Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nadia Septi

NIM : 1708104010050
Kelompok :1
Asisten : Mohammad Adzannie Bessania

Tanggal Praktikum : Jum’at, 11 Desember 2020


Judul Praktikum : Pengamatan Mikroskopis Fungi
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui bentuk tubuh fungi, melihat bentuk hifa
beberapa fungi, dan melihat bentuk spora beberapa fungi.

1. LATAR BELAKANG
Fungi atau jamur adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa
atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi
seksual atau aseksual (Ahmad, 2008). Dalam dunia kehidupan fungi merupakan
kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan
organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Jamur terbagi menjadi jamur
mikroskopis dan jamur makroskopis.
Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan jamur makroskopis jamur yang dapat dilihat
dengan kasat mata. Jamur mikroskopis diamati dengan dengan menggunakan
mikroskop. Pewarnaan dengan lactophenol cotton blue  juga berfungsi untuk
membantu mengamati struktur mikroskopis jamur. Pengamatan mikroskopis jamur
diperlukan untuk mengetahui warna hifa, diameter hifa, warna konidiofor, diameter
konidiofor, warna konidia dan diameter konidia (Fuadah et al., 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukanlah praktikum mikroskopis
jamur untuk mengetahui bentuk tubuh fungi, melihat bentuk hifa beberapa fungi, dan
melihat bentuk spora beberapa fungi.

2. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah preparat fungi.
3. CARA KERJA
Preparat fungi disediakan dan diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran terkecil, untuk melihat struktur fungi secara keseluruhan..

4. HASIL
Tabel hasil pengamatan mikroskopis fungi
No. Gambar Keterangan
1. Zygomycete: 1. Sporangium
Rhizopus 2. Spora
1 3. Sporangiofor

2 4. Rhizoid
5. Stolon

4 5

2. Ascomycete: 1. Konidiofor
Aspergillus 2. Vesikel
3. Spora/konidia

1
3. Basidiomycete: 1. Pileus
Amanita 2. Annulus
3. Gilis

1 4. Stipe

2
3

4. Deuteromycete: 1. Septa
Fusarium 2. Makrokonidium
3. Mikrokonidium
4 4. Hifa

5. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa fungi
dari spesies Rhizopus dan Aspergillus memiliki spora, sedangkan spesies jamur yang
memiliki hifa terdapat pada Fusarium. Hasil pengamatan secara mikroskopis dapat
dijadikans sebagai dasar dalam mengidentifikasi jamur. Menurut Novianti (2017),
identifikasi dapat dilakukan setelah melakukan hasil pengamatan dengan merujuk
pada buku panduan identifikasi Illustrated Genere of Imperfect Fungi fourthed.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, klasifikasi jamur dibagi menjadi
empat divisi yaitu zygomycota, ascomycota, basidiomycota, deuteromycota, dan
chytridiomycota. Jamur atau cendawan zygomycota adalah cendawan yang memiliki
ciri dinding sel jamur zygomycota tersusun atas kitin dan glukan seperti pada
anggota kingdom fungi lainnya, struktur hifa jamur zygomycota tidak memiliki
sekat. Menurut Dewi et al., (2014) Zygomycota memiliki 4 subfilum yaitu
Mocoromycotina, Zoopagomycotina, Entomorphthoromycotina, dan
Kickxellomycotina. Salah satu contoh fungi pada filum zygomycota adalah Rhizopus
stolonifer yang biasanya sering tumbuh pada roti. Pengamatan secara mikroskopis
dapat di lihat bahwa jamur Rhizopus stolonifer terdapat adanya sporangia yang bulat
bewarna hitam dan memiliki hifa yang tidak bersekat.
Ascomycota adalah jamur yang ciri khasnya berkembang biak dengan askus
yang terjadi pada reproduksi seksual dengan cara membentuk askospora. Kata askos
sendiri yaitu “kantong” jamur ini hifanya bersekat reproduksi seksual dan aseksual.
Aseksual dengan menghasilkan spora konidium yang terbentuk pada ujung hifa
khusus yang disebut konidiofor. Menurut Dewi et al., (2014) Ascomycota dibagi lagi
menjadi beberapa berdasarkan bentuk askus. Hemiascomycetes, Plectomycetes, dan
Pyrenomycetes. Salah satu contoh ascomycota adalah Aspergillus flavus. Jamur ini
memiliki struktur hifa tidak bersekat. Hal ini sesuai dengan Ayu (2019) yang
mengatakan bahwa, jamur Aspergillus flavus memiliki koloni halus pendek dan
tegak, memiliki hifa tidak bersekat dengan bentuk sporangium bulat.
Basidiomycota dapat dianggap sebagai kelanjutan dari Ascomycetes.
Menurut Hapsari et al., (2014) tubuh Basidiomycota terdiri atas hifa yang bersekat-
sekat dan berkelompok padat menjadi semacam jaringan, dan tubuh buah pada
Basidiomycota merupakan bentuk yang lebih menonjol dari pada tubuh buah pada
Ascomycotetes. Kebanyakan Basidiomycota adalah makroskopik, hanya sedikit yang
mikroskopik, miselium terdiri atas hifa dengan sel-sel yang berinti satu, hanya pada
tahap tertentu saja terdapat hifa yang berinti dua, pembiakan vegetatif dengan
konidia (oidia, artospora) tidak menonjol. Diantara Basidiomycota ada yang berguna
bagi manusia, yaitu karena sedap dimakan, tetapi banyak juga yang merugikan
manusia karena merusak tanaman piaraan dan kayu-kayu bangunan dan perabot
rumah tangga. Menurut Dewi et al., (2014) Basidiomycota dibagi menjadi 2
subkelas, yaitu Heterobasidiomycetidae (Hemibasidiomycetidae) dan
Homobasidiomycetidae (Holobasidiomycetidae). Salah satu contoh basidiomycota
adalah Amanita.
Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan
belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium
sehingga tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh
karena itu, jamur ini merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfekti). Ciri-
ciri umum dari jamur tidak sempurna adalah multiseluler, hifanya yang bersekat,
bereproduksi vegetatif dengan konidiospora, saprofit atau parasit, mikroskopis, hidup
di daratan dan tempat lembab.
Ciri khas yang dimiliki Chytridiomycota adalah terbentuknya sel-sel kembara
yang berflagel satu, polos dan berpangkal pada ujung belakang. Sel kembara dapat
berupa spora kembara (planospora) atau gamet kembara (planogamet). Selanjutnya
dapat dikemukakan, bahwa Chytridiomycota yang paling sederhana ialah bersel
tunggal dan holokarpik. Banyak Chytridiomycota adalah penghuni air, tetapi banyak
juga yang terdapat di darat. Karena jamurjamur ini kecil. Makanya pengamatannya
perlu dengan mikroskop. Mereka hidup sebagai saproba pada zat-zat organik yang
mati atau sebagaiparasit pada jaringan tumbuhan yang masih hidup. Menurut Dewi
et al., (2014) beberapa Chytridiomycota adalah parasit pada ganggang, dan beberapa
lagi pada tanaman budidaya, misalnya Synchytrium, Physoderma, Allomyces dan
Blactocladiell.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dalam praktikum ini adalah :
1. Bagian-bagian yang teramati pada pengamatan mikroskopis Rhizopus adalah
Sporangium, spora, sporangiosfor, rhizoid, dan stolon.
2. Bagian-bagian yang teramati pada pengamatan mikroskopis Aspergillus
adalah konidiofor, vesikel, dan konidia.
3. Bagian-bagian yang teramati pada pengamatan mikroskopis Amanita adalah
pileus, annulus, gilis, dan stipe.
4. Bagian-bagian yang teramati pada pengamatan mikroskopis Fusarium adalah
septa, makrokonidium, mikrokonidium, dan hifa.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. Z. (2008). Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan


kesehatan ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 1-9.
Ayu, D. L., Elfrida, & Indriyati. (2019). Identifikasi Jamur Pada Roti Yang Dijual Di
Kota Langsa Berdasarkan Lama Penyimpanan. Jurnal Jeumpa, 6, 245-256.
Dewi, N. M., Cholil, A., & Sulistyowati, L. (2014). Keanekaragaman Jamur
Makroskopis di Beberapa Habitat Kawasan Taman Nasional
Baluran. Alkauniyah : Jurnal Biologi, 2(1), 171-180.
Fuadah, C., Afandhi, A., & Hadiastono, T. (2017). Jamur Patogen Serangga Dari
Filoplan Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum Mill.) Dan Uji Virulensi
Terhadap Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal
Hama dan Penyakit Tumbuhan, 4(2), 69-76.
Hapsari, R. T. Y., Djauhari, S., & Cholil, A. (2014). Keanekaragaman jamur endofit
akar kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) pada lahan pertanian organik
dan konvensional. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 2(1), 1-10.
Novianti, D. (2018). Perbanyakan Jamur Trichoderma Sp. pada Beberapa
Media. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 15(1), 35-41.

Anda mungkin juga menyukai