Anda di halaman 1dari 20

Jenis Kata Menurut Bentuknya

Diposkan oleh rizki anugrahaeni

Santosa, dkk (2008:4.15) menyatakan bahwa kata menurut bentuknya dikelompokkan

menjadi kata jadian atau kata turunan serta kata dasar. Kata jadian terbagi lagi menjadi kata

berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk. Sedangkan kata berimbuhan meliputi kata berawalan

(prefiks), kata bersisipan (infiks), kata berakhiran (sufiks), dan kata yang berkonfiks. 

Senada dengan Santosa, Keraf (1991:44) juga mengelompokkan kata berdasarkan

bentuknya menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Sedangkan kata

berimbuhan terdiri atas kata yang berprefiks (berawalan), kata yang berinfiks (bersisipan), kata

yang bersufiks (berakhiran), dan kata yang berkonfiks.

2.2.3.1.1        Kata Berimbuhan (Afiks)

Seringkali sebuah kata dasar perlu diberi afiks atau imbuhan terlebih dahulu agar dapat

digunakan. Afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara struktural

dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Keraf, 1991:121).

Dengan kata lain, afiks atau imbuhan melekat pada kata dasar. Afiks atau imbuhan yang melekat

pada kata dasar ini akan membentuk kata baru sehingga makna dan fungsinya menjadi berbeda

dengan kata dasarnya.

Afiks juga dibagi berdasarkan tempat unsur itu dilekatkan pada kata dasar. Dalam hal ini,

Keraf (1991:121) membaginya menjadi prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),

konfiks, bentuk ulang (reduplikasi).

(1)     Kata Berprefiks (berawalan)


Kata yang telah mendapatkan bentuk awalan disebut kata berprefiks. Prefiks (awalan)

adalah sebuah morfem nondasar yang secara struktural dilekatkan pada awal sebuah kata dasar

atau bentuk dasar (Keraf, 1991:122). Dengan kata lain, prefiks adalah imbuhan yang letaknya di

awal kata. Bahkan dalam sebuah kata bisa dilekatkan dua prefiks sekaligus, misalnya mem-per-

satukan, dan di-per-hatikan.

Bentuk prefiks (awalan) yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu prefiks ber-, per-, me-,

di-, ter-, ke- se- dan pe-, serta prefiks baru. Prefiks baru merupakan prefiks yang dipengaruhi

oleh unsur-unsur bahasa asing, seperti prefiks a dan tak, ante dan purba, prae dan pra, anti dan

prati, auto dan swa, inter dan antar, re dan ulang, bi dan dwi, pasca dan anu, serba, maha, serta

prefiks tuna. Contoh kata berprefiks antara lain berlari, percepat, memakan, dilihat, terbawa,

kekasih, sebotol, pemalas, dan sebagainya.

(2)     Kata Berinfiks (bersisipan)

Kata berinfiks merupakan yang kata mendapatkan bentuk sisipan. Infiks atau sisipan

adalah morfem nondasar yang dilekatkan di tengah sebuah kata, yaitu antara konsonan yang

mengawali sebuah kata dengan vokal berikutnya (Keraf, 1991:136). Ada tiga macam infiks

dalam Bahasa Indonesia yaitu infiks -el, -em, dan -er.

Infiks (sisipan) -el, -em, dan -er tidak mempunyai variasi bentuk dan bukan merupakan

imbuhan yang produktif, maksudnya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru dan

hanya berlangsung hanya pada kata-kata tertentu saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara

menyisipkan di antara konsonan dan vokal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh kata

berinfiks antara lain telapak yang berasal dari kata dasar tapak, gerigi berasal dari kata dasar

gigi, dan temali berasal dari kata dasar tali.

(3)     Kata Bersufiks (berakhiran)


Kata bersufiks adalah kata yang mendapatkan bentuk akhiran. Sufiks atau akhiran

merupakan morfem nondasar yang dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar. Sufiks yang ada

dalam Bahasa Indonesia adalah -kan, -i, -an, dan -nya serta beberapa sufiks serapan seperti

-man, -wan, -wati, -wi, -al, dan -if.    

Sufiks atau akhiran -kan, -i, -an dan -nya tidak mempunyai variasi bentuk, sehingga

untuk situasi dan kondisi manapun bentuknya sama. Ada dua macam -nya dalam Bahasa

Indonesia yang perlu diperhatikan, yaitu -nya sebagai kata ganti orang ketiga tunggal yang

berlaku obyek atau pemilik dan -nya sebagai akhiran. Contoh kata yang bersufiks antara lain

gunakan, surati, tulisan, obatnya, dan sebagainya.

(4)     Kata Berkonfiks

Konfiks merupakan gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan (Alwi,

2003:32). Dengan demikian, kata yang mendapatkan bentuk prefiks (awalan) dan sufiks

(akhiran) disebut dengan kata yang berkonfiks. Konfiks dalam Bahasa Indonesia terdiri dari ber-

kan, ber-an, per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, memper-i, di-kan, di-i, diper-,

diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, dan per-an. Contoh kata yang berkonfiks

antara lain bersenjatakan, berdatangan, percetakan, perbaiki, membacakan, dan sebagainya.

Konfiks bersifat morfem terbelah (Keraf, 1991:144). Artinya, prefiks (awalan) dan sufiks

(akhiran) dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir kata dasar. Sifat inilah yang membedakan

konfiks dengan imbuhan gabung. Dalam konfiks, prefiks dan sufiks dilekatkan pada kata dasar

secara bersamaan. Sedangkan pada imbuhan gabung, prefiks dan sufiks dilekatkan secara

bertahap.

Kata kehujanan misalnya, dibentuk dari kata dasar hujan dan konfiks ke-an yang

diimbuhkan secara serentak. Lain halnya dengan kata berpakaian. Kata berpakaian dibentuk
dengan menambahkan sufiks -an pada kata dasar pakai sehingga terbentuk kata pakaian.

Sesudah itu barulah diimbuhkan prefiks ber-. Jadi, ke-an pada kata kehujanan adalah konfiks,

sedangkan ber-an pada kata berpakaian merupakan imbuhan gabung.

2.2.3.1.2        Kata Ulang (Reduplikasi)

Reduplikasi disebut juga bentuk ulang atau kata ulang. Keraf (1991:149) mendefinisikan

bentuk ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau

seluruh bentuk dasar sebuah kata. Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk

ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung.

Kata yang terbentuk dari hasil proses pengulangan dikenal dengan nama kata ulang.

Chaer (2006:286) membagi kata ulang berdasarkan hasil pengulangannya, yaitu

(1)     Kata ulang utuh atau murni

Kata ulang utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama

dengan kata dasar yang diulangnya. Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni terjadi apabila

sebuah bentuk dasar mengalami pengulangan seutuhnya. Misalnya pada kata rumah-rumah,

pohon-pohon, pencuri-pencuri dan anak-anak.

(2)     Kata ulang berubah bunyi

Kata ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian perulangannya mengalami

perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Kata ulang jenis ini

terjadi apabila ada pengulangan pada seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi. Kata

ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi vokal misalnya pada kata bolak-balik,

gerak-gerik, dan kelap-kelip. Sedangkan kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan
bunyi konsonan misalnya pada kata sayur-mayur, lauk-pauk, gerak gerik, kelap kelip dan ramah

tamah.

(3)     Kata ulang sebagian

Kata ulang sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari

sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti dengan vokal e pepet.

Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain lelaki, leluhur, pepohonan dan

tetangga.

(4)     Kata ulang berimbuhan

Kata ulang berimbuhan merupakan bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian

imbuhan. Chaer (2006:287) membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses

pembentukannya menjadi tiga, yaitu (1) sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan kemudian

baru diulang, umpamanya kata aturan-aturan; (2) Sebuah kata dasar mula-mula diulang

kemudian baru diberi imbuhan, misalnya kata lari yang mula-mula diulang sehingga menjadi

lari-lari kemudian diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari; (3) sebuah kata diulang

sekaligus diberi imbuhan, umpamanya kata meter yang sekaligus diulang dan diberi awalan ber-

sehingga menjadi bentuk bermeter-meter.  

2.2.3.1.3        Kata Majemuk (Kompositum)

Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang

membentuk satu kesatuan arti (Keraf, 1991:154). Masing-masing kata yang membentuk kata

majemuk sebenarnya mempunyai makna sendiri-sendiri. Tetapi setelah kata tersebut bersatu,

maka akan terbentuk kata baru yang maknanya berbeda dengan kata sebelumnya. Misalnya pada

kata orang tua, saputangan, dan matahari.


2.2.3.1.4        Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata

berimbuhan. Kata dasar biasanya terdiri atas morfem dasar, misalnya pada kata kebun, anak,

bawa, merah, pada, dari, dan sebagainya. Bentuk kata ini dapat diturunkan menjadi kata jadian

atau kata turunan yang berupa kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.

Kata dasar berbeda dengan bentuk dasar. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan

landasan untuk tahap pembentukan kata berikutnya (Keraf, 1991:121). Misalnya kata

mempelajari. Pada awalnya kata dasar pelajar yang sekaligus menjadi bentuk dasar, diberi sufiks

-i sehingga menurunkan bentuk pelajari. Selanjutnya, bentuk dasar pelajari (bukan kata dasar

lagi) diimbuhkan prefiks mem- sehingga terbentuk kata mempelajari. 

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.

2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:

bergeletar,dikelola [1].

2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai

dengan kata yanglangsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh

digunakan untuk memperjelas. Contoh:bertepuk tangan, garis bawahi


3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,

unsurgabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.

Contoh:menggarisbawahi, dilipatgandakan.

4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata

ditulis serangkai.Contoh: adipati, mancanegara.

5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung.

Contoh: non-Indonesia.

3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang

berarti tunggal(lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun

yang berbentuk berubah beraturan(sayur-mayur, ramah-tamah).

4. Gabungan kata atau kata majemuk

1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar,

orang tua, ibu kota,sepak bola.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan

pengertian,dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh:

alat pandang-dengar, anak-istri saya.

3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian

Gabungan katayang ditulis serangkai.

5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil,

bukumu, miliknya.

6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah

lazim seperti kepada,daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah,

dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.

 1. KATA DASARby. Deni Suci Ayu LestariSTIKes Dharma Husada Bandung


 2. KATA DASARKata dasar adalah satuan bahasaterkecil yang memiliki makna.
Katatersebut belum mengalamipenambahan atau perubahan bentukyang mengakibatkan
perubahanmakna.
 3. Contoh Kata Dasarmajelis, ulama, Indonesia,harus, lebih, tegas, media,televisi, dan
mistik.
 4. KATA ULANG• Kata ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang
bukan morfem melainkan kata.
 5. Contoh Kata Ulang• sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata
kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh
karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.
 6. Prinsip Pengulangana. Selalu mempunyai dasar yang diulangb. Proses pengulangan
tidak mengubah jenis(kelas) katac. Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum)
dipakai dalam tindak berbahasa
 7. Macam-macam Kata Ulanga. Kata ulang utuh / penuhContoh : rumah-rumah, berasal
dari kata dasar rumahb. Kata ulang berimbuhanContoh : diinjak-injak, berasal dari kata
dasar injakc. Kata ulang sebagian/parsial berimbuhanContoh : Berpandang-pandangan,
berasal dai kata dasar pandang
 8. Lanjutand. Kata ulang dwi purwoContoh : sesama,berasal dari kata dasar samae. Kata
ulang berubah bunyiContoh : sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
 9. Fungsi Kata Ulang• Pada prinsipnya pengulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya
bila kaa dasarnya kata benda akan tetap menjadi kata benda pada kata ulangnya,
demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan ttapi, ada sebagian pengulangan yang
mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi kata tugas, seperti kata bukan-
bukan, sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
 10. Kata Majemuk• Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang
berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru dan
fungsi dari kata majemuk adalah untuk mendapat suatu gambaran perkataan yang jelas.
 11. Ciri-ciri Kata Majemuka. Gabungan kata itu menimbulkn makna barub. Gabungan
kata itu tidk dapat dipisahkanc. Gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur laind. Tidak
dapat diganti salah satu unsurnyae. Tidak dapat dipertukarkan etak unsur-unsurnya
 12. Asiiiiiiiiiiiiiiik• Terimakasih teman-teman atas perhatiannya   Wassalamualaikum
wr.wb 

CIRI dan MAKNA KATA DASAR


BAB I
PENDAHULUAN

 1.      Latar Belakang Masalah

Berdasarkan bentuknya kata dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata
dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Sebagai contoh kata
duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata menduduki dan mendudukan. Begitu pula
kata temu dapat dipakai sebagai dasar untuk kata bertemu, menemui, menemukan dan sebagainya.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis apa pun sudah
mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun
ketika itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas. Kata turunan pada dasarnya merupakan kata
yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan (reduplikasi) atau
pemajemukan (komposisi).

2.      Permasalahan

Permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia ?


2. Bagaimanakah ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia ?
3. Bagaimanakah proses morfologis kata ulang berafiks dalam bahasa Indonesia ?

3.      Landasan Teori


Bentuk kata ulang (reduplikasi) ada tiga yaitu reduplikasi fonologis, morfemis, dan reduplikasi sintaksis.
Ia juga mengemukakan ada tiga macam reduplikasi yang lain diantaranya dwipurwa, dwilingga, dan
dwilingga salin swara, dwiwasana, dan trilingga (Kridalaksana, 2007).

Sementara Abdul Chaer (2007), menyatakan bahwa proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis
(infleksional) dan dapat pula yang bersifat derivasional. Di samping itu, ia mengembangkan banyak
catatan mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia.

Menurut Verhaar (2006), reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau
sebagai dari bentuk dasar tersebut (biasa disebut reduplikasi penuh dan reduplikasi persial).

Ada enam pembagian bentuk reduplikasi Tata bahasamenurut baku bahasa Indonesia. Sedangkan
Depdiknas pada buku “Morfologi bahasa Indonesia” yang menghimpun sebagian besar pandangan pada
pakar bahasa Indonesia (linguistik) tentang kata ulang : bentuk, ciri, proses morfologis, kata ulang
berafiks, dan ciri makna. Penulis berpedoman pada pandangan ini karena relatif komprehensif dan
mudah dirujuk sebagai bahan analisis.
BAB II

PEMBAHASAN

1.      Ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia

1.1.    Jenis-jenis Reduplikasi

Bentuk reduplikasi menurut Harimurti Kridalaksana (2007) digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1)   Reduplikasi Fonologis

Dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena  hanya bersifat fonologis, artinya
tidak ada pengulangan leksem. Misal :

1. Anak itu memiliki pipi yang bagus.


2. Walaupun terlihat kecil, tapi dada-nya bidang.
3. Siswa kelas IX B SMP 3 Malangbong meraih juara satu lomba renang gaya dada se-Kota
Tasikmalaya.
4. Sejak kecil anak pertama Bapak Samsul Hadi suka makan onde-onde.

Reduplikasi morfemis
Kridalaksana (2007) menyatakan bahwa dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatika
atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dengan demikian, ada
reduplikasi pembentuk verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia, interogativa, dan numeralia. Misal
:

1. Mahasiswa baru sudah mulai beres-beres semua barang yang akan dibawa ke kampus.
(Reduplikasi pembentuk verba)
2. Kelima anak perempuan Pak Ahmadi cantik-cantik dan sehat-sehat selalu. (Reduplikasi
pembentuk ajektiva).
3. Akibat angin beliung yang melanda Kota Bandung, pohon-pohon di sepanjang Jalan Cendrawasih
tumbang memenuhi jalan. (Reduplikasi pembentuk nomina).
4. Sebagai anak kos, kami-kami ini suka makan di warung kaki lima di Jalan Gejayan Mrican.
(Reduplikasi pembentuk pronomina).
5. Pagi-pagi anak ketiga saya sudah minta sarapan bubur ayam.(Reduplikasi pembentuk adverbia)
6. Apa-apaan mengundang kami ke tempat seperti ini ?. (Reduplikasi pembentuk interogativa).
7. Beratus-ratus calon penumpang sedang berdesak-desakan di loket Stasiun Kutoarjo.
(Reduplikasi pembentuk numeralia).

3)   Reduplikasi sintaktis


Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa, jadi berada di luar cakupan morfologis. (Kridalaksana, 2007). Misal :
1. Panas-panas, diminumnya juga teh yang baru saja dibuat oleh ibunya.
2. Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat yang baru terkena banjir beberapa waktu lalu.
3. Asam-asam, dimakannya juga mangga muda yang baru jatuh dari pohonnya.

Selain itu, berdasarkan gejalanya reduplikasi  dapat digolongkan menjadi lima jenis , yaitu :
Dwipurwa

Dwipurwa adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Misal :

1. Sunardi salah seorang tetangga depan rumahku yang suka musik dangdut.
2. Ia seorang lelaki yang selalu berpenampilan seperti perempuan.
3. Para tetamu berdatangan pada acara syukuran pernikahan Andi waktu itu.
4. Sudah seharusnya sesama manusia saling menghormati dan menghargai.
5. Dwilingga

Dwilingga adalah pengulangan leksem secara utuh. Misal :

1. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu terlihat bersih dan rapi


2. Kami sekeluarga makan-makan di restoran Parang Tritis.
3. Dia selalu datang pagi-pagi.
1. Buku-buku ini adalah literatur kami dalam menyelesaikan makalah akhir.
2. Dwilingga salin swara

Dwilingga salin swara adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem. Misal :

1. Dia  mondar-mandir saja dari tadi seperti orang bingung.


2. Kami berlari pontang-panting karena dikejar anjing galak.
3. Setiap minggu saya bolak-balik Garut-Yogyakarta karena sedang kuliah sertifikasi.
4. Coret-coret di dinding tembok pada tempat umum menurut para ahli adalah tindakan orang
yang sakit jiwa.
5. Dwiwasana

Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh :

1. Hadirin yang berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan…………..


2. Dengan perlahan-lahan dia membuka pintu agar tidak terdengar oleh orang tuanya .
3. Sekali-kali terlihat dia menyeka peluh di wajahnya.
4. Kami bersama-sama mengerjakan tugas Reduplikasi di rumah Jojon.
5. Trilingga

Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Misal :

1. Kami selalu berusaha cas-cis-cus dalam bahasa Inggris ketika sedang kursus bahasa.
2. Hati Niyala mendadak dag-dig-dug ketika Faik menyatakan akan menikahinya.
3. Bunyi ngak-ngek-ngok yang terdengar ternyata berasal dari adaptor komputer yang ada di
kamar belakang.
4. Dar-der-dor suara senapan terdengar di lapangan latihan menembak.

(Kridalaksana, 2007)
2.   Ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia

(1)    Berupa morfem dasar, Contoh :

1. Meja-meja yang ada di kelas sudah tertata rapi. (meja-meja terbentuk dari morfem meja).
2. Saya suka belajar bahasa Indonesia bersama anak-anak. (anak-anak berasal dari morfem anak).

(2)    Berupa kata  berimbuhan, Contoh :

1. Proyek yang sedang dilaksanakan tidak perlu perbaikan-perbaikan yang mendasar. (perbaikan-
perbaikan berasal dari kata perbaikan).
2. Sudah tidak ada lagi pembangunan-pembangunan di daerah Timor Timur setelah lepas dari
Negara Kesatuan republik Indonesia. (pembangunan-pembangunan berasal dari kata
pembangunan).

(3)    Berupa gabungan kata, Contoh :

1. Di hari libur kemarin surat kabar-surat kabar menyuguhkan laporan tentang minat masyarakat
terhadap film Ayat-ayat Cinta. (surat kabar-surat kabar dapat juga ditulis surat-surat kabar
berasal dari kata gabung surat dan kabar).
2. Tanda tangan-tanda tangan yang dibubuhkan pada kain berukuran besar itu menjadi saksi
protes kaum buruh pada pemerintah.(tanda tangan-tanda tangan berasal dari kata gabung
tanda dan tangan).

(4)    Berupa reduplikasi yang disertai afiks, Contoh :

1. Pencuri kabel listrik tertangkap petugas, dan terbukti mengumpulkan bermeter-meter kabel
milik PLN.
2. Nelayan di Kota Probolinggo berhasil menangkap berton-ton ikan yang akan dikirimkan ke
Surabaya.

(5)    Reduplikasi bersifat paradigmatis dan derivasional


Paradigmatis artinya memberi makna jamak atau kevariasian. Contoh :

1. Saya sudah mengenal mereka-mereka yang memiliki komitmen di sekolah ini.


2. Kita-kita harus mampu bekerja sama dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

2.      Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia


Perulangan suatu kata, baik kata dasar maupun gabungan kata akan menghasilkan makna atau arti
tertentu. (Gorys Keraf, 1980: 120).  Makna-makna tersebut adalah sebagai berikut.

2.1   Bermakna banyak tak tentu


1. Kuda-kuda yang berada di lautan rumput itu dikejar-kejar oleh singa-singa yang siap
menerkamnya.
2. Guru menegur siswanya yang baru saja membuat buku-buku di perpustakaan berserakan.

2.2   Bermakna bermacam-macam

1.    Di hutan Madiun masih terdapat pohon-pohonan yang masih belum diketahui namanya.
(pohon-pohonan bermakna bermacam-macam pohon).
2. Tidaklah sulit menemukan buah-buahan di kota yang jauh dari kebun buah. (buah-buahan
bermakna bermacam-macam buah).

2.3    Bermakna menyerupai atau tiruan dari sesuatu

1. Anak kesayangannya dibelikan ayah anak-anakan yang cantik. (anak-anakan bermakna


menyerupai anak).
2. Langit-langit rumah ini sudah dibersihkan pada hari Minggu yang lalu. (langit-langit bermakna
menyerupai langit).

2.4    Bermakna agak, melemahkan arti

1. Setelah dua tahun di Amerikan, Juhariyah bertingkah kebarat-baratan. (kebaratan-baratan agak


seperti orang barat).
2. Janganlah kekanak-kanakan ketika berada di tengah-tengah temanmu di SMA! (kekanak-
kanakan bermakna agak seperti anak).

2.5   Menyatakan intensitas, mengenai kualitas, kuantitas, maupun frekuensi

1. Belajarlah segiat-giatnya selagi masih ada waktu untuk menghadapi Ujian Nasional! (intensitas
kualitatif).
2. Kuda-kuda sudah disiapkan untuk mengikuti pacuan kuda di lapangan Brawijaya Kediri.
(intensitas kuantitatif).
3. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat ditanya oleh asesor sertifikasi guru. (intensitas
frekuensi).

2.6    Bermakna saling, pekerjaan yang berbalasan

1. Begitu terjadi pertemuan, keduanya bersalam-salaman melepas kerinduan. (saling bersalaman).


2. Di kampung ini arganya sudah tolong-menolong dalam hal kebaikan. (saling menolong).

2.7  Bermakna kolektif

1. Masuklah ke ruang ujian lima-lima saja! (lima demi lima)


2. Berikan kue ini kepada temanmu tiga-tiga. (kolektif berjumlah tiga)

3.      Proses Morfologis kata ulang berafiks


Urutan proses reduplikasi tidak selalu sederhana, kecuali dalam hal dwilingga yang tidak begitu ruwet,
karena hanya mengulang morfem dasar saja. Pada bentuk ulang yang lain, proses reduplikasi atau
proses pengulangannya tidak selalu terjadi pertama kali, tetapi banyak kemungkinan bahwa terjadi
afiksasi terlebih dahulu, baru kemudian terjadi pengulangan.

Di bawah ini contoh-contoh urutan proses terjadinya reduplikasi (urutan proses diterangkan dengan
angka Arab) :

rumah-rumah               : 1. reduplikasi                         : rumah-rumah

berjalan-jalan               : 1. prefiksasi                           : berjalan

2. reduplikasi

(dwiwasana)                      : berjalan-jalan

berbatu-batu                :  1. prefiksasi                          : berbatu

2reduplikasi

(dwiwasana)                     : berbatu-batu

sekali-kali                    : 1. prefiksasi                           : sekali

2. reduplikasi

(dwiwasana)                       : sekali-kali

pencuri-pencuri           : 1. prefiksasi                          : berjalan

2. reduplikasi                        : pencurian-pencurian

aturan-aturan               : 1. sufiksasi                           : aturan

2. reduplikasi                        : aturan-aturan

telapak-telapak            : 1. infiksasi                            : telapak

2. reduplikasi                        : telapak-telapak

pencurian-pencurian    : 1. konfiksasi                         : pencurian

2. reduplikasi                        : pencurian-prncurian

secepat-cepatnya         : 1. reduplikasasi                    : cepat-cepat

2. konfiksasi                         : secepat-cepatnya

membagi-bagikan        : 1. prefiksasi                          : membagi


2. reduplikasi                        : membagi-bagi

3. sufiksasi                           : membagi-bagikan

tumbuh-tumbuhan       : 1. sufiksasi + an                   : tumbuhan

2. reduplikasi

regresif                             : tumbuh-tumbuhan

anak-anakan                : 1. sufiksasi + an                   : anak

2. reduplikasi

regresif                             : anak-anakan

berpura-pura                : 1. reduplikasasi                    : pura-pura

2. prefiksasi                          : berpura-pura

gunung-gemunung      : 1. reduplikasasi                    : gunung-gunung

2. infiksasi                            : gunung-gemunung

tali-temali                    : 1. reduplikasasi                    : tali-tali

2. infiksasi                            : tali-temali

keragu-raguan             : 1. reduplikasasi                    : ragu-ragu

2. konfiksasi                         : keragu-raguan

parpol-parpol               : 1. pemendekan                     : parpol

2. reduplikasi                        : parpol-parpol

mata air-amat air         : 1. komposisi                         : mata air

2. reduplikasasi                    : mata air-mata air

memindah-mindahkan : 1. afiksasi                             : memindahkan

2. reduplikasi                         : memindah-mindahkan

(pindah > pindahkan >      memindahkan > memindah mindahkan)

Pada contoh diatas, sebagian besar proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan,
atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Sebagaimana dalam tumbuh-
tumbuhan dan anak-anakan di atas, dalam contoh berikut, prosesnya berlawanan.
tembak-menembak      : 1. prefiksasi                          : menembak

2. reduplikasi regresif           : tembak-menembak

pukul-memukul           : 1. prefiksasi

2. reduplikasi regresif           : pukul-memukul

DESKRIPSI KATA ULANG DARI NOVEL

Judul                           : Pudarnya Pesona Cleopatra

Pengarang                   : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit                       : Republika

Tahun                          : 2008

Cetakan ke                  : tujuh belas

Jumlah halaman           : 111

1.   Teks ke-1 ( Halaman 3 paragraf ke-1)

“ ……………… Kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan aku tidak tahu
alasannya………………………”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi kecemasan-kecemasan adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk ajektifa.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/ Pengulangan secara utuh

Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas mengenai kuantitas, kualitas maupun frekuensi.

2.   Teks ke-2 ( Halaman 12 paragraf ke-6)

“ ……………… “Maukah kau berkenalan dengannya?” Kata Cleopatra yang membuat hatiku berbunga-
bunga. ………………………”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi berbunga-bunga adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk
verba.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Wasana


Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas kualitas

3.   Teks ke-3 ( Halaman 16 paragraf ke-1)

“ ……………… Rasa tidak suka itu semakin menjadi-jadi. ………………………”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi menjadi-jadi adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk
nomina.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi reduplikasi Dwi Wasana

Ciri makna adalah reduplikasi bermakna semakin

4.   Teks ke-4 ( Halaman 16 paragraf ke-1)

“ ……………… Aku merasa lebih nyaman tidur bersama buku-buku di ruang komputerku…………….”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi buku-buku adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk
nomina.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/ Pengulangan secara utuh

Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu

5.   Teks ke-5 ( Halaman 17 paragraf ke-1)

“ …………………………………. Seenak-enaknya durian kalau ada orang tidak suka ya tetap tidak suka
……………………………….”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi seenak-enaknya adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk
ajektifa.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi konfiks

Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu

6.   Teks ke-6 ( Halaman 37 paragraf ke-2)

“ ……………… Yasmin dan keluarganya mati-matian  tidak memperbolehkan. ………………………”

Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi mati-matian adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk
verba.

Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi sufiksasi

Ciri makna adalah reduplikasi bermakna sungguh-sungguh (intensif’)

7.   Teks ke-7 ( Halaman 44 paragraf ke-8)

“ ………………Rinduku padanya menggelegak-gelegak………………………”

Pembahasan :

Ciri bentuk reduplikasi menggelegak-gelegak adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk verba.

Berdasarkan prosesnya adalah infiksasi gelegak, konfiksasi menggelegak dan redulikasi menggelegak-
gelegak

Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu


BAB III

KESIMPULAN

1. Berdasarkan bentuknya kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata
turunan.
2. Kata dasar ialah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Kata turunan
merupakan kata yang dibentuk melalui transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan
(reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi).
3. Reduplikasi merupakan suatu pengulangan kata dasar, baik keseluruhan maupun sebagian, beik
berkombinasi dengan afiks, maupun tidak baik dengan perubahan maupun tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.

Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-Flores: Penerbit Nusa
Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai