Anda di halaman 1dari 12

KATA DASAR DAN KATA TURUNAN

Disusun :
1. Armi Meliana Dewi (1334046)
2. Irfan Nurdin (1334056)
3. Mahadian Winda Fitriani (1334060)

JURUSAN D III ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES
TANJUNGKARANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME karena berkat rahmat serta hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kata Dasar dan Kata
Turunan” ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Atik
Kartika, S.Pd selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis dan kepada teman-teman yang membantu dalam
penyelesaian penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini penulis buat agar pembaca mengetahui dan memahami
mengenai tata dalam Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini penulis mencoba
membahas tentang bentuk kata yaitu kata dasar dan kata turunan.
Namun, tiada gading yang tak retak. Begitupun dengan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bandarlampung, 22 September 2013

Penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Judul.........................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................iii
Bab I. Pendahuluan.................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................1
1.3 Rumusan Masalah....................................................................1
Bab II. Pembahasan................................................................................
2.1 Pengertian kata..........................................................................2
2.2 Pembagian kata.........................................................................2
2.2.1 Kata dasar...............................................................................2
2.2.2 Kata turunan (jadian)..............................................................3
2.2.2.1 Kata berimbuhan.................................................................3
2.2.2.2 Kata ulang...........................................................................4
2.2.2.3 Kata majemuk.....................................................................5

Bab III. Kesimpulan dan Saran..............................................................


3.1 Kesimpulan................................................................................8
3.2 Saran..........................................................................................8
Daftar Pustaka.........................................................................................

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga melalui tulisan. Dalam
berbahasa diperlukan berbagai jenis kata yang tentunya memiliki makna yang
benar dan dapat dimengerti. Untuk mendapatkan makna yang berbeda (makna
baru) dan mudah dimengerti tentunya dilakukan perubahan suatu bentuk (asal)
kata menjadi bermacam-macam bentuk. Tanpa perubahan bentuk ini, maka kata
yang berbeda tidak akan terbentuk. Untuk dapat lebih memahami perubahan
bentuk, dapat dipelajari melalui ilmu tata bahasa yang menyelidiki bentuk kata
dan perubahan-perubahannya. Yang sering disebut ”Morfologi” atau Tata kata.
Dan juga dewasa ini, masih banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan kata.
Seperti diketahui dalam bahasa Indonesia, kata-kata itu terdiri dari kata dasar dan
kata tutunan (jadian). Maka, melalui makalah ini penulis akan membahas tentang
bentuk kata, khususnya kata dasar dan kata turunan (jadian).

1.2 Tujuan Penelitian

- Memahami bentuk kata yaitu kata dasar dan kata turunan.

1.3 Rumusan Masalah

- Bagaimana klasifikasi bentuk kata ?


- Apakah yang dimaksud dengan kata dasar dan kata turunan ?

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.


Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran
yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai
kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan
morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna, dan sebagai
pembeda makna atau menciptakan makna baru. Dalam buku “Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia” (1998:342), morfem dapat berupa imbuhan (misalnya -an, me-,
me-kan), klitika/partikel (misalnya -lah, -kah, -tah), dan kata dasar (misalnya
bawa, makan). 

2.2 Pembagian kata

Berdasarkan bentuknya, suatu kata dapat dikelompokkan menjadi dua


jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata yang belum
mengalami perubahan apapun, baik berupa pengimbuhan, pengulangan, atau
pemajemukan. Contoh orang, kerja, di, pasar. Kata turunan adalah kata yang telah
mengalami perubahan bentuk, baik berupa pengimbuhan, pengulangan, atau
pemajemukan.

2.2.1 Kata dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan imbuhan atau belum
mendapatkan perubahan dari bentuk aslinnya. Kata dasar dapat berdiri sendiri dan
merupakan morfem bebas.

2
Kata dasar dapat dibagi lagi menjadi :
1. Kata dasar primer
Kata dasar yang asli dalam Bahasa Indonesia dan cenderung bersuku dua.
Contoh: duduk, lari, sakit, dan lain-lain.
2. Kata dasar sekunder
Kata dasar yang cenderung bersuku lebih dari dua suku kata.
Contoh: jendela, ketua, kepala, dan lain-lain.

2.2.2 Kata turunan (jadian) adalah kata yang sudah mengalami perubahan karena
mendapat imbuhan, perulangan, dan penggabungan.

2.2.2.1 Kata berimbuhan

Kata berimbuhan ialah kata dasar yang mendapat imbuhan (afiks). Proses
melekatnya imbuhan (afiks) pada kata dasar disebut afiksasi. Berdasarkan
imbuhan yang ditambahkan pada kata dasar, kata berimbuhan dibagi sebagai
berikut:
a. Kata yang mendapat awalan atau perfiks ( me-, ber-, di-, pe-, ter-).
Contoh: menangis, berlari, dipukul, petani, terjatuh, dan lain-lain.
b. Kata yang mendapat sisipan atau infiks (-el-, -er-, -em-).
Contoh: geletar, jemari, gelembung, dan lain-lain.
c. Kata yang mendapat akhiran atau sufiks (-i, -an, -kan).
Contoh: pukuli, makanan, ambilkan.
d. Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran secara serentak atau mendapat
konfiks (ke-an, per-an).
Contoh: kedudukan, pelajaran, dan lain-lain.
e. Kata yang mendapat awalan dan akhiran secara bertahap (me-kan, di-kan, pe-i,
me-i, mem-per-kan, mem-per-i, di-per-i, di-per-kan).
Contoh: melarikan, diambilkan, pelajari, memperhatikan, diperhatikan, dan lain-
lain.

3
2.2.2.2 Kata ulang (Reduplikasi)

Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang memiliki bentuk dasar yang
diulang. Jadi yang diulang adalah bentuk dasarnya (kata yang menjadi dasar bagi
proses pembentukan berikutnya), bukan kata dasarnya. Penentuan bentuk dasar
didasarkan pada makna.

~Prinsip Reduplikasi yaitu :


1. Memiliki bentuk dasar yang diulang
2. Tidak mengubah jenis kata.Maksudnya dari bentuk dasar nomina harus tetap
menjadi nomina, dari verba tetap menjadi verba, dan sebagainya.
4.Bentuk dasar merupakan kata yang memiliki makna yang lazim.

~Jenis Reduplikasi yaitu :


1. Reduplikasi Utuh, yaitu pengulangan bentuk dasar yang sama persis.
Contoh : makan-makan, pagi-pagi, jauh-jauh.
2. Reduplikasi Sebagian, yaitu pengulangan atas sebagian bentuk dasar.
Contoh : bersama-sama, tersenyum-senyum, masak-memasak.
3. Reduplikasi Berimbuhan, yaitu pengulangan bentuk dasar yang selanjutnya
dilekati imbuhan.
Contoh : mobil-mobilan, secepat-cepatnya, kemerah-merahan.
4. Reduplikasi Berubah Bunyi atau Bervariasi Fonem, yaitu pengulangan bentuk
dasar dengan mengalami perubahan bunyi. Jenis ini dibedakan lagi menjadi:
a. Berubah konsonan. Contoh : sayur-mayur, beras-petas, lauk-pauk.
b. Berubah vokal. Contoh : lika-liku, liak-liuk.
5. Reduplikasi Suku Depan atau Dwipurwa, yaitu pengulangan atas suku pertama
bentuk dasar. Pengulangan jenis ini selalu disertai dengan perubahan bunyi vokal
suku pertama menjadi /e/.
Contoh : sesama, tetamu, rerumputan.
6. Reduplikasi Semu, yaitu kata dasar yang bentuknya menyerupai reduplikasi.
Contoh : lumba-lumba, kura-kura, laba-laba.

4
Keterangan :
Yang dimaksud bentuk dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi pembentukan
berikutnya. Bentuk dasar dapat diketahui dengan cara pemaknaan. 
Contoh:
melempar-lemparkan = melemparkan berulang-ulang. 
Jadi, bentuk dasarnya adalah melemparkan, bukan lempar atau melempar.

~Makna repulikasi bergantung pada konteks kalimatnya. Adapun kemungkinan


maknanya antara lain:
1.Banyak (mobil-mobil, siswa-siswa, kursi-kursi, tetamu)
2.Sangat/kualitatif (cepat-cepat, tinggi-tinggi)
3.Superlatif/paling (secepat-cepatnya, setinggi-tingginya)
4.Berulang-ulang atau frekuentatif (tersenyum-senyum, melempar-lemparkan)
5.Agak (kemerah-merahan, kehijau-hijauan)
6.Menyerupai (keibu-ibuan, kekakan-kanakan)
7.Saling/resiprokal (pandang-memandang, bersalam-salaman)
8.Bermacam-macam (sayur-mayur, buah-buahan) 

~Aturan penulisan reduplikasi yaitu :


1. Kata ulang ditulis dengan tanda hubung.
2. Pengulangan kata majemuk atau frase ditulis lengkap.
Contoh: rumah sakit-rumah sakit, kereta api-kereta api, kepala sekolah-kepala
sekolah.
3. Kedua kata pada pengulangan utuh diawali huruf besar, sedangkan jika
merupakan pengulangan berimbuhannya maka huruf kapital hanya digunakan
pada kata pertama.
Contoh:
a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2007; Menyelamatkan Anak-Anak Jalanan.
b. Pelik-Pelik Perundang-undangan pada Masa Revolusi.

5
2.2.2.3. Kata majemuk

Kata Majemuk adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan arti. Pada umumnya struktur kata majemuk sama seperti kata biasa
yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil. Namun
pada kenyataannya, ada bentuk kata yang lazimnya dianggap sebagai kata
majemuk, masih menunjukkan struktur yang renggang, dalam artian masih dapat
dipisahkan oleh unsur-unsur lain.

~Sifat Kata Majemuk


Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada
kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a. Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
b. Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak
mengandung satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya
merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya
endosentris. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu,
orang, dan mata merupakan unsur intinya.

~Ciri-ciri Kata Majemuk


Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut
hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).

6
~Jenis kata majemuk
1. Kata majemuk berpusat (mempunyai inti) dan dibedakan menjadi :
a. Kata majemuk berpuat DM (Diterangkan Menerangkan).Contoh: Rumah sakit.
b. Kata majemuk berpusat MD (Menerangkan Diterangkan), Contoh: Bulat Telur.
Bila unsur pusat dapat menggantikan seluruuh persenyawaan itu, struktur yang
demikian itu bersifat endosentris. Contoh: Dalam negeri.
2. Kata majemuk setara (tidak mempunyai inti) dan tidak terbagi menjadi:
a. Kata majemuk sederajat. Contoh: Kaki tangan, merah putih.
b. Kata majemuk bersinonim. Contoh: kaya raya.
c. Kata majemuk berlawanan arti. Contoh: siang malam.
d. Kata majemuk yang terdiri dari lebih dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh:
kereta api cepat, rumah sakit umum pusat, dan lain-lain.

~Penulisan kata majemuk


1. Kata majemuk ditulis seringkali jika dipandang tidak senyawa benar-benar.
Contoh: matahari, pancasila.
2. Kata majemuk ditulis berurut tanpa garis hubung. Contoh: rumah sakit, kamar
tidur.
3. Jika berafiks dan berkonfiks gabung, bentuk majemuknya harus
diserangkaikan. Contoh: satu padu → penyatupaduan
kurang ajar → kekurangajaran
4. Bila kata majemuk itu diulang, semua unsurnya harus diulang.
Contoh: kursi malas → kursi malas-kursi malas
surat kabar → surat kabar-surat kabar

7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

~Jadi, bentuk kata dibagi menjadi dua macam, yaitu kata dasar dan kata turunan.
~Kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan imbuhan atau belum
mendapatkan perubahan dari bentuk aslinnya.
~Kata turunan (jadian) adalah kata yang sudah mengalami perubahan karena
mendapat imbuhan, perulangan, dan penggabungan.

5.2 Saran

Setelah menyelesaikan penyusunan makalah ini, penulis memiliki


beberapa saran yang mungkin bisa dipertimbangkan, yaitu :
1. Mahasiswa disarankan untuk mengetahui bentuk kata yaitu kata dasar dan kata
turunan (jadian) untuk mengoptimalkan pemahaman dalam pembelajaran mata
kuliah bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan bentuk kata dalam kehidupan
sehari-hari.

8
Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan


Mulia

Syamsul Hidayat ,Moh. 2002. Inti Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo
Surabaya

Achmad, Prof. Dr. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai