Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN VI

Linguistik

Secara etimologi linguistik berasal dari kata ‘lingua’ (Latin). Dari kata lingua
ini diadopsi ke dalam bahasa-bahasa di dunia seperti langue, langage (Prancis), lingua
(Itali), lengua (Spanyol), dan language (Inggris).
Pengertian secara umum linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan
menganalisis tentang bahasa melalui aspek-aspek (bidang) bahasa itu sendiri, seperti
fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik, di mana dalam penganalisannya
melalui linguistik diakronis, linguistik sinkronis, serta analisis leksikal, dan
gramatikal.
Linguistik diakronis adalah penyelidikan tentang perkembangan suatu bahasa
dari masa ke masa. Misalnya bahasa Indonesia sekarang yang berasal dari bahasa
Melayu Klasik, tentu mengalami perubahan dari bahasa sumbernya akibat dari
perkembangan jaman. Atau Ejaan Suwandi dengan EYD akan berbeda karena adanya
penyempurnaan.
Linguistik sinkronis adalah penelitian tentang bahasa tanpa memperhatikan
asal-usul bahasa itu sendiri. Penelitiannya dikhususkan pada struktur bahasa itu
sendiri, ketika bahasa tersebut digunakan secara aktif. Misalnya kata ‘beraktivitas’
yang diteliti adalah awalan ‘ber’ dan kata dasarnya ‘aktivitas’.
Analisis leksikal adalah meneliti melalui pembendaharaan kata yang
digunakan dalam suatu bahasa, dan analisis gramatikal adalah meneliti melalui tata
bahasanya.

Bidang-Bidang Linguistik
Bidang Linguistik meliputi Fonetik, Fonologi, Morfologi, Sintaksis , dan Semantik.
1. Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh
alat-alat bicara, seperti mulut (labial), gigi (dental), lidah, hidung, tenggorokan,
pita suara, dan lain-lainnya.
2. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur bunyi fonem (vocal dan
konsonan) dengan wilayah penyelidikannya sampai pada suku kata.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur satuan bunyi yang
Penjelasan Umum Linguistik
Untuk mendapatkan pengertian secara umum dari bidang-bidang linguistik
dan aspek bahasa lainnya, maka dipandang perlu untuk memberikan penjelasan secara
umum mengenai bidang-bidang linguistik dan aspek bahasa tersebut yaitu :
1. Fonetik, kita mengacu kepada definisi di atas yakni Fonetik adalah ilmu yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat-alat bicara, seperti
mulut (labial), gigi (dental), lidah, hidung, tenggorokan, pita suara, dan lain-
lainnya. Namun sesungguhnya fonetik itu ada tiga jenis : (a) akustis, (b) auditoris,
dan (c) organis.
Yang di maksud dengan fonetik akustis adalah fonetik yang menyelidiki bunyi
menurut aspek-aspek fisiknya, seperti getaran udara. Misalnya petikan senar gitar
akan menyebabkan udara bergetar, dan terjadilah bunyi.
Yang dimaksud dengan fonetik auditoris adalah fonetik yang menyelidiki cara
penerimaan bunyi-bunyi oleh telinga.
Dan yang dimaksud dengan fonetik organis adalah fonetik yang menyelidiki
bagaimana bunyi-bunyi dihasilkan oleh alat-alat (organ) bicara seperti yang
disebutkan di atas. Jadi fonetik organis inilah yang paling banyak mendukung
penyelidikan di bidang linguistik.

2. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur bunyi fonem (vokal/huruf
hidup dan konsonan/huruf mati) dengan wilayah penyelidikannya sampai pada
suku kata. Fonem adalah struktur bunyi vokal, atau vokal dan konsonan yang
mempunyai fungsi dalam membentuk suku kata, misalnya ‘aku’ terdiri dari 2
fonem yaitu /a/ dan /ku/, atau kata ‘pacarku’ terdiri dari 3 fonem yaitu /pa/, /car/,
dan /ku/, atau kata ‘mempercayainya’ terdiri dari 6 fonem yaitu /meN/, /per/,
/ca/, /ya/, /i/, /nya/, dan seterusnya.

3. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari/menyelidiki tentang struktur satuan


bunyi yang mengandung arti (morfem / kata) secara gramatikal. Morfem adalah
satuan unsur terkecil yang membentuk kata. Morfem terdiri dari 2 jenis yaitu
morfem bebas dan morfem terikat. Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah
morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti sendiri (kata dasar) seperti
duduk, pergi, makan dan lain sebagainya. Sedangkan morfem terikat adalah
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, atau morfem yang tidak bergabung
dengan kata dasar (afiksasi), maka morfem tersebut tak berarti apa-apa, misal :
morfem ber, ter, meN, ke, per, -kan, -an.
Contoh sebuah kalimat : ‘Ia mengadakan perjalanan jauh’, mari kita hitung ada
berapa morfem dalam kalimat tersebut. /Ia/, /meN/, /ada/, /kan/, /per/, /jalan/,
/an/, /jauh/. Jadi dalam kalimat itu terdapat 8 morfem
3. mengandung arti (morfem / kata).
4. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara yang satu dengan kata
yang lainnya. Atau menyelidiki tentang struktur kalimat.
5. Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna kalimat baik secara
gramatikal maupun secara leksikal.

Proses Morfologis
Proses Morfologis adalah pembentukan kata dari kata dasar menjadi suatu kata
baru yang mungkin maknanya dapat berubah dari makna kata dasarnya. Dalam
bahasa Indonesia terdapat 3 macam proses morfologis yaitu (a) proses
pembubuhan afiks atau afiksasi, (b) proses pengulangan kata, dan (c) proses
pemajemukan kata.

a. Proses Pembubuhan Afiks atau Afiksasi


Yang dimaksud dengan proses pembubuhan afiks atau afiksasi adalah
penambahan afiks terhadap suatu kata dasar, sehingga makna kata dasar itu
menjadi berubah misalnya dari kata benda menjadi kata kerja atau kata sifat, dan
afiks itu selalu berupa morfem terikat (ber, ter, meN, ke, per, -kan, -an, ku, mu,
nya, wan) yang terdiri dari prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, dan infiks atau
sisipan di tengah kata. Contoh :
Prefiks : ‘terdapat’ kata dasarnya adalah ‘dapat’ yang berarti bisa/mampu, tapi
setelah mendapat afiks (prefiks ter-) artinya berubah menjadi
“ada”.

Sufiks : ‘pijakan’ kata dasarnya adalah ‘pijak’ yang berarti injak/berdiri, tapi
setelah mendapat afiks (sufiks -an) artinya berubah menjadi “alat
berpijak”.
Infiks : ‘gemetar’ atau ‘gerigi’ kata dasarnya adalah ‘getar’ atau ‘gigi’,
mendapat afiks (infiks) artinya menjadi diperkeras “gemetar =
menggigil” dan “gerigi = gigi yang runcing-runcing”.

Apabila proses afiksasi itu sekaligus terdapat pada suatu kata disebut konfiks,
seperti pada kata ‘mempergunakan’ yang kata dasarnya ‘guna’ mendapat
prefiks/awalan meN, infiks/sisipan (awal) per-, dan sufiks/akhiran -kan. Atau pada
kata ‘menggunakannya’ yang kata dasarnya ‘guna’ mendapat prefiks/awalan meN,
infiks/sisipan (akhir) -kan, dan sufiks/akhiran -nya.

b. Proses Pengulangan kata (Reduplikasi)


Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan
pengucapan/penulisan morfem dasar dalam sebuah ujaran. Terdapat beberapa
pengulangan atau reduplikasi dalam bahasa Indonesia yaitu :
 Pengulangan morfem sebagian, misalnya ‘lelaki’, ‘pepohonan’ dsb.
‘lelaki’ = laki-laki dan ‘pepohonan’ = pohon-pohon
Contoh kalimat : ‘… lelaki itu sudah duda’, ‘... banyak burung hinggap di
pepohonan’
 Pengulangan morfem sepenuhnya, misalnya ‘meja-meja’, ‘kape-kape’, ‘mobil-
mobil’.
‘meja-meja’ = banyak meja, ‘kape-kape’ = banyak kape, ‘mobil-mobil’ =
banyak mobil. Contoh kalimat : ‘ …sekarang kawasan ini sudah dipenuhi
kape-kape’.
 Pengulangan morfem yang disertai perubahan konsonan atau vocal, misalnya
‘sayur-mayur’, ‘gerak-gerik’, ‘ramah-tamah’ dls.
Dalam kata ‘sayur-mayur’, sayur adalah morfem dasar/asal, dan mayur berasal
dari kata sayur tetapi mengalami perubahan konsonan s menjadi m, begitu
pula kata ‘gerak-gerik’, gerak adalah morfem dasar/asal, gerik berasal dari
kata gerak yang mengalami perubahan vokal a menjadi i, demikian pula yang
lain.
Contoh kalimat : ‘…. dia itu adalah pedagang sayur-mayur’
 Pengulangan morfem berimbuhan, misalnya ‘berjalan-jalan’, ‘melambai-
lambai’ dsb. ‘berjalan’ adalah morfem dasar, dan ‘melambai’ adalah morfem
dasar.
Contoh kalimat : ‘… seorang ibu hamil sedang berjalan-jalan di seputar taman
kota itu yang ditemani oleh suaminya’.

c. Proses Pemajemukan
Proses pemajemukan adalah penggabungan dua buah kata atau morfem bebas
menjadi satu, membentuk satu makna pula. Hasil penggabungan kedua kata
atau morfem bebas itu disebut kata majemuk. Misalnya rumah sakit, meja
makan, kepala batu, kamar tidur, dll. ‘rumah’ (morfem bebas) = tempat
tinggal, dan ‘sakit’ (morfem bebas) = tidak sehat, dan ‘rumah sakit’ = tempat
penyembuhan (medikal), dan begitu pula dengan kata majemuk yang lainnya.
Contoh kalimat :
“Karena lukanya cukup parah, ia langsung dibawa ke rumah sakit”
“Percakapan ini kita lanjutkan di meja makan sambil sarapan”
“Dasar kepala batu, sepuluh kali kuberitahu seratus kali kau lupa”
“Pertengkaran hebat suami istri itu berawal dari kamar tidurnya”

Anda mungkin juga menyukai