Oleh:
INDAH IRAWATI
NIM RPL 1913453113
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
imunoserologi. Laporan Praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Imunoserologi” sebagai salah satu acuan dan pedoman bagi pembaca. Harapan
penulis adalah semoga laporan praktikum ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan praktikum ini
masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu, penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan praktikum ini. Semoga laporan praktikum imunoserologi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Indah Irawati
2
PENDAHULUAN
IMUNOSEROLOGI
Dasar Teori :
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Sistem ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner merupakan
sistem yang paling penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran transfusi,
antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A dan
anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak di
kromosom 9.
Pada tahun 1900, seorang dokter kelahiran Wina (Austria) bernama Karl
Landsteiner membedakan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu golongan
darah A, golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O.
Penggolongan darah ini dikenal dengan sistem penggolongan darah ABO dan
rhesus factor (RH). Pembagian golongan darah ABO berdasarkan perbedaan
aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) pada membran permukaan sel darah
merah.
Aglutinogen merupakan polisakarida yang tidak hanya terdapat pada sel
darah merah tetapi juga terdapat pada kelenjar ludah, hati, ginjal, paruparu, testis
dan semen. Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak
sama sekali pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A,
4
Interprestasi Hasil :
Positif (+) : Terbentuk Aglutinasi
Negatif (-) : Tidak terbentuk Aglutinasi
Hasil Pemeriksaan :
Kesimpulan :
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Melisa,
Tn. Hartono, Sdr. Adrian, dan Nn. Amelda didapatkan terjadi aglutinasi pada
antisera A, antisera AB dan antisera D (RH) maka hasil golongan darah adalah A
dengan Rhesus positif ( A/+ ).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Tn. Supriyadi
dan Ny.Siti N tidak terjadi aglutinasi pada antisera A,B,AB dan terjadi aglutinasi
7
pada antisera D (RH) maka hasil golongan darah adalah O dengan Rhesus positif
(O/+).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Yeni H.
didapatkan terjadi aglutinasi pada antisera B, antisera AB dan antisera D (RH)
maka hasil golongan darah adalah B dengan Rhesus positif ( B/+ ).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Sri Utami
didapatkan terjadi aglutinasi pada antisera A, Antisera B, antisera AB dan antisera
D (RH) maka hasil golongan darah adalah AB dengan Rhesus positif( AB/+).
Mengetahui
Penanggung jawab
(Indah Irawati)
Prinsip : HbsaAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal gold
konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran
area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi
membentuk garis berwarna merah muda keunguan yang menunjukkan
hasil positif.
campuran partikel berbentuk bola dan tubular (Virus Like Particle) ke dalam
darah. Dengan demikian, pada serum pasien yang terinfeksi HBV ditemukan virus
utuh tetapi ada juga partikel bola kosong dan partikel tubular yang terdiri dari
protein permukaan. Kehadiran HBsAg dalam serum atau plasma mengindikasikan
adanya infeksi aktif dari Hepatitis B, bisa infeksi akut ataupun kronik. Pada
infeksi Hepatitis B, HBsAg akan terdeteksi pada 2 sampai 4 minggu sebelum
tingkat ALT menjadi abnormal dan 3 sampai 5 minggu sebelum timbul gejala
klinis. HBsAg memiliki 4 subtipe, yaitu adw, ayw, adr, ayr. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan
pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg
positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa
(carrier).Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan
hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Tes HBsAg merupakan pemeriksaan imunologi yang ditingkatkan
sensitifitasnya dengan penggunaan koloid emas untuk mendeteksi Hepatitis B
surface antigen dalam serum atau plasma manusia. Sampel awalnya bereaksi
dengan konjugat berupa pasangan koloid emas dan antibodi monoklonal (anti-
HBsAg) yang terdapat pada bantalan sampel. Campuran tersebut kemudian
bermigrasi di sepanjang membran dengan daya kapiler kemudian bereaksi dengan
anti-HBsAg pada daerah tes. Jika sampel mengandung HBsAg maka terbentuk
garis di membran pada daerah tersebut. Jika antigen HBsAg tidak ada dalam
sampel maka tidak akan terbentuk garis dan menandakan bahwa hasilnya negatif.
Campuran selanjutnya terus mengalir menuju daerah kontrol pada membran, pada
daerah ini campuran akan membentuk garis sebagai tanda bahwa hasil
pengujiannya bersifat valid (layak dipercaya). Hasil dinyatakan positif jika terlihat
adanya dua garis merah. satu garis pada daerah tes (T) dan satu garis pada daerah
kontrol (C). Hasil dinyatakan negatif jika tidak terlihatnya garis merah pada
daerah T. Hasil dinyatakan invalid apabila tidak terlihat adanya garis merah pada
daerah C.
Tes ini boleh menggunakan serum atau plasma, antikoagulan tidak
mengganggu tes ini. Segera pindahkan serum atau plasma dari bekuan untuk
menghindari terjadinya hemolisis. Sampel yang hemolisis atau mengandung
10
lemak yang tebal tidak cocok digunakan pada tes ini. Sampel yang mengandung
partikel (keruh) bisa memberikan hasil inkonsisten sehingga harus dijernihkan
sebelum pengujian. Serum atau plasma boleh disimpan pada suhu 2- 8oC selama 3
hari, bila dibekukan pada suhu -20oC masa simpan bisa lebih lama, namun harus
dihindari proses thaw and freeze pada sampel lebih dari tiga kali. Bila akan
menambahkan pengawet boleh digunakan Sodium Azide 0,1% tanpa
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Alat dan bahan :
Alat –alat
1. KIT SD HBsAg 5. APD
2. Mikropipet 100 µL 6. Jarum spuit
3. Tabung K3/K3 EDTA 7. Kapas alkhohol
4. Sentrifuge 8. Torniquet
Bahan pemeriksaan : Sampel darah
(catatan: dapat menggunakan serum atau plasma atau whole blood )
Prosedur kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,diletakan pada suhu
ruang.
2. Dilakukan pengambilan sampel.
3. Dimasukan darah kedalam tabung EDTA.
4. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Pipet Sampel 100 µL dengan menggunakan mikropipet lalu teteskan
pada sumur cassete rapid yang bertanda S, biarkan selama 20 menit.
6. Diamati hasilnya, hasil tidak boleh dibaca lebih dari 20 menit
.
Intrepretasi hasil :
Positif (+) : Timbul garis merah pada daerah control dan garis merah
yangnyata di daerah test ,hasil positif menyatakan adanya antigen HBsAg.
Negatif (-) : Timbul garis merah pada bagian control dan tidak ada garis
merah di daerah test
11
Invalid : Sama sekali tidak muncul warna merah baik pada daerah test
maupun control ,merupakan adanya indikasi adanya kesalahan
proseduratau reagen test yang rusak.
Hasil Pemeriksaan :
Dari Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny.Maryati,
Ny. Purwati, Ny. Ari Tamala, dan Ny. Yulita L. didapatkan hasil test dengan
munculnya garis berwarna merah/ungu pada garis kontrol (C) saja, sehingga dapat
disimpulkan hasil pemeriksaan HbsAg adalah Negatif (-).
Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung
( Indah Irawati )
12
HCG ada pada saat itu. Sampel urin dapat dikumpulkan dalam wadah plastik atau
kaca kontainer yang bersih dan kering. Jika sampel tidak dapat segera diuji maka
dapat disimpan pada 2-8°C hingga 48 jam sebelum pengujian. Sampel harus
disesuaikan dengan suhu kamar sebelum pengujian. Selan urin, keberadaan HCG
dapat dideteksi melalui serum atau plasma. Untuk sampel serum, darah
dikumpulkan dalam tabung tanpa antikoagulan sedangkan untuk sampel plasma,
darah dikumpulkan dalam tabung yang berisi antikoagulan. Pengujian harus
dilakukan segera setelah sampel telah dikumpulkan. Jangan biarkan sampel pada
suhu kamar selama periode berkepanjangan.
Keberadaan HCG dalam urin atau serum dapat dideteksi dengan berbagai
jenis immunoassay seperti aglutinasi dan imunokromatografi. Imunokromatografi
menyediakan tes kualitatif yang lebih sederhana untuk dilakukan. Pada bantalan
perangkat tes imukromatografi berisi antibodi monoklonal anti-beta-HCG yang
telah dikonjugasikan dengan koloid emas. Membran daerah tes (T) dilapisi
antibodi monoklonal anti-alpha-HCG sedangkan membran daerah kontrol (C)
dilapisi IgG anti-goat. Ketika bantalan penyerap direndam dengan urin, urin akan
bermigrasi melalui kapiler menuju daerah T dan C. Jika HCG hadir dalam urin
maka akan bereaksi dengan antibodi anti-beta-HCG yang terkonjugasi koloid
emas. Kompleks imun tersebut akan bergerak dan ditangkap oleh antibodi anti-
alpha-HCG untuk membentuk garis berwarna di daerah T.
Garis kontrol tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya HCG dalam
sampel. Garis pada kontrol harus hadir di semua reaksi. Tidak adanya garis
berwarna pada daerah kontrol merupakan indikasi dari hasil yang tidak valid.
Batas deteksi untuk HCG adalah 20 mIU/ml. Sampel urin yang mengandung HCG
sama atau lebih besar dari 20 mIU/ml akan menginduksi tes positif. Sampel yang
mengandung HCG kurang dari 20 mIU/ml juga dapat menghasilkan garis positif
yang sangat samar.
Alat – alat dan bahan :
Alat- alat
1. Striptest uji kehamilan
2. Wadah urine
3. APD
14
Bahan : Urine
Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Buka kemasan dan keluarkan strip untuk menguji
3. Celupkan strip pada bagian yang putih ke dalam sampel urine hingga batas
tulisan Max kedalam urine selama 5 detik,angkat dan letakkan pada bidang
datar
4. Tunggu 1 sampai 3 menit dan bacalah hasilnya
Interprestasi Hasil :
Hasil Pemeriksaaan :
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Ny. Yani, Ny. Siti Aisyah,
dan Ny. Dwi Yeni, pada strip test uji kehamilan didapatkan adanya garis merah
pada control saja, sehingga hasilnya Negatif.
Pada pasien Ny. Ida dan Ny. Misnawati, Ny. Leni A., pada strip test uji kehamilan
didapatkan adanya garis merah pada control dan test, sehingga hasilnya Positif.
Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung
( Indah Irawati )
16
Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi bakteri
dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan
selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini
digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada
suhu 85–100°C.
Prinsip pemeriksaan widal adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspensi antigen S. typhi. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Dengan cara
mengencerkan serum, maka titer antibodi dalam serum dapat ditentukan.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan
titer antibodi dalam serum. Hasil false negative (negatif palsu) dapat ditemui pada
tahap awal penyakit sama seperti pada kasus immunounresponsiveness dan
pengobatan dengan antibiotik. Hasil negatif palsu pada antigen O juga dapat
ditemui pada pasien tifoid yang telah menggunakan antibiotik kloramfenikol.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifitas yang agak
rendah dan kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak
faktor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H
bahkan mungkin dijumpai dengan titer yang lebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alasan
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). Titer 1/160 :
masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada,
maka dinyatakan (+).
18
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.
Alat- alat dan Bahan :
Alat – Alat :
1. Batang pengaduk
2. Mikropipet (40ul, 20ul, 10ul, 5ul)
3. Tabung sentrifuge
4. Tip kuning
5. Sentrifuge
6. Slide Widal
7. Rotator
8. APD
Bahan : Reagen widal (Salmonella H, AH, BH, CH dan Salmonella O, AO, BO
dan CO)
Prosedur Kerja :
Pemeriksaan Kualitatif :
1. Disiapkan slide yang kering dan bersih dengan 8 lingkaran.
2. Disiapkan reagen WIDAL dan sampel dalam suhu ruang dan reagen
dihomogenkan hingga terlarut sempurna.
3. Diteteskan sampel sebanyak 20 μl pada 8 lingkaran papan aglutinasi
(kode O, AO, BO, CO, H, AH, BH, dan CH).
4. Diteteskan reagen WIDAL kode O, AO, BO, CO, H, AH, BH, dan CH
masing- masing 1 tetes pada papan aglutinasi yang telah ditetesi sampel
(ujung pipet reagen tidak boleh menyentuh kontrol maupun sampel)
5. Dihomogenkan menggunakan ujung pipet (ujung pipet yang digunakan
untuk menghomogenkan tiap kontrol dan sampel harus berbeda)
6. Dirotasi atau di goyangkan pada Rotator 100 rpm selama 2 menit.
7. Dicatat dan laporkan hasil.
Catatan :
Bila hasil memberikan hasil positif dilanjutkan dengan pemeriksaan semi
kuantitatif metode slide, pemeriksaan tidak boleh dilakukan dengan
19
waktu lebih dari 2 menit, karena apabila lebih dapat menimbulkan hasil
positif palsu.
Pemeriksaan Semi Kuantitatif :
1. Disiapkan reagen WIDAL dan sampel dalam suhu ruang dan reagen
dihomogenkan hingga terlarut sempurna.
2. Dilakukan pengenceran sampel yaitu dipipet sampel pasien dengan
menggunakan mikropipet masing-masing 80nl, 40nl, 20 nl, 10 nl, 5nl
3. Diteteskan 1 tetes reagen WIDAL yang menunjukkan hasil positif pada
uji kualitatif.
4. Dihomogenkan menggunakan ujung pipet (ujung pipet yang digunakan
untuk menghomogenkan tiap kontrol dan sampel harus berbeda)
5. Rotator selama 2 menit
6. Dibaca hasil, dimati ada tidaknya aglutinasi, dan dilihat pengenceran
tertinggi yang masih terjadi aglutinasi.
Tabel pengenceran sampel:
Jumlah serum Titer Antibodi
80 ul 1/20
40 ul 1/40
20 ul 1/80
10 ul 1/160
5 ul 1/320
Interprestasi Hasil :
Positif (+) Jika terjadi aglutinasi dan ditulis titer yang terbentuk.
Negatif (-) Jika tidak terjadi aglutinasi.
S. Parathypi CH : (-)
5. 19 Maret 2020 Tn. Tukidal 52 th S.Thypi O : (-)
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : (-)
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
6. 21 Maret 2020 Sdr. 20 th S.Thypi O : (-)
Maksum Jai S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/160
S. Parathypi CO : 1/160
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
7. 23 Maret 2020 Tn. Jauhari 40 th S.Thypi O : (-)
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : 1/160
8. 26 Maret 2020 An. Soni 15 th S.Thypi O : 1/320
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
22
S. Parathypi CH : 1/320
9. 26 Maret 2020 Tn. Suyanto 43 th S.Thypi O : 1/320
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : (-)
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : 1/320
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
7.
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil:
1) Pada sampel darah Tn. Sugeng Riadi diperoleh kesimpulan bahwa sampel
pasien berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan CH.
Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi
pada S.Parathypi BO 1/320 dan S. Parathypi CH : 1/80.
2) Pada sampel darah An. Rafif diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil negatif sehingga tidak dilanjutkan
dengan pemeriksaan semi kuantitatif.
3) Pada sampel darah Nn. Aminatul diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, OC, H, BH,
dan CH. Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer
tertinggi pada S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/320, S.Parathypi CO 1/320,
S.Thypi H 1/320, S.Parathypi BH 1/320, dan S.Parathypi CH 1/320.
4) Pada sampel darah Nn. Tri Ayu diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, dan H. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/160, dan S.Thypi H 1/320.
23
5) Pada sampel darah Tn. Tukidal diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil negatif sehingga tidak dilanjutkan
dengan pemeriksaan semi kuantitatif.
6) Pada sampel darah Sdr. Maksum Jai diperoleh kesimpulan bahwa sampel
pasien berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan OC.
Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi
pada S.Parathypi BO 1/160 dan S.Parathypi CO 1/160.
7) Pada sampel darah Tn. Jauhari diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan CH. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Parathypi BO 1/320 dan S.Parathypi CH 1/160.
8) Pada sampel darah An. Soni diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, dan CH. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/320, dan S.Parathypi CH 1/320.
9) Pada sampel darah Tn. Suyanto diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O dan H. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320 dan S.Thypi H 1/320.
Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung
( Indah Irawati )
disimpan pada 2-8°C selama 3 hari. Untuk darah jari, bersihkan area yang akan
ditusuk dengan kapas beralkohol dan biarkan kering secara menyeluruh. Jari
ditusuk dengan lancet steril. Darah sebanyak 20 ml segera dimasukkan ke sumur
sampel. Jika sampel berupa serum atau plasma maka harus ditampung dalam
tempat bersih tanpa antikoagulan.
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diletakkan pada suhu
ruang.
2. Dipipet serum/plasma/spesimen darah vena menggunakan mikropipet
10ul dan diteteskan pada sumur cassete test.
3. Tambahkan 3 tetes Buffer ke sumur cassete tadi.
4. Didiamkan selama 5 menit dan langsung diamati timbulnya garis merah
pada control dan test.
5. Jangan dibaca lebih dari 20 menit.
Interprestasi Hasil :
Positif (+) Jika timbul garis merah pada control dan test.
Negatif (-) Jika timbul garis merah pada control.
Invalid jika tidak timbul garis merah pada control dan test atau hanya
timbul garis merah pada test saja.
Hasil Pemeriksaan :
27
Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama
Ny. Indah Mei pada strip Sifilis hanya timbul garis merah pada test
maka hasil pemeriksaan Sifilis Negatif.
Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung
( Indah Irawati )
Dasar Teori :
Prosedur Kerja :
1. Dikeluarkan tes kit dari kantong foil, ditempatkan pada permukaan yang
rata dan kering.
31
Interprestasi Hasil :
Hasil Pemeriksaan :
32
Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung
( Indah Irawati )