Anda di halaman 1dari 6

Berliana Sabrina Maharani

2101511024 / Sastra Indonesia A


UAS Teori Morfologi

1. Jenis-jenis proses morfologis yang ditemukan di dalam bahasa-bahasa di dunia dan


juga di dalam bahasa Indonesia. Terdapat tujuh jenis proses morfologi yang
ditemukan dalam bahasa-bahasa di dunia ketujuh jenis proses morfologi tersebut
yakni afiksasi, reduplikasi, komposisi, derivasi balik, abresiasi, dan pengonomatopean.
a. Afiksasi adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara
membubuhkan morfem terikat berupa afiks pada bentuk dasar. Afiks terdiri atas
prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
Prefiks: imbuhan yang secara struktural diletakkan paad awal sebuah kata dasar
atau bentuk dasar. Balam bahasa Indonesia terdapat dua jenis prefiks, yakni
prefiks asli bahasa Indonesia dan prefiks serapan dari bahasa asing. Prefiks yang
telah disebutkan tadi diantaranya, me(N)-, ber-, di-, se-, ter-, pe(N), dan per-.
Prefiks asing yang sering ditemukan dalan keseharian antara lain yaitu, non-, in-
/im-, a-, mal/mala-, mono-, bi-, multi-, eka-, dwi-, tri-, catur-, su-, pra-/pre-, pasca-,
swa-, tuna-, dan pramu- yang merupakan serapan dari bahasa Inggris, Sansekerta,
dan Belanda. Contoh:
me(N)- + tali  menali
me(N)- + laut  melaut
meN)- + gambar  menggambar
Infiks: Infiks adalah pembubuhan afiks di tengah-tengah bentuk dasar atau sering
disebut juga sisipan. Proses infiksasi tergolong proses morfologis yang
penggunannya kurang produktif karena hanya ditemukan pada bentuk-bentuk
tertentu. Bentuk infiksnya pun terbatas, hanya berjumlah tiga macam yaitu, [-el-, -
em-, dan -er-]. Kata yang dihasilkan oleh proses infiksasi sangat terbatas
jumlahnya. Contoh:
getar + (-em-)  gemetar
gigi + (-er-)  gerigi
tuntuk + (-el)  telunjuk
Sufiks: pembubuhan afiks di akhir bentuk dasar atau awamnya disebut akhiran. Di
dalam bahasa Indonesia terdapat tiga sufiks diantaranya adalah -i, -an, dan –kan.
Ketiga bentuk sufiks ini tidak memiliki alomorf atau tidak memiliki bentuk lain.
Contoh:
warna + (-i)  warnai
beri + (-kan)  berikan
sayur + (-an)  sayuran
Konfiks adalah proses morfologi yang membubuhkan dua bentuk terikat (prefiks
dan sufiks) di awal dan di akhir bentuk dasar secara bersamaan dan serempak.
Konfiksasi menggunakan prefiks per- dan sufiks –an, serta prefiks ke- dan sufiks
–an. Contoh:
per-/-an + rumah  perumahan
per-/-an + ikan  perikanan
per-/-an + tani  pertanian
b. Reduplikasi adalah salah satu proses morfologis berupa perulangan bentuk dasar
untuk menghasilkan kata ulang.
Contoh:
Menari-nari, berawal dari bentuk asal tari yang mengalami afiksasi dengan
pembubuhan prefiks dan mengalami perubahan bunyi morfofonemik, me(N)- +
tari  menari, bentuk dasar menari kemudian mengalami perulangan sebagian
pada bagian kata di belakang atau dwiungkur yang kemudian menjadi menari-nari.
c. Komposisi, komposisi atau disebut juga dengan pemajemukan adalah proses
pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menggabungkan satu bentuk baik
bebas maupun terikat dengan satu bentuk yang lain sehingga menghasilkan kata
majemuk dan juga makna baru.
Contoh:
orang tua
rumah sakit
sekolah tinggi
d. Derivasi balik merupakan salah satu proses morfologis yang terjadi karena
membentuknya pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya akibatnya
terjadi bentuk-bentuk yang secara historis tidak diramalkan
Contoh:
mengetik (kata ketik yang diyakini sebagai bentuk dasar sebenarnya tidak ada)
e. Abreviasi adalah salah satu morfologis yang dilakukan dengan cara
meninggalkan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
terbentuklah kata baru apresiasi juga disebut dengan istilah pemendekan.
Contoh:
TNI
MPR
DPR
Prof
Dr
Sendratari
f. Suplisi terjadinya perubahan morfologis ini karena faktor tense. oleh karena itu,
suplisi ditemukan pada bahasa-bahasa yang menggunakan tense, seperti bahasa
Inggris. Contoh:
go  went
come  came
eat  ate
g. Pengonomatopean adalah proses morfologi dengan cara peniruan bunyi sebagian
atau seluruh bentuk dasar. Contoh:
cecak
bebek
gagak
tekukur
cocor

2. Pengertian
a. Perulangan
Perulangan atau reduplikasi adalah proses pembentukan yang dilakukan dengan
cara mengulangi sebagian atau seluruh bentuk dasar. Perulangan dibagi menjadi
dua yaitu, perulangan dwiungkur dan perulangan dwipurwa. Perulangan
dwiungkur adalah perulangan yang terjadi dikarenakan kata yang diulang ialah
sebagian bentuk kata di belakang dari kata yang dimaksud. Perulangan dwipurwa
adalah perulangan yang terjadi dikarenakan kata yang diulang ialah sebagian
bentuk kata di depan dari kata yang dimaksud.
b. Pengulangan
Pengulangan adalah sebuah proses pengulangan yang menghasilkan perulangan
atau reduplikasi bentuk yang terjadi baik seluruh maupun sebagian, baik disertai
dengan variasi fonem ataupun tidak.
c. Kata ulang
Kata ulang adalah hasil dari proses pengulangan. Hasil perulangan bentuk dasar
yang tidak mengalami afiksasi disebut sebagai kata ulang atau kata ulang berafiks
baik seluruh ataupun sebagian. Kemudian, hasil perulangan bentuk dasar yang
mengalami afiksasi sebelum perulangan disebut sebagai kata berafiks ulang
sebagian atau seluruh.
d. Bentuk ulang
Kata bentuk ulang adalah bentuk ulang yang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Bentuk ulang yang diawali huruf kapital,
maka bentuk ulang menjadi sempurna dengan diberikan huruf capital pada awal
setiap unsurnya.
e. Repetisi
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dainggap penting untuk memberi penekanan dalam sebuah konteks. Repetisi lebih
menekankan pada gaya bahasa dalam penyampaian makna kata ulang.

3. Beda konfiks dengan imbuhan gabung sertakan contoh


Konfiks adalah proses morfologi yang membubuhkan dua bentuk terikat (prefiks dan
sufiks) di awal dan di akhir bentuk dasar secara bersamaan dan serempak, prosesnya
tidak dapat diduga afiks yang mana dibubuhkan terlebih dahulu. Berbeda dengan
konfiks, pada imbuhan gabung atau gabungan imbuhan dua afiks atau lebih
dibubuhkan secara bersama-sama dan pembubuhannya dapat diprediksi.
Contoh:
Konfiks: per-/-an + bentuk dasar,
per-/-an + kantor  perkantoran,
per-/-an + beda  perbedaan,
per-/-an + rumah  perumahan,
per-/-an + juang  perjuangan, dsb.

Imbuhan gabung, me(N)- + bentuk dasar + -kan


me(N)- + bagi + -kan  membagikan,
me(N)- + saji + -kan  menyajikan,
me(N)- + deskripsi + -kan  mendeskripsikan, dsb.

4. Proses terbentuknya
a. Menari-nari, berawal dari bentuk asal tari yang mengalami afiksasi dengan
pembubuhan prefiks dan mengalami perubahan bunyi morfofonemik, me(N)- +
tari  menari, bentuk dasar menari kemudian mengalami perulangan sebagian
pada bagian kata di belakang atau dwiungkur yang kemudian menjadi menari-nari.
b. Pukul-memukul, berawal dari bentuk asal pukul dibubuhi prefiks me(N)-
kemudian terjadi pelesapan bunyi sehingga terbentuk menjadi bentuk dasar
memukul. Bentuk dasar memukul mengalami pengulangan sebagian di bagian
depan atau dwipurwa kemudian tebentuk menjadi pukul-memukul.
c. Tarik-menarik, berawal dari bentuk asal tarik dibubuhi prefiks me(N)- kemudian
terjadi pelesapan bunyi sehingga terbentuk menjadi bentuk dasar menarik. Bentuk
dasar menarik mengalami pengulangan sebagian di bagian depan atau dwipurwa
kemudian tebentuk menjadi tarik-menarik.
d. Tuduh-menuduh, berawal dari bentuk asal tuduh dibubuhi prefiks me(N)-
kemudian terjadi pelesapan bunyi sehingga terbentuk menjadi bentuk dasar
menuduh. Bentuk dasar menuduh mengalami pengulangan sebagian di bagian
depan atau dwipurwa kemudian tebentuk menjadi tuduh-menuduh.
e. Berpura-pura, berawal dari bentuk kata ulang semu pura-pura yang dibubuhi
dengan prefiks ber- sehingga terbentuk menjadi berpura-pura.
f. Tetangga, berawal dari bentuk asal tangga yang mengalami pengulangan seluruh
menjadi tangga-tangga dan diulang sebagian menjadi tatangga. Kemudian unsur
ta- pada suku pertama mengalami perubahan bunyi menjadi te- sehingaa
terbentuklah kata tetangga.
g. Lelaki, berawal dari bentuk asal laki yang mengalami pengulangan seluruh
menjadi laki-laki dan diulang sebagian menjadi lalaki. Kemudian unsur la- pada
suku pertama mengalami perubahan bunyi menjadi le- sehingga terbentuklah kata
lelaki.

Kelompok perulangan dwipurwa : pukul-memukul, tarik-menarik, tuduh-menuduh

Kelompok perulangan dwiunkur : menari-nari


5. Bukti bahwa konsep IP lebih tepat diterapkan dalam menentukan bentuk dasar dari
bentuk kompleks Penentuan bentuk dasar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu,

 Penataan atau Item and Arrangement (IA)


Cara ini semata-mata dilakukan atas dasar penataan atas unsur-unsur
pembentuk kata kompleks. Kelemahan dari proses ini ialah bentuk dasar yang
dihasilkan belum tentu memiliki hubungan yang dekat dengan kata kompleks.
 Model proses atau Item and Process (IP)\
Dari segi proses, bentuk kompleks bisa dibuktikan memiliki keterkaitan
dengan bentuk dasar secara semantik. Ini yang menjadi kelebihan proses ini
ketimbang proses lainnya.
 Paradigma kata atau Word and Paradigm (WP)
Cara ini menggunakan deretan kata dengan menggunakan bentuk dasar dasar
yang berulang. Satu bentuk dasar, digunakan secara berulang untuk beberapa
bentuk kompleks. Kelemahan dari metode ini ialah saat menemukan kata
turunan yang cukup ruwet, maka penentuan bentuk asal dan bentuk dasar yang
cukup membingungkan.
Pembuktian :
Contoh kata kompleks membuatkan
Pada proses Item and Arrangement (IA)
Mengirimkan diuraikan menjadi me(N)- + kirim + -kan
Kemungkinan bentuk dasar ialah mengirim dan kirimkan.
Namun bentuk dasar membuat ini tidak memiliki hubungan dekat dengan
bentuk kompleksnya yaitu membuatkan.
 Word and Paradigm (WP)
Paradigma kata “kirim”
kirim
berkriman
mengirim
terkirim
kiriman
pengirim
Secara paradigma, deretan kata di atas ada bentuk yang berulang, yaitu kirim.
Oleh karena itu, kirim adalah bentuk dasar dari semua bentuk kompleks yang
ada. Setiap bentuk dapat dipisahkan dari bentuk kirim dicurigai sebagai
morfem yang berbeda.

6. Unsur yang semestinya dibahas dalam pembahasan afiks adalah proses afiksasi,
proses perubahan bunyi atau morfofonemik, kemudian pembahasan mengenai bentuk
afiks, fungsi afiks, dan makna afiks. Proses afiksasi yang mempengaruhi perubahan
bunyi dengan menggunakan prefiks me(N)- + bentuk dasar, perubahan bunyi
diakibatkan oleh fonem dari bentuk dasar yang akan dibubuhi dengan prefiks. Misal,
prefiks me(N)- dapat berubah wujud menjadi meng-, meny-, me-, mem-, men-, dan
menge- apabila betemu dengan bentuk dasar yang diawali fonem atau vokal tertentu.
Contoh analisis model untuk prefiks me(N)- berubah menjadi meng- apabila bertemu
dengan bentuk dasar berawalan fonem /g/, /h/, /kr/, atau fonem vokal.
me(N)- + gunting  menggunting
me(N)- + hapus  menghapus
me(N)- + kritik  mengkrtik
me(N)- + uji  menguji

Anda mungkin juga menyukai