta yeast 0,1 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
berbeda dan ditambahkan 500 ml aquades. Masing-masing erlenmeyer diguncang
hingga suspensi homogen setelah itu dimasukkan kedalam autoclave untuk
disterilisasi dengan suhu 121C selama suhu didalam autoclave sama dengan suhu
yang telah diatur. Setelah sterilisasi selesai, larutan inokulum dalam erlenmeyer
dibiarkan dingin hingga suhu kamar kemudian diletak dialat shaker dan dibiarkan
selama 15 jam untuk menumbuhkan mikroorganisme.

2.3.2 Persiapan Medium/Substrat


Glukosa ditimbang sebanyak 100 gram lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 1000 ml dan ditambahkan 500 ml aquades. Nutrisi berupa urea, NPK,
MgSO4, ZnSO4 ditimbang masing-masing sebanyak 0,4 gram; 0,5 gram; 0,1
gram; 0,1 gram; serta yeast 0,1 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
berbeda dan ditambahkan 500 ml aquades. Masing-masing erlenmeyer diguncang
hingga suspensi homogen setelah itu dimasukkan kedalam autoclave untuk
disterilisasi dengan suhu 121C selama suhu didalam autoclave sama dengan suhu
yang telah diatur. Setelah sterilisasi selesai, larutan inokulum dalam erlenmeyer
dibiarkan dingin hingga suhu kamar.
2.3.3 Proses Fermentasi
Inokulum ditambahkan ke medium fermentasi dengan perbandingan 1:1.
Medium fermentasi diletakkan di atas magnetic stirrer dan operasikan stirrer.
Proses fermentasi dilakukan selama 10 jam. Pada jam ke-0 hingga jam ke-4
dilakukan pengambilan sampel sebanyak 20 ml menggunakan pipet volume setiap
dua jam sekali, sampel dimasukkan ke dalam botol kemudian ditutup. Dan
pengambilan sampel ke 5 dilakukan setelah 14 jam.
2.4

Analisa Produk

2.4.1

Berat Sel Kering


Sampel produk fermentasi sebanyak 20 ml disaring dengan menggunakan

kertas saring yang sudah ditimbang sebelumnya. Kertas saring dikeringkan di


dalam oven pada suhu 110oC sampai beratnya konstan. Catat berat kering sel yang
diperoleh.
2.4.2

Kadar Glukosa
1 ml larutan hasil diambil lalu diencerkan dengan menggunakan akuades

kedalam labu ukur 500 ml. Larutan yang telah diencerkan diambil sebanyak 1 ml
lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk analisa kadar glukosa. Reagen

10

antron 0,01% sebanyak 2 ml masing-masing ditambahkan ke dalam tabung reaksi


yang berisi larutan yang telah diencerkan sehingga warna larutan berubah menjadi
biru kehijauan. Tabung reaksi dikocok dengan vortex mixer selama 2 menit.
Sampel didinginkan pada suhu kamar, jika perlu menggunakan air es. Absorbansi
sampel diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.

11

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Pertumbuhan Mikroba dalam Proses Fermentasi
Analisa pertumbuhan miroba dilakukan dengan pengukuran berat kering sel
(dry weight cell). Sampel yang telah diambil sebanyak 20 ml disaring
menggunakan kertas saring yang telah diketahui massanya, lalu dioven pada suhu
110C hingga mencapai berat konstan. Adapun berat sampel selama 22 jam waktu
fermentasi disajikan pada table 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Berat Sel Kering
Berat Sel
No

Waktu Fermentasi

Kering Rata-

(jam)

rata

0
2
4
6
8
22

(gram)
0.11
0.11
0.13
0.15
0.175
0.0137

1
2
3
4
5
6
0.01
0.01
0.01
konsentrasi sel

0
0
0
0

10

15

20

25

waktu

12

Gambar 3.1 Hubungan Berat Sel Kering terhadap Waktu Fermentasi

Gambar 3.1 menunjukkan hubungan berat sel kering terhadap waktu


fermentasi. Pada 0 jam pertama terlihat bahwa berat sel dalam sampel mengalami
peningkatan yang belum signifikan yaitu dari 0,11 gram hingga 0,15 gram pada
waktu 6 jam.
Pada waktu 2 jam berat sel kering yang terdapat dalam sampel sebesar
0,11 gram. Pada fasa ini sel mulai mengalami sel pertumbuhan dipercepat dimana
sel mulai tumbuh dan berkembang dengan menggunakan substrat dan nutrisi yang
tersedia, sehingga jumlah sel bertambah dengan cepat. Hingga sampel pada waktu
8

jam pertumbuhan mikroba mengalami fasa pertumbuhan dipercepat. Pada

sampel 22 jam mikroba mengalami penurunan drastis, kesalahan juga terjadi pada
sampel 22 jam dimana seharusnya pada sampel 22 jam mikroba masih mengalami
fasa stasioner sehingga laju pertumbuhan maksimum mikroorganisme pada
percobaan ini terjadi pada waktu fermentasi 6 jam dimana nilai

max 0,0517

jam-1). Pada percobaan yang dilakukan oleh (Shafaghat et al, 2009) diperoleh nilai
max 0, 65

jam-1). Kesalahan yang terjadi diakibatkan dalam rentang

pengambilan smapel setelah 8 jam, stirrer pada rekator tidak bekerja dengan baik
sehingga pengadukan tidak terjdi dengan sempurna dan membuat pertumbuhan
mikroba terganggu.

13

Waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk melipat gandakan diri (doubling
time) dengan nilai

maks

yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 13,40 dan

pemanfaatan substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme (Yx/s) pada percobaan


ini adalah sebesar 0,0018. Pada kebanyakan bakteri dan yeast yang ditumbuhkan
pada glukosa secara aerob mempunyai nilai tipikal Yx/s = 0,4 0, 6 (Zubaidah,
dkk, 2006). Perolehan Yx/s pada percobaan yang kurang dari rentang perolehan
Yx/s teoritis disebabkan karena mekanisme waktu perhitungan yang tidak akurat,
sehingga berat sel biomassa yang ditimbang setelah proses pengadukan telah lama
tidak bekerja dengan baik menyebabkan pertumbuhan mikroba terganggu serta
pemanfaatan substrat oleh mikroba yang tidak optimal.
Tabel 3.2 Data max, Yx/S dan td
max(jam-1)
0,0517

3.2

Yx/S
0,0018

td
13,40

Analisa Konsetrasi Glukosa


Pengukuran konsentrasi glukosa pada percobaan ini dilakukan dengan

analisa menggunakan spektrofotometer dengan sampel yang sudah diencerkan dan


ditambahkan antron sebagai reagennya. Menghitung konsentrasi glukosa pada
sampel dilakukan dengan menggunakan deret larutan standar yang dibuat dari
larutan glukosa baku dengan konsentrasi 100.000 ppm. Kemudian diencerkan
menjadi deret larutan standar dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm.
Sehingga didapat kurva kalibrasi standar seperti pada Gambar 3.2 berikut.

14

1.2
1
f(x) = 0.01x - 0.04
R = 0.99

0.8
Absorbansi

0.6
0.4
0.2
0
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 110

Konsentrasi Glukosa (ppm)

Gambar 3.2 Kurva Kalibrasi Standar Glukosa


Kurva kalibrasi standar diatas dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi glukosa pada masing-masing sampel. Dengan mengukur absorban
sampel, kemudian menggunakan persamaan linear kurva kalibrasi standar yaitu
y = 0,01x + 0,0411, maka akan didapatkan konsentrasi sampel.
Konsentrasi awal glukosa yang digunakan untuk fermentasi adalah 100
gram/L. Dengan melakukan pengenceran sepuluh ribu kali didapat konsentrasi
glukosa awalnya menjadi 10,0 mg/L. Tabel 3.2 menunjukkan data kadar glukosa
hasil percobaan dengan melihat absorbansi menggunakan spektrofotometer lalu
dikalibrasikan dengan persaamaan yang didapat pada larutan standar sehingga
konsentrasi glukosa pengenceran sepuluh ribu kali diketahui.
Tabel 3.4 Data Analisa Konsentrasi Glukosa
Waktu Fermentasi (jam)
0
2
4
6
8
22

Kadar Glukosa
(Absorbansi, A)
0,141
0,140
0,136
0,132
0,128
0,112

Konsentrasi Glukosa (mg/L)


9,990
9,890
9,490
9,090
8,690
7,090

15

12
10
8
Konsentrasi Glukosa (mg/L)

6
4
2
0
0

10

15

20

25

Waktu Fermentasi (jam)

Gambar 3.3 Hubungan Antara Konsentrasi Glukosa Dengan Waktu


Gambar 3.3 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi glukosa terhadap
waktu fermentasi yang dilakukan. Jam ke-2 proses fermentasi terjadi penurunan
kadar glukosa jika dibandingkan dengan kadar glukosa fermentasi pada 0 jam
pertama. Hal ini dikarenakan glukosa dalam sampel yang digunakan telah
dikonsumsi oleh ragi yang memanfaatkan glukosa ini sebagai nutrisi untuk
menyusun material penyusun sel ragi yang baru. Pada jam ke-4 juga terjadi
penurunan konsentrasi glukosa yang tersisa dari proses fermentasi jika
dibandingkan dari jam ke-2 dan fermentasi selama 2 jam. Hal ini berbanding lurus
dengan teori yang menyatakan semakin lama waktu fermentasi maka kadar
glukosanya akan semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu
fermentasi maka semakin banyak waktu untuk mikroorganisme mengubah
glukosa menjadi etanol sehingga kadar glukosa dalam sampel akan berkurang
seiring bertambahnya waktu fermentasi sebelum mikroorganisme mengalami fase
kematian.

16

BAB IV
PENUTUP
1

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, adapun fase pertumbuhan


mikroba yang terjadi selama 22 jam fermentasi adalah sebagai berikut:

Fase adaptasi

Fase pertumbuhan dipercepat

Fase pertumbuhan diperlambat

17

Laju pertumbuhan maksimum (maks) yaitu sebesar 0,0517 jam-1s.

Nilai doubling time (tD) pada percobaan ini sebesar 13,40 .

Kadar glukosa hasil analisa mengalami penurunan selama proses


fermentasi berlangsung dikarenakan glukosa dirombak oleh ragi menjadi
etanol.

Saran
1

Berhati-hatilah saat melakukan tahapan sterilisasi terhadap medium dan


inokulum, karena alat yang digunakan menghasilkan uap pada suhu yang
cukup tinggi.

Telitilah dalam melakukan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan


yang digunakan.

Telitilah dalam pembuatan dan pengenceran larutan standar.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. (2004). Dasar-dasar Mikrobiologi . Jakarta: Djambatan
Judoamidjojo R.M., A. A. Darwis, E.G. Said. (1990). Teknologi Fermentasi.
Jakarta: Rajawali Press
Shafagat, H., Najafpor, G.D., Rezaei, P.S. and Sharifzadeh, M. (2009), Growth
kinetics and ethanol productivity of Saccharomyces cerevisiae PTCC
24860 on various carbon sources, World Applied Sciences Journal, Vol. 7
(@), pp.140-144.
Suprihatin. (2010). Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA University Press.

18

Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.


Pekanbaru: Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Riau.
Zubaidah , E, Sapariantri, E dan Widya, D.2006. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Jurusan THP. Brawijaya.

LAMPIRAN A
DATA PERHITUNGAN
1

Menghitung Konsentrasi Sel awal


Dengan menggunakan volume sampel sebanyak 20 ml, maka didapatkan

data berat sel kering seperti pada tabel dibawah ini:


19

Tabel A.1 Data Berat Kering Sel

No

Jam
ke-

Berat Sel
kering (gr)

1
2
3
4
5
6

0
2
4
6
8
22

0.11
0.11
0.13
0.15
0.175
0.0137

Rumus Menghitung Konsentrasi Sel:


Konsentrasi Sel=

Konsentrasi
sel kering
(gr/ml)

0,0055
0,0055
0,0065
0,0075
0,00875
0,000685

Berat Sel Kering


Volume Sampel

Pada saat t = 0 jam

Konsentrasi Sel=

0.11g
20 ml
Konsentrasi Sel=0.0055 g /ml

Pada saat t = 2 jam


0.11 g
Konsentrasi S el=
20 ml
Konsentrasi Sel =0.0055 g /ml

Pada saat t = 4 jam


0.13 g
Konsentrasi Sel=
20 ml
Konsentrasi Sel=0.0065 g /ml
d

Pada saat t = 6 jam


0.15 g
Konsentrasi Sel=
20 ml
Konsentrasi Sel =0.0075 g /ml

Pada saat t = 8 jam


0.175 g
Konsentrasi Sel=
20 ml

20

Konsentrasi Sel =0.00875 g /ml

Pada saat t = 14 jam


0.0137 g
Konsentrasi Sel=
20 ml
Konsentrasi Sel=0.000685 g /ml
2

Menghitung Laju pertumbuhan mikroorganisme ()


Dari perhitungan konsentrasi sel di atas, maka dapat pula dihitung laju

pertumbuhan mikroorganisme (max) menggunakan rumus:


ln X tln X
max=
t 5t o
dimana:
Xt = Konsentrasi sel pada pada t = 6 jam
Xo = Konsntrasi sel pada t 0
t = Waktu

0.01
0.01
0.01
konsentrasi sel

0
0
0
0

10

15

20

25

waktu

21

Gambar A.1 Hubungan Berat Sel Kering terhadap Waktu Fermentasi dengan
Mengasumsikan Nilai Pada t 0 jam dan t 22 jam

max=

ln 0,0075ln 0.0055
60

max 0,0517

(jam-1)

Perhitungan td
ln 2
td=
max
td=

ln 2
0,0517

td=13,40
Perhitungan Yx/S
Xt 6 Xt 0
Yx /S=
S 0St 6
Yx /S=

0,00750,0055
9,999,09

Yx /S=0,0018

1. Menghitung Konsentrasi Glukosa


Cara menghitung konsentrasi glukosa adalah dengan menggunakan
persamaan yang diperoleh pada kurva standar yaitu y = 0,01x + 0,0411, dimana
nilai x merupakan nilai dari konsentrasi gula pada sampel dan y adalah absorbansi
sampel.
a. Pada saat t = 0 jam; Absorbansi = 0,141 A
y0,0411
0,1410,0411
x=
x=
0,0059
0,01

22

x=9,990

mg
L

b. Pada saat t = 2 jam; Absorbansi = 0,140 A


x=

0,1400,0411
0,01

x=9,890

mg
L

c. Pada saat t = 4 jam; Absorbansi 0,136 A


0,1360,0411
x=
0,01
x=9,490

mg
L

d. Pada saat t = 6 jam; Absorbansi 0,132 A


x=

0,1320,0411
0,01

x=9,090

mg
L

e. Pada saat t = 8 jam; Absorbansi 0,128 A


x=

0,1280,0411
0,01

x=8,690

mg
L

f. Pada saat t = 22 jam, Absorbansi = 0,112 A


0,1120,0411
x=
0,01
x=7,090

mg
L

Tabel A.2 Data Berat Kering Sel dan Konsentrasi Glukosa


No

Jam
ke-

Berat Sel Konsentrasi


glukosa
kering (gr)
(gr/ml)

23

0.11

9,990

0.11

9,890

0.13

9,490

0.15

9,090

0.175

8,690

22

0.0137

7,090

24

Anda mungkin juga menyukai