I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan
ecoenzym
Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan ecoenzym dari kulit buah
papaya
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik ecoenzym yang telah dibuat
Analisis
PEMBUATAN ECOENZYM
Analisis
III. HASIL PERCOBAAN
IV. PEMBAHASAN
Ekoenzim atau ecoenzyme atau garbage enzyme adalah larutan kompleks
hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran dengan gula
merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok
jamur dan bakteri selama 3 bulan.[1][2]Hasil larutan fermentasi memiliki warna coklat
tua dan berbau asam-manis kuat khas produk fermentasi. Eco Enzyme adalah produk
yang dihasilkan dari bahan organik, tanpa bahan kimia, tentu saja ramah lingkungan
karena dapat terurai secara alami. (Rida, 2022) Fermentasi Eco Enzyme dapat
dikatakan berhasil jika terbentuk larutan berwarna kecoklatan dan memilik bau
seperti bahan (tidak busuk) dan beraroma asam. (Cheang, 2020).
Pada pratikum kali ini kita membuat larutan ecoenzym dengan cara menggunakan
bahan organic melalui proses fermentasi yang mneggunakan kulit buha papaya, gula
aren, dan air dengan perbandingan 3:1:10. Disini kita menggunakan kulit buah
papaya sebanyak 30 gram, gula aren sebanyak 10 gram dan air sebanyak 100mL. kita
juga menggunakan ragi roti dengan perbedaan konsentrasi di tiap botolnya.
Konsentrasi yang digunakan sebanyak 2, 4, 6, 8, 10 gram. Tujuan penambahan ragi
roti ini adalah untuk mempercepat fermentasi yang awalnya memerlukan waktu
selama 90 hari untuk panen, dipersingkatn menjadi 15 hari saja untuk panen.
Alat dan bahan yang kami gunakan mudah untuk dijumpai, alat yang digunakan
yaitu botol 220 mL sebanyak 5 buah dan botol 600 mL sebanyak 1 buah, selang
transparan, dan spidol untuk penanda di setiap botolnya. Bahan yang kami gunakan
adalah kulit buah papaya, ragi roti, gula aren, dan air.
Pada awal percobaan kami melubangi tutup botol yang diberi selang untuk
menyalurkan antara cairan ecoenzym dan air waterpass. Hal ini dilakukan untuk
mencegah botol Eco Enzyme meledak karena dalam proses fermentasi akan
menghasilkan gas yang akan memberikan tekanan pada botol. Untuk yang berada
disekitar selang yang dipasang di tutup botol juga perlu menggunakan lem lilin
supaya tidak ada udara atau hal lain yang akan mengganggu proses fermentasi
didalam botol.
Bahan organik selama fermentasi akan diubah menjadi ethanol dan akna terjadi
proses aerobic untuk mengubah senyawa alkohol menjadi senyawa asam. Selama
proses fermentasi, dihasilkan O3 yang akan menguap ke atmosfir dan membentuk
lapisan ozon. Ampas hasil fermentasi berfungsi sebagai kompos yang dapat
diaplikasikan pada tanah dan cairan coklat yang dihasilkan adalah sediaan Eco-
enzyme yang merupakan antiseptik multifungsi. Bahan organik yang umum
digunakan dalam pembuatan Ecoenzyme adalah limbah sayur dan limbah buah
(Rochyani N., et al, 2020)
Pada percobaan ini warna yang dihasilkan adalah coklat bening, sedangkan warna
ideal dari ecoenzym bewarna coklat pekat. Hal ini dikarenakan jenis gula yang
digunakan dalam pembuatan ecoenzym dapat mempengaruhi hasil warna dari
percobaan ecoenzym ini. Kami menggunakan jenis gula aren sehingga warna
ecoenzym yang dihasilkan bewarna coklat bening atau pudar. Jika menggunakan gula
molase maka warna ecoenzym yang dihasilkan bewarna coklat pekat.
Terjadinya penurunan volume disetiap botol karena adanya produksi gas yang
terjadi selama fermentasi. Semua produk Eco-enzyme dengan konsentrasi berbeda
berwarna coklat bening dan terbentuk endapan ragi serta beraroma asam khas
fermentasi. Eco Enzyme yang dihasilkan beraroma khas fermentasi.
Dalam percobaan ini kami juga mnegukur derajad keasaman (pH) pada
ecoenzym. Caranya yaitu dengan mencelupkan kertas pH atau kertas lakmus kedalam
larutan ecoenzym, kemudian amati perubahan warna pada kertas lakmus. Hasil yagg
didapat adalah pH sebesar 4 yang berarti ecoenzym yang dibuat bersifat asam. Hal ini
dapat terjadi karena selama fermentasi Kandungan asam organik berperan dalam
menurunkan pH larutan sehingga membuat bakteri sulit dalam bertahan hidup
(Hamidah, 2019). Selain itu, dalam proses fermentasi glukosa dirombak untuk
menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dalam keadaan anaerob akan mengalami
penguaraian oleh piruvat dekarbosilase menjadi etanol dan karbon dioksida, dimana
bakteri Acetobacter akan merubah alkohol menjadi asetaldehid dan air akan dirubah
menjadi asam asetat. (Ulfia et al., 2021).
V. KESIMPULAN
Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari hari. Alat yang diguankan adalah botol 220 mL sebanyak 5
buah dan botol 600 mL sebanyak 1 buah, selang transparan, lem lilin dan
spidol untuk penanda di setiap botolnya. Bahan yang kami gunakan yaitu kulit
buah papaya, ragi roti, gula aren, dan air.
Proses pembuatan ecoenzym ini terbilang cukup mudah. Karena diawali
dengan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.melubangi setiap tutup
botol ukuran 220 mL mneggunakna paku panas atau gunting dengan ukuran
selang. Lalu dipasang selang dan dirapatkan menggunakan lem lilin supaya
nantinya tidak ada udara atau hal lain yang akan mengganggu proses
fermentasi didalam botol. Disetiap botol diberi kulit buah papaya, gula aren
dan air dengan perbandingan 3:1:10. Dan juga penambaham ragi roti dengan
konsentrasi yang berbeda disetiap botolnya, kami menggunakan konsentrasi
sebesar 2,4,6,8,10 gram ragi roti. Tutup botol lalu kocok bahan hingga
tercampur rata, lalukan hal yang sama pada setiap botol. Jangan lupa untuk
tiap botol diberi tanda dengan spidol agar memudahkan kita menganalisa
hasil ecoenzym. Pasang sisi selang satunya pada botol waterpass yang sudah
diberi air, usahakan selang dapat terendam pada air di botol waterpass.
Pada percobaan ini kita dapat mengetahui warna, bau, kadar keasaman (pH).
Ecoenzym ini bewarna coklat bening karena pengaruh dari gula aren yang
digunakan. Bau yang tercium adalah bauk has fermentasi dan kadar
keasamannya sebesar 4 yang berarti asam.