Anda di halaman 1dari 7

Identifikasi Jamur pada Beberapa Bumbu Dapur

Secara Makroskopis dan Mikroskopis

Ni Putu Rima Paramita


rimaparamita16@gmail.com
Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

ABSTRAK
Jamur merupakan organisme eukariotik yang mempunyai spora, berinti, tidak berklorofil, dan
berbentuk seperti benang dengan dinding sel yang tersusun oleh selulosa dan kitin. Jamur merupakan
mikroorganisme heterotrof yang bersifat saprofit atau parasit. Jamur memiliki struktur sel yang berbentuk
bola atau filamen disebut hifa. Hifa dibedakan atas dua yaitu hifa fertile yang membentuk sel reproduktif
dan tumbuh ke atas sebagai hifa udara serta hifa vegetatif yaitu hifa yang mencari makanan pada
substratnya. Pada kondisi tertentu, sifat jamur dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan berbagai
penyakit. Beberapa jamur yang mencemari bumbu dapur memiliki kemampuan dalam memproduksi racun
atau toxin yang dapat menimbulkan penyakit. Penelitian ini dilakukan pada sampel bawang putih, rimpang
kunyit, cabai, dan kemiri yang ditanam pada media (potato dextrose agar) serta diinkubasi selama tujuh hari.
Pengamatan jamur yang tumbuh pada masing-masing sampel dilakukan secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis dengan mengamati warna pada koloni dan warna balik koloni
sedangkan secara mikroskopik yang diamati berupa morfologi jamur dan jenis hifa menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Hasil pengamatan yang didapat pada sampel bawang putih, rimpang
kunyit, dan kemiri ditumbuhi jamur Aspergillus niger. Jamur pada sampel cabai yaitu Rhizopus stolonifera.
Berdasarkan hasil pengamatan disimpulkan bahwa dua jenis jamur secara mikroskopis yang ditemukan,
memiliki karakteristik yang berbeda baik secara makroskopis dan mikroskopis.

Kata kunci: Aspergillus niger, jamur, pengamatan makroskopis dan mikroskopis, Rhizopus stolonifera.

ABSTRACT
Fungi are eukaryotic organisms that have spores, nucleated, not chlorophyll, and are threadlike with cell walls
composed of cellulose and chitin. Fungi are heterotrophic microorganisms that are saprophytic or parasitic. Fungi have
a spherical or filamentous cell structured called hyphae. Hyphae are divided into two, which are fertile hyphae that
forming reproductive cells and growing upward air hyphae and vegetative hyphae, name hyphae that seek food into the
substrate. In some conditions, the nature of fungi can turn into pathogens and cause various diseases. Some fungi that
contaminate herbs can to produce toxins or poisons that can cause disease. This research was conducted on samples of
garlic, turmeric, chilies, and candlenut which were planted on medium (potato dextrose agar) and incubated for seven
days. Observation of fungi growing in each sample was carried out macroscopically and microscopically. Macroscopic
observations were made with colony color adjustment and colony reverses color, while microscopically observed were
fungi morphology and hyphae type using a microscope with a magnification of 10 x 40. The results obtained in samples
of garlic, turmeric, and candlenut were overgrown with Aspergillus niger. The fungus in the chili sample was Rhizopus
stolonifera. Based on the results of microscopic observations that two types of fungi that were found physically, have
different characteristics both macroscopically and microscopically.

Keywords: Aspergillus niger, fungi, macroscopic and microscopic observations, Rhizopus stolonifer

I. PENDAHULUAN selulosa dan kitin (Pawar dan Nasreen,


Jamur merupakan organisme eukariotik 2016). Jamur merupakan mikroorganisme
yang mempunyai spora, berinti, tidak heterotrof yang bersifat saprofit atau
berklorofi, dan berbentuk seperti benang parasit (Darwis et al., 2011). Heterotrof
dengan dinding sel yang tersusun atas adalah mahkluk hidup yang tidak dapat

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 25


membuat makanan mereka sendiri seperti dengan bentuk dan ukurannya uniseluler
tumbuhan dan ganggang. Jamur dan multiseluler (David, 2015).
menyerap nutrisi dari lingkungan di luar Kondisi tertentu, sifat jamur dapat
tubuhnya. Beberapa jamur melakukan hal berubah menjadi patogen dan
tersebut dengan mensekresikan enzim menyebabkan berbagai penyakit. Beberapa
hidrolitik ke lingkungan sekelilingnya. jamur yang mencemari bumbu dapur
Mekanisme kerja enzim tersebut memecah memiliki kemampuan dalam
molekul kompleks menjadi senyawa memproduksi racun atau toxin yang dapat
organik yang lebih kecil sehingga mudah menimbulkan penyakit (Amalia, 2013).
diserap oleh jamur (Campbell et al.,2011). Berbagai jenis bumbu dapur yang sudah
Jamur digolongkan menjadi 5 divisi ditumbuhi jamur umumnya akan busuk
yaitu Ascomycota, Basidiomycota, namun tidak basah (berlendir)
Critidiomycita, Zygomycota dan (Hendritomo, 2010). Sehingga perlu
Deuteromycota. Jamur biasanya hidup dilakukan pemeriksaan jamur terkait
pada tempat yang lembab, basah, pada dalam identifikasi dan determinasinya.
sampah, sisa-sisa organisme, atau di
dalam tubuh organisme lain dan dapat II. METODE PENELITIAN
juga hidup di lingkungan asam. Jamur Penelitian ini dilakukan di
adalah salah satu organisme yang Laboratorium Mikrobiologi, Program
memiliki struktur sel berbentuk bola atau Studi Biologi Fakultas Matematika dan
filamen yang disebut hifa (Pawar dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Nasreen, 2016). Udayana. Peralatan yang digunakan
Struktur pada tubuh jamur yang paling dalam penelitian ini adalah lampu bunsen,
umum yakni filamen multisel dan sel pisau, cawan petri, pinset dan jarum ose.
tunggal atau ragi. Beberapa spesies jamur Bahan yang digunakan dalam penelitian
dapat tumbuh membentuk filamen dan ini adalah sampel bawang putih, cabai,
ragi, tetapi bahkan lebih berkembang rimpang kunyit, dan kemiri methylene blue,
hanya sebagai filamen; relatif sedikit dan air steril.
spesies tumbuh hanya sebagai ragi. Tubuh Pertama disiapkan medium PDA (potato
jamur ini biasanya membentuk jaringan dextrose agar) yang diberi kloramfenikol
filamen kecil yang disebut hifa (Sadava, dalam cawan petri. Kemudian sampel
2011). Hifa merupakan suatu struktur bawang putih, cabai, rimpang kunyit, dan
benang – benang bercabang dan menyebar kemiri sehat dan berjamur dipotong
pada permukaan maupun di dalam sepanjang 1 cm. Sampel yang berjamur
substrat. Hifa dibedakan atas dua yaitu dimasukkan ke dalam cawan petri yang
hifa fertile yang membentuk sel berisi medium PDA (potato dextrose agar)
reproduktif dan pertumbuhan ke atas dan diberi penanda. Sampel yang sehat
sebagai hifa udara serta hifa vegetatif yaitu dibilas dengan air steril terlebih dahulu,
hifa yang mencari makanan ke dalam kemudian dimasukkan ke dalam cawan
substrat Reproduksi yang terjadi pada petri yang berisi medium PDA (potato
jamur dapat secara seksual dan aseksual dextrose agar) dan diberi penanda. Sampel
diinkubasi selama tujuh hari. Hifa jamur

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 26


yang tumbuh setelah inkubasi diambil pengamatan secara makroskopis dan
dengan jarum ose. Sampel hifa jamur yang mikroskopis.
telah diambil, diletakkan pada kaca objek
dan ditetesi methylene blue kemudian tutup III. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan kaca penutup. Diamati Berikut merupakan tabel hasil
sampel dibawah mikroskop dengan pengamatan identifikasi jamur pada
perbesaran 10 x 40 kemudian catat hasil masing-masing sampel uji.

Tabel 1. Hasil Pengamatan identifikasi jamur.

No Sampel Jenis Jamur Gambar Mikroskopis

1. Bawang putih Aspergillus niger Keterangan :


(Allium sativum) (a) Konidiospora; (b)
vesikel; (c) konidia.
c b

2. Rimpang kunyit Aspergillus niger b c Keterangan :


(Curcuma domestica) (a) Konidiospora; (b)
vesikel; (c) konidia.

3. Cabai (Capsicum Rhizopus stolonifer Keterangan :


c
frutescens) (a) Sporangium; (b)
a sporangiofor; (c)
rhizoid;
b

4. Kemiri (Aleurites Aspergillus niger Keterangan :


moluccanus) (a) Konidia; (b)
b vesikel; (c)
a
konidiospora (d) hifa.
c

kemiri serta digunakan PDA (potato


Penelitian ini dilakukan secara dextrose agar) sebagai media tanam. Potato
makroskopis dan mikroskopis terhadap Dextrose Agar adalah media kultur yang
empat sampel yang berbeda yaitu sampel memiliki formulasi yang sederhana
bawang putih, rimpang kunyit, cabai, dan sehingga paling sering digunakan dan
kemampuannya untuk mendukung

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 27


pertumbuhan miselium dari jamur.
Penambahan kloramfenikol pada media
potato dextrose agar bertujuan untuk
menekan pertumbuhan bakteri endofit
dan bakteri patogen yang kemungkinan
ikut tumbuh saat isolasi (Albert et al.,
2012). Pengamatan secara makroskopik
(a) sebelum (b) Setelah
dilakukan dengan mengamati warna pada diinkubasi diinkubasi
koloni, warna balik koloni dan garis radial
Gambar 3. Sampel Rimpang Kunyit
sedangkan secara mikroskopik yang
diamati adalah morfologi jamur dan jenis
hifa sehingga dapat teridentifikasi jenis
jamur. Warna koloni dari setiap spesies
bervariasi sesuai dengan warna pada sel,
konidia atau sporanya (Noverita, 2009).
Pengamatan di bawah mikroskop
(a) sebelum (b) Setelah
dilakukan dengan menggunakan methylen diinkubasi diinkubasi
blue yang berfungsi untuk memperjelas Gambar 4. Sampel Kemiri
bagian-bagian jamur dibawah mikroskop
Berdasarkan hasil pengamatan, jamur
dengan mewarnai kitin pada dinding sel
yang tumbuh pada sampel bawang putih
jamur (Haw et al., 2013).
yaitu Aspergillus niger. Secara
makroskopis, koloni jamur tersebut
berwarna hitam dan warna balik koloni
berwarna kehitaman karena dipenuhi
spora. (Irma, 2015). Pengamatan secara
mikroskopis menunjukan Aspergillus niger
karena jenis jamur yang teramati
(b) Setelah berfilamen, memiliki konidia, hifanya
(a) sebelum
diinkubasi diinkubasi bersepta dengan miseliumnya bercabang,
konidiofornya bersepta, dan memiliki
Gambar 1. Sampel Bawang Putih
vesikel (Irma, 2015). Aspergillus niger
secara umum ditemukan tumbuh berupa
saprofit pada kompos, daun mati, dan
vegetasi yang membusuk lainnya.
Sporanya tersebar luas serta sering
dikaitkan dengan tanah dan bahan organik
(Wulandari dkk, 2016).
(a) sebelum (b) Setelah
Sampel rimpang kunyit dan kemiri
diinkubasi diinkubasi
juga ditumbuhi jamur Aspergillus niger
Gambar 2. Sampel Cabai yang memiliki bentuk dan karakteristik
yang sama. Karakteristik jamur Aspergillus
niger dapat tumbuh dengan suhu optimum

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 28


35C-37C, bersifat aerobic atau dalam sporangium. Tonjolon ini disebut
memerlukan oksigen yang cukup (Abed et kolumela (Natawijaya dkk., 2015).
al., 2017). Aspergillus niger juga toleran
terhadap aktivitas air yang rendah, IV. KESIMPULAN
kelembaban relatif rendah dan mampu Pemeriksaan jamur bertujuan untuk
tumbuh pada substrat dengan potensial mengetahui jenis jamur yang menginfeksi
osmotis cukup tinggi, sehingga pada sampel dan karakteristik jamur secara
ketiga tumbuhan dapat tumbuh jamur makroskopik dan mikroskopik.
tersebut karena nutrisi yang memadai Berdasarkan hasil pengamatan
untuk tumbuhnya jamur (Ibrahim et al., disimpulkan bahwa dua jenis jamur secara
2014). Adanya jamur Aspergillus niger pada mikroskopis yang ditemukan, memiliki
manusia akan menyebabkan gejala sakit karakteristik yang berbeda baik secara
perut, muntah, kejang bahkan kematian makroskopis dan mikroskopis. Jamur yang
karena senyawa aflatoksin yang dihasilkan tumbuh pada sampel bawang putih,
(Edyansyah, 2013). rimpang kunyit, dan kemiri yaitu
Hasil pengamatan menunjukkan Aspergillus niger, jamur pada sampel cabai
bahwa jamur yang tumbuh pada sampel yaitu Rhizopus stolonifera. Jamur Aspergillus
cabai (Capsicum frutescens) adalah Rhizopus niger memiliki karakteristik koloni jamur
stolonifer dengan warna koloni putih pada berwarna hitam dan warna sebalik koloni
spora muda dan warna koloni hitam pada berwarna kehitaman karena dipenuhi
spora tua. Warna putih pada koloni spora. Jamur Rhizopus stolonifera memiliki
Rhizopus stolonifer disebabkan karena karakteristik dengan warna permukaan
terbentuknya padatan kompak berupa koloni putih dan koloni putih.
benang halus akibat adanya miselia jamur Pengamatan secara mikroskopis
yang tumbuh (Dewi dan Aziz, 2011). Hal Aspergillus niger memiliki konidia, hifanya
ini sesuai dengan ciri lain dari koloni bersepta dengan miseliumnya bercabang,
tersebut yaitu koloni tidak beraturan, konidiofornya bersepta, vesikel dan pada
permukaan berkapas, hifa tidak bersekat, ujungnya terdapat sterigma. Rhizopus
sporangiofor tidak bersekat dan stolonifer mempunyai hifa pendek
sporangium berbentuk bulat agak lonjong bercabang-cabang, sporangiofor, miselium
(Sastrahidayat, 2014). Jamur Rhizopus yang sering membentuk rhizoid, dan
stolonifer dapat merusak bahan organik kolumela.
melalui dekomposisi secara cepat.
Sporanya mudah berterbangan dan bisa DAFTAR PUSTAKA
terdapat di udara serta pertumbuhan cepat Abed, N. E., Salem, I. B., Khedher, M.B.,
pada suhu 20-30°C (Smith, 2007). Secara Hamdi, M.M., and M’Hamdi, N.B.
mikroskopis mempunyai hifa pendek 2017. Isolation and Identification of
bercabang-cabang, sporangiofor, miselium Fungal Communities in Organic and
yang sering tumbuh membentuk rhizoid. Conventional Soils. International
Sporangium pada hifa mendukungnya Journal of Current Microbiology and
terpisah oleh satu sekat, yang menonjol ke Applied Sciences.Vol.6(4): 1111-1123

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 29


Albert, S., B. Pandya and A. Pandhiar. Haw, B. P., I. Asma, O. Eugene, S.
2012. Evaluation of Colony Sasidharan. 2013. Phenotyping
Characteristics and Enzymatics Identification of Candida albicans for
Activity of Some Fungi for Potential the Production of In House Helicase
Use in Co-Culture for Bio Pulping. for Nucleic Acid-Based Detections for
Asian Journal of Biological and Life Fast Diagnosis. Research Journal of
Sciences 1(2): 83-89. Pharmaceutical, Biological and Chemical
Amalia, N. 2013. Identifikasi Jamur Sciences. 4(2):576-583.
Aspergillus flavus pada Kacang Tanah Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi
(Arachis hypogaea L.) yang Dijual di Berkhasiat Obat. Edisi I. Lily Publisher.
Pasar Kodim. Jurnal Analisis Kesehatan Yogyakarta.
Klinikal Sains 1(1): 1-10. Ibrahim, M., Shehu, K., Sambo, S., Tukur,
Campbell, N.A. dan Reece, J. B. 2011. U., Umar, I. A., dan Tafinta, I.Y. 2014.
Campbell Biology. Tenth Edition. Identification of Fungi Associated with
Boston: Benjamin Cummings/Pearson. Storage Rots of Irish Potato (Solanum
Darwis, W., A. R. Mantovani, Rochmah Tuberosum L.) Tubers in Sokoto
Supriyati. 2011. Determinasi Jamur Metropolis. Annals of Biological
Lycoperdales yang Terdapat di Desa Sciences.Vol.2(2):1-4.
Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Ilmiyah, Z., Tri Asri, M., Evie R., dan
Kabupaten Seluma Bengkulu. Jurnal Yunimar. 2015. Uji Antagonisme
Ilmiah Konservasi Hayati 7(1): 6-10. Jamur Endofit Tanaman Stroberi
David S. Hibbett. 2015. Comparative terhadap Alternaria alternata Jamur
Genomics of Early-Diverging Penyebab Bercak Daun (Leaf Spot)
Mushroom-Forming Fungi Provides pada Tanaman Stroberi Secara In Vitro.
Insights Into The Origins of Jurnal Ilmiah Biologi 4(1): 19-24.
Lignocellulose Decay Capabilities. Irma. 2015. Optimasi Media Pertumbuhan
Journal Oxford Mol Biol Evol 3(3): 28-42. Aspergillus Niger Dengan
Desy V. P., Gede R., Sri I. 2014. Menggunakan Tepung Singkong.
Identifikasi Aspergillus flavus Pada Biji Jurnal Ilmiah Universitas Islam Negeri
Kacang Tanah Busuk Atau Keriput Allaudin 1(1): 234-245.
Yang Dijual. Jurnal Klinika Laboratory Irdawati, D. Handayani dan V. Erda. 2013.
2(1): 45-62. Cendawan Kontaminan Kontaminan
Dewi, R. S. dan S. Aziz. 2011. Isolasi Pada Beberapa Jenis Sayuran Di Pasar
Rhizopus oligosporus pada Beberapa Raya Padang. Jurnal Eksakta. 1 (14) :
Inokulum Tempe di Kabupaten 116 – 124.
Banyumas. Molekul. 6(2): 93-104. Natawijaya, D., Adam S., dan Dwi
Edyansyah, E. 2013. Keberadaan Jamur Pangesti. 2015. Uji Kecepatan
Kontaminan Penyebab Mikotoksikosis Pertumbuhan Jamur Rhizopus stolonifer
pada Selai Kacang yang Dijual Di dan Aspergillus niger yang
Pasar Tradisional Kota Palembang Diinokulasikan pada Beberapa Jenis
Tahun 2013. Jurnal Agrisains. 4(7): 17- Buah Lokal. Jurnal Siliwangi 1(1): 32-40.
23

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 30


Noverita. 2009. Identifikasi Kapang dan Smith, S. N. 2007. An Overview of
Khamir Penyebab Penyakit Pada Ecologicl and Habitat Aspects in The
Manusia Pada Sumber Air Minum Genus Fusarium with Special
Penduduk Sungai Ciliwung dan Emphasis on The Soil-borne
Sumber Air Sekitarnya. Jurnal Ilmiah Pathogenic Form. Plant Pathol Journal
Penelitian 2(2):12-22. Biology. 2(7): 97-120.
Pawar, S. and S. Nasreen. 2016. Isolation Wulandari, D. E., Asrul, dan Irwan L..
and Identification of Some Pathogenic 2016. Seleksi Jamur Antagonis
Fungi from Different Infected Aspergillus niger Dari Beberapa Lahan
Vegetables. International Journal of Perkebunan Kakao Untuk
Innovative Research in Science, Mengendalikan Phytophthora palmivora.
Engineering and Technology 5(3):245- Jurnal Agroland. Vol.23(3):233-242
255.
Sadava, D.E. 2011. Life : the science of
biology. Gordonsville : W.H. Freeman
& Co.
Sastrahidayat, I. R. 2014. Penyakit Tanaman
Buah- Buahan. UB Press. Malang.

Jurnal Bioshell, Vol.10, No.1 Page 31

Anda mungkin juga menyukai