Anda di halaman 1dari 26

Kamis , 31 Maret 2022

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ACARA 6

MORFOLOGI FUNGI

Disusun oleh:

Nama: Arbi Abdillah

NIM: 2104020010

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
ACARA 6

MORFOLOGI FUNGI

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui morfologi dari fungi.
2. Untuk mengetahui cara pengamatan fungi.
3. Untuk mengetahui metode pewarnaan fungi agar dapat diamati
morfologinya dengan mikroskop.

B. DASAR TEORI
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik yang memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Cendawan dapat lebih bertahan dalam
keadaan alam sekitar yang tidak menguntungkan dibanding dengan jasad-
jasad renik lainnya. Cendawan mampu memanfaatkan berbagai macam bahan
untuk gizinya. Sekalipun demikian, cendawan adalah heterotrof (Pelczar &
Chan, 1986).
Klasifikasi cendawan terutama didasarkan pada ciri spora seksual dan
tubuh yang ada selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Namun jika
tingkat seksual cendawan tidak diketahui maka klasifikasinya harus
menggunakan ciriciri lain diluar tingkat seksual. Ciri-ciri itu mencakup
morfologi spora aseksual dan miseliumnya. Oleh karena itu berdasarkan pada
ciri dan morfologi reproduksinya terdapat empat kelas cendawan sejati atau
berfilamen di dalam dunia fungi, yaitu Phycomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (Pelczar & Chan, 1986).
Khamir dan kapang adalah cendawan yang diamati dalam praktikum
ini. Khamir termasuk dalam kelas Ascomycetes, sedangkan kapang termasuk
ke dalam kelas Deuteromycetes. Perbedaan antara keduanya terletak pada
tingkat seksualnya. Khamir sudah diketahui tingkat seksualnya sehingga
disebut cendawan perfek/sempurna, sedangkan kapang belum diketahui
tingkat seksualnya sehingga disebut cendawan imperfek. Selama belum
diketahui tingkat seksualnya cendawan digolongkan pada kelas
Deuteromycetes (Pelczar & Chan, 1986).
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media padat yang sering
digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan jamur, yeast dan
kapang (Radji, 2011). Berdasarkan pernyataan Octavia & Wantini (2017),
PDA merupakan medium yang terbentuk dari berbagai komponen yaitu
kentang, asam tartarat, glukosa, dan agar.
. Yeast merupakan mikroorganisme golongan fungi yang berbentuk
uniseluler, bersifat eukariotik, dan hidup sebagai saprofit atau parasite. Bentuk
sel yeast bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder atau batang, segitiga
melengkung, berbentuk botol, bentuk apikulat atau lemon, membentuk
pseudomiselium.. Yeast dapat tumbuh dalam larutan yang pekat, misalnya
dalam larutan gula, garam, dan asam yang berlebih. Yeast cair mempunyai
sifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
kapang. Adanya sifat-sifat tahan terhadap stres lingkungan menjadikan sample
yeast cair dapat bertahan atau bersaing dengan mikroorganisme lain ( Satife et
all, 2012)
Khamir atau disebut yeast, merupakan jamur bersel satu yang
mikroskopik, tidak berflagela. Beberapa genera membentuk filamen
(pseudomiselium). Cara hidupnya sebagai saprofit dan parasit. Hidup di dalam
tanah atau debu di udara, tanah, daun-daun, nektar bunga, permukaan buah-
buahan, di tubuh serangga, dan cairan yang mengandung gula seperti sirup,
madu dan lainlain. Khamir berbentuk bulat (speroid), elips, batang atau
silindris, seperti buah jeruk, sosis, dan lain-lain. Bentuknya yang tetap dapat
digunakan untuk identifikasi. Khamir dapat dimasukkan ke dalam klas
Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes (Mayasari,2020)
Pengamatan mikroskopik khamir menggunakan metilen biru
bertujuan untuk membedakan antara sel khamir yang hidup dan yang mati
dengan cara masuk kedalam membran sel khamir. Hasil pengamatan
mikroskopik ini positif adanya khamir ditandai dengan sel berwarna biru.
(Suryaningsih, 2018)
Identifikasi kapang endofit dilakukan secara makroskopis dan
mikroskopis. Identifikasi makroskopis dilakukan dengan cara mengamati
bentuk morfologi koloni jamur serta kecepatan pertumbuhan koloni.
Sementara indentifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan cara
menggunakan pewarnaan dengan lactofenol cotton-blue(Taqwim,2007).
Morfologi fungi yang diamati harus dilakukan melalui peremajaan
pada cawan petri terlebih dahulu. Pengamatan morfologi fungi dilakukan
dengan beberapa tahapan kerja yang berbeda di antaranya Mengukur dan
mengamati laju pertumbuhan koloni fungi dan warna. Cara yang dilakukan
yaitu dengan menumbuhkan masing-masing isolat pada media PDA di cawan
petri, yang diinkubasi pada suhu kamar dan diletakkan di ruangan dengan
pencahayaan yang cukup. Diameter koloni yang terjadi diukur secara vertikal,
diagonal dan horizontal selama tujuh hari. Warna dan ada tidaknya aerial hifa
ditentukan pada hari ke tujuh (Santoso,2010)
Menurut Brundrett et al. (1996), berdasarkan kelompok cendawan
yang berperan, jenis host, dan perbedaan morfologi cendawannya, asosiasi
mikoriza dibagi menjadi lima jenis: mikoriza arbuskular (AM) yaitu
cendawan Zygomycota yang membentuk vesikula, arbuskula, dan hifa di
dalam korteks akar, ektomikoriza (ECM) yaitu cendawan Basidiomycota dan
kelompok cendawan lain yang membentuk mantel di sekitar akar serta
membentuk struktur Hartig net di antara sel akar, mikoriza anggrek yaitu
cendawan yang membentuk hifa coils di dalam akar (atau batang) tanaman
anggrek, mikoriza ericoid yaitu cendawan yang membentuk hifa coils di
bagian luar sel rambut akar tanaman dari ordo Ericales, serta asosiasi
ectendo-, arbutoid, dan monotropoid yanag mirip dengan ektomikoriza
namun berbeda dalam struktur anatominya. Berdasarkan lokasi infeksinya,
mikoriza secara umum juga dapat dibagi menjadi dua yaitu ektomikoriza dan
endomikoriza
jamur dapat didefinisikan sebagai organism eukariotik yang
mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan
benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan
miselium. Miselium merupakan masa benang yang cukup besar dibentuk dari
hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal
dengan melihat warna miseliumnya (Cambell, 2002).
Jamur mikroskopis biasanya terdapat dari golongan picomycetes,
ascomycetes (eumycetes) dan myxomycetes. Reproduksi pada jamur dapat
terjadi secara vegetative dan generative. Reproduksi secara vegetative dapat
terjadi dengan spora, tunas, konidia, dan frakmentasi. Reproduksi secara
generative dapat terjadi dengan konjugasi membentuk zygospora, askospora
dan basidiospora. Adapun habitat jamur adalah di tempat-tempat lembab,
tempat yang mengandung zat organic, tempat yang sedikit asam, dan tempat
yang cahaya mataharinya kurang.Tubuh buah dari jamur makroskopis adalah
memiliki bentuk dan warna yang mencolok seperti merah cerah, coklat cerah,
orange, puitih, kuning, krem bahkan hitam. Jamur makroskopis memiliki
criteria dapat dilihat dengan kasat mata (Gradstein,2003).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Morfologi koloni kapang
a. Alat
1)Hotplate
2)Cawan petri
3)Tabung reaksi
4)Gelas beaker
5)Rak tabung
6)Jarum ose
7)Bunsen
b. Bahan
1) Korek
2) Medium PDA padat
3) Aspergillus brasiliensis
4) Aquades
2. Pewarnaan kapang
a. Alat
1)Mikroskop
2)Penjepit tabung
3)Bunsen
4)Gelas objek dan gelas penutup
5)Jarum ose
b. Bahan
1) Lactophenol
2) Fusarium oxysporum
3) Aspergillus brasiliensis
4) Aquades

D. CARA KERJA
a. Morfologi koloni
1) Melipat kertas dan memasukannya kedalam gelas beaker
2) Memasukkan medium PDA ke gelas beaker yang sudah diberi kertas
kemudian diisi air sebanyak sedikit diatas medium PDA
3) Menyalakan hotplate dengan mengatur suhu 300 C dan meletakkan gelas
beaker diatas hotplate
4) Mengambil 2 cawan petri dan disterilkan
5) Menuangkan medium PDA yang sudah cair dan sudah disterilisasi kecawan
pertama dan kedua yang sudah disterilisasi
6) Mensterilkan tabung reaksi bakteri dan mensterilkan jarum ose sebelum
dipakai dan sesudah dipakai mengambil isolate bakteri
7) Meletakkan yeast di medium PDA yang sudah padat di kedua cawan secara
terbalik
8) Menutup cawan dengan plastik wrap

b. Pewarnaan kapang.
1) Mencuci gelas objek dengan aquades
2) Mengeringkan dengan tisu.
3) Menggenangi gelas objek dengan aquades Mensterilkan jarum ose dan
mensterilkan tabung reaksi fungi untuk mengambil isolate fungi
4) Meletakkan bakteri pada gelas objek
5) Memfiksasi isolate fungi yang terdapat pada gelas objek
6) Menggenangi gelas objek dengan lactophenol selama 30 detik
7) Mengaliri dengan aquades
8) Memfiksasi diatas api bunsen
9) Meletakkan gelas objek di mikroskop
10) Mengamati dengan mikroskon hingga terlihat pewarnaan kapangnya.
E. HASIL PENGAMATAN

1. Morfologi koloni kapang Aspergillus brasiliensis

No Gambar pengamatan bakteri Pengamatan D1 D2 Rata-r


hari ke ata

1. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 1 1,4 c 1,3 c 1,35 c


m m m

2. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 2 2,2 c 2,1 c 2,15 c


m m m
3. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 3 6,0 c 6,5 c 6,25 c
m m m

4. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 4 6,5 7,5 c 7 cm


cm m

5. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 5 8 cm 8,5 c 8,25 c


m m

6. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 6 9 cm 9 cm 9 cm


7. Cawan 1 Aspergillus brasiliensis 7 9 cm 9 cm 9 cm
2. Pewarnaan kapang

No Gambar Keterangan

1. Nama kapang : Aspergillus brasiliensis Bentuk : berbentuk bulat


hingga semi bulat

Warna : hitam kecoklata


n

1 2
1. Hifa
Perbesaran : lensa okuler x lensa objektif = 16 x
40 =640 x 2. Spora

2. Nama kapang : Fusarium oxysporum 1 2 Bentuk : tepi bergerigi, p


ermukaanya kasar, berse
kat dan bergelombang.
Warna : biru
Morfologi terdiri dari sek
umpulan
1. Mikronida
2. Makronida
3. Dinding sel
Perbesaran : lensa okuler x lensa objektif = 16 x
40 =640 x
F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini objek utama yang di amati merupakan bagian dari
jenis fungi. Fungi merupakan organisme heterotrof yang membutuhkan senyawa
organik untuk makanannya. Jamur dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan
yang kurang baik dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Jamur dapat
menggunakan berbagai jenis nutrisi. Namun, jamur adalah heterotrof (Pelczar &
Chan, 1986). Pengamatan yang dilakukan yaitu untuk mengamati morfologi
kolobi dari fungi dan pengamatan morfologi secara mikroskopis.

Pada praktikum pengamatan morfologi koloni menggunakan fungi jenis


Aspergillus brasiliensis dan Fusarium oxysporum. Langkah awal dalam
pengamatan morfologi koloni yeast yaitu dengan proses penanaman pada medium
PDA. Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media padat yang sering
digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan jamur, yeast dan
kapang (Radji, 2011). Fungi dapat dibiakkan pada media buatan dengan formulasi
nutrien tertentu sesuai dengan formulasi nutrien tertentu sesuai dengan sifat
fisiologinya. tujuan dari penanaman ini adalah agar yeast mampu tumbuh dan
dapat diamati pertumbuhannya. Pengmatan pertumbuhan dilakukan selama satu
minggu.

Pada hari pertama setelah penanaman yeast pertumbuhannya mulai terlihat


akan tetapi masih dalam koloni kecil, semakin bertambah hari pertumbuhan
koloni menjadi semakin banyak bahkan pada hari terahir pengamatan koloni yeast
sudah memenuhi dari cawan petri. Dari hasil pengamatan pengukuran panjang dan
lebar pertumbuhan yeast, dapat disimpulkan saat jumlah yeast semakin banyak
pertambahan panjang dan lebar pertumbuhan pun akan mengalami peningkatan
pertambah hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan pada hari berikutnya.

Pada praktikum kali inijuga dilakukan pengamatan morfologi


menggunakan mikroskop. Bentuk dan ciri pertumbuhan masing-masing jenis
fungi berbeda satu sama lain. Bentuk dan ciri-ciri morfologis, terutama struktur-
struktur yang berkaitan dengan reproduksi, yaitu spora aseksual dan seksual serta
tubuh-tubuh buahnya. Pengamatan terhadap morfologi fungi sangat diperlukan
dalam proses pengidentifikasian berbagai jenis fungi sehingga bisa
diklasifikasikan.

Pengamatan morfologi menggunakan mikroskop memerlukan bahan


tambahan berupa Lactophenol cotton blue. Lactophenol cotton blue adalah
campuran dari methyl blue, pewarnaan histologis, dan lactophenol. Ini digunakan
dalam preparat basah untuk visualisasi struktur jamur, terutama dalam mikologi
medis. Metil biru menodai dinding sel jamur dengan warna biru terang, sementara
laktofenol berperan sebagai zat penguning.

Pada pengamatan ini digunakan dua jenis yeast yaitu Aspergillus


brasiliensis dan Fusarium oxysporum. Dari hasil pengamatan menggunakan
mikroskop kedua jenis yeast ini memiliki struktur morfologi yang berbeda. Hal
yang paling jelas membedakan yaitu dari bentuknya, Aspergillus brasiliensis
memiliki bentuk bulat bulat dengan warna kecoklatan sedangkan Fusarium
oxysporum berbentuk seperti potongan benang berwarna biru. Struktur susunan
anatomi dari kedua jenis ini juga berbeda pada Aspergillus brasiliensis tersusun
atas hifa dan spora sedangkan pada pengamatan Fusarium oxysporum ditemukan
susunan struktur berupa dinding sel, mikronidia dan makronidia.

G. KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum diketahui jika morfologi dari fungi jenis Aspergillus
brasiliensis terdiri dari spora dan hifa .
2. Dari hasil praktikum diketahui jika morfologi dari fungi jenis Fusarium
oxysporum terdiri dari dinding sel, mikronidia dan makronidia.
3. Dari hasil praktikum diketahui jika bentuk dari Aspergillus brasiliensis adalah
bulat berwarna kecoklatan.
4. Dari hasil praktikum diketahui jika bentuk dari Fusarium oxysporum
memanjang seperti potongan benang.
5. Dari hasil praktikum diketahui jika struktur morfologi dari setiap yeast atau
fungi berbeda.
H. DAFTAR PUSTAKA
Brundrett M, Bougher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Canberra (AU): Pirie Printers.
Campbell. 2002. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
D. O. Satife, A. Rahmawati and M. Yazid. Potensi Sample yeast cair pada
Pengurangan Konsentrasi Uranium dalam Limbah Organik TBP-Kerosin
yang Mengandung Uranium. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pengelolaan Limbah IX. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. ISSN (2012) 1410-6086.
Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional
Training Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and
Lichens. Bogor. Indonesia.
Mayasari, U. (2020). Mikrobiologi.
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume 1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta:
UIPress. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Radji, M. (2011). Buku ajar mikrobiologi panduan mahaisiwa farmasi &
kedokteran. Penerbit Buku kedokteran EGC
Santoso, E., & Wahyudi, A. (2010). Identification the Potential Types of Fungi on
Establishment Agarwood Stem of Aquilaria spp. Jurnal Silvikultur
Tropika, 1(1).
Suryaningsih, V., Ferniah, R.S. dan Kusdiyantini, E. (2018)Karakteristik
Morfologi, Biokimia, dan Molekuler Isolat Khamir IK-2 Hasil Isolasi dari
Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.).Jurnal Biologi7(1): 18-25.
Taqwim SF. (2007).Uji Antimikroba dan UjiSitotoksisitas dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test Metabolit Sekunder Kapang Endofit Hasil Isolasi
dari Akar, Batang, dan Daun Tanaman Garcinia forbesii King. Skripsi
Departemen Farmasi UI. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI.
Octavia, A. & Wantini, S. (2017). Perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media alternatif dari
singkong (Manihot esculenta crantz). Jurnal Analis Kesehatan, 6(2), 625-
631
I. LAMPIRAN
No Gambar Keterangan

1. Menyiapkan medium
untuk di cairkan

2. Menyalakan dan
mencairkan medium
dengan hotplate
3. Seterilisasi meja

4. Seterilisasi tangan
5. Meja yang akan
digunakan

6. Sterilisasi alat
7. Memasukan medium ke
cawan petri

8. Inokulasi
9. Warp cawan petri

10 Cuci kaca preparat


11. Mengeringkan kaca
preparat

12. Genangi dengan aquades


13. Mengambil fungi

14. Fiksasi
15. Pengamatan dengan
mikroskop

16. Hasil morfologi fungi


17. Hasil praktikum
pewarnaan kapang

18. Hasil praktikum


pewarnaan kapang

Anda mungkin juga menyukai