GENETIKA
(AKBK 3312)
Disusun Oleh:
Rabiatul Adawiyah
(2110119120001)
Kelompok II A
Asisten Dosen:
Kamila Nur Faizza
Shafa’ Muthi’ah
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd.
Dr. Bunda Halang, M.T.
Riya Irianti, S. Pd., M. Pd.
yang Dihasilkan)
B. Perslangan Dihibrid
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa kancing
sebanyak 200 biji terdiri dari :
a. 25 merah jantan dan 25 putih jantan (ember kecil 1).
b. 25 kuning jantan dan 25 hijau jantan (ember kecil 2).
c. 25 merah betina dan 25 putih betina (ember kecil 3).
d. 25 kuning betina dan 25 hijua betina (ember kecil 4)
e. Keterangan : Merah = bulat, putih = keriput.
2. Masing-masing kancing dipasangkan sesuai ketentuan.
3. Memasukkan masing-masing ke dalam beacker glass dan
mengaduknya hingga merata.
4. Mengambil secara acak sepasang-pasang dari beacker glass I
dengan beacker glass III dipasangkan bersamaan dengan beacker
glass II dan beacker glass IV.
5. Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi
nama sesuai ketentuan.
6. Kancing yang sudah diambil langsung dicatat dalam tabel
pengamatan.
7. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.
B. Persilangan Dihibrid
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu
sifat beda. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda
dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid.
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan
sifat. Dua pasang yang di awasi oleh pasangan gen yang terletak pada
kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan
pecobaan dengan menanam kacang Ercis yang memiliki dua sifat beda.
Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna
kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji
keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang
berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian
ditanam lagi dan tanaman yang umbuh dibiarkan mengadakan
penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan 1: 2 dengan 16
kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji
bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/6 berbiji keriput
warna kuning : 1/16 berbiji keriput warna hijau atau dikatakan
perbandingannya adalah (3 : 3 : 1).
a. Rasio Fenotif
Merah : Putih
76 : 24
Disederhanakan (dibagi 24)
3,1 : 1
b. Rasio Genotif
MM : Mm : mm
24 : 52 : 24
Disederhanakan (dibagi 24)
1 : 2,1 :1
B. Tabel Persilangan Dihibrid
a. Rasio Fenotif
Bulat Kuning : Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput Hijau
34 : 9 : 5 : 2
Disederhanakan (Dibagi 2)
17 : 4,5 : 2,5 : 1
b. Rasio Genotif
1 : 4 : 8 : 21 : 3 : 6 : 2 : 3 : 2
Disederhanakan (Dibagi 2)
V. ANALISIS PENGAMATAN
A. Persilangan Monohibrid
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
terhadap percobaan persilangan menggunakan 50 kancing merah
dan kancing putih yang bertombol dengan 50 kancing merah dan
kancing putih yang berlubang. Maka, didapatlah hasil yaitu Kancing
merah sebanyak 24 buah, Kancing putih sebanyak 24 buah, dan
Kancing Merah-Putih sebanyak 52 buah. Sehingga, perbandingan
fenotif dari Merah : Putih adalah 76 : 24, yang di sederhanakan
menjadi 3,1 : 1. Dari perbandingan fenotif tersebut dapat dilihat
bahwa hasilnya sesuai atau mendekati dengan hukum mendel I yaitu
perbandingan monohibrid adalah 3 : 1.
Sedangan, untuk perbandingan genotif didapatkan hasil
yaitu Kancing Merah (MM) sebanyak 24 buah, Kancing Putih (mm)
sebanyak 24 buah, dan Kancing Merah-Putih (Mm) sebanyak 52
buah. Sehingga, perbandingan genotif dari Merah (MM) : Merah-
Putih (Mm) : Putih (mm) adalah 24 : 52 : 24, yang disederhanakan
menjadi 1 : 2,1 : 1. Dari perbandingan genotif tersebut dapat dilihat
bahwa hasilnya sesuai atau mendekati dengan hukum mendel I yaitu
perbandingan genotif adalah 1 : 2 : 1.
Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang
berorientasi pada pewarisan sifat organisme yang dijabarkan oleh
Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian yaitu
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Mendel I. Kedua, hukum berpasangan secara bebas
(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Mendel II (Maria, 2021). Hukum Mendel I menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin anak), kedua gen induk (orang
tua) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Hukum inilah berlaku
untuk persilangan dengan satu sifat beda yang disebut persilangan
monohibrid (Suryo, 2013).
Secara garis besar, hukum mendel I pada persilangan
monohibrid ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur
variasi pada karakter turunannya. Alel terdiri dari dua
macam bentuk yaitu alel resisif (tidak selalu tampak dari
luar, dinyatakan dengan huruf kecil) dan alel dominan
(tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua
jantan dan satu dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan
sB), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan
(tampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya (Maria, 2021).
B. Persilangan Dihibrid
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
terhadap percobaan persilangan menggunakan 25 Kancing merah
dan Kancing putih yang bertombol, 25 kancing merah dan kancing
putih yang berlubang, 25 Kancing Kuning dan Kancing Hijau
bertombol, dan 25 Kancing Kuning dan Kancing Hijau yang
berlubang. Dilengkapi dengan keterangan Merah = Bulat, Putih =
keriput. Maka, didapatlah hasil yaitu Bulat Kuning sebanyak 34
buah, Bulat Hijau sebanyak 9 buah, Keriput kuning sebanyak 5
buah, dan keriput hijau sebanyak 2 buah. Sehingga, perbandingan
fenotif dari Bulat Kuning : Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput
Hijau adalah 34 : 9 : 5 : 2. Disederhanakan mejadi 17: 4,5 : 2,5 : 1.
Dari perbandingan fenotif tersebut dapat dilihat bahwa hasilnya
sesuaiatau mendekati dengan hukum mendel II yaitu perbandingan
dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1.