DISUSUN OLEH :
1. Persilangan Monohibrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of
Segretation of Allelic Genesatau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel
dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan
memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan
gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet
mengandung salah satu alel tersebut. Dalam inidisebut juga hukum
segregasi yang berdasarkan percobaan persilangandua individu yang
mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan
dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 1:2:1,
yaitu ekspresi gen dominan resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang
individu hasil perkawinan tidakdidominasi oleh salah satu induknya.
Dengan kata lain, sifat dominasitidak muncul secara penuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat intermedier.
2. Persilangan Dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of
Independent assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara
Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan
memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan
alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid
adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan
9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu
tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata
(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah
susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif;
biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.
III Bahan
1. alat kancing genetika warna merah, putih, kuning, hijau (50 pasang)
2. 2 tempat/stoples
Praktikum I (monohibrid):
1. Pisahkan 50 kancing (warna cerah dominan) menjadi dua bagian masing- masing
terdiri dari 50 buah kancing berlekuk sebagai gamet betina dan 50 buah kancing yang
menonjol untuk gamet jantan.
2. Campurkan 50 kancing merah dan 50 kancing kuning sebagai gamet betina dalam
stoples yang sama (stoples I), demikian pula untuk 50 kancing merah dan 50 kancing
kuning sebagai gamet jantan dicampur dalam stoples yang lain.
3. Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari stoples I dan 1 kancing dari
stoples II, kemudian pasangkan dan catat macam dan jumlah fenotip serta genotip
dalam table.
4. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.
Praktikum II (dihibrid):
1. Pisahkan 50 pasang kancing dari setiap warna masing- masing menjadi 2 bagian yang
sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol) dan gamet betina (kancing melengkung)
2. Campurkan gamet jantan masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih
(m) juga gamet betina masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih (m)
kemudian pasangkan secara acak (kelompok kancing ini disebut kelompok A)
3. Lakukan langkah seperti point nomer 2 untuk kancing hijau (k) dengan kancing
kuning (K) (kelompok kancing ini disebut kelompok B)
4. Pertemukan setiap pasangan dari kelompok A dan B sampai habis, catat macam dan
jumlah fenotip yang dihasilkan pada tabel.
5. Hitung perbandingan yang diperoleh.
Frekuensi
No Genotipe Fenotipe
Turus Jumlah
1 MM IIIII IIIII IIIII IIIII 24
IIII
Merah
2 Mm IIIII IIIII IIIII IIIII 52
IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII II
3 mm Putih IIIII IIIII IIIII IIIII 24
IIII
Jumlah 100
Perhitungan :
a) Rasio Genotipe
Rasio genotipe=MM:Mm:mm
Rasio genotipe=24:52:24
Rasio genotipe=1:2,1:1
b) Rasio Fenotipe
Rasio fenotipe : Merah : Putih
Rasio fenotipe :76:24
Praktikum II(Dihibrid) :
perhitungan
a. Rasio genotipe
Rasio genotipe :M_K_:M_kk:mmK_:mmkk
Rasio genotipe:55:18:22:5
Rasio genotipe:11:3,6:4,4:1
b. Rasio fenotipe
Rasio fenotipe:merah bulat:merah keriput:putih bulat:putih keriput
Rasio fenotipe:55:18:22:5
Rasio fenotipe:11:18:3,6:4,4:1
VI. Pembahasan
Praktikum I (monohibrid):
Pada percobaan ini, gamet jantan dan gamet betina dari masing- masing kancing
berwarna dipisahkan, kemudian dikawinkan bebas sehingga bersifat 2n dengan cara
mengambilnya secara acak. Setelah dicermati dengan seksama ternyata hasil dari
pengamatan ini sesuai dengan bunyi hukum Mendel 1 atau hukum pemisahan gen yang
menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet terjadi segregasi alel- alel suatu gen
secara bebas dari diploid menjadi haploid. Perbandingan genotip berdasarkan percobaan
ini MM:Mm:mm adalah24:52:24 atau kira- kira 1:2:1. Sementara perbandingan
fenotipnya merah:putih adalah 76:24 atau hampir setara dengan 1:3.
Parental 1 : MM x mm
Gamet : M dan m
F1: Mm
Parental 2: Mm x Mm
Perbandingan genotip
MM:Mm:mm = 1:2:1
Perbandingan fenotip
Praktikum II (dihibrid):
Pada percobaan ini, 4 kancing berwarna tersebut menunjukkan individu
monohibrid yang kemudian dikawinkan secara acak menjadi individu dihibrid. Ketika
kami memasangkan kancing- kancing pada langkah kerja nomer 4, maka akan didapatkan
perbandingan fenotip merah hijau: merah kuning: putih hijau: putih kuning adalah
55:18:22:5 atau kira- kira 9:3:3:1. Hasil ini mendukung postulat Mendel pada Hukum
Mendel II yaitu
Gamet: MH dan mh
Perbandingan fenotip
VII. Kesimpulan
Praktikum I (monohibrid):
Persilangan monohybrid menghasilkan rasio genotip 1:2:1 sedan rasio fenotipnya 3:1
Praktikum II (dihibrid):
Persilangan dihibrid menghasilkan rasio genotip 9:3:3:1