Anda di halaman 1dari 28

Dewasa ini, masih banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan kata.

Seperti diketahui dalam


bahasa Indonesia, kata-kata itu terdiri dari kata dasar dan kata jadian. Kata jadian adalah kata
dasar yang diberi imbuhan. Kalau imbuhan itu berupa sisipan atau akhiran, tidak masalah karena
tidak mempengaruhi tempatnya dalam kamus. Akan tetapi, kalau imbuhan itu berupa awalan
yang jumlah macamnya lumayan banyak seperti ber-, me-, men-, meng-, mem-, ter-, per-, di-,
dll., timbul kesulitan, apalagi kalau awalan itu meluluhkan konsonan pertama kata dasarnya
seperti memakai, mengutip, menaksir, dll. Padahal semua lema kamus berdasarkan kata dasar.
Awalan me- meluluhkan huruf pertama kata dasar yang dimulai dengan konsonan tertentu, yaitu
konsonani p, s, k, dan t, dan memberi bunyi sengau sebagai gantinya, sehingga pukul menjadi
memukul, pikir menjadi memikirkan, pukat menjadi memukat, karang menjadi mengarang, kutip
menjadi mengutip, kira menjadi mengira, takar menjadi menakar, tanding menjadi menandingi,
tukar menjadi menukar, dll.
Maka kalau menemukan kata memukau, bagaimana akan mengetahui bahwa kata dasarnya
pukau?
Akan tetapi , tidak semua kata yang dimulai dengan konsonan-konsonan tersebut menjadi luluh
walaupun terjadi proses penyengauan misalnya mempunyai, mempedulikan, mempidanakan,
mentaati, dan sejumlah kata lagi. Terutama kata-kata serapan yang belum menjadi pribumi,
konsonan awalnya tidak luluh, walaupun mendapat awalan me- dengan penyengauan seperti
mempraktikkan, mempublikasikan, menteror, mentolerir, mentraktir, dll. Untuk kata-kata yang
masih mempertahankan konsonan awalnya, niscaya tidak begitu sukar untuk mengetahui kata
dasarnya.
Dalam hal ini aturan bahasa Indonesia berlainan dengan bahasa Sunda (atau Jawa), yang
meluluhkan semua konsonan awalnya
seperti peuyeum menjadi meuyeum, poemenjadi moe, tarik menjadi narik, tuluy menjadi nuluy (
keun), balik menjadi malik, beuleum menjadi meuleum dll. Dengan kata lain, dalam bahasa
Sunda (dan Jawa) semua kata dasar yang mengalami awalan m dan penyengauan, konsonan
awalnya menjadi luluh. Tidak ada kecualinya. Sedangkan dalam bahasa Melayu yang kemudian
menjadi Indonesia, ada kekecualian. Jumlah kata yang tak luluh konsonan awalnya itu tidak
banyak, sehingga sebenarnya tidak memberatkan. Yang menimbulkan soal ialah karena dalam
buku-buku tata bahasa dan buku pelajaran bahasa Indonesia, tidak pernah ada yang
mencantumkan daftar kata yang merupakan kekecualian itu seperti kita dapati daftar irregular
verbs dalam buku-buku tata bahasa dan buku-buku pelajaran bahasa Inggris. Akibatnya
wartawan yang entah karena malas entah karena terpengaruh oleh bahasa Sunda atau Jawa,
meluluhkan semua konsonan awal kalau mendapat awalan me- sengau sehingga mempunyai
ditulis memunyai, mempedulikan ditulis memedulikan, mempidanakan ditulis memidanakan, dll.
Begitu juga kata-kata serapan dari bahasa asing yang belum mempribumi semua konsonan
awalnya menjadi luluh sehingga kita baca memraktekkan, memublikasikan, meneror, menolerir,
menraktir, dll.
Cara penulisan demikian yang dimulai oleh wartawan sebuah surat kabar terkemuka di Jakarta
itu, dengan cepat diikuti oleh para wartawan surat-surat kabar lain baik di Jakarta maupun di
kota-kota lain, sehingga dianggap sudah menjadi ketentuan. Hal itu niscaya akan besar
pengaruhnya kepada masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang membaca surat-surat kabar itu.
Bahkan sejak beberapa lama para editor buku pun telah mengikutinya, sehingga praktik
demikian tidak hanya terdapat dalam surat-surat kabar, melainkan juga dalam buku-buku,
meskipun belum ada buku tata bahasa dan buku pelajaran bahasa Indonesia yang mengaturnya.
Yang membingungkan ialah karena akibatnya semua kata yang bukan kata dasar juga konsonan
awalnya menjadi hilang seperti memperbaiki menjadi ditulis memerbaiki, memperhalus menjadi
ditulis memerhalus, memperindah menjadi ditulis memerindah, dll. Padahal konsonan p pada per
di situ, bukan kata dasar, melainkan awal per.
Hal itu hanya menunjukkan bahwa mencari dan mengenali kata dasar dalam bahasa Indonesia itu
tidak mudah, jangankan orang asing yang baru mulai mempelajarinya, bahkan orang Indonesia
sendiri, malahan pula wartawan yang seharusnya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik,
masih menghadapi kesukaran dalam membedakan mana kata dasar dan mana awalan.
Maka seharusnya hal itu ditetapkan dalam tata bahasa dan dalam buku-buku pelajaran bahasa
Indonesia disertakan daftar kata-kata terkecuali itu, yaitu kata-kata dasar yang konsonan awalnya
tidak luluh kalau mendapat awalan me- sengau. Agar orang yang mempelajari bahasa Indonesia
tahu mana kata yang dikecualikan itu
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:    Bacalah buku itu baik-baik.
    Siapakah pacarmu itu?
    Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis serangkai dari kata yang mendahuluinya. 
Misalnya:    Apa pun makannya, minumnya teh kotak.
    Jangankan rumah, gubuk pun aku tak punya. 
    Kakaknya pintar, adiknya pun pintar.

Catatan: Kelompok kata yang ditulis serangkai apabila menunjukkan hubungan pertentangan.
Misalnya:    walaupun, meskipun, sekalipun, kendatipun, sungguhpun, kalaupun.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis serangkai dari bagian kalimat yang
mendahului/mengikutinya.
Misalnya:    Per 1 Mei tahun depan, buruh diliburkan. (mulai)
    Mereka keluar kelas satu per satu. (demi)
    Aku mendapat uang jajan per bulan. (tiap)

Bonus:
Berhubung kemarin-kemarin ada yang bertanya soal penulis tanda petik, sekalian saja yah?

Tanda petik tunggal ('...') digunakan untuk:


a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Bu Dewi berkata, "Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriakan anakku, 'Bapak, Ibu pulang', dan rasa letihku lenyap
seketikan."

b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing. 


Contoh: Tahun ini rate of inflation 'laju inflasi' cukup tinggi. 

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnya baca, lari.
o Verba transitif (membunuh),
o Verba kerja intransitif (meninggal),
o Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan
kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
o Orang pertama (kami),
o Orang kedua (engkau),
o Orang ketiga (mereka),
o Kata ganti kepunyaan (-nya),
o Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
o Angka kardinal (duabelas),
o Angka ordinal (keduabelas)
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat
dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat
(karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya
the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.( lah, kah, tah )

I.1. Latar Belakang


Dalam bahasa Indonesia kita mengenal Morfologi yang merupakan cabang dari kajian ilmu
bahasa. Salah satu kajian atau bidang dari morfologi adalah kelas kata menurut tata bahasa baku.
Namun,dikalangan kita sebagai mahasiswa masih banyak yang tidak paham atau mengenal jenis
kata menurut tata bahaa baku. Didalam makalah ini akan dipaparkan tentang pembagian kelas
kata menurut tata bahasa baku secara jelas guna mempermudah dalam pemahaman materi ini.
I.3. Rumusan Masalah
I.2.1. Apa saja pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.
I.2.2. Apa saja bentuk pembagian verba, nomina, pronomina, numerelia,
adverbia, adjektiva, kata tugas.
I..2.3. Apa saja contoh dari masing-masing dari bentuk pembagian kelas
kata menurut tata bahasa baku.
I.2.4. Bagaimana pemakaian masing-masing jenis kata menurut tata
bahasa baku.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
I.3.1. Untuk mengetahui pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku
I.3.2. Untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing pembagian kelas
kata menurut tata bahasa baku.
I.3.3. Untuk mengetahui karakteristik dari jenis kata tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
JENIS KATA MENURUT TATA BAHASA BAKU
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam
bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang
sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak
diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang
satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut
pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara
ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mengurangi kebingungan tersebut, dikelompokanlah jenis kata menurut tata bahasa baku.
Dengan pengelompokan ini diharapkan mampu mengurangi kebingungan dalam pembelajaran
bahasa. Sebagaimana yang kita ketahui, istilah baku berarti suatu bentuk yang sudah menjadi
standar bersama. Karena kaidah-kaidah ini banyak digunakan oleh orang.
Jenis kata menurut tata bahasa baku terdiri dari :

1. verba
2. adjektiva
3. nomina
4. pronomina
5. numerelia
6. adverbia
7. kata tugas

II.1. VERBA
Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam
pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna,
dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat dibedakan
menjadi :
1. verba dasar bebas
Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan,
mandi, minum, pergi, pulang,dll.
2. verba turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau
berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
a. verba berafiks
contohnya : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan,
menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.
b. verba bereduplikasi
contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
c. verba berproses gabungan
contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.
d. verba majemuk
contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampinginya,verba dapat dibedakan menjadi :
i. verba intransitif
verba intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Contoh : ada, kembali, bangkit,
bangun, tiada, terbang.
ii. verba transitif
verba transitif yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.berdasarkan
banyaknya obyek,maka terdapat :
a. verba monotarnsitif
verba monotransitif yaitu verba yang mempunyai satu obyek.

Contoh :   
b. verba bitransitif
verba bitransitif yaitu verba yang mempunyai dua obyek.

Contoh :       
c. verba ditransitif
verba dittransitif adalah verba transitif yang verbanya tidak muncul.
Contoh : adik sedang makan.
Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, dapat dibedakan menjadi :
1. verba aktif
verba aktif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian
biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh : Dia mencintai saya
Saya makan nasi
Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakan kami makanan.
Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokotif atau repetitif.
Contohnya :
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli anjingnya
Paman menguliti  kambing.
2. verba pasif
verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya
diawali dengan prefiks ter-, atau di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak oleh ku.
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik
Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja itu
3. verba anti-aktif (argatif)
Verba anti-aktif yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan
subyeknya merupakan penderita.
Contoh :
Ibu kecapaian di bus
Kakinya terntuk batu
4. verba anti-pasif
Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
Ia haus akan kasih sayang
Pak tani bertanam singkong.
Dilihat dari interaksi antara nomina dan pendampingnya, dapat dibedakan:
a. verba resiprokal
Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan
perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh : berkelahi, berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
b. verba non resirokal
verba nonresiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua
pihak dan tidak saling berbalasan.
Dilihat dari sudut referensi argumennya :
a. verba refleksif
verba refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama . verba ini
mempunyai dua bentuk, yaitu :
 verba yang berfresiks ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.

Contoh : bercermin, berdandan, berjemur.


 Verba yang berprefiks me-, bersufiks –kan, dan berobyek diri.

Contoh : melarikan diri, membaringkan diri.


b. verba non-refleksif
verba non refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau
berlainan.
Dilihat dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, dapat dibedakan :
1. Verba Kopulatif
Yaitu Verba yang mempunyai potensi untukditanggalkan tanpa mengubah konstruksi
preduktirf yang bersangkutan.
Contoh: adalah, merupakan.
2. Verba Ekuatif
Adalah Verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.
Verba Telis dan Verba atelis
Verba Telis biasanya berprefik me-, dan Verba Atelis berfrefik ber.Verba Telis
menyatakan bahwa perbuatan tuntas, sedangkan Verba Atelis menyatakan bahwa perbuatan
belum tuntas atau belum selesai.
Contoh:
- Pak tani menanam padi
- Pak tani bertanam padi
- Ia menukar pakaian itu
- Ia bertukar pakaian
Verba performatif adan Verba Konstatatif
1. Verba performatif
Yaitu Verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat
pembicara pada waktu mengajarkan kalimat.
Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.
2. Verba Konstatatif
Yaitu Verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau
peristiwa.
Contoh: menembaki, menulis.
II.2. ADJEKTIVA
Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
1. Bergabung dengan partikel tidak,
2. mendampingi nomina
3. di dampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.
4. mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
5. dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
1. Adjektiva dasar
a. Yang dapat diisi dengan kata sangat, lebih :
Adil Bagus Deras dsb.
Agung Bahagia Disiplin
Aman Bebas Fatal
Anggun Berani fanatik
b. Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih :
Buntut Genap Langsung Pelak
Cacat Interlokal Laun Tentu
Gaib Kejur Musnah Tunggal
Ganda lancung Niskala
2. Adjektiva turunan
a. Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhorma.
b. Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya
- Elok-elok - Muda-muda
- Gagah-gagah - Ringan-ringan
c. Adjektiva berafiks ke-an, misalnya :
- kesakitan - Kesepian
d. Adjektiva berafiks –i, misalnya :
- Abdi - hewani
- Alami - Duniawi
e. Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :
1. Deverbalisasi, misalnya :
- Melengking - menyenangkan
- Menggembirakan - terpandang
2. denominalisasi, misalnya :
- ahli - berguna - luas
- berakar - bermanfaat - malam
- berbisa - dermawan - membudaya
3. de-adverbalisasi, misalnya :
- berkurang - menyengat
- bertambah
4. denumeralia, misalnya :
- manunggal - menyeluruh
- mendua
5. de-interjeksi, misalnya :
- aduhai - sip - wah
- asoi - yahud
3. Adjektiva Majemuk
a. subordinatif :
- buta warna - panjang akal
- besar mulut - terang hati
b. koordinatif :
- aman sentosa - lemah lembut
- besar kecil - suka duka
Ada dua macam katagori adjektiva :
a. - adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam
klausa .
contoh : hangat, sulit, mahal.
- adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam prase nominal.
Contoh : nasional, niskala
b. - adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat,
seperti : pekat, makmur.
- adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak,
sangat, seperti : intern
Pemakaiaan Adjektiva
a. Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan
biasa.
Contoh : - Rumah Husein besar
- Rumah Husein sama besar dengan rumah Ramli
b. Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina
lain.
Contoh :Rumah Husein lebih besar dari pada rumah Ramli.
c. Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi
keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya.
Contoh : - Anton murid yang paling pandai di kelas itu.
- Anton murid terpandai di kelas itu.
d. Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-
lebihan.
Contoh : - Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.
- Karena dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.
- Angin topan yang bukan main kuatnya
II.3. NOMINA
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan
partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis nomina
yaitu :
1. nomina dasar
contoh : * batu * radio * kemarin
* kertas *udara
2. nomina turunan
 nomina berafiks : keuangan, perpaduan
 nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah
 nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.
 Nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :
- deverbaliasi : pemandian, kebersamaan
- deakjitivalisasi : ketinggian, leluhur
- deaverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.
- Penggabungan : jathnya, tridarma.
3. nomina paduan leksem
contoh : - daya juang - jejak langkah
- loncat indah
4. nomina paduan leksem gabungan :
contoh : - pengambilalihan
- pendayagunaan
Sub Kategorisasi
1) Nomina bernyawa dan tak bernyawa
a. Nomina bernyawa dapat dibagi atas:
(1) Nomina persona (insan):
 Nama diri: Martha, Sis, Ayu. Nama diri sebagai nama tidak dapat
direduplikasikan.
 Nomina kekerabatan: nenek, kakak, ibu, bapak
 Nomina yang menyatakan orang atau yang diperlakukan seperti orang;
tuan, nyonya
 Nama kelompok manusia: Jepang, Melayu
 Nomina tak bernyawa yang dipersonkasikan: DPR (lembaga)
(2) Flora dan Fauna mempunyai ciri sintaksis:
 Tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka
 Tidak dapat didahului partikel si, kecuali flora dan fauna yang
dipersonifikasikan: Si Kancil, Si Kambing
b. Nomina tak bernyawa dapat dibagi atas:
(1) Nama lembaga; DPR, MPR
(2) Konsep geografis: Bali, Jawa, Senangka
(3) Waktu: Senin, Januari, besok
(4) Nama bahasa: bahasa Sunda, bahasa Indonesia
(5) Ukuran dan takaran: gram, kilometer, karung
(6) Tiruan bunyi: kokok
2) Nomina terbilang dan tak terbilang
Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina
tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti udara, kesucian,
termasuk pula nama diri dan nama geografis.
3) Nomina kolektif dan bukan kolektif
Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubstitusikan dengan mereka atau dapat
diperinci atas bagian-bagian nomina kolektif terdiri atas nomina dasar seperti tentara, keluarga.
Nomina turunan seperti wangi-wangian. Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-
bagiannya termasuk nomina bukan kolektif seperti: asinan, cairan, hadirin, kompi, pawai,
rempah.
Pemakaian Nomina
1. Penggolongan benda yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai
kekhususan nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, pucuk,
tangkai.
2. Nomina tempat dan arah: kana, kiri, depan, belakang
3. Tiruan bunyi: aum, deru, deram, dan sebagainya
4. Makian: bangsat, jahanam, dan sebagainya
5. Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk menyapa:
a. Nama diri: “Mari ke sini, Ali”,
b. Nomina kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”
c. Gelar dan pangkat: “Selamat pagi, Dok”
d. Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba : pendengar
e. Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”
f. Nomina lain: “Ini topi Tuan”
6. Kuantifa: bahu, botol, ikat, gelas, papan, teras
7. Ukuran: gram, kilo, sentimeter
8. Penunjuk waktu: pagi, Minggu, jaman
9. Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan
dalam metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “Berat terdiri dari lima fonem dan maknanya
berlawanan dengan ringan”
Nominalisasi
Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang baerasal dari morfem atau kelas
kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
1. Afiksasi : pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
2. Penambahan partikel Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis
3. Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja
II.4. PRONOMINA
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya
itu disebut antiseden.
Pemakaian Pronomina
1. Dalam ragam non standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar
tersebut, karena pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
2. Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
3. Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain
yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya”
II.5. NUMERALIA
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi
sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung
dengan tidak atau dengan sangat.
Subkategorisasi
A. Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri
atas :
1. Numerelia utama (koordinat)
a. bilsngsn pnuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua,
puluh,ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang,
ukuran panjang, berat, isi,dsb.
b. bilangan pecahan, yitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki
partiker per :

 = dua pertiga

 = lima perenam
c. bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22,
lusin=12, gross=144
2. Numerelia tingkat
Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia.
Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan kedua
sudah diperbaiki
- Ia orang kedua di departemennya.
3. Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau
Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu
mendahului nomina.
Contoh : dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.
B. Numerelia tak takrif
Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya :
suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari
kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan, atau
menjadi nomia seperti kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.
II.6. ADVERBIA
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam
konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan
karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva.
Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis namun
adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan
keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan
konsep fungsi.
Ada dua jenis adverbia, yaitu :
1. adverbia intra klausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau
adverbia lain.
Contoh :
- Alangkah - Gus - pula
- Agak - Hmpir - rada-rada
- Agak-agak - Hanya - saja
- Amat sangat - Harus - saling
2. adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-
pindah posisi dan secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara
keseluruhan.
Contoh : barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
1. Adverbia dalam bentuk dasar bebas.
Contoh :

Alangkah
Agak
Bisa
Hampir
Masih
Memang
Paling
Nian
Niscaya
Sangat
dll

2. Adverbia turunan, terbagi atas :


a. adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari :
i. adverbia bereduplikasi
contoh : agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan, rada-rada.
ii. adverbia gabungan
contoh : belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.
b. Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas , terdiri dari :
i. Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter-
contoh : terlalu, dan terlampau.
ii. Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.
a. denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu, pagi-pagi.
b. Depronominal : sendiri-sendiri.
c. Adverbia de-ajektiva : awas-awas, baik-baik, benar-benar.
d. Adverbia denumerelia : sedikit-sedikit, dua-dua.
e. Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.
3. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya :agaknya, harusnya
N + -nya : rasanya, rupanya
V + -nya : hendaknya, kiranya
A +-nya : biasanya, layaknya
Num + -nya : seluruhnya, biasanya
4. Adverbia deverbal gabungan
Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak trkatakan lagi
5. Adverbia de-akjetiva gabungan :
Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali
6. Gabungan proses :
Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.
Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan
kualitas dari berbagai verba, ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan
apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai
berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung. Modalitas
menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan.
Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
A. Adverbia sebagai penanda aspek :
Contoh :
Biarkan saja ! Dia lagi jahil.
Pada kalimat tersebut : penanda aspek : lagi
Jenis aspek : duratif
Gunung itu sudah gundul.
Penanda aspek : sudah
Jenis aspek : perfektif
B. Adverbia sebagai penanda modalitas
Contoh :
Mereka belum haus
Penanda modalitas : belum
Saya harus lantang bersuara
Penanda modalitas : harus
C. Adverbia sebagai penanda kuantitas
Contoh :
Ahmad mengerjakan pekerjaannya sekaligus kemarin.
Penanda kuantitas : gus
Mereka saling mencintai
Penanda kuantitas : saling
D. Adverbia sebagai penanda kualitas
Contoh :
Alangkah cantik wajah gadis itu
Penanda kualitas : alangkah
Hati-hati, dia rada gila
Penanda kualitas : rada
II.7. KATA TUGAS
7.1 Batasan dan Ciri Kata tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata
tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain
dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk
kata lain. Jika verba “datang”kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi,
mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti“menyebabkan”
dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina
“sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata tugas
merupakan merupakan kelas kata tertutup.
7.2 Klasifikasi Kata Tugas
7.2.1. Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di
belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau
adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi
tunggal dan mejemuk.
a. Preposisi tunggal
Preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanyaa satu kata.
-  preposisi yang berupa kata dasar, preposisi ini hanya terdiri atras satu
morfem. Contoh : akan Takut akan kegelapan
di Duduk di kursi
- preposisi yang berupa kata berafiks, preposisi ini dibentuk dengan menambahkan
afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas ata verbal, adjektiva, atau nomina.
Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks,
atau gabungan kedua-duanya (konfiks). Contoh :
 preposisi yang berupa kata berprefiks :
bersama pergi bersama kakak.
Menurut menurut rencana
 preposisi yang berupa kata bersufiks :
bagaikan Cantik bagaikan bidadari
 preposisi yang berupa kata berkonfiks, contoh :
melalaui dikirim melalui pos.
Mengenai berceramah mengenai kenakalan remaja
b. preposisi gabungan
 preposisi yang berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya
berurutan. Contoh :
dari pada Menara itu lebih tinggi daripada pohon itu.
  Preposisi yang berkolerasi, preposisi ini terdiri atasdua unsur yang
dipakai berpasangan tetpi terpisah oleh kata atau prase lain. Contoh :
antara....dengan antara dia dengan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
dari....sampai dengan seminar itu diadakan dari hari senin sampai
dengan hari kamis minggu depan
 Preposisi dan nomina lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua
nomina asalkan nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.
c. peran semantis preposisi
 penanda hubungan tempat.
Contoh : di, ke, dari, hingga, sampai.
 penanda hubungan peruntukan
Contoh : bagi, untuk, guna, buat.
 penanda hubungan kesetaraan atau cara.
Contoh : dengan, sambil, beserta, bersama
 penanda hubungan sebab
Contoh : karena, sebab, lantaran
 penanda hubungan pelaku
Contoh : oleh.
 penanda hubungan ihwal peristiwa
Contoh : tentang, mengenai.
 penanda hubungan milik
Contoh : da
7.2.2 Konjungtor
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi
menjadi empat kelompok yaitu :
1. Konjungtor Koordinatf
Konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki
status yang sama. Contoh :
- dan : yaitu penanda hubungan penambahan
- serta : penanda hubungan pendamingan
- atau : penanda hubungan pemilihan
- tetapi : penanda hubungan perlawanan
- melainka : penanda hubungan perlawanan
- padahal : penanda hubungan pertentangan
- sedangkan : penanda hubungan pertentangan
Konjungtor koordinatif disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata.
Meskipun demikian frasa yang dihasilkan bukan frase preposional.
Contoh :
- Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
- Saya atau kamu yang menjemput Ibu.
- Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
- Anak itu pandai tetapi polos.
2. Konjungtor Korelatif
Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang
memiliki status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh :
- Baik  pak Anwar maupun  istrinya tidak suka merokok.
- Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.
- Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri puntidak dihormati.
3. Konjungtor Subordinatif
Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih,
dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor
ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
a. Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika,
tatkala, selama, demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum, selesai,
seusai, sehabis.
b. Konjungtor subordinatif Syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
c. Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.
d. Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.
e. Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.
f. Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.
g. Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai.
h. Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.
i. Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.
j. Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa.
k. Konjungtor subordinatifatribut, misalnya : yang.
l. Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari
4. Konjungtor antar kalimat
Konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu,
konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis
dengan huruf kapital. Contoh :
a. Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. (Kami tidak
sependapat dengan dia. Biarpun begitu,kami tidak akan menghalanginya)
b.  Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada. (Keadaan memang
sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada)
Dari berbagai diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Konjungtor koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang
dibentuk dengan cara ini dinamakan kalimat majemuk setara.
2. Konjungtor korelatif membentuk frase atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan
konjungtor ini memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu
membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada
kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat
terbentuk pola kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
3. Konjungtor subordinatif membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu
dengan induk kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
4. Konjungtor antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan
kalimat sendiri-sendiri.
7.2.3 INTERJEKSI
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara
stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya,
interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis
interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.
2. Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
4. Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah
5. Interjeksi harapan : insya allah.
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
7. Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.
8. Interjeksi ajakan : ayo, mari.
9. Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.
10. Interjeksi simpulan : nah.
Contoh :
- Bah, pergi kau dari rumah ini !
- Ayo kita pergi sekarang !
- Halo, apa kabar ?
7.2.4 ARTIKULA
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada
kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang
menominalkan.
1. Artikula yang bersifat gelar
Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :
a. sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan maksud meninggikan
martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.
b. sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.
c. hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh
dalam cerita sastra lama.
d. dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada
cerita sastra lama.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok.
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena
artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang
dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.
3. Artikula yang menominalkan.
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik,
bergantung pada konteks kalimat. Contoh :
- Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.
- Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
Berikut dalah ikhtisar pemakaian artikula “si”
a. didepan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat : si ali, si toni, si nana.
b. Didepan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu : si pengirim, si
penerima.
c. Di depan nominal untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang
disebut itu mempunyai sifat atua mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumnis.
d. Dalm bentuk verbal yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang,
berikukuh, bersimaharajalela, bersikeras.
e. Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit, sibusuk, sidingin, simalakama.
7.2.5 PARTIKEL PENEGAS
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan
hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu:
-lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.
A. Partikel – kah
Partikel – kah yang berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif.
Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat
interogatif. Contoh :
- Diakah yang akan datang ?
(bandingkan: Dia yanag akan datang).
2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya
seperti: apa,dimana, dan bagaimana, maka –kah bersifat mansuka. Pemakaian –
kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh:
- Apakah ayahmu sudah datang?
3. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif,
maka –kah akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang
urtan katanya dibalik. Contoh:
- Akan datangkah dia nanti malam?
B. Partikel –lah
Partikel –lah juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif.
Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1. Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintanya.
Contoh :
a. Pergilah sekarang, sebelum hujan turun !
b. Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi !
2. Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.
Contoh :
a. Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
b. Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan.
C. Partikel –tah
Partikel –tah, yang juga berbentuk kritika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si
penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri
sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Contoh :
- Apakah artinya hidup ini tampa engkau?
D. Partikel pun
Partikel pun hanya dalam kalimat deklarataif dan dalam bentuk tulisan
dipisahkan dari kata dimukanya.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut. Contoh :
1. Pun dipakai untuk mengeraskat arti kata yang diiringinya. Contoh :
– Yang tidak perlupun dibelinya juga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam pembahasan yang telah disajikan tadi
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Jenis kata menurut tata bahasa baku ada 7 jenis yaitu: verba, adjektiva, adverbia, nomina,
pronomina, dan kata tugas.
2. Verba dari segi bentuk terbagi atas verba asal dan verba terunan, sedangkan verbal dari
segi prilaku sintaksisnya terbagi atas verba transitif, verba tak transitif, dan verba
berpreposisi.
3. Adjektiva adri segi bentuknya terbagi atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan,
sedangkan adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay terdiri atas ajektiva atributip,
predikatip, adn adverbia atau keterangan.
4. Adverbia dari segi bentuknya terbagi atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan.
5. Nomina adri segi bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, turunan, afiks, dan
morfofonemiks afiks nomina.
6. Pronomina penunjuk terdiri atas pronomina penunjuk umum, penunjuk tempat, dan
penanya.
7. Numeralia dibagi atas nomeralia pokok, tingkat, dan pecahan.
8. Kata tugas diklasifikasikan menjadi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel
penegas
3.2 SARAN-SARAN
Sebagai manusia biasa penulis merasa banyak memilki kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk melengkapi kekurangan dalam makalah ini penulis menyarankan kepada
pembaca untuk membaca beberapa artikel mengenai tata bahasa baku sebagai referensi
tambahan. Selain itu diperlukan suatu bentuk pemahaman mengenai jenis kata menurut tata
bahasa baku. Kita sebagai mahasiswa harus mampu memberikan contoh yang baik dalam
panggunaan jenis kata menurut tata bahasa baku.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,hassan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.
Gorys Keraf,Dr. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores : Nusa Indah.
ri

Anda mungkin juga menyukai