Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Pengamatan koloni fungi berfilamen (mold)
Pada percobaan yang dilakukan didapat :
No. Nama Jamur Pengamatan Keterangan

Gambar:
1. sporangium
1. Rhizopus sp 2. sporangiospo
nes
3. sporangiofor

Gambar:
1. konidia
2. Penicillium sp
2. hyfa
3. konidiofor

Gambar:
1. konidia (kumpulan
spora)
2. stigma
Aspergillus
3. (penyangga konidia)
sp
3. konidiofor
(tungkai/hifa yang
berfungsi sebagai
penyangga konidia)
4.1.2 Pengamatan Jamur Saccharomyces cerevisiae

Keterangan :
1. Saccharomyces cerevisiae
2. Saccharomyces cerevisiae yang bertunas

4.2 Pembahasan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur
mikroskopis, serta untuk mengetahui perpedaan jamur uniseluler dan jamur
berfilamen.
Dari percobaan pertama adalah percobaan untuk mendapatkan
jamur berfilamen, yang dilakukan pada tiga sampel, dan di dapatkan tiga
jamur yang berbeda pula. Pada roti, terdapat jamur Penicillium sp. Pada
jagung didapatkan jamur Aspergillus sp. Dan pada tempe didapatkan jamur
Rhizopus sp. Jamur Rhizopus sp merupakan anggota jamur dari kelas
Zigomycotina, sedangkan Aspergillus sp dan Penicillium sp merupakan
anggota dari kelas Ascomicotyna.
Terdapat kemiripan dimana pada keduanya terdapat Hifa,
Konidiofor, dan Konidia. Bedanya adalah pada Penicillium sp. terdapat sekat-
sekat pada hifa atau Pada Penicillium sp, terdapat hifa, konidia dan
konidiofor. Pada Aspergillus sp, terdapat 4 bagian yaitu, hifa, Strigma, konida
dan konidiofor. Sedangkan pada Rhizopus sp, hanya terdapat 3 bagian, yaitu
sporangium, sporangifor, dan sporangiospora.
Kertas saring yang basah karena di beri aquades steril digunakan
dalam praktikum untuk membuat daerah di dalam cawan petri menjadi
lembab, yang merupakan faktor agar jamur bisa tumbuh dengan baik. Karena
jamur hidup di daerah yang lembab.
Aluminium foil yang digunakan dalam cawan petri berfungsi
sebagai penyangga objek glass. Aluminium foil di buat sedemikian rupa, agar
dapat menyangga objek glass supaya tidak langsung terkena dengan kertas
saring basah. Supaya jamur bisa hidup dan tumbuh dengan baik.
Saat percobaan spora jamur di letakkan pada keempat sisi media
SDA. Hal ini dikarenakan agar pertumbuhan pada jamur bisa menyebar. Agar
saat melakukan pengamatan jamur yang telah tumbuh dapat diambil dan bisa
diamati dengan mudah. Karena apabila di letakkan pada bagian tengah
media SDA, pertumbuhan jamur akan tertumpuk di bagian tengah dan akan
mempersulit saat pengamatan.
Media SDA adalah media padat yang digunakan untuk
menumbuhkan jamur. pHnya sekitar 5,6. pH ini sangat cocok untuk
pertumbuhan jamur karena jamur hanya bisa tumbuh pada keadaan asam.
Pada percobaan kedua digunakan ragi untuk mendapatkan jamur
Saccharomyces cerevisiae. Ragi atau istilah resminya adalah yeast
merupakan organisme bersel tunggal berjenis eukariotik. Berkembang biak
dengan membelah diri. Berbeda dengan bakteri, yeast memiliki ukuran sel
lebih besar (sekitar 10x), memiliki organ-organ, memiliki membran inti sel, dan
DNA terlokalisasi di dalam kromosom dalam inti sel. Ini menyebabkan yeast
bisa melakukan fungsi-fungsi sel yang berbeda-beda di tiap lokasi dalam
selnya. Singkatnya, sel yeast lebih mirip sel organisme tingkat tinggi seperti
hewan. Dengan kata lain, yeast secara evolusi lebih maju ketimbang bakteri
semacam E. coli. Jenis yeast yang paling populer adalah ragi roti
Saccharomyces cerevisiae.
Rhizopus memiliki bentuk dan struktur yang hampir sama dengan
Aspergilus namun pada rhizopus mesiliumnya terbagi atas stolon, yang
menghasilkan alat-alat serupa akar(Rhizoida) dan sporagiofor.
Pada biakan Saccharomycetes yang diamati dibawah mikroskop setelah
24 jam diinkubasi dengan perbesaran 10x10 tampak pertumbuhan koloni
yang banyak yang mengilingi media. Namun pada pengamatan ini juga
belum didapatkan bentuk fungi sacharomycetes yang jelas. Tetapi pada
pengamatan yang dilakukan setelah 48 jam pada objek gelas tampak bentuk
koloni yang berupa lingkaran-lingkaran yang berkumpul menjadi satu dan
menyebar disekitar media. Karena biakan kali ini berkembangbiak dengan
berkumpul membentuk kelompok-kelompok, membuat praktikkan tidak dapat
menyimpulkan bagian-bagian dari jamur sccharomycetes yang diamati dalam
mikroskop. Hal ini diperparah dengan tidak bisa digunakannya mikroskop
dengan memakai perbesaran yang tinggi sehingga lebih menyulitkan
praktikan dalam penentuan morfologi dari jamur tersebut.
Belum lagi akibat praktikan terlambat dalam melakukan
pengamatan, konidia yang terdapat pada jamur rontok, sehingga pengamatan
jamur yang dilakukuan kurang memuaskan karena praktikan tidak dapat
mengetahui bentuk dari masing- masing konidia jamur.

Anda mungkin juga menyukai