Untuk memahami prosedur dasar yang terlibat dalam proses isolasi DNA dari berbagai
sumber seperti darah, jaringan, bakteri dll
Theory
Plasmid adalah double stranded, melingkar tambahan DNA kromosom bakteri. Hal ini
digunakan dalam percobaan DNA rekombinan untuk mengkloning gen dari organisme lain
dan membuat jumlah besar dari DNA mereka. Plasmid dapat ditransfer antara spesies yang
sama atau antara spesies yang berbeda. Ukuran plasmid berkisar 1-1000 pasangan basa kilo.
Plasmid merupakan bagian dari mobilomes (total semua unsur genetik bergerak di genom)
seperti transposon atau prophages dan berkaitan dengan konjugasi. Bahkan plasmid terbesar
yang jauh lebih kecil dari DNA kromosom bakteri, yang dapat berisi beberapa juta pasangan
basa.
Istilah 'plasmid' diperkenalkan oleh seorang ahli biologi molekuler Amerika Joshua
Lederberg. Plasmid dianggap sebagai elemen genetik ditransfer atau 'replikon'. Mereka
sebenarnya DNA telanjang. Plasmid adalah alat penting di laboratorium genetika dan
bioteknologi di mana mereka biasanya digunakan untuk memperbanyak atau
mengekspresikan gen tertentu. Plasmid juga digunakan untuk membuat sejumlah besar
protein.
Plasmid encoding Zinc Finger nucleases digunakan untuk memberikan gen terapi untuk situs
kromosom terpilih dengan frekuensi lebih tinggi dari integrasi acak. Terutama ada dua jenis
plasmid: conjugative dan non conjugative. plasmid Conjugative memiliki tra-gen (tra-
transfer) dan dapat melakukan konjugasi. plasmid non conjugative tidak dapat melakukan
konjugasi. Ada kelas menengah plasmid disebut mobilizable plasmid. plasmid Mobilizable
dapat membawa hanya sebagian dari gen yang diperlukan untuk transfer. Mereka dapat
menjadi plasmid conjugative transferring yang parasit jika kehadirannya dalam jumlah yang
tinggi.
1) TA cloning....
TA kloning adalah teknik subcloning yang menghindari penggunaan enzim restriksi yang
lebih mudah dan lebih cepat daripada subcloning tradisional. Teknik ini bergantung pada
kemampuan adenin (A) dan timin (T) (basepairs pelengkap) dari fragmen DNA yang berbeda
untuk berhibridisasi dan diikat bersama-sama oleh enzim liagase. Produk PCR biasanya
diperkuat dengan menggunakan Taq DNA polymerase yang istimewa dengan penambahan
adenin ke ujung 3 'dari produk.
Salah satu teknik yang digunakan untuk solasi DNA tanaman ini adalah dengan
menggunakan CTAB (cationic hexadecyl trimethyl ammonium bromide). CTAB
merupakan detergen yang berguna untuk melarutkan membran plasma sel dan akan
membentuk komplek dengan DNA. CTAB adalah detergen yang berkation yang akan
membentuk komplek presipitasi dengan DNA ketika konsentrasi NaCl di bawah 0,7 M.
Presipitasi DNA dari buffer CTAB dengan adanya etanol atau isopropanol sering
menghasilkan massa bergelatin yang komposisinya tidak diketahui. DNA pada umumya
terlihat jelas dalam massa tersebut, tetapi sulit untuk memisahkannya, sehingga untuk
menghindari terbentuknya massa ini digunakan presipitasi yang tidak menggunakan
alcohol (Chawla, 2003).
Larutan buffer yang biasa digunakan dalam teknik isolasi DNA tanaman adalah
CTAB (Cetyl Trimetyl Ammonium Bromide). Larutan ini dapat melarutkan membrane
plasma dan akan membentuk komplek dengan DNA. Salah satu keunggulan metode ini
adalah tidak dibutuhkannya persiapan yang panjang untuk jaringan tanaman dan dapat
digunakan untuk berbagai jenis jaringan termasuk daun, akar, biji, embrio, endosperma
dan pollen serta kultur suspensi. Metode ini juga dapat diaplikasikan dari ukuran sampel
mulai miligram herbarium, jaringan yang telah menjadi fosil hingga beberapa gram
jaringan yang baru (Chawla, 2003).
Kultur Bakteri
(E.Coli)
- Kultur selama 1 malam
- Sentrifuge (mengambil kultur dan
menghilangkan medium)
Pengendapan
- Inkubasi
- Cuci dengan EtOH 70%
- Keringkan
DNA murni
Metode isolasi DNA hewan Drosophila melanogaster dan larva udang Stomatopoda
Sp.
1. Dua puluh ekor D. melanogaster dimasukkan ke dalam 1,5 ml microcentrifuge
tube.
2. D. melanogaster tersebut digerus dengan pestel. Selama penggerusan,
ditambahkan 200 l GT buffer.
3. Selanjutnya, 20 l proteinase K ditambahkan ke dalam sampel dan dilakukan
inverting.
4. Sampel kemudian diinkubasi selama 30 menit dalam suhu 60 0C. Setelah 30
menit, 200 l GBT buffer ditambahkan ke dalam sampel dan dikocok dengan
kuat selama lima detik.
5. Selanjutnya, sampel diinkubasi selama 20 menit pada suhu 60 0C. Sebelum
dilanjutkan pada tahap berikutnya, perlu disiapkan elution buffer yang dipanaskan
hingga suhunya 60 0C.
6. Sampel yang diinkubasi selama 20 menit ditambahkan 200 l etanol absolut dan
dikocok kuat selama 10 detik. Sampel tersebut kemudian dipindahkan ke GD
column.
7. Sementara itu, GD column ditempatkan ke dalam 2 ml collection tube.
Selanjutnya, dilakukan sentrifugasi selama dua menit dengan kecepatan 14.000
rpm.
8. GD column dipindahkan ke 2 ml collection tubebaru, kemudian ditambahkan 400
L W1 buffer. Selanjutnya, dilakukan sentrifugasi selama tiga puluh detik dengan
kecepatan 14. 000 rpm.
9. Cairan yang terkumpul dalam collection tube dibuang, kemudian
GD column ditempatkan lagi pada collection tube.
10. GD column tersebut ditambahkan 600 L
11. Wash buffer dan dilakukan sentrifugasi selama 30 detik dengan kecepatan 14. 000
rpm.
12. Cairan yang terkumpul di collection tube dibuang,kemudian
GD column ditempatkan lagi dicollection tube dan dilakukan sentrifugasi selama
tiga menit dengan kecepatan 14. 000 rpm.
13. GD colum dipindahkan ke 1,5 ml microcentrifuge tube steril. Sampel
ditambahkan 100 L Elution buffer 60 oC, kemudian tabung dibiarkan selama
lima menit dengan posisi tegak.
14. Selanjutnya, dilakukan sentrifugasi selama 30 detik dengan kecepatan 14.000
rpm. GD column dibuang dan cairan yang terkumpul di microcentrifuge
(mengandung DNA) disimpan di suhu 4 oC atau - 20oC.