Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikrobiologi Industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia
sebagai komponen untuk industri atau mengikut sertakan mikrobia dalam
prosesnya. Mikrobia dalam industtri mengasilkan beberapa macam produk,
diantaranya zat kimia, seperti asam organik, gliserol dan alkohol. Selain itu juga
antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman, pengawet dan sebagainya.
Dalam suatu proses fermentasi hal yang sangat penting adalah media
fermentasi. Karena segala proses metabolisme tergantung bahan (medium) yang
tersedia. Terdapat banyak sumber nutrisi yang harus dipenuhi dalam membentuk
media suatu fermentasi adalah Sumber karbon yang terdiri dari molasses, pati,
sulphite waste liquor, selulosa, whey, hidrokarbon, minyak dan lemak. Semua
kebutuhan unsure ini akan dijelaskan dalam makalah yang berjudul “ Media
Fermentasi Mineral Dan Vitamin” ini. Adapun sumber nutrisi yang lain seperti
nitrogen, air, mineral, vitamin, oksigen

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud fermentasi?
2. Apa yang dimaksud media fermentasi?

1.3. Tujuan
1.Mengetahui pembentukan media fermentasi
2.Mengetahui sumber karbon dalam media fermentasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fermentasi
2.1.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Produk-produk tersebut biasanya dimanfatkan sebagai minuman atau makanan.
Fermentasi suatu cara telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno.
Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
1. Mikroba sebagai inokulum
2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.

2.1.2 Bahan Baku Fermentasi


Bahan baku fermentasi yang digunakan setidaknya memiliki beberapa
syarat yang harus dipenuhi yaitu, mudah didapat, jumlah besar, harga murah, dan
ada substitusinya.Bahan baku fermentasi meliputi hasil pertanian, hasil
peternakan, hasil perkebunan, limbah industri.

2.1.3        Potensi Bahan Baku


Potensi bahan baku untuk fermentasi adalah dapat meningkatkan suplai
bahan pangan, dapat meningkatkan kualitas gizi, dapat memperpanjang masa
simpan buah dan sayur, dapat mengurangi “allergenicity”, dapat meningkatkan
kesuburan tanah, dapat mengembangkan pangan fungsional dan mengurangi
pencemaran lingkungan.
2.1.4        Mikroba
Mikrobia dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga
harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu murni, unggul, stabil, bukan
pathogen.

2
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu
strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Pada kondisi fermentasi yang
diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang
dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus dapat
dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan.Pada
kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak
mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan. Mikrobia yang digunakan
adalah bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan
kimia tertentu. Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak
menimbulkan akibat samping pada lingkungan.
2.1.5 Sifat dan Prinsip Fermentasi
Fermentasi dapat berlangsung secaraaerob (memerlukan adanya oksigen) dan
anaerob tidak memerlukan adanya oksigen. Agar fermentasi dapat berjalan
dengan optimal, maka harus memperhatikan faktor-faktor yaitu aseptis (bebas
kontaminan), komposisi medium pertumbuhan, penyiapan inokulum, kultur, tahap
produksi akhir.

2.2       Jenis Fermentasi
2.2.1    Fermentasi Media Cair
Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan air
sebagai fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan atau
substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai
partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair meliputi minuman anggur dan
alkohol, fermentasi asam cuka,  yogurt dan kefir.
Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan.
Berbeda dengan fermentasi teknik fermentasi cair modern melibatkan fermentor
yang dilengkapi dengan  pengaduk agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur
suhu (pendingin atau pemanasan) dan  pengaturan pH. Proses fermentasi cair
modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil uniform dan dapat diprediksi. Juga
tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan, perebusan dan pengukusan
mematikan banyak mikroba competitor. Jenis-jenis fermentasi media cair yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air.
         Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau
yang lebih modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut

3
sempurna dalam air. Pengambilan substrat oleh mikroba melalui fase larutan
dalam air. Pada kultur labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat
pengocok ( shaker ). Pada fermentor agitasi dikerjakan dengan pengaduk yang
dijalankan oleh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (gelembung udara).
2.      Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tak larut dalam air tersuspensi
dalam fasa cair. Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi
dalam bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak.
Garam dan zat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam
media dapat bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang
menyerupai bubur. Pengambilan substrat oleh mikriba biasanya disertai dengan
produksi suatu faktor yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler
atau terletak didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersipresi secara
merata dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan mikroba
secara maksimum.
3.      Fermentasi yang diagitasi di mana zat cair yang tidak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair
         Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat dengan yang
kedua kecuali substrat bersifat cair.
4.      Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase air
         Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi
atau dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan
berupa larutan yang dangkal dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan
yang luas dan dalamnyamedia biasanya 2,5 sam 5,0 cm untuk produksi yang
tinggi. Untuk produksi komponen-komponen pakan yang paling banyak
digunakan adalah fermentasi cair jenis pertama, menyusul jenis keempat terutama
untuk memproduksi asam-asam organik.

2.2.2    Fermentasi Media Padat
Fermentasi substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
pada bahan padat dalam ketiadaan atau hampir ketiadaan air bebas. Tingkat lebih
atas dari fermentasi substrat padat (yaitu sebelum air bebas tampak) merupakan
fungsi penyerapan (absorbancy), dan dengan demikian kadar airnya pada
gilirannya tergantung pada jenis substrat yang digunakan. Aktivitas biologis
menurun bila kandungan air substrat sekitar 12%. Dan semakin mendekati nilai
ini, aktivitas mikrobiologis semakin tertahan. Fermentasi substrat padat tidak
memperhatikan fermentasi slurry (yaitu cairan dengan kandungan zat padat
taklarut yang tinggi) ataupun fermentasi substrat padat dalam medium cair.
Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi substrat padat adalah

4
biji-bijian serealia, kacang-kacangan, sekam gandum, bahan yang mengandung
linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain yang berasal dari
tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu berupa molekul primer, tak larut
atau sedikit larut dalam air, tetapi murah, mudah diperoleh dan merupakan sumber
hara yang tinggi.
                Jenis microorganisme yang tumbuh baik dibawah kondisi fermentasi
substrat padat ditentukan terutama oleh faktor aktivitas air (a w). nilai aw substrat
secara kuantitatif menyatakan banyaknya air yang dibutuhkan bagi aktivitas
mikroba.

2.2.3        Keuntungan dan Kerugian Fermentasi Media Padat dan Media


Cair
1.      Fermentasi Media Padat
Fermentasi media padat mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian,
bila dibandingkan dengan fermentasi media cair.
Adapun keuntungan fermentasi media padat yakni :
1. Pada media padat dapat digunakan substrat tunggal alami
2. Dapat menghasilkan kepekatan produk yang lebih tinggi
3. Pengontrolan terhadap kontaminasi lebih mudah
4. Produktivitas lebih tinggi, dan tidak membentuk buih.
5. Hasil yang sama dapat berulang dengan kondisi yang sama
6. Tidak perlu pengontrolan pH dan suhu yang teliti.

Adapun kerugian fermentasi media padat yakni


1. Terbatasnya jenis mikroba yang dapat digunakan
2. Kebutuhan jumlah spora inokulum cukup besar,
3. Sukar dilakukan penetapan bobot miselium sacara teliti,
4. Menimbulkan panas bila menggunakan substrat lembab dalam jumlah
besar
5. Pengukuran kadar air serta pengaturan pH dan suhu sukar dilakukan

2.   Fermentasi Media Cair


Fermentasi media padat mempunyai beberapa keuntungan dan
kerugian.
Adapun keuntungan fermentasi media cair yakni :
1. Komposisi dan konsentrasi inokulum  dapat diatur dengan mudah.
2. Tidak memerlukan takaran atau jumlah inokulum  yang tinggi

5
Adapun kerugian fermentasi media cair yakni :
1. Suhu yang melebihi suhu optimum pertumbuhan mikroba dapat
mengakibatkan rusaknya struktrur protein dan DNA yang berperan dalam
metabolisme dan pertumbuhan sel. 
2. Pada suhu rendah aktivitas metabolisme sel menurun dengan cepat
sehingga metabolit yang dihasilkan menurun.
3. Mudah terkontaminasi
4. Untuk mendapatkan permukaan yang luas diperlukan banyak bejana
dengan volume tiap bejana yang relatif kecil,
5. Banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk membersihkan dan mensterilisasi
alat - alat

2.3 Media Fermentasi


2.3.1 Pengertian Media Fermentasi
Medium merupakan bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dapat
digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologi, dan
perhitungan jumlah bakteri. Medium merupakan faktor penentu yang utama
berhasil tidaknya suatu proses fermentasi.

2.3.2 Jenis Media Fermentasi


Berdasarkan komponen kimianya, medium fermentasi dapat dibedakan
menjadi:
1. Media Sintetik
a. Media Sintetik adalah media yang komponen utamanya bahan anorganik
2. Medium non-sintetik (kompleks)
Medium non-sintetik (kompleks) yang komponen utamanya bahan
organik. Misalnya ekstrak kentang, ekstrak kecambah.
3. Medium diperkaya
Media diperkaya yaitu media yangditambah senyawa tertent
menumbuhkan mikroba tertentu.
4. Media selektif
Media selektif adalah ditambah senyawa tertentu agar untuk menseleksi
mikroorganisme tertentu.

6
2.3.3 Pemilihan Media Fermentasi
Kriteria pemilihan media ferrmentasi antara lain:
1. Konsentrasi produk dalam media maksimum
2. Kecepatan pembentukan produk maksimum
3. Produk samping yang tidak diinginkan seminimal mungkin
4. Permasalahan yang dihadapi dari segi pelaksanaan proses, aerasi,
agitasi, ekstraksi dan pemurnian produk serta penanganan limbah
seminimal mungkin.
5. Harganya relatif murah, kualitasnya konsisten dan kontinuitas
ketersediaannya terjamin.
6. Yield produk per unit substrat maksimum.
Contoh :
- Tetes gula tebu, tetes gula bit, serealia, pati, glukosa, sukrosa dan
laktosa sebagai sumber karbon.
- Garam amonium, urea, nitrat, bungkil kedele sebagai sumber
nitrogen.

2.4    Media Fermentasi Sumber Mineral


Mineral penting dalam formulasi media yaitu magnesium (Mg), kalium
(K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan klor (Cl)  harus ditambahkan secara khusus. 
Kobal (Co), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo) dan Seng
(Zn) penting dalam aktivitas mikroba, dan umumnya terdapat dalam bahan dasar
sebagai impurities (pada tetes atau limbah pati jagung).

          Media fermentasi seperti CaCO3 juga dibutuhkan oleh mikroorganisme


sebagai sumber nutrisi dan mineral untuk pertumbuhannya dalam memperoleh
energi, pembentukan sel, dan biosintesis produk-produk metabolisme.
Penambahan sumber karbon seperti glukosa dan mineral lain seperti NaCl salah
satunya, dilakukan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme sehingga
dengan memberikan nutrisi dan mineral tambahan ketersediaan nutrien bagi
mikroorganisme dapat terjamin yang membuat mikroorganisme dapat melakukan

7
metabolismenya dengan baik dan dapat memproduksi produk dengan aktivitas
terbaik. Selain itu, NaCl juga berfungsi sebagai media selektif atau media
penghambat dalam menekan pertumbuhan mikroorganisme lain dan merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan.
          Semua proses fermentasi, kecuali solid-substrat fermentasi, memerlukan
sejumlah besar air karena air merupakan komponen utama dalam medium
fermentasi digunakan sebagai pelarut alami. Untuk beberapa fermentasi, terutama
tanaman dan kultur sel hewan, air yang digunakan harus sangat murni. Air
deionisasi  atau deionized water adalah air yang telah dimurnikan dengan proses
pertukaran ion, yang menghilangkan kedua ion positif dan negatif, ion positif
seperti kalsium dan sodium, dan ion negatif seperti klorida dan bikarbonat,
sehingga dengan demikian zat mineral anorganik dan bahan-bahan polutan
lainnya dapat dihindari.

2.4.1Kobalt
Medium akan memberikan pertumbuhan yang baik pada campuran bahan
kimia yang diketahui susunannya (medium sintetik). Berbagai unsur mineral
kemudian secara sukses mengabaikan determinasi mineral esensial. Kesulitan
muncul dari adanya kemurnian dalam reagen analisis. Jadi garam-garam besi yang
secara spektrofotometri murni, dapat mengandung kobalt lebih dari 0,1 %
konsentrasi kobalt optimum untuk pertumbuhan umumnya adalah 10-12 g/ml. ini
memungkinkan untuk ditambah sejumlah chelating agents (misalnya EDTA) yang
secara kuat mengikat ion-ion logam sehingga menjadi tidak tersedia, menjadikan
medium sangat kekurangan. Sejumlah minimum ion logam yang dibutuhkan
hilang karena defisiensi ini, yang kemudian harus ditambahkan dalam jumlah
tertentu.

2.4.2Fosfor dan Sulfur


Kebutuhan fosfor dan sulfur umumnya dalam bentuk fosfat dan sulfat dalam
jumlah yang relatif besar, sekitar 0,5 g/L. Dibutuhkan untuk gula fosfat,
fosfolipid, dan ATP. Di tanah tersedia dalam jumlah sedikit karena umumnya

8
dalam bentuk fosfat anorganik atau fosfat organik yang tidak larut. Peningkatan
aktivitas masukan dalam level rendah oleh:
a. Fosfatase: dibebaskan untuk memecah fosfat dari sumber organik
b. Asam-asam organik: dibebaskan untuk pH yang lebih rendah dan
melarutkan fosfat anorganik.
c. Polifosfat: akumulasi fosfat dalam vakuol

2.4.3 Besi
Besi merupakan unsur anorganik lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
sebagai oligonutrien, tetapi konsentrasi yang tepat cukup penting. Konsentrasi
yang dibutuhkan antara 0,03-0,3 g/L dalam medium untuk fermentasi aerob,
konsentrasi besi yang tepat mempengaruhi sifat pertumbuhan mikrobia dan sangat
penting dalam industri fermentasi. Streptomyces griseus membutuhkan besi lima
kali lebih banyak untuk produksi streptomisin daripada untuk pertumbuhan.
Corynebacterium diptheria menghasilkan racun jika konsentrasi besi dalam
medium kurang dari 0,8 ppm. Kapang Aspergillus niger menghasilkan asam sitrat
dari glukosa (sukrosa) hanya jika medium kekurangan besi. Contohnya,
akumulasi asam sitrat hanya jika mikrobia kehilangan salah satu yang dibutuhkan
untuk aktivitas enzim cis-akotinase dan isositrat dehidrogenase pada siklus asam
trikarboksilat. Bila sumber karbon adalah molase maka diperlukan pengendapan
besi dengan menambahkan ferosianida untuk memperoleh hasil asam sitrat yang
tinggi.

2.4.4 Interaksi Antar Ion


Interaksi antar ion perlu dipertimbangkan. Contoh, kobalt umumnya
dibutuhkan dalam konsentrasi sekitar 5 ppm karena komponen yang penting
dalam vitamin B aktif. Konsentrasi 10 ppm mempunyai pengaruh racun, tetapi
dapat dieliminasi dengan adanya magnesium. Kebutuhan spesifik untuk
oligonutrien tergantung pada mikrobia yang digunakan dan produk yang

9
diharapkan. Pertumbuhan optimum Lactobacillus plantarum membutuhkan 1μg/L
mangan dan hanya 0,1 mg/L yang dibutuhkan oleh streptococcus faecalis.

2.5    Media Fermentasi Sumber Vitamin


Beberapa bakteri dapat mensintesis vitamin dari elemen dasarnya. Namun
untuk fungi  berfilamen dan ragi, vitamin harus dimasukkan ke dalam media
sebagai suplemen. Kebanyakan sumber karbon dan nitrogen alami juga
mengandung vitamin sebagai kontaminan minor. Kebutuhan faktor tumbuh lain,
asam amino, nukleotida, asam lemak dan sterol ditambahkan dalam bentuk murni.
Beberapa mikrobia tidak memerlukan faktor tumbuh. Contohnya sejumlah spesies
bakteri tumbuh secara baik pada medium sederhana campuran dari glukosa-
amonium, campuran garam-garam. Jika membutuhkan faktor tumbuh biasanya
kelompok vitamin B atau senyawa yang mirip, asam amino tertentu atau beberapa
asam lemak. Faktor tumbuh dibutuhkan dalam konsentrasi rendah oleh mikrobia
auksotrof. Pertumbuhan auksotrof berkaitan dengan konsentrasi tersebut.
Banyak faktor tumbuh ikut dalam reaksi enzim karena membentuk bagian
struktur berbagai enzim. Faktor tumbuh biasanya ada dalam bahan yang
digunakan sebagai sumber karbon dan nitrogen dalam pembuatan medium. Dapat
pula faktor tumbuh diberikan dalam medium seperti ekstrak khamir, ekstrak hati,
atau residu destilasi untuk meningkatkan hasil (misalnya dalam produksi
riboflavin secara fermentasi).

2.6 Contoh Fermentasi Sumber Mineral dan Vitamin


2.6 1. Pencernaan pada sapi
Pencernaan merupakan proses perubahan yang bersifat mekanis dan kimia
yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai zat-zat makanan dapat
dimanfaatkan oleh tubuh. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan pakan
menjadi partikel yang lebih kecil atau penguraian senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan pakan pada ruminansia terjadi secara

10
mekanis di dalam mulut yang bertujuan memperkecil ukuran partikel pakan,
fermentasi oleh mikroba dalam rumen dan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang
dihasilkan oleh organ-organ pencernaan pasca rumen.

Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum,


omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang
khusus. Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang
memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga
menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Hasil fermentasi inilah yang
menjadi sumber energi utama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses fermentasi
berlangsung sebelum usus halus, sehingga dapat disajikan ke usus halus dalam
bentuk yang mudah diserap.

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya proses fermentasi yaitu bakteri


rumen dapat memanfaatkan senyawa NPN menjadi protein tubuh; mikrobia
rumen dapat mendegradasi selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat dicerna
oleh hewan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi; produk fermentasi dapat
disajikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diabsorpsi (Sutardi, 1978); dapat
menampung pakan dalam jumlah besar dan pakan dapat diubah menjadi partikel
yang lebih kecil; bakteri dalam rumen dapat mensintesis vitamin B dan K.

Bakteri-bakteri yang bertanggung jawab dalam proses fermentasi


membentuk asetat, propionat, butirat, CO2 dan H2. Spesies bakteri metanogenik
akan menggunakan CO2, H2 dan format untuk membentuk gas metana. Beberapa
spesies memproduksi amonia dan asam lemak terbang berantai cabang dari asam-
asam amino tertentu dan beberapa mikroba mengeluarkan urease untuk memecah
urea sehingga menjadi amonia dan CO2 (Arora, 1995).

Kelestarian proses fermentasi dalam rumen dipengaruhi oleh pH rumen


yang dipertahankan oleh saliva agar tidak berubah, kondisi rumen anaerob, suhu
rumen konstan, rumen yang berkontraksi akan menambah kontak antara enzim
dan substrat, laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat

11
selalu ada isinya. Saliva yang disekresikan oleh ruminansia memiliki fungsi
sebagai bufer sehingga larutan dalam rumen mempunyai pH konstan,
menstabilkan jumlah cairan dalam rumen dan konsentrasi ion dalam rumen serta
gerakan retikulo-rumen yang teratur sehingga memungkinkan kelancaran proses
pencernaan dan kondisi anaerob memungkinkan pertumbuhan mikrobia.

Proses pencernaan zat makanan pada ternak ruminan sangat unik dengan
adanya peran mikroba rumen dalam molekul zat makanan dari ransum yang telah
dikonsumsinya. Sebagian besar lemak yang masuk ke rumen akan dihidrolisa oleh
mikroba rumen untuk selanjutnya dimetabolisasi menjadi bagian lemak tubuh
mikroba tersebut. Mikroba rumen memiliki kandungan asam lemak yang berbeda-
beda tergantung kepada jenis atau macam mikroba. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa mikroba rumen memiliki kemampuan untuk mencerna lemak
didalam rumen, pertama memecahkan (hidrolisis) lemak menjadi asam-asam
lemak dan gliserol, kedua penambahan atom-atom hydrogen ke ikatan rangkap
asam-asam lemak tidak jenuh sehingga menjadi asam lemak jenuh (hidrogenasi).

2.6.2 VitaminB12 ( cobalamin )

            Cobalamin atau biasa disebut vitamin B12 adalah sebuah vitamin yang
larut dalam air  yang berperan penting dalam mengoptimalkan kerja otak dan
sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin B12 ini merupakan salah
satu dari 8 vitamin B. Umumnya, vitamin ini terlibat dalam metabolism setiap sel
tubuh, terutama dalam sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak
dan produksi energi.
VitaminB12 merupakan kumpulan senyawa-senyawa yang terhubung
secara kimia,yang semuanya memiliki aktivitas sebagai vitamin. Secara struktur,
vitaminB12 adalah vitamin yang paling kompleks dan mengandun gelemenkobal
yang jarang tersedia secara biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini
hanya dapat dilakukan oleh bakteri ,namun konversi antara bentuk bentuknya
yang berbeda dapat terjadi dalam tubuh. Suatu bentuk sintesis yang umum dari
vitamin ini, sianokobalamin, tidak terjadi dialam, namun digunakan dalam banyak

12
sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan makanan karena
kestabilannya dan harganya yang lebih murah. Dalam tubuh, vitamin ini diubah
menjadi bentuk dengan membuang gugus sianidanya walaupun dalam konsentrasi
minimal.Semua vitamin B12 alami diperoleh sebagai hasil sintesis bakteri, fungi
ata ganggang. Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang
memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati, ginjal,
disusul oleh telur, susu, ikan, keju dan daging. Vitamin B12 dalam sayuran ada
bila terjadi pembusukan atau pada sintesis bakteri. Vitamin B12 yang terjadi
melalui sintesis bakteri pada manusia tidak dapat diabsorpsi karena sintesis terjadi
di dalam kolon. Bentuk vitamin B12  dalam makanan terutama sebagai
metilkobalamin dan sedikit sekali sebagai sianokobalamin.

VitaminB12 atau kobalamin selain ditemukan dalam berbagai jenis


makanan, juga sering diproduksi di laboratoriumsebagai hidroxokobalamin,yang
merupakan salah satu bentuk dari kobalamin,karena proses produksinya syang
mudah dan murah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan
mikroba
2.   Medium merupakan bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang
dapat digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologi,
dan perhitungan jumlah bakteri.
3. Untuk membentuk media fermentasi harus mencukupi kebutuhan
mikroorganisme yang terlibat. Nurisi
4. Media yang merupakan sumber karbon dapat di temukan pada molase,
ekstrak gandum, pati, sulphite waste liquor, selulosa, whey, alkana dan
alkohol, serta lemak dan minyak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aziz S, Sarkanen K. 1989. Organosolv pulping – a review. Tappi. J. 72: 169-175.

Azzam AM. 1989. Pretreatment of cane bagasse with alkaline hydrogen peroxide
for enzymatic hydrolysis of cellulose and ethanol fermentation. J. Environ.
Sci. Health. B. 24: 421-433.

Hidayat, Nur., dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mooney CA, Mansfield SH, Touhy MG, Saddler JN. 1998. The effect of initial
pore size and lignin content of the enzymatic hydrolysis of softwood.
Biores. Technol. 64: 113-119

Sun Y, Cheng J. 2002. Hydrolysis of lignocellulosic material for ethanol


production: a review. Bioresour. Tech. 83: 1-11.

Waites, M.J., dkk. 2005. Industrial Microbiology. An Introduction. Malden:


Blackwell Science Ltd.

15

Anda mungkin juga menyukai