BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Memahami
persiapan
proses
fermentasi,
mampu
mengoperasikan
Dasar Teori
1.2.1
Pengertian Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin yaitu fevere artinya mendidih.
terhadap protein, lemak, asam, dan juga zat-zat lain karena adanya aktivitas
enzim. Sampai sekarang defenisi fermentasi semakin berkembang bahkan kadangkadang sudah berbeda sama sekali baik ditinjau dari segi biokimia maupun dari
segi mikrobiologi industri. Akan tetapi pengertian dasar dari pengertian fermentasi
yang dapat diterima, baik dari segi biokimia maupun dari segi mikrobiologi yaitu
sebagai proses penguraian/perubahan dari karbohidrat, protein, dan lemak oleh
enzim-enzim yang diikuti oleh pembentukan gas. Wadah tempat melakukan
proses fermentasi disebut sebagai Fermentor (Tim Penyusun, 2016).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi
senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme.
Klasik:
Urai senyawa-senyawa organik komplek Mikroorganisme senyawa sederhana
Anaerob
Modern:
Pengubahan suatu substrat
Mikroorganisme
Terkontrol
dari kultur murni. Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan
dalam fermentasi dengan sifat dan karakteristik yang diketahui dengan pasti
sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas.
Fermentasi dapat dilakukan secara aerobik ataupun anaerobik. Respirasi
anaerobik atau fermentasi tidak menggunakan O2 sebagai akseptor elektron
terakhir. Sel-sel tertentu tidak mampu melalui seluruh proses respirasi seluler
secara aerobik kerena sel-sel tersebut tidak memiliki mitokondria atau kekurangan
enzim untuk memanfaatkan oksigen. Beragam organisme menggunakan jalur
fermentasi kebanyakan prokariotik dan protista. Organisme pelaku fermentasi
disebut fermenter. Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu mikroba, bahan baku, sifat proses, pilot plant dan faktor
sosial ekonomi.
Sifat-sifat proses fermentasi harus disesuaikan dengan kondisi yang
dibutuhkan oleh mikroba dalam melakukan metabolisme. Kondisi
yang
Jenis-jenis Fermentasi
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2 model utama yaitu fermentasi
media cair (liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media padat (solid
state fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau suspensi sebagai
partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi media padat merupakan proses
fermentasi yang berlangsung dalam substrattidak terlarut, namun mengandung air
cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Dalam fermentasi tradisional baik
fermentasi medium cair maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi
cair dapat meliputi fermentasi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam
cuka, yoghurt dan kefir. Fermentasi media padat seperti fermentasi tape, oncom
dan kecap.
a. Fermentasi Media Cair
Komponen tambahan yang diperlukan pada pakan generasi baru seringkali
disintesa secara terpisah adan ditambahkan kemudian. Cara yang digunakan
biasanya dengan cara fermentasi media cair, yang dapat mensitesa asam-asam
amino, asam-asam organik, enzim-enzim dan beberapa vitamin.Fermentasi cair
dengan teknik tradisional dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik
fermentasi cair modern melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan: pengaduk
agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan pemanasan)
dan hasil lebih uniform dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi,
namun pemanasan, perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba
kompetitor.
b. Fermentasi Media Padat
Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan nutrien per
volume dapat lebih besar.Produksi protein mikroba untuk pakan ternak dari
keseluruhan hasil fermentasi dapat dilakukan dengan pengeringan sel-sel mikroba
dan sisa substrat. Fermentasi substrat padat dengan kapang mempunyai
keuntungan, yaitu:
1. Medium yang digunakan relatif sederhana
2. Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil, karena air
yang digunakan sedikit
3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana
4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat
alaminya
5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap
partikel substrat
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah
1.2.4
umur sel juga sudah tua, sehingga pertahanan sel terhadap lingkungan yang
berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang.
Plot ln [Cell] terhadap waktu akan menghasilkan hubungan garis lurus
yang mewakili exponential phase dapat dilihat pada gambar 1.1.
ln[Cells]
[Cells]
slope
Waktu
Waktu
....................................................... (1)
dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor (g/l) dan adalah slope
kurva pertumbuhan sel. Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan (1) dapat
ditambahkan dengan sebuah konstanta yang disebut specific growth rate (),
sehingga menjadi:
dX
X
dt
...................................................... (2)
dimana adalah laju pertumbuhan specific growth rate. Doubling time (tD) adalah
ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk menyatakan laju pertumbuhan
sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel untuk melipat gandakan
dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu konstan. Hubungan antara
doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan sebagai berikut.
2X
ln
t D
X
............................................................ (3)
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D
.............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D
................................................................... (5)
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X
X X0
Y
S
S0 S
............ (6)
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t
Pembentukan Produk
Pembentukan produk dari suatu proses fermentasi merupakan tujuan
utama dari suatu sistem. Produk yang berhasil guna dan berdaya saing tinggi
dapat diperoleh dengan cara mengeleminasi biaya-biaya operasi yang sepantasnya
dapat dihindari. Untuk itu yang harus diperhatikan agar produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi antara lain :
a.
b.
c.
d.
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1
magnetic stirrer,
shaker, tabung
reaksi,
neraca
analitik,
pipet
tetes,
sentrifus,
sebagai bahan pembuatan medium fermentasi dan starter dengan jumlah masing
masing 100 gram, urea 0,4 gram/liter, NPK 0,5 gram/liter, yeast 0,1 gram/liter,
MgSO4 0,1 gram/liter, ZnSO4 0,1 gram/liter, akuades, dan reagen antron 0,01%
2.3
Prosedur Percobaan
2.3.1
Persiapan Inokulum
Glukosa ditimbang sebanyak 100 gram lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 1000 ml dan ditambahkan 500 ml aquades. Nutrisi berupa urea, NPK,
MgSO4, ZnSO4 ditimbang masing-masing sebanyak 0,4 gram; 0,5 gram; 0,1
gram; 0,1 gram; serta yeast 0,1 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
berbeda dan ditambahkan 500 ml aquades. Masing-masing erlenmeyer diguncang
hingga suspensi homogen setelah itu dimasukkan kedalam autoclave untuk
disterilisasi dengan suhu 121C selama suhu didalam autoclave sama dengan suhu
yang telah diatur. Setelah sterilisasi selesai, larutan inokulum dalam erlenmeyer
dibiarkan dingin hingga suhu kamar kemudian diletak dialat shaker dan dibiarkan
selama 15 jam untuk menumbuhkan mikroorganisme.
Analisa Produk
2.4.1
Kadar Glukosa
1 ml larutan hasil diambil lalu diencerkan dengan menggunakan akuades
kedalam labu ukur 500 ml. Larutan yang telah diencerkan diambil sebanyak 1 ml
lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk analisa kadar glukosa. Reagen
10
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Pertumbuhan Mikroba dalam Proses Fermentasi
Analisa pertumbuhan miroba dilakukan dengan pengukuran berat kering sel
(dry weight cell). Sampel yang telah diambil sebanyak 20 ml disaring
menggunakan kertas saring yang telah diketahui massanya, lalu dioven pada suhu
110C hingga mencapai berat konstan. Adapun berat sampel selama 22 jam waktu
fermentasi disajikan pada table 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Berat Sel Kering
Berat Sel
No
Waktu Fermentasi
Kering Rata-
(jam)
rata
0
2
4
6
8
22
(gram)
0.11
0.11
0.13
0.15
0.175
0.0137
1
2
3
4
5
6
0.01
0.01
0.01
konsentrasi sel
0
0
0
0
10
15
20
25
waktu
12
sampel 22 jam mikroba mengalami penurunan drastis, kesalahan juga terjadi pada
sampel 22 jam dimana seharusnya pada sampel 22 jam mikroba masih mengalami
fasa stasioner sehingga laju pertumbuhan maksimum mikroorganisme pada
percobaan ini terjadi pada waktu fermentasi 6 jam dimana nilai
max 0,0517
jam-1). Pada percobaan yang dilakukan oleh (Shafaghat et al, 2009) diperoleh nilai
max 0, 65
pengambilan smapel setelah 8 jam, stirrer pada rekator tidak bekerja dengan baik
sehingga pengadukan tidak terjdi dengan sempurna dan membuat pertumbuhan
mikroba terganggu.
13
Waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk melipat gandakan diri (doubling
time) dengan nilai
maks
3.2
Yx/S
0,0018
td
13,40
14
1.2
1
f(x) = 0.01x - 0.04
R = 0.99
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 110
Kadar Glukosa
(Absorbansi, A)
0,141
0,140
0,136
0,132
0,128
0,112
15
12
10
8
Konsentrasi Glukosa (mg/L)
6
4
2
0
0
10
15
20
25
16
BAB IV
PENUTUP
1
Kesimpulan
Fase adaptasi
17
Saran
1
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. (2004). Dasar-dasar Mikrobiologi . Jakarta: Djambatan
Judoamidjojo R.M., A. A. Darwis, E.G. Said. (1990). Teknologi Fermentasi.
Jakarta: Rajawali Press
Shafagat, H., Najafpor, G.D., Rezaei, P.S. and Sharifzadeh, M. (2009), Growth
kinetics and ethanol productivity of Saccharomyces cerevisiae PTCC
24860 on various carbon sources, World Applied Sciences Journal, Vol. 7
(@), pp.140-144.
Suprihatin. (2010). Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA University Press.
18
LAMPIRAN A
DATA PERHITUNGAN
1
No
Jam
ke-
Berat Sel
kering (gr)
1
2
3
4
5
6
0
2
4
6
8
22
0.11
0.11
0.13
0.15
0.175
0.0137
Konsentrasi
sel kering
(gr/ml)
0,0055
0,0055
0,0065
0,0075
0,00875
0,000685
Konsentrasi Sel=
0.11g
20 ml
Konsentrasi Sel=0.0055 g /ml
20
0.01
0.01
0.01
konsentrasi sel
0
0
0
0
10
15
20
25
waktu
21
Gambar A.1 Hubungan Berat Sel Kering terhadap Waktu Fermentasi dengan
Mengasumsikan Nilai Pada t 0 jam dan t 22 jam
max=
ln 0,0075ln 0.0055
60
max 0,0517
(jam-1)
Perhitungan td
ln 2
td=
max
td=
ln 2
0,0517
td=13,40
Perhitungan Yx/S
Xt 6 Xt 0
Yx /S=
S 0St 6
Yx /S=
0,00750,0055
9,999,09
Yx /S=0,0018
22
x=9,990
mg
L
0,1400,0411
0,01
x=9,890
mg
L
mg
L
0,1320,0411
0,01
x=9,090
mg
L
0,1280,0411
0,01
x=8,690
mg
L
mg
L
Jam
ke-
23
0.11
9,990
0.11
9,890
0.13
9,490
0.15
9,090
0.175
8,690
22
0.0137
7,090
24