Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

DOSEN PENGAMPU: MISBAHUL HUDA, S.Si. M.Kes

Oleh:
INDAH IRAWATI
NIM RPL 1913453113

KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG


POLTEKKES PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III RPL
TAHUN 2020
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
imunoserologi. Laporan Praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Imunoserologi” sebagai salah satu acuan dan pedoman bagi pembaca. Harapan
penulis adalah semoga laporan praktikum ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan praktikum ini
masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu, penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan praktikum ini. Semoga laporan praktikum imunoserologi
ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Indah Irawati
2

PENDAHULUAN
IMUNOSEROLOGI

Imunoserologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berfokus pada


proses identifikasi akan antibodi, yakni protein yang pembuatannya adalah dari sel
darah putih yang bereaksi terhadap antigen. Antigen ini diketahui pula sebagai
sebuah jenis protein asing pada tubuh manusia. Jika melihat dari nama bidang
ilmu ini, tentu sudah dapat ditebak juga bahwa fokusnya adalah lebih kepada
sistem kekebalan tubuh.
Investigasi yang berkaitan erat dengan sistem daya tahan tubuh juga
termasuk di dalam imunoserologi ini. Jenis penyakit autoimun pun menjadi salah
satu yang perlu diinvestigasi pada bidang ilmu ini. Penyakit autoimun merupakan
jenis kondisi di mana sistem daya tahan tubuh dapat berubah dan justru
melakukan perlawanan terhadap jaringan tubuh sendiri.
Tak hanya itu saja, imunoserologi juga adalah bidang ilmu kesehatan yang
juga berfokus pada kelainan imunodefisiensi dan kelainan autoimun. Kondisi
kelainan imunodefisiensi ini adalah ketika sistem daya tahan tubuh dinyatakan
tidak atau kurang aktif. Jadi, segala hal yang berhubungan dengan kondisi
imunitas tubuh seseorang, maka imunoserologi yang dapat menangani.
Imunoserologi juga diketahui sebagai sebuah bidang ilmu kedokteran yang
mempelajari akan kecocokan antara organ satu dan organ lain untuk prosedur
transplantasi.
Ada beberapa metode pemeriksaan imunserologi, antara lain:
1. Metode Aglutinasi: Pemeriksaan widal, C-reactive protein (CRP),
VDRL/TPHA, antistreptolysin-O (ASO), Rheumatoid Arthritic Factor
(RAF)
2. Metode ELISA: Hepatitis Marker, Tumor Marker, Endokrin Marker, Anti-
HIV
3. Metode Imunokromatografi : Hepatitis Marker, Dengue marker, Anti-HIV
3

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

Materi :PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Metode :Aglutinasi Direct dengan slide

Tujuan :Untuk mengetahui golongan darah dan rhesus seseorang

Prinsip :Terjadi reaksi antigen dan antibody yang membentuk aglutinasi,


Antigen yang terletak pada permukaan sel eritrosit akan bereaksi
dengan antibody yang terdapat pada antisera akan membentuk
aglutinasi langsung yang dapat dilihat secara makroskopis.

Dasar Teori :
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Sistem ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner merupakan
sistem yang paling penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran transfusi,
antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A dan
anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak di
kromosom 9.
Pada tahun 1900, seorang dokter kelahiran Wina (Austria) bernama Karl
Landsteiner membedakan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu golongan
darah A, golongan darah B, golongan darah AB dan golongan darah O.
Penggolongan darah ini dikenal dengan sistem penggolongan darah ABO dan
rhesus factor (RH). Pembagian golongan darah ABO berdasarkan perbedaan
aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) pada membran permukaan sel darah
merah.
Aglutinogen merupakan polisakarida yang tidak hanya terdapat pada sel
darah merah tetapi juga terdapat pada kelenjar ludah, hati, ginjal, paruparu, testis
dan semen. Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak
sama sekali pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A,
4

golongan B memiliki antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B,


sementara golongan O tidak mengandung antigen.
Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang
terdapat pada pernukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti
terhadap antigen tersebut disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan
menghancurkan antigen yang bersangkutan disebut aglutinin dalam serum, suatu
antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibody yang
terkandungbdalam darahnya,sebagai berikut :

1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan


antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibody
terhadap antigen B serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan
darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antobodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-
negatif.
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody trhadap antigen A
maupun B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesame,AB-positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,tapi
memproduksi antobodi terhadap antigen Adan B. Sehingga orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesame O-negatif
5

5. Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan


pengujian yang menggunakan serum yang menggunakan aglutinin, dimana
bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau
penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A.
Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila
tidak mengalami aglutinasi berarti tidak mengandung antigen A
kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O.
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi maka
darah orang tersebut mengandung antigen B berarti kemungkinan orang
tersebut bergolongan darah B atau AB, Bila tidak mengalami aglutinasi
kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a
maupun b tidak mengalami aglutinasi kemungkinan darahnya adalah O.

Alat dan Bahan :


Alat – alat :
1. Kartu Golongan darah
2. Batang pengaduk
3. Lancet dan Autoclik
4. Alkohol Swab
5. Tissue
6. APD
Bahan :
1. Reagen Antisera A
2. Reagen Antisera B
3. Reagen Antisera AB
4. Reagen antisera D/Rhesus
Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan pengambilan darah kapiler
3. Teteskan 1 tetes darah masing – masing pada kolom A,B,AB dan D
4. Teteskan 1 tetes antisera A pada kolom A,antisera B pada kolom
B,antisera Ab pada kolom AB dan antisera D pada kolom Rhesus
5. Homogenkan lalu goyangkan selama 2 menit
6

6. Baca hasilnya dengan mengamati ada tidaknya aglutinasi

Interprestasi Hasil :
 Positif (+) : Terbentuk Aglutinasi
 Negatif (-) : Tidak terbentuk Aglutinasi

Golongan Jenis Serum


Darah Anti-A Anti-B Anti-AB
A + - +
B - + +
AB + + +
O - - -

Hasil Pemeriksaan :

No Tanggal Nama Pasien Umur Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan
1. 9 Maret 2020 Ny. Melisa 30 th A/RH(+)
2. 14 Maret 2020 Tn. Supriyadi 54 th O /RH(+)
3. 16 Maret 2020 Ny. Siti N. 46 th O/RH(+)
4. 17 Maret 2020 Tn. Hartono 40 th A/RH (+)
5. 18 Maret 2020 Sdr. Adrian 19 th A/RH(+)
6. 23 Maret 2020 Ny. Yeni H. 32 th B/RH(+)
7. 24 Maret 2020 Ny. Sri Utami 21 th AB/RH(+)
8. 27 Maret 2020 Nn. Amelda 18 th A/RH(+)

Kesimpulan :
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Melisa,
Tn. Hartono, Sdr. Adrian, dan Nn. Amelda didapatkan terjadi aglutinasi pada
antisera A, antisera AB dan antisera D (RH) maka hasil golongan darah adalah A
dengan Rhesus positif ( A/+ ).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Tn. Supriyadi
dan Ny.Siti N tidak terjadi aglutinasi pada antisera A,B,AB dan terjadi aglutinasi
7

pada antisera D (RH) maka hasil golongan darah adalah O dengan Rhesus positif
(O/+).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Yeni H.
didapatkan terjadi aglutinasi pada antisera B, antisera AB dan antisera D (RH)
maka hasil golongan darah adalah B dengan Rhesus positif ( B/+ ).
>Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny. Sri Utami
didapatkan terjadi aglutinasi pada antisera A, Antisera B, antisera AB dan antisera
D (RH) maka hasil golongan darah adalah AB dengan Rhesus positif( AB/+).

Mengetahui

Penanggung jawab

Laboratorium PKM Bandar Agung

(Indah Irawati)

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI


8

Materi : PEMERIKSAAN HBsAg

Metode : Rapid Test

Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum penderita

Prinsip : HbsaAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal gold
konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran
area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi
membentuk garis berwarna merah muda keunguan yang menunjukkan
hasil positif.

Dasar  Teori   :  

Hepatitis adalah penyakit sistemik yang diawali dari hati. Hepatitis B


adalah peradangan hati yang terjadi karena adanya infeksi dari Virus Hepatitis B
(HBV). Hepatitis B umumnya menular dari ibu ke anak saat proses kelahiran atau
pada anak usia dini. Hepatitis B dapat juga ditularkan melalui pemaparan mukosa
terhadap darah atau cairan tubuh lain yang terinfeksi termasuk cairan semen dan
vaginal. Gejala hepatitis B adalah urin yang gelap, penyakit kuning, kelelahan
yang berlebihan, mual, muntah, dan nyeri perut.
HBV adalah virus yang termasuk dalam keluarga Hepadnaviridae.
Partikel HBV berbentuk bulat dengan diameter 42 nm. Virus ini memiliki
selubung dan nukleokapsid yang berbentuk ikosahedral. Nukleokapsid pada HBV
berfungsi untuk melindungi material genetik berupa rcDNA (relaxed circular
DNA) dan DNA Polimerase. HBV memiliki tiga antigen yang dapat dikenali oleh
sistem imun tubuh, yaitu HBcAg, HBeAg, dan HBsAg. Core (HBcAg)
merupakan antigen yang berada di bagian inti HBV, Pre core (HBeAg)
merupakan partikel yang disekresikan oleh sel inang dan merupakan partikel yang
infeksius, sedangkan HBsAg adalah antigen yang terletak pada permukaan
selubung HBV.
Pada pasien yang terinfeksi HBV, protein permukaan virus (HBsAg) akan
diproduksi secara berlebihan di sel hati bahkan melebihi jumlah yang dibutuhkan
untuk merakit virus baru. Protein permukaan ini kemudian disekresikan sebagai
9

campuran partikel berbentuk bola dan tubular (Virus Like Particle) ke dalam
darah. Dengan demikian, pada serum pasien yang terinfeksi HBV ditemukan virus
utuh tetapi ada juga partikel bola kosong dan partikel tubular yang terdiri dari
protein permukaan. Kehadiran HBsAg dalam serum atau plasma mengindikasikan
adanya infeksi aktif dari Hepatitis B, bisa infeksi akut ataupun kronik. Pada
infeksi Hepatitis B, HBsAg akan terdeteksi pada 2 sampai 4 minggu sebelum
tingkat ALT menjadi abnormal dan 3 sampai 5 minggu sebelum timbul gejala
klinis. HBsAg memiliki 4 subtipe, yaitu adw, ayw, adr, ayr. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan
pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg
positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa
(carrier).Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan
hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Tes HBsAg merupakan pemeriksaan imunologi yang ditingkatkan
sensitifitasnya dengan penggunaan koloid emas untuk mendeteksi Hepatitis B
surface antigen dalam serum atau plasma manusia. Sampel awalnya bereaksi
dengan konjugat berupa pasangan koloid emas dan antibodi monoklonal (anti-
HBsAg) yang terdapat pada bantalan sampel. Campuran tersebut kemudian
bermigrasi di sepanjang membran dengan daya kapiler kemudian bereaksi dengan
anti-HBsAg pada daerah tes. Jika sampel mengandung HBsAg maka terbentuk
garis di membran pada daerah tersebut. Jika antigen HBsAg tidak ada dalam
sampel maka tidak akan terbentuk garis dan menandakan bahwa hasilnya negatif.
Campuran selanjutnya terus mengalir menuju daerah kontrol pada membran, pada
daerah ini campuran akan membentuk garis sebagai tanda bahwa hasil
pengujiannya bersifat valid (layak dipercaya). Hasil dinyatakan positif jika terlihat
adanya dua garis merah. satu garis pada daerah tes (T) dan satu garis pada daerah
kontrol (C). Hasil dinyatakan negatif jika tidak terlihatnya garis merah pada
daerah T. Hasil dinyatakan invalid apabila tidak terlihat adanya garis merah pada
daerah C.
Tes ini boleh menggunakan serum atau plasma, antikoagulan tidak
mengganggu tes ini. Segera pindahkan serum atau plasma dari bekuan untuk
menghindari terjadinya hemolisis. Sampel yang hemolisis atau mengandung
10

lemak yang tebal tidak cocok digunakan pada tes ini. Sampel yang mengandung
partikel (keruh) bisa memberikan hasil inkonsisten sehingga harus dijernihkan
sebelum pengujian. Serum atau plasma boleh disimpan pada suhu 2- 8oC selama 3
hari, bila dibekukan pada suhu -20oC masa simpan bisa lebih lama, namun harus
dihindari proses thaw and freeze pada sampel lebih dari tiga kali. Bila akan
menambahkan pengawet boleh digunakan Sodium Azide 0,1% tanpa
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Alat dan bahan :

Alat –alat
1. KIT SD HBsAg                   5. APD
2. Mikropipet 100 µL                    6. Jarum spuit
3. Tabung K3/K3 EDTA 7. Kapas alkhohol
4. Sentrifuge 8. Torniquet
Bahan pemeriksaan : Sampel darah
(catatan: dapat menggunakan serum atau plasma atau whole blood )

Prosedur kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,diletakan pada suhu
ruang.
2. Dilakukan pengambilan sampel.
3. Dimasukan darah kedalam tabung EDTA.
4. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Pipet Sampel 100 µL  dengan menggunakan mikropipet lalu teteskan
pada sumur cassete rapid yang bertanda S, biarkan selama 20 menit.
6. Diamati hasilnya, hasil tidak boleh dibaca lebih dari 20 menit
.
Intrepretasi hasil :
 Positif (+) : Timbul garis merah pada daerah control dan garis merah
yangnyata di daerah test ,hasil positif menyatakan adanya antigen HBsAg.
 Negatif (-) : Timbul garis merah pada bagian control dan tidak ada garis
merah di daerah test
11

 Invalid : Sama sekali tidak muncul warna merah baik pada daerah test
maupun control ,merupakan adanya indikasi adanya kesalahan
proseduratau reagen test yang rusak.

Hasil Pemeriksaan :

No Tanggal Nama Pasien Umur Hasil


Pemeriksaan Pemeriksaan
1. 13 Maret 2020 Ny. Maryati 30 th Negatif (-)
2. 21 Maret 2020 Ny. Purwati 39 th Negatif(-)
3. 26 Maret 2020 Ny. Ari Tamala 28 th Negatif(-)
4. 28 Maret 2020 Ny. Yulita L. 34 th Negatif (-)

Kesimpulan Hasil Pemeriksaan :

Dari Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama Ny.Maryati,
Ny. Purwati, Ny. Ari Tamala, dan Ny. Yulita L. didapatkan hasil test dengan
munculnya garis berwarna merah/ungu pada garis kontrol (C) saja, sehingga dapat
disimpulkan hasil pemeriksaan HbsAg adalah Negatif (-).

Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung

( Indah Irawati )
12

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

Materi :PEMERIKSAAN PP TEST/KEHAMILAN


Metode :Imunokromatografi / Strip Test
Tujuan :Untuk mengetahui dan mendeteksi kehamilan secara dini.
Prinsip :Imunokromatografi, HCG merupakan suatu tahap tes yang
menggunakan urine secara imunokromatografi untuk mendeteksi
adanya Human gonadotropin dalam urine dan juga mendeteksi
kehamilan
Dasar Teori :
Plasenta memiliki kapasitas besar untuk menhasilkan sejumlah hormon
peptide dan steroid yang esensial untuk memelihara kehamilan. Hormon
terpenting adalah Human Chorionic Gonodotropin (HCG), estrogen dan
progresteron. Plasenta sebagai organ endokrin utama pada kehamilan, bersifat
untuk dibandingkan dengan jaringan endokrin lain dalam dua aspek. Jenis dan
kecepatan sekresi hormon plasenta terutama bergantung pada stadium kehamilan.
HCG adalah hormon yang diproduksi oleh jaringan trofoblas dan muncul
di sekitar hari ke 8-9 setelah ovulasi, atau sekitar 4 hari setelah pembuahan.
Dalam siklus 28 hari dengan ovulasi terjadi pada hari ke 14, HCG dapat dideteksi
dalam urin atau serum sekitar hari ke 23, atau 5 hari sebelum menstruasi.
Konsentrasi HCG akan meningkat dua kali lipat kira-kira setiap 2 hari dan
mencapai puncak antara 7-12 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.
Pada subjek normal, HCG dalam urine memberikan indikasi awal kehamilan.
Tingkat HCG yang meningkat dapat berhubungan dengan penyakit trofoblas dan
neoplasma nontrophoblastic tertentu. Dengan demikian, kemungkinan penyakit
lain harus dihilangkan sebelum diagnosis kehamilan dapat dibuat. HCG terdiri
dari dua subunit, alpha dan beta. Subunit alpha dari berbagai hormon glikoprotein
secara struktural sangat mirip, tetapi subunit beta berbeda dalam sekuens asam
amino. Perbedaan-perbedaan ini bertanggung jawab untuk spesifisitas biologis
dan imunologis mereka.
Pemeriksaan HCG biasanya menggunakan sampel berupa urin. Sampel
urin pertama di pagi hari adalah yang paling optimal karena konsentrasi tertinggi
13

HCG ada pada saat itu. Sampel urin dapat dikumpulkan dalam wadah plastik atau
kaca kontainer yang bersih dan kering. Jika sampel tidak dapat segera diuji maka
dapat disimpan pada 2-8°C hingga 48 jam sebelum pengujian. Sampel harus
disesuaikan dengan suhu kamar sebelum pengujian. Selan urin, keberadaan HCG
dapat dideteksi melalui serum atau plasma. Untuk sampel serum, darah
dikumpulkan dalam tabung tanpa antikoagulan sedangkan untuk sampel plasma,
darah dikumpulkan dalam tabung yang berisi antikoagulan. Pengujian harus
dilakukan segera setelah sampel telah dikumpulkan. Jangan biarkan sampel pada
suhu kamar selama periode berkepanjangan.
Keberadaan HCG dalam urin atau serum dapat dideteksi dengan berbagai
jenis immunoassay seperti aglutinasi dan imunokromatografi. Imunokromatografi
menyediakan tes kualitatif yang lebih sederhana untuk dilakukan. Pada bantalan
perangkat tes imukromatografi berisi antibodi monoklonal anti-beta-HCG yang
telah dikonjugasikan dengan koloid emas. Membran daerah tes (T) dilapisi
antibodi monoklonal anti-alpha-HCG sedangkan membran daerah kontrol (C)
dilapisi IgG anti-goat. Ketika bantalan penyerap direndam dengan urin, urin akan
bermigrasi melalui kapiler menuju daerah T dan C. Jika HCG hadir dalam urin
maka akan bereaksi dengan antibodi anti-beta-HCG yang terkonjugasi koloid
emas. Kompleks imun tersebut akan bergerak dan ditangkap oleh antibodi anti-
alpha-HCG untuk membentuk garis berwarna di daerah T.
Garis kontrol tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya HCG dalam
sampel. Garis pada kontrol harus hadir di semua reaksi. Tidak adanya garis
berwarna pada daerah kontrol merupakan indikasi dari hasil yang tidak valid.
Batas deteksi untuk HCG adalah 20 mIU/ml. Sampel urin yang mengandung HCG
sama atau lebih besar dari 20 mIU/ml akan menginduksi tes positif. Sampel yang
mengandung HCG kurang dari 20 mIU/ml juga dapat menghasilkan garis positif
yang sangat samar.
Alat – alat dan bahan :
Alat- alat
1. Striptest uji kehamilan
2. Wadah urine
3. APD
14

Bahan : Urine
Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Buka kemasan dan keluarkan strip untuk menguji
3. Celupkan strip pada bagian yang putih ke dalam sampel urine hingga batas
tulisan Max kedalam urine selama 5 detik,angkat dan letakkan pada bidang
datar
4. Tunggu 1 sampai 3 menit dan bacalah hasilnya
Interprestasi Hasil :

 Negatif :Jika timbul garis merah pada control


 Positif : Jika timbul garis merah pada control dan test
 Invalid : Jika tidak timbul garis pada control dan test,merupakan adanya
indikasi kesalahan prosedur atau reagen testyang rusak.

Hasil Pemeriksaaan :

No Tanggal Nama Pasien Umur Hasil


Pemeriksaan Pemeriksaan
1. 10 Maret 2020 Ny. Yani 31 th Negatif(-)
2. 11 Maret 2020 Ny. Leni A. 20 th Positif (+)
3. 17 Maret 2020 Ny. Ida 34 th Positif (+)
4. 19 Maret 2020 Ny. Misnawati 33 th Positif (+)
5. 20 Maret 2020 Ny. Siti Aisyah 41 th Negatif(-)
6. 24 Maret 2020 Ny. Dwi Yeni 19 th Negatif(-)
15

Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Ny. Yani, Ny. Siti Aisyah,
dan Ny. Dwi Yeni, pada strip test uji kehamilan didapatkan adanya garis merah
pada control saja, sehingga hasilnya Negatif.
Pada pasien Ny. Ida dan Ny. Misnawati, Ny. Leni A., pada strip test uji kehamilan
didapatkan adanya garis merah pada control dan test, sehingga hasilnya Positif.

Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung

( Indah Irawati )
16

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

Materi : PEMERIKSAAN WIDAL TEST


Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi A,B dan C serta membantu diagnosis
demam Typhoid.
Prinsip : Reaksi antara antigen Salmonella sp yang terdapat pada reagen
widal dengan antibody Salmonella sp yang terdapat pada serum
pasien.
Metode : Aglutinasi
Dasar teori :
Uji Widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri yang
mengakibatkan penyakit Tifoid. Uji ini akan memperlihatkan reaksi antibodi
bakteri Salmonella typhi terhadap antigen somatik “O” dan flagella “H” di dalam
darah. Reagen pemeriksaan ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu reagen yang
mengandung antigen somatik “O” dan mengandung antigen flagella “H”. Reagen
yang mengandung antigen O diberi pewarna biru sedangkan reagen yang
mengandung antigen H diberi pewarna merah.
Pada pemeriksaan widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut:
 Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh bakteri. Struktur
kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan
100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.
 Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi.
S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan
pada pemberian alkohol atau asam.
17

 Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi bakteri
dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan
selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini
digunakan untuk mengetahui adanya karier.
 Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada
suhu 85–100°C.

Prinsip pemeriksaan widal adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspensi antigen S. typhi. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Dengan cara
mengencerkan serum, maka titer antibodi dalam serum dapat ditentukan.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan
titer antibodi dalam serum. Hasil false negative (negatif palsu) dapat ditemui pada
tahap awal penyakit sama seperti pada kasus immunounresponsiveness dan
pengobatan dengan antibiotik. Hasil negatif palsu pada antigen O juga dapat
ditemui pada pasien tifoid yang telah menggunakan antibiotik kloramfenikol.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifitas yang agak
rendah dan kesukaran untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak
faktor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H
bahkan mungkin dijumpai dengan titer yang lebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alasan
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+). Titer 1/160 :
masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada,
maka dinyatakan (+).
18

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.
Alat- alat dan Bahan :
Alat – Alat :
1. Batang pengaduk
2. Mikropipet  (40ul, 20ul, 10ul, 5ul)
3. Tabung sentrifuge
4. Tip kuning
5. Sentrifuge
6. Slide Widal
7. Rotator
8. APD
Bahan : Reagen widal (Salmonella H, AH, BH, CH dan Salmonella O, AO, BO
dan CO)

Prosedur Kerja :
Pemeriksaan Kualitatif :
1. Disiapkan slide yang kering dan bersih dengan 8 lingkaran.
2. Disiapkan reagen WIDAL dan sampel dalam suhu ruang dan reagen
dihomogenkan hingga terlarut sempurna.
3. Diteteskan sampel sebanyak 20 μl pada 8 lingkaran papan aglutinasi
(kode O, AO, BO, CO, H, AH, BH, dan CH).
4. Diteteskan reagen WIDAL kode O, AO, BO, CO, H, AH, BH, dan CH
masing- masing 1 tetes pada papan aglutinasi yang telah ditetesi sampel
(ujung pipet reagen tidak boleh menyentuh kontrol maupun sampel)
5. Dihomogenkan menggunakan ujung pipet (ujung pipet yang digunakan
untuk menghomogenkan tiap kontrol dan sampel harus berbeda)
6. Dirotasi atau di goyangkan pada Rotator 100 rpm selama 2 menit.
7. Dicatat dan laporkan hasil.
Catatan :  
Bila hasil memberikan hasil positif dilanjutkan dengan pemeriksaan semi
kuantitatif metode slide, pemeriksaan tidak boleh dilakukan dengan
19

waktu lebih dari 2 menit, karena apabila lebih dapat menimbulkan hasil
positif palsu.
Pemeriksaan Semi Kuantitatif :
1. Disiapkan reagen WIDAL dan sampel dalam suhu ruang dan reagen
dihomogenkan hingga terlarut sempurna.
2. Dilakukan pengenceran sampel yaitu dipipet sampel pasien dengan
menggunakan mikropipet masing-masing 80nl, 40nl, 20 nl, 10 nl, 5nl
3. Diteteskan 1 tetes reagen WIDAL yang menunjukkan hasil positif pada
uji kualitatif.
4. Dihomogenkan menggunakan ujung pipet (ujung pipet yang digunakan
untuk menghomogenkan tiap kontrol dan sampel harus berbeda)
5. Rotator selama 2 menit
6. Dibaca hasil, dimati ada tidaknya aglutinasi, dan dilihat pengenceran
tertinggi yang masih terjadi aglutinasi.
Tabel pengenceran sampel:
Jumlah serum Titer Antibodi
80 ul 1/20
40 ul 1/40
20 ul 1/80
10 ul 1/160
5 ul 1/320

Interprestasi Hasil :
 Positif (+) Jika terjadi aglutinasi dan ditulis titer yang terbentuk.
 Negatif (-) Jika tidak terjadi aglutinasi.

Hasil Pemeriksaan dan Pengamatan :


20

No Tanggal Nama Umur Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan Pasien
1. 11 Maret 2020 Tn. Sugeng 34 th S.Thypi O : (-)
Riadi S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : 1/80
2. 13 Maret 2020 An. Rafif 3 bulan S.Thypi O : (-)
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : (-)
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
3. 14 Maret 2020 Nn. 17 th S.Thypi O : 1/320
Aminatul S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : 1/320
S. Thypi H : 1/320
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : 1/320
S. Parathypi CH : 1/320
4. 18 Maret 2020 Nn. Tri Ayu 19 th S.Thypi O : 1/320
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/160
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : 1/320
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
21

S. Parathypi CH : (-)
5. 19 Maret 2020 Tn. Tukidal 52 th S.Thypi O : (-)
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : (-)
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
6. 21 Maret 2020 Sdr. 20 th S.Thypi O : (-)
Maksum Jai S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/160
S. Parathypi CO : 1/160
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)
7. 23 Maret 2020 Tn. Jauhari 40 th S.Thypi O : (-)
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : 1/160
8. 26 Maret 2020 An. Soni 15 th S.Thypi O : 1/320
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : 1/320
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : (-)
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
22

S. Parathypi CH : 1/320
9. 26 Maret 2020 Tn. Suyanto 43 th S.Thypi O : 1/320
S. Parathypi AO : (-)
S. Parathypi BO : (-)
S. Parathypi CO : (-)
S. Thypi H : 1/320
S. Parathypi AH : (-)
S. Parathypi BH : (-)
S. Parathypi CH : (-)

7.

Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil:
1) Pada sampel darah Tn. Sugeng Riadi diperoleh kesimpulan bahwa sampel
pasien berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan CH.
Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi
pada S.Parathypi BO 1/320 dan S. Parathypi CH : 1/80.
2) Pada sampel darah An. Rafif diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil negatif sehingga tidak dilanjutkan
dengan pemeriksaan semi kuantitatif.
3) Pada sampel darah Nn. Aminatul diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, OC, H, BH,
dan CH. Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer
tertinggi pada S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/320, S.Parathypi CO 1/320,
S.Thypi H 1/320, S.Parathypi BH 1/320, dan S.Parathypi CH 1/320.
4) Pada sampel darah Nn. Tri Ayu diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, dan H. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/160, dan S.Thypi H 1/320.
23

5) Pada sampel darah Tn. Tukidal diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil negatif sehingga tidak dilanjutkan
dengan pemeriksaan semi kuantitatif.
6) Pada sampel darah Sdr. Maksum Jai diperoleh kesimpulan bahwa sampel
pasien berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan OC.
Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi
pada S.Parathypi BO 1/160 dan S.Parathypi CO 1/160.
7) Pada sampel darah Tn. Jauhari diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen OB dan CH. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Parathypi BO 1/320 dan S.Parathypi CH 1/160.
8) Pada sampel darah An. Soni diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O,OB, dan CH. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320, S.Parathypi BO 1/320, dan S.Parathypi CH 1/320.
9) Pada sampel darah Tn. Suyanto diperoleh kesimpulan bahwa sampel pasien
berdasarkan pemeriksaan kualitatif hasil positif pada antigen O dan H. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi kuantitatif dengan hasil titer tertinggi pada
S.Thypi O 1/320 dan S.Thypi H 1/320.

Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung

( Indah Irawati )

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI


24

Materi :PEMERIKSAAN SIFILIS

Metode : Imunoassay kromatografy/Rapid test


Tujuan :Untuk mengetahui dan menentukan antibody terhadap
Treponema pallidum secara kualitatif.
Prinsip :Standart Q Syphilis Ab Test mengandung membran yang dilapisi
dengan rekombinan sifilis P17 didaerah Uji dan rekombinan sifilis
p17 emas, sampel pasien dan pengencer sampel bergerak sepanjang
membran Cromatrographically kegaris uji dan garis kontrol. Anti
sifilis pada sampel pasien yang dikombinasikan dengan
rekombinan sifilis p17 emas ditangkap oleh rekombinan sifilis p17
yang dilapisi pada daerah uji dan membentuk garis yang terlihat
sebagai antigen antibodi antigen formasi partikel emas kompleks.
Dasar Teori :
Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram
Negatif Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang semua organ yang
ada dalam tubuh manusia terutama kordiovaskuler, otak, dan susunan saraf, serta
melepaskan beberapa fragmen jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan sistem
imun tubuh menghasilkan reagin. Reagin adalah kelompok antibodi yang dapat
mengenali beberapa komponen jaringan rusak dari pasien yang terinfeksi oleh T.
pallidum.
Infeksi pada manusia biasanya disebabkan oleh kontak seksual, tetapi bisa
juga ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi dan infeksi intrauterin.
Penyakit ini juga dapat di tularkan kepada bayi di dalam kandungan,
menyebabkan keguguran, kelahiran premature, dan kecacatan. Sifilis yang tidak
diterapi dapat menjadi sifilis lanjut yaitu sifilis tersier (gumma), sifilis
kardiovaskuler, dan neurosifilis.
T. pallidum termasuk kelompok bakteri yang tidak dapat ditumbuhkan
pada media buatan. Oleh karena itu, diagnosis infeksi biasanya tergantung pada
kehadiran antibodi dalam darah yang muncul segera setelah infeksi awal. Tes
untuk sifilis terbagi menjadi empat kategori, yaitu: pemeriksaan mikroskopis
langsung; tes antibodi non treponemal; tes antibodi treponemal; dan tes antigen
langsung.
25

Masalah diagnostik klinis yang terkait dengan sifilis adalah deteksi


antibodi sifilis dalam darah manusia dengan immunoassay. Terdapat beberapa
metode imunologi untuk mengkonfirmasi infeksi T. pallidum seperti T. pallidum
Hemagglutination Assay (TPHA) dan analisis immunostaining oleh Fluorescent
Treponemal Antibody Adsorption Test (FTA-ABS). Sekarang ini sudah tersedia
metode pendeteksian antibodi T. pallidum yang baru, yaitu ELISA dan
imunokromatografi. Beberapa waktu yang lalu, antigen pendeteksi yang
digunakan dalam immunoassay adalah antigen asli dari T. pallidum. Ternyata
antigen tersebut masih dicemari sejumlah bahan seperti flagela. Antigen T.
pallidum yang asli dapat menyebabkan reaksi non-spesifik dan dapat
menyebabkan rendahnya tingkat sensitivitas dan reproduktifitas. Untuk
menghindari masalah-masalah potensial dalam immunoassays, para peneliti telah
merekayasa gen T. pallidum sehingga dapat diekspresikan oleh bakteri seperti E.
coli sebagai protein rekombinan. Protein rekombinan yang diproduksi adalah
protein membran T. pallidum yang sudah terbukti imunogenik. Antigen pada
protein membran yang telah terbukti bersifat imunoreaktif memiliki berat molekul
sekitar 47, 42, 17, dan 15 kDa.
Imunokromatografi pendeteksi T. pallidum menggunakan antigen
rekombinan T. pallidum yang berukuran 17 dan 15 kDa (Cypress, 2008). Pada
awalnya antibodi anti- T. pallidum yang berada dalam sampel akan berikatan
dengan antigen pertama yang terkonjugasi koloid emas. Kemudian kompleks
imun tersebut akan bergerak menuju daerah tes (T). Pada daerah tersebut akan
terjadi interaksi antara kompleks imun dengan antigen kedua dan membentuk
garis berwarna. Oleh karena itu, pembentukan garis pada daerah T menunjukkan
hasil positif untuk deteksi antibodi spesifik T. pallidum (IgG, IgA, IgM) (Cypress,
2008). Kompleks imun yang tidak terikat akan terus bergerak menuju daerah
kontrol (C). Garis pada daerah kontrol harus selalu muncul sebagai kontrol
prosedural.
Pemeriksaan ini bisa menggunakan sampel berupa serum, plasma, atau
darah lengkap. Jika menggunakan sampel berupa darah lengkap maka harus
ditampung ke dalam tabung yang berisi antikoagulan umum dan pengawet
(misalnya EDTA, heparin atau natrium sitrat). Sampel darah lengkap dapat
26

disimpan pada 2-8°C selama 3 hari. Untuk darah jari, bersihkan area yang akan
ditusuk dengan kapas beralkohol dan biarkan kering secara menyeluruh. Jari
ditusuk dengan lancet steril. Darah sebanyak 20 ml segera dimasukkan ke sumur
sampel. Jika sampel berupa serum atau plasma maka harus ditampung dalam
tempat bersih tanpa antikoagulan.

Alat dan Bahan :


Alat – alat :
1. Mikropipet 50ul
2. Yellow tip
3. Strip TPHA
4. APD
Bahan :
1. Serum/plasma
2. Buffer
Prosedur Kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diletakkan pada suhu
ruang.
2. Dipipet serum/plasma/spesimen darah vena menggunakan mikropipet
10ul dan diteteskan pada sumur cassete test.
3. Tambahkan 3 tetes Buffer ke sumur cassete tadi.
4. Didiamkan selama 5 menit dan langsung diamati timbulnya garis merah
pada control dan test.
5. Jangan dibaca lebih dari 20 menit.

Interprestasi Hasil :

 Positif (+) Jika timbul garis merah pada control dan test.
 Negatif (-) Jika timbul garis merah pada control.
 Invalid jika tidak timbul garis merah pada control dan test atau hanya
timbul garis merah pada test saja.

Hasil Pemeriksaan :
27

No Tanggal Nama Umur Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan Pasien
1. 09 Maret 2020 Ny. Indah 27 th Non reaktif
Mei

Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang bernama
Ny. Indah Mei pada strip Sifilis hanya timbul garis merah pada test
maka hasil pemeriksaan Sifilis Negatif.

Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung

( Indah Irawati )

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

Materi : PEMERIKSAAN HIV


28

Metode : Imunokromatografi /Rapid test

Tujuan : Untuk mengetahui adanya Human Imuno Defisiensi Virus pada


serum/plasma seseorang.

Prinsip : Ultra rapid test device (serum/plasma) adalah bersifat kualitatif


selaputnya memiliki kekebalan dengan system antigen ganda untuk
mendeteksi antibody terhadap antibody HIV dalam serum/plasma.

Dasar Teori :

Acquired immune defficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai


kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus Human Immmunodeficiency Virus (HIV). HIV
termasuk retroviridae yaitu virus RNA yang tergantung pada enzim reverse
transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat (Kementerian Kesehatan, 2013).
Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup
mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang
cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1
(Kementerian Kesehatan, 2013).
Terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium untuk menentukan adanya
infeksi HIV. Salah satu cara penentuan serologi HIV yang dianjurkan adalah
ELISA. Pemeriksaan serologi HIV sebaiknya dilakukan dengan 3 metode berbeda
dan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik seperti Western
Blot (WB). Melalui WB dapat ditentukan antibodi terhadap komponen protein
HIV yang meliputi inti (p17, p24, p55), polimerase (p31, p51, p66), dan selubung
(envelope) HIV (gp41, gp120, gp160) (Kementerian Kesehatan, 2013).
Tes HIV terdiri dari 3 strategi. Apabila tes yang pertama memberi hasil
nonreaktif atau negatif, maka tes antibodi akan dilaporkan negatif. Apabila hasil
tes pertama menunjukkan reaktif, maka perlu dilakukan tes HIV kedua pada
sampel yang sama dengan menggunakan antigen dan/atau dasar tes yang berbeda
dari yang pertama (Kementerian Kesehatan, 2013). Hasil tes kedua yang
29

menunjukkan reaktif kembali maka di daerah atau di kelompok populasi dengan


prevalensi HIV 10% atau lebih dapat dianggap sebagai hasil yang positif. Di
daerah atau kelompok prevalensi rendah yang cenderung memberikan hasil positif
palsu, maka perlu dilanjutkan dengan tes HIV ketiga. WHO, UNAIDS dan
Pedoman Nasional menganjurkan untuk selalu menggunakan alur serial tersebut
karena lebih murah dan tes kedua hanya diperlukan bila tes pertama memberi
hasil reaktif saja (Kementerian Kesehatan, 2013). Indonesia dengan prevalensi
HIV dibawah 10% menggunakan strategi III dengan tiga jenis reagen yang
berbeda sensitifitas dan spesifitas-nya.
Diagnosa cepat infeksi HIV 1&2 sangatlah penting untuk penanganan
pasien dan penyakit tersebut. Pengembangan tes cepat (5-30 menit)
imunokromatografi merupakan penyaringan awal untuk mendeteksi adanya
antibodi terhadap HIV tipe 1, HIV tipe 2, dan subtipe O di dalam serum/ plasma
dan darah pasien. Tes ini meliputi deteksi antibodi HIV-1, HIV-2, dan subtipe O
dalam darah, serum, plasma oleh protein immunodominant pada virus HIV yang
sudah dilumpuhkan dalam membran. Daerah tes T1 telah dilapisi dengan antigen
HIV-1 dan subtipe O sedangkan daerah tes T2 telah dilapisi antigen HIV 2.
Antigen pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada daerah gp120,
gp41, p24 sedangkan untuk HIV-2 termasuk rekombinan gp36. Adanya antibodi
positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu kemerahan pada membran.
Garis kontrol tambahan diletakkan pada membran untuk memeriksa reaktivitas
kit.
Hasil dinyatakan positif jika terbentuk dua atau tigas garis berwarna, satu
pada daerah T1 atau T2 (atau 1 dan 2) dan satu pada daerah kontrol. Hal ini berarti
pada serum, plasma, dan darah terdapat antibodi HIV-1 atau 2. Garis warna pada
daerah T1 menandakan infeksi HIV-1 sedangkan garis warna pda daerah T2
menandakan infeksi HIV-2. Intensitas warna yang timbul pada daerah T1 dan T2
tidak berhubungan dengan banyaknya kadar antibodi dalam sampel. Hasil
dinyatakan negatif jika terbentuk satu garis pda daerah kontrol saja. Ini berarti
serum, plasma, dan darah tidak mengandung antibodi HIV. Hasil dinyatakan
invalid apabila tidak timbul garis berwarna pada zona kontrol.
30

Hasil negatif tidak mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV-1/2. False


negatif dapat diperoleh dalam beberapa keadaan sebagai berikut:
- Tingkat antibodi dibawah batas minimum deteksi. Contohnya sampel yang
terkumpul pada masa awal serokonversi dimana pada window periode ini pasien
hanya dapat membentuk antibodi spesifik HIV-1/2 dalam jumlah sedikit.
- Infeksi oleh virus tertentu yang kurang dapat dideteksi oleh kit
- Antibodi HIV yang diproduksi tubuh pasien tidak beraksi spesifik dengan
antigen yang digunakan kit
- Kondisi penanganan sampel yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi
HIV
Alat dan Bahan
Alat – alat
1. Kit HIV
2. Tabung K3
3. Mikropipet 25ul
4. Sentrifuge
5. Spuit
6. Alkhohol swab
7. Torniquet
Bahan
1. Buffer HIV
2. Serum/Plasma

Prosedur Kerja :

1. Dikeluarkan tes kit dari kantong foil, ditempatkan pada permukaan yang
rata dan kering.
31

2. Dipipet sampel menggunakan mikropipet 10ul serum atau plasma, atau 20


ul whole blood, lalu diteteskan pada sumur sampel (s).
3. Ditambahkan 4 tetes (120ul) diluent secara vertikal ke sumur sampel (s)
sebelumnya. Catatan: Jika tidak memegang botol secara vertikal, dapat
memberikan hasil yang tidak akurat.
4. Saat tes mulai bekerja, akan terlihat warna ungu bergerak melintasi jendela
hasil yang berada di bagian tengah tes kit .
5. Waktu pembacaan hasil adalah 10 sampai 20 menit. Setelah menambahkan
diluent, dibaca hasilnya setelah 10 menit tetapi tidak lebih dari 20 menit.
Catatan: Jika hasil uji tidak dapat dibaca setelah 10 menit karena warna latar
belakang yang pekat, dibaca kembali dalam waktu 20 menit setelah
menambahkan diluent. Jangan melakukan pembacaan setelah 20 menit.

Interprestasi Hasil :

 Negatif (-) Jika hanya muncul garis pada kontrol (C)


 Hasil Positif (+):
a). Jika muncul 2 (dua) garis, yaitu garis kontrol (C) dan garis test 1 (1)
pada jendela hasil, berarti menunjukkan hasil positif HIV-1
b). Jika muncul 2 (dua) garis, yaitu garis kontrol (C) dan garis test 2 (2)
pada jendela hasil, berarti menunjukkan hasil positif HIV-2.
c). Jika muncul 3 (tiga) garis, yaitu garis kontrol (C), garis test 1 (1), dan
garis test 2 (2) pada jendela hasil, berarti menunjukkan hasil untuk positif
HIV-1 dan/atau HIV-2.
1) Jika intensitas warna pada garis test 1 lebih tebal/gelap dari test 2 pada
jendela hasil, dapat diartikan positif HIV tipe 1.
2) Jika intensitas warna pada garis test 2 lebih tebal/gelap dari test 1 pada
jendela hasil, dapat diartikan positif HIV tipe 2.
 Hasil Invalid:
Jika tidak tampak garis pada control (C) dan/atau garis pink/ungu pada
jendela hasil.

Hasil Pemeriksaan :
32

No Tanggal Nama Pasien Umur Hasil


Pemeriksaan Pemeriksaan
1. 10 Maret 2020 Ny. Arvinasari 39 th Negatif (-)
2. 21 Maret 2020 Ny. Fitriani 24 th Negatif(-)
3. 26 Maret 2020 Ny. Parida 18 th Negatif(-)
4. 28 Maret 2020 Ny. Nia Natalia 18 th Negatif (-)

Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan pada pasien yang bernama Ny.


Arvinasari, Ny. Fitriani, Ny. Parida, dan Ny. Nia Natalia
didapatkan hasil yaitu timulnya garis merah pada control saja,
sehingga hasil pemeriksaan HIV Negatif.

Mengetahui,
Penanggung jawab
Laboratorium PKM Bandar Agung

( Indah Irawati )

Anda mungkin juga menyukai