Anda di halaman 1dari 7

Nama

: Della Silvy Angelista

Kelas

:Q

NIM

: 155100501111007

No.absen

Solid State Fermentation dan Sub Merged Fermentation


Bioteknologi merupakan suatu bidang penerapan biosains dan teknologi yang
menyangkut aplikasipraktis organisme hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa
dan

manufaktur serta

pengelolaan

lingkungan.

Contoh

bioteknologi

yaitu

fermentasi, fermentasi adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan


sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba tanpa bantuan oksigen.
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi
sebagai pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat antinutrisi
yang terkandung dalam suatu bahan makanan. Fermentasi secara umum dibagi menjadi dua
model utama yaitu fermentasi media cair (Submerged Fermentation) dan fermentasi media
padat (Solid state fermentation). Dalam fermentasi tradisional, baik fermentasi medium
cair maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi cair meliputi fermentasi minuman
anggur, fermentasi asam cuka, yogurt, dan kefir. Fermentasi media padat seperti fermentasi
tempe, oncom,kecap,tape dan silase.
1. Fermentasi padat (Solid State Fermentation)
a. Definisi
Solid State Fermentation (SSF) merupakan suatu proses di mana substrat yang tidak
larut (padat) difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi kekurangan air
bebas atau fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam
substrat tidak larut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Solid
State Fermentation mempunyai kandungan nutrisi per volum jauh lebih pekat sehingga hasil
per volum dapat lebih besar. Pada SSF kadar air yang digunakan rendah yaitu sekitar 5060%. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya adalah fungi yang menghasilkan
enzim hidrolitik ekstraseluler yang mempu mendegradasi materi terlarut. Proses ini
berpotensi besar memproduksi enzim, menawarkan keuntungan lebih dibandingkan kultur
terendam seperti: peralatan yang sederhana, hasil per volumetrik lebih banyak, konsentrasi
produk yang lebih tinggi, pemanfaatan bahan buangan serta represi yang lebih sedikit, dan

tingkat kontaminasi cukup rendah karena kadar air yang rendah pada substrat. Selain itu,
produk kasar hasil fermentasi dapat langsung digunakan sebagai sumber enzim sehingga
cocok untuk industri peternakan. Akan tetapi terdapat kekurangan pada SSF yakni sulit
dilakukan agitasi dan hilangnya bobot kering selama fermentasi. Di dalam bidang pangan
SSF sering digunakan dalam pembuatan tempe, miso, dan kecap.
b. Keuntungan
zMedium yang digunakan relatif sederhana.
Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil,karena air yang
digunakan sedikit.Inokulum dapat disiapkan secara sederhana.
Kondisi mediumtempat pertumbuhan mikroba mendekati kondisi habitat
alaminya.
Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang diatara tiap partikel
substratnya.
Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kadar air : kadar optimum tergantung pada substrat, organisme dan tipe produk
akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volum gas,

tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.


Temperatur : temperatur berpengaruh terhadap laju reaksi biokimia selama

proses fermentasi.
Pertukaran gas : pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat
mempengaruhi proses fermentasi.
d. Contoh
Fermentasi menggunkan A.niger untuk memproduksi enzim hidrolisis pada bahan
makanan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kapang A.niger mampu
memecahkan ikatan kompleks mineral asam fitat pada dedak padi, menghasilkan enzim
hidrolisis, meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar
pada bungkil kelapa.

2. Fermentasi Media Cair (Submerged Fermentation)

a. Definisi
Submerged Fermentation adalah fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinyu
dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat, baik sumber karbon maupun mineral
terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair dengan
teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik fermentasi cair modern
melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan : pengaduk agar medium tetap homogen,
aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan pemanasan) dan pengaturan pH. Proses fermentasi
cair modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil lebih seragam dan dapat diprediksi. Juga
tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,perebusan dan pengukusan mematikan banyak
mikroba competitor.
b. Jenis-jenis media cair
a). Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air
Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau lebih modern
dengan

menggunakan fermentor dimana

substratnya

larut

sempurna

dalam

air.

Pengambilan subtrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam air. Pada kultur labu yang
dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok (Shacker).Pada fermentoragitasi
dkerjakan oelh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (Gelembung udara).
b). Fermetasi yang diagitasi dimana zat yang tidak larut dalam air tersuspensi salam fase cair
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk bubukbubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan zat-zat hara
lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media dapat bervariasi mulai
dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang menyerupai bubur. Pengambilan
substrat oleh mikroba biasanya disertai dengan produksi suatu faktor yang dapat
melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak didalam dinding dalam air
sehingga partikel substrat tersuspensi secara merata dalam medium yang mengandung air
agar terjadi kontak dengan mikroba secara maksimum.
c). Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tidak larut dalam air tersuspensi dalam
fase cair. Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat sama dengan yang
kedua, kecuali sifat bersifat cair.
d). Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase cair
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau dikocok.
Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa larutan yang
dangkal dalam bentuk baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan yang
luas dan dalamya media biasanya 2,5 5,0 cm untuk produksi yang tinggi.

Untuk produksi kompoen-komponen pakan yang paling banyak digunakan adalah


fermentasi cair jenis pertama, menyusul jenis keempat untuk memproduksi asam-asam
organik seperti asam sitrat, asam glutamat dan jenis ketiga untuk produksi protein sel tunggal
(PST). Fermentasi media cair untuk memproduksi pakan secara langsung memungkinkan
dilakukan jika dalam proses fermentasi telah terbentuk komponen yang diinginkan disamping
sejumlah biomassa yang dapat digunakan. Proses ini biasanya masih membutuhkan proses
tambahan setelah akhir fermentasi.
c. Keuntungan
Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
d. Kelemahan
Biaya operasi relatif mahal
e. Contoh (Pembuatan asam asetat dengan metode fermentasi)
Industri fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian pesatnya,
termasuk dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer oleh mikroba (asam,
asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik, toksin), produksi masa sel
(protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya. Mikroba yang umum digunakan dalam industri
fermentasi termasuk dalam bakteri dan fungi tingkat rendah yaitu kapang dan khamir. Asam
asetat memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar (mengandung minimal 4
gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam asetat merupakan senyawa organik
yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus molekul dari asam asetat adalah C2H4O2

DAFTAR ISI

Nora idiawati dkk. 2014. Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus Niger pada Ampas Sagu.
Pontianak: Universitas Tanjungpura
Saadah dkk. 2008. Produksi enzim selulase oleh Aspergillus niger menggunakan
substrat jerami dengan system fermentasi padat. Semarang: Universitas Diponegoro

Soal :

Apa keuntungan dan kerugian dari Solid State Fermentation (SSF) dan Submerged
Fermentation (SMF) ?
Jawab :
KULTIVASI SUBSTRAT PADAT (SOLID STATE FERMENTATION) :
Proses yang menggunakan bahan tidak larut air untuk pertumbuhan mikroba tanpa
menggunakan air bebas
KULTIVASI SUBSTRAT CAIR (SUBMERGED FERMENTATION):
Proses yang menggunakan bahan larut air untuk pertumbuhan mikroba dengan keberadaan air
bebas
Keuntungan SSF :
1.

Medium pada umumnya sederhana dan tidak memerlukan pre treatment yang

kompleks. Kebanyakan berasal dari hasil pertanian karena sudah mengandung seluruh
nutrient yang dibutuhkan mikroba, misalnya biji-bijian, dedak gandum, jerami, onggok, dll.
2.

Karena Aw rendah, maka mengurangi peluang kontaminasi oleh bakteri atau khamir.

3.

Substrat mempunyai kandungan nutrisi yang sangat tinggi konsentrasinya reaktor

umumnya lebih kecil ukurannya dibanding SMF


4.

Tenaga aerasi lebih rendah dibanding SMF

5.

Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang diatara tiap partikel substratnya

6.

Inokulum dapat disiapkan secara sederhana


7.

Untuk inokulum umumnya dalam bentuk spora tidak perlu reaktor yang besar

8.

Proses hilir lebih mudah, bahkan pada produksi pupuk atau pakan tidak dihasilkan

limbah.
9.

Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil,karena air yang digunakan
sedikit.

10. Kondisi medium tempat pertumbuhan mikroba mendekati kondisi habitat alaminya
11. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah
12.

Dapat menghasilkan kepekatan produk yang lebih tinggi

13.

Pada media padat dapat digunakan substrat tunggal alami

14.

Pengontrolan terhadap kontaminasi lebih mudah

15.

Produktivitas lebih tinggi, dan tidak membentuk buih.

16.

Hasil yang sama dapat berulang dengan kondisi yang sama

17.

Tidak perlu pengontrolan pH dan suhu yang teliti.

Kerugian SSF :

1.

Terbatas hanya pada mikroba yang tumbuh pada kelembaban terbatas kebanyakan

fungi
2.
3.

Masalah dalam pengeluaran panas sebagai hasil metabolisme


Menimbulkan panas bila menggunakan substrat lembab dalam jumlah besar,

4.

Sulit dalam melakukan kontrol proses (probe untuk sensor kebanyakan tidak cocok)

5.

Terbatasnya fenomena transfer massa tidak seperti yang terjadi pada SMF yang

umumnya dibantu oleh agitasi.


6.

Sulit untuk mengetahui pertumbuhan sel sulit melakukan studi kinetika

7.

Waktu kultivasi lebih lama

8.

Kebutuhan jumlah spora inokulum cukup besar,

9.

Sukar dilakukan penetapan bobot miselium sacara teliti,

10. Pengukuran kadar air serta pengaturan pH dan suhu sukar dilakukan
Keuntungan SMF :
1.

Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi

2.

Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar


Kerugian SMF :

1.

Biaya operasi relatif mahal

Fermentasi media cair secara aerobik merupakan metode fermentasi yang paling
banyak digunakan saat ini. Pada fermentasi media cair ini, suhu yang melebihi suhu optimum
pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan rusaknya struktrur protein dan DNA yang
berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan sel. Pada suhu rendah aktivitas metabolisme
sel menurun dengan cepat sehingga metabolit yang dihasilkan menurun. Selama proses
fermentasi pertumbuhan mikroba dapat menghasilkan produk yang mengubah pH.

Anda mungkin juga menyukai