Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

TEKNIK EKSPLORASI, ISOLASI, DAN IDENTIFIKASI SPORA FUNGI


MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)

Nama Anggota:

1. Yohanna Anindya Putrie (4512422001)


2. Ibnu Halim (4512422025)
3. Evi Cahyanila Kurnia Widjoyo (4512422035)
4. Mira Erliyanawati (4512422037)
5. Riris Faiqatul Hima (4512422064)
6. Narindra Indah P (4512422070)
7. Rahma Agfanisa (4512422072)

Tahun Akademik 2023


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
I. Landasan Teori
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman perlu dijaga kelestariannya. Hal ini
dikarenakan di dalam tanah, terutama daerah rhizosfer tanaman banyak jasad mikro yang
berguna bagi tanaman. Salah satunya adalah cendawan mikoriza. Mikoriza dikenal dengan
jamur tanah karena habitatnya berada di area perakaran (rhizosfer). Mikoriza berasal dari dua
suku kata yaitu mykes/miko (jamur/cendawan) dan rhiza (akar) sehingga bisa juga dikatakan
sebagai jamur akar (Syib’li, 2008). Mikoriza adalah asosiasi simbiotik yang esensial untuk
satu atau kedua mitra, antara fungi (khususnya yang hidup dalam tanah dan tanaman) dan
akar (atau organ lain yang bersentuhan dengan substrat) dari tanaman hidup, terutama
bertugas untuk memindahkan hara. Mikoriza terdapat dalam organ tanaman spesifik dimana
hubungan intimnya tercipta sebagai akibat perkembangan serempak tanaman-fungi
(Brundrett, 2004). Dalam fenomena ini fungi menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa
menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi fungi patogen, dan mendapat
pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman.
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan simbion obligat yang
bersimbiosis dengan akar sekitar 80% dari jenis tanaman darat dan dapat dijumpai
pada berbagai ekosistem (Koltai & Kapulnik, 2010; Husna dkk. 2015). Bentuk
simbiosisnya adalah terjadi pertukaran antara hara dan karbohidrat, simbiosis ini terjadi
saling menguntungkan dimana mikoriza memperoleh karbohidrat dan unsur pertumbuhan
lain dari tanaman inang, sebaliknya mikoriza memberi keuntungan kepada tanaman inang
dengan cara membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama unsur P (Husna dkk.,
2007). FMA termasuk dalam genus Glomeromycota yang terdiri atas sub ordo Glomerales,
Diversisporales, Paraglomerales, dan Archaeosporales (Schüßler & Walker, 2010; dalam
Hasanah, 2018). Fungi mikoriza arbuskula dapat berperan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung fungi mikoriza arbuskula dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman seperti stimulasi produksi tanaman, tanaman tahan terhadap kekeringan,
penyerapan unsur hara P, N, Cu, Fe, dan Zn, tanaman tahan terhadap kekeringan, logam
berat dan salinitas. Secara tidak langsung terjadi melalui penekanan pada gulma,
stimulasi fiksasi nitrogen, perbaikan agregasi tanah dan struktur tanah (Husna, 2015;
dalam Arif, 2018).
Keanekaragaman dan penyebaran mikoriza sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan
oleh kondisi lingkungan yang bervariasi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi sebaran
FMA antara lain struktur tanah, unsur hara P, N dalam tanah, kandungan C organik, air, pH,
dan suhu tanah (Hartoyo dkk., 2011). Perbedaan lokasi dan rhizosfer juga menyebabkan
perbedaan keanekaragaman spesies serta populasi FMA, selain itu semua FMA tidak
mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang sama, oleh karena itu sangat penting untuk
mengetahui identitasnya (Hartoyo dkk., 2011).
Ciri khas FMA terletak pada banyaknya arbuskula bercabang-cabang yang
berkembang dalam sel-sel korteks tanaman.Spora FMA bersifat khusus dan diameternya
berkisar antara 10 sampai > 1000 μm. Warna sporanya beraneka macam mulai dari hialin
sampai hitam dan permukaannya mulai dari halus sampai kasar. Kurang lebih ada 150 spesies
FMA yang berhasil dikenali, namun demikian taksonomi pada spesiesnya masih terus
berkembang dan banyak mengalami revisi (Siregar, 2017). Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui jumlah atau populasi dari spora FMA adalah dengan cara isolasi.
Isolasi dilakukan agar spora terpisah dari sampel tanah sehingga karakteristik spora FMA dan
jumlahnya dapat diketahui. Sedangkan untuk mengetahui karakteristik morfologi dari spora
FMA dapat dilakukan identifikasi morfologi. Identifikasi morfologi dilakukan untuk melihat
bentuk dan warna spora FMA (Samsi dkk., 2017).
Maka dalam melakukan isolasi dan identifikasi FMA, dibutuhkan perbanyakannya
untuk mengetahui jenis mikoriza dan peranannya dalam pertumbuhan tanaman. Perbanyakan
dilakukan dengan menggunakan media zeolit (Armini dkk., 2015). Zeolit merupakan
adsorben yang unik, karena memiliki ukuran pori yang sangat kecil dan seragam. Zeolit
hanya mampu menyerap molekul-molekul yang berdiameter sama atau lebih kecil dari
diameter celah rongga, sedangkan molekul yang diameternya lebih besar dari pori zeolit akan
tertahan dan hanya melintasi antar partikel (Khairinal & Trisunaryanti, 2000). Maka dari itu,
zeolit digunakan dalam praktikum eksplorasi, isolasi, dan identifikasi spora fungi mikoriza
arbuskula (FMA). Selain menggunakan zeolit, pada perakaran jati juga menunjukkan adanya
infektivitas dengan fungi mikoriza arbuskula, baik pada tanaman muda maupun yang tua,
dengan tingkat infektivitas yang beragam. Namun, kepadatan spora beragam tergantung pada
kondisi kesuburan tanah dan umur tegakan (Triwahyuningsih dkk., 2018).

II. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini untuk mengetahui teknik eksplorasi di lapangan,
teknik isolasi dan perhitungan jumlah spora, identifikasi morfologi spora Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA).

III. Alat bahan


Alat:
1. Saringan bertingkat ukuran 250 μm dan 125 μm
2. Neraca analitik
3. Cawan petri
4. Gelas ukur
5. Pinset
6. Mikroskop stereo
7. Kamera
8. pipet tetes
9. washing bottle
Bahan:
1. Tanah dari pohon jati
2. Batuan zeolit
3. Air

IV. Prosedur
1. Isolasi dari sampel kultur/ pupuk hayati mikoriza
a. Timbang sejumlah sampel (10 g) dalam wadah plastik.
b. Masukkan sampel ke dalam gelas ukur
c. Tambahkan air (ledeng).
d. Aduk dengan batang pengaduk.
e. Saring larutan dengan saringan bertingkat, dengan urutan saringan paling
besar ukuran mikronnya berada paling atas yakni , 425, 125, dan saringan
45 mikron berada di paling bawah.
f. Tampung endapan yang ada pada saringan 125 mikron ke cawan petri.
g. Tampung endapan yang ada pada saringan 45 mikron ke cawan petri.
h. Amati sampel di bawah mikroskop cahaya.

2. Isolasi dari sampel tanah


a. Timbang sejumlah sampel (50 g) dalam wadah plastik.
b. Tanah dimasukkan ke dalam tempat yang agak besar dam ditambahkan air
2/3 dari tempat tersebut. Tanah kemudian diaduk hingga homogen dan
didiamkan hingga sebagian tanah mengendap dan disaring
c. Saring larutan dengan saringan bertingkat, dengan urutan saringan paling
besar ukuran mikronnya berada paling atas yakni , 425, 125, dan saringan 45
mikron berada di paling bawah.
d. Tampung endapan yang ada pada saringan 125 mikron ke cawan petri
dengan bantuan botol semprot.
e. Tampung endapan yang ada pada saringan 45 mikron ke cawan petri dengan
bantuan botol semprot
f. Aduk dan tuangkan ke tabung sentrifugasi, tinggi ekstrak sebaiknya tidak
melebihi 1 cm dan harus tersedia cukup ruangan agar suspensi tidak tumpah
g. Tuangkan larutan gula 60% ke dalam suspensi tanah sebanyak 2 kali
volume ekstrak
h. Spora akan mengapung pada larutan gula atau bagian atas suspensi jernih
i. Supernatan disaring kembali ke saringan seluai dengan ukuran pada label
yang tertera
j. Bahan tersebut siap untuk diamati di bawah mikroskop. Pada penghitungan
jumlah spora dilakukan dengan mikroskop stereo, sedangkan untuk
mengidentifikasi spora, diamati melalui mikroskop cahaya dengan meletakkan
spora pada gelas preparat.

3. Penghitungan Kepadatan spora


a. Siapkan mikroskop cahaya, pastikan semua kabel dalam keadaan aman,
tidak ada yang terkelupas, sebelum menghidupkan mikroskop.
b. Nyalakan mikroskop dengan menghubungkan kabel power ke sumber listrik
c. Tekan tombol on pada mikroskop.
d. Atur intensitas cahaya.
e. Letakkan petri yang berisi sampel pada stage mikroskop.
f. Amati dan hitung spora fungi mikoriza arbuskula dengan bantuan counter.
g. Catat hasil perhitungan pada logbook hasil pengujian.
V. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil

No Hasil pengamatan Keterangan

1. spora Glomus sp dari batu zeloid


hasil kelompok

2. spora Glomus sp dari hasil percobaan


Bu Rifa
B.Pembahasan

Berdasarkan praktikum TEKNIK EKSPLORASI, ISOLASI, DAN IDENTIFIKASI


SPORA FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) yang telah kami lakukan pada Jum’at, 1
Desember 2023. Praktikum dilakukan dengan metode sulving yaitu pengambilan sampel
tanah dan akar pada pohon jati (Tectona grandis) di belakang LP3. Metode pengambilan
sampel dilakukan secara diagonal dengan kedalaman sekitar 10-15 cm. Sampel yang kedua
adalah berupa batuan zeolit, kedua sampel diberikan perlakuan yang sama pada saat
praktikum yaitu dengan proses penimbangan sampel sebanyak 10 dan 50 gr lalu dimasukkan
ke dalam bekker glass untuk dilarutkan ke dalam air sebanyak 5 kali sembari di
goyang-goyangkan, selanjutnya air rendaman disaring dengan saringan bertingkat ukuran 425
dan 125 seharusnya memakai 3 tingkat saringan namun keterbatasan alat yang terdapat pada
lab sehingga menggunakan dua ukuran saja, setelah proses penyaringan ambil sisa
penyaringan di saringan yang paling kecil dengan menggunakan botol semprot sehingga
seluruh partikel terbawa ke dalam cawan petri. pengamatan dapat dilakukan dengan
menggunakan mikroskop stereo, dengan batuan zeloid dan perbesaran mikroskop 20x hanya
didapatkan 1 spora Glomus sp sehingga untuk menghitung kepadatanya tidak dapat diketahui
karena hasil penamatan hanya muncul satu spora saja.\
Percobaan yang kedua menggunakan tanah galian akar pohon jati, dalam praktikum
ini dilakuka dengan memnimbang tanah sebesar 50gr dan dilarutkan dengan air dan
percobaan selama 5 kali baru disaring dengan saring bertingkat, hasil dari penyaringan ini
tadi dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan diberikan larutan gula sebanyak 2 kali dari
volume extrak. Penggunaan sentrifus disini bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel
dari larutan berdasarkan berat jenisnyya sehingga larutan gula dan hasil penyaringan kan
terpisah. setelah dilakukan sentrifus baru dapat dilakukan pengamatan. Namun di kloter kita
pada tanah jati tidak ditemukan adanya spora. Sehingga pada percobaan selanjutnya tidak
menggunakan sentrifus.

Sampel data dari Batuan Zeolid


1. Teknik Eksplorasi
Dilakukan dengan
2. Teknik Isolasi
3. Teknik Identifikasi Spora
Telah ditemukan jenis FMA di batuan zeolit yang termasuk dalam genus glomus sp.
berjumlah satu buah
.
Gambar 1. Spora Glomus sp.
Sumber: Pengerjaan Kelompok
Karakteristik glomus sp. ini memiliki ciri-ciri yaitu spora yang berwarna kuning
sampai merah kecoklatan. Spora ini memiliki bentuk bulat dan memiliki bagian tengah spora
berwarna kuning bening hingga pada dinding spora berwarna coklat kemerahan. Permukaan
dinding spora relatif halus, dan terlihat memiliki dinding spora yang tipis.

Sampel data dari Tanah Akar pada pohon jati (Tectona grandis)
1. Teknik Eksplorasi
2. Teknik Isolasi
3. Teknik Identifikasi Spora
Pada teknik eksplorasi dari tanah akar pohon jati praktikan mendapat kesulitan dalam
mencari FMA dari tanah akar tersebut. Dikarenakan tanah yang terambil masih dalam
keadaan basah setelah tanah terkena air hujan sebelum diambil menjadi sampel.
Menurut Hermawan dkk., 2015 bahwa akan terjadinya penurunan jumlah spora
dibawah kedalaman 60 cm dikarenakan pada kedalaman tersebut kondisi tanah semakin padat
dan memiliki kandungan air yang banyak (tergenang air), pada kondisi seperti ini aerasi tanah
semakin buruk terutama saat terjadi hujan, hal ini akan menyebabkan tanah kekurangan
oksigen sehingga menyebabkan ruang bagi pertumbuhan spora semakin berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa sebagian jumlah spora
mengalami penurunan. Hal tersebut diduga karena pengaruh peralihan musim dari kemarau
ke musim penghujan, Indonesia sendiri pada saat awal bulan desember mulai musim
penghujan dari itu mikoriza mengalami penurunan jumlah spora, sebelum peralihan musim
mikoriza mampu berkembang \seiring dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman, kerana
faktor yang mempengaruhi tanaman inang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan mikoriza (Tutik dkk., 2016). Mikoriza akan lebih berkembang jika pada
keadaan tanah mengalami kekeringan.
Diperkuat oleh Rasyid (2016), bahwa pada perlakuan vertikal terjadi penurunan
jumlah spora dengan bertambahnya kedalaman tanah dan akumulasi akar berkurang serta
sistem perakaran dan bahan organik. Dapat disimpulkan semakin dalam lapisan tanah,
semakin sedikit pula jumlah spora, demikian juga pada jarak zona perakaran, semakin dekat
dengan zona perakaran jumlah spora semakin banyak dibandingkan dengan jumlah spora
yang jauh dari zona perakaran. Tempat juga berpengaruh terhadap jumlah populasi spora, hal
ini berkaitan dengan kondisi lahan, kelembaban, kandungan bahan organik, tingkat kadar
airnya, tekstur tanah dan lain-lain
VI. Kesimpulan dan Saran
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) akan lebih berkembang apabila kondisi tanah
dalam keadaan mengalami kekeringan. Berdasarkan identifikasi genus FMA yang ditemukan
adalah genus glomus sp. dari sampel batu zeolit. Untuk sampel tanah akar pohon jati (Tectona
grandis) tidak ditemukan spora dikarenakan kondisi tanah dalam keadaan basah. Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah berpengaruh terhadap jumlah spora FMA yang
ditemukan di lapangan. Eksplorasi FMA juga perlu dilakukan di lokasi lain dengan jenis
tanaman yang sama atau berbeda karena sebaran dan keragaman FMA berbeda pada kondisi
tanah, tanaman, dan pengelolaan yang berbeda. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

VII. Daftar pustaka

Arif, A., Tuheteru, F. D., Basrudin, B., & Albasri, A. (2018). Pertumbuhan dan
Ketergantungan Tanaman Angsana (Pterocarpus Indicus Willd.) dengan Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Glomus Spp. In Prosiding Seminar Nasional
Mikoriza (pp. 221-236).

Armini, N. W., Wirawan, I. G. P., & Wijaya, I. N. (2015). Identifikasi mikoriza


vesicular arbuskular (MVA) dari rhizosfer bawang merah (Allium cepa L.) dan
talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) serta perbanyakannya menggunakan
media zeolite. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 4(4), 324-332.

Brundrett, M. (2004). Diversity and classification of mycorrhizal associations.


Biological reviews, 79(3), 473-495.

Hartoyo, B., Ghulamahdi, M., Darusman, L. K., Aziz, S. A., & Mansur, I. (2011).
Arbuscular mycorrhizae fungi (AMF) diversity on asiatic pennywort Centella
asiatica (L.) Urban) rhizosphere. Jurnal Penelitian Tanaman Industri.

Hasanah, S. U., Husna, H., Tuheteru, F. D., Arif, A., Basrudin, B., & Nurdin, W. R.
(2018). Sporulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Lokal Asal Rizosfer Kayu Kuku
(Pericopsis Mooniana [Thw] Thw.) dengan Pemberian Takaran Terabuster
yang Berbeda. In Prosiding Seminar Nasional Mikoriza (pp. 191-206).

Hermawan, H., Muin, A. and Wulandari, R. (2015). Abundance of Arbuscular


Mycorrhizal Fungi (AMF) on Plants Eucalyptus (Eucalyptus pellita)Based on
Level Depth In Peatland. [online] 3(1), pp.124–132. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/10433-ID-kelimpahan-fungi-mikor
iza-arbuskula-fma-pada-tegakan-ekaliptus-eucalyptus-pellit.pdf.
Husna, F.D., Tuheteru, & Mahfudz. (2007). Aplikasi Mikoriza Untuk Memacu
Pertumbuhan Jati di Muna. J. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan, 5 (1) : 110-127.

Husna., R. S. W. Budi., Mansur, I dan Kusmana, C. (2015). Diversity of Arbuscular


Mychorrhizal Fungi in the Growth Habitat of Kayu Kuku (Pericopsis moonina
Thw.) In Southeast Sulawesi. Pakistan Journal of Biological Sciences. 18(1):
1–10.

Khairinal, W. Trisunaryanti. 2000. Dealuminasi Zeolit Alam Wonosari Dengan


Perlakuan asam dan Proses Hidrotermal. Prosiding Seminar Nasional Kimia
VIII. Yogyakarta

Koltai, H., dan Kapulnik, Y. (2010). Arbuscular Mychorrizas: Physiology and


Function. Springer. New York.

Rasyid A, Lapanjang MI, Barus HN. 2016. Kepadatan Dan Keragaman Fungi
Mikoriza Arbuskula Pada Pertanaman Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Agroland
23 (2) : 141 – 148.

Samsi, N., & Pata’dungan, Y. S. (2017). Isolasi dan identifikasi morfologi spora fungi
mikoriza arbuskula pada daerah perakaran beberapa tanaman hortikultura di
lahan pertanian Desa Sidera. AGROTEKBIS: E-JURNAL ILMU PERTANIAN,
5(2), 204-211.

Schüßler, A. dan Walker, C. (2010). The Glomeromycota. A Species List with New
Families and New Genera. Kew: The Royal Botanic Garden Kew. Botanische
taatssammlung Munich, and Oregon State University.

Siregar, N. N. (2017). Spora, FMA, kelapa sawit. JURNAL EDUCATION AND


DEVELOPMENT, 6(4), 31-31.

Syib’li. M. A. (2008). Jati Mikoriza, Sebuah Upaya Mengembalikan Eksistensi Hutan


dan Ekonomi Indonesia. Tersedia di http://-www.kabarindonesia.com. Diakses
pada Tanggal 13 Desember 2023.

Triwahyuningsih, C., Astanti, F. E., Diana, D. S., & Sari, D. N. (2018). Fungi
Mikoriza Arbuskula di Bawah Tegakan Jati. In Prosiding Seminar Nasional
Mikoriza (pp. 33-42).

VIII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai