Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga melalui tulisan. Dalam berbahasa diperlukan
berbagai jenis kata yang tentunya memiliki makna yang benar dan dapat dimengerti. Untuk
mendapatkan makna yang berbeda (makna baru) dan mudah dimengerti tentunya dilakukan
perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk. Tanpa perubahan bentuk
ini, maka kata yang berbeda tidak akan terbentuk. Untuk dapat lebih memahami perubahan
bentuk, dapat dipelajari melalui ilmu tata bahasa yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya. Yang sering disebut ”Morfologi” atau Tata kata. Melalui laporan ini kami akan
membahas tentang perubahan bentuk kata.
Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarkat atau remaja yang mengenal bahasa Indonesia
secara benar. Hal ini telah menjadi masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita
sebagai warga negara yang baik, mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik. Analisis kesalahan berbahasa ialah sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan
orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas. Jelas, dimaksudkan sesuatu yang telah
ditargetkan. Sedangkan objek yang dipelajari adalah bahasa. Analisis bahasa terutama dikenakan
pada bahasa yang sedang ditargetkan. Analisis kesalahan sangat berguna sebagai alat pada awal-
awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran bahasa target dilaksanakan (Sri
Hastuti: 1989).
Kesalahan tidak hanya dilakukan pada bahasa lisan saja, namun pada bahasa tulis juga. Salah
satunya adalah kesalahan bidang morfologi. Kesalahan bidang morfologi berhubungan dengan
tata bentuk kata.
Morfologi (tata kata) berasal dari kata morphologie yang berasal dari bahasa Yunani morphe dan
logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Jadi, morfologi berarti ilmu tentang
bentuk. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata
(struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas
kata. A. Proses Morfologi
Morfologi merupakan satu sistem dari suatu bahasa dalam arti luas, sehingga struktur kata yang
senantiasa membentuk kalimat-kalimat tentu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan
jenis kata atau makna kata yang dikehendaki oleh penutur atau penulisnya. Morfologi memiliki
keleluasaan dalam proses pembentukan morfem, kata, dan kombinasi-kombinasinya baik pada
kategori morfem bebas maupun terikat (Rohmadi, dkk. 2009: 3).
B. Rumusan masalah
Ada tiga rumusan masalah dalam makalah ini yang perlu dibahas.
C. Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan yang akan dicapai dalam mempelajari makalah ini.
1. Menjelaskan pengertian tata kata atau proses morfologi.
2. Mendeskripsikan bentuk kata dan perubahan-perubahannya
3. Menjelaskan penggunaan kata dasar dan kata turunan secara tepat.
D. Manfaat
Makalah ini memberikan kontribusi (manfaat) baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
b. Sebagai sumber informasi mengenai tata kata dalam bahasa Indonesia khususnya bentuk
kata dasar dan kata turunan.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini memberikan sumbangan informasi dan pengetahuan terhadap semua pembaca
mengenai tata kata dalam bahasa Indonesia khususnya bentuk kata dasar dan kata turunan.
Landasan Teori
Hakikat kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari
segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna, dan
sebagai pembeda makna atau menciptakan makna baru. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (1998:342), Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya -an, me-, me-kan),
klitika/partikel (misalnya -lah, -kah, -tah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan).
Contoh :
1. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seting mengalami perubahan.
Misalnya, morfem terikat me dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-,
dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena
pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomor.
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti/mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya: ekstrakurikuler, telepon, transmigrasi, pramuniaga, instropeksi, antakota,
mahasiswa, pascasarjana, semiprofesional, dll.
Catatan:
-Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
-Jika kata maha sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha
Pengasih.
C. Bentuk Ulang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: lauk-pauk, sayur-mayur,
tunggang-langgang, anak-anak, centang-perenang, dll.
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang
empat, dll.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, dll.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita,
kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.
Menurut bentuknya, kata-kata dibedakan menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan
kata majemuk. Setiap kata yang menjadi dasar pembentukan kata baru (kata turunan) disebut
kata dasar.
Kata turunan yang di turunkan dari kata dasar bisa berupa sebagai berikut:
1. Kata berimbuhan (dibentuk dengan menambahkan kata imbuhan atau afiks ke kata
dasarnya.
2. Kata ulang(dibentuk dengan mengulang kata dasarnya).
3. Kata majemuk (dibentuk dengan memadukan dua kata dasar atau lebih).
1. AFIKSASI
Proses penambahan imbuhan ada bermacam-macam antara lain : prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
dan afiks turunan.
2. REDUPLIKASI
Proses pembentukan kata-kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Perulangan kata
meliputi sebagai berikut :
1. Perulangan utuh, contohnya anak anak-anak.
2. Perulangan sebagian, contohnya menari menari-nari.
3. Perulangan berimbuhan, contohnya anak anak-anakan.
4. Perulangan berubah bunyi, contohnya sayur sayur-mayur.
Terdapat kata yang secara sepintas seperti kata ulang , tetapi tidak memiliki bentuk dasar yang di
ulang. Contohnya kupu-kupu, kunang-kunang, dan sebagainya.
3. KOMPOSISI(proses pemajemukan)
Dalam bahasa indonesia sering terdapat gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan kata
baru yang disebut kata majemuk. Contohnya rumah sakit, kepala desa, matahari, mata kaki,
dan masih banyak lagi.
Mengenal makna kata, kita mengenal makna leksikal (makna kata secara lepas, makna
kontekstual (makna kata yang ditemukan oleh hubungannya dengan kata yang lain), makna
gramatikal (lazim juga disebut nosi, maknadenotatif (makna harfiah), dan makna
konotatif (makna kias / tautan). Dalam kaitannya dengan penggunaan makna kata, kita
mengenal sinonim dan antonim. Sinonim mengacu ke persamaan atau kemiripan makna, sedang
antonim mengacu ke pertentangan atau oposisi makna, bukan ingkaran (negasi) makna, makna
dinyatakan dengan kata tidak atau bukan .
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnyabaca, lari.
Pelengkap (berumah)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
8. PEMBAHASAN
9. Pengertian Morfologi
Morfologi atau tata bentuk adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-
bagian kata secara gramatikal. Dengan kata lain, morfologi mempelajari dan
menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
Morfologi ialah ilmu tata bahasa yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya.
10. 1. Morfem
Morfem ialah bentuk bahasa yang terkecil yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya.
11. 1.1 Pembagian morfem
Berdasarkan bentuknya morfem di bagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Morfem bebas, ialah morfem yang dapat berdiri sendiri. Suatu morfem bebas telah
dapat disebut sebagai kata.
Contoh: pergi, lari, kursi, kerja, dan lain-lain.
b. Morfem terikat, ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada
morfem bebas. Morfem terikat dapat dibeda-bedakan lagi menurut fungsinya, ada yang
berfungsi untuk membentuk kata kerja, ada yang bertugas untuk membenuk kata benda,
ada pula yang digunakan untuk membentuk kata sifat.
Contoh: me-, ber-, pe-, -kan, -an, -i, dan lain-lain.
Dalam tata bahasa Indonesia morfem dasar atau morfem bebas itu disebut kata dasar,
sedangkan morfem terikat disebut imbuhan.
12. 2. Kata Dasar dan kata berimbuhan
1.1 Pengertian kata
Kata ialah bagian yang terkecil dari suatu kalimat yang dapat berdiri sendiri dan
bermakna.
13. 1.2 Pembagian kata
Berdasarkan bentuknya, kata dibagi dua macam, yaitu:
a. Kata dasar, ialah kata yang belum mendapatkan imbuhan atau belum mendapatkan
perubahan dari bentuk aslinnya. Kata dasar berdiri sendiri dan merupakan morfem bebas.
Kata dasar dapat dibagi lagi menjadi :
1. Kata dasar primer
Kata dasar yang asli dalam Bahasa Indonesia dan cenderung bersuku 2.
Contoh: duduk, lari, sakit, dan lain-lain.
2. Kata dasar sekunder
Kata dasar yang cenderung bersuku lebih dari 2 suku kata.
Contoh: jendela, ketua, kepala, dan lain-lain.
b. Kata jadian, ialah kata yang sudah mengalami perubahan karena mendapat imbuhan,
perulangan, dan penggabungan.
Contoh: makanan, berlari, duduk-duduk, pelajaran.
14. 1.3 Kata berimbuhan
Kata berimbuhan ialah kata dasar yang mendapat imbuhan (afiks). Proses melekatnya
imbuhan (afiks) pada kata dasar disebut afiksasi. Berdasarkan imbuhan yang
ditambahkan pada kata dasar, kata berimbuhan dibagi sebagai berikut:
a. Kata yang mendapat awalan atau perfiks ( me-, ber-, di-, pe-, ter-)
Contoh: menangis, berlari, dipukul, petani, terjatuh, dan lain-lain.
b. Kata yang mendapat sisipan atau infiks (-el-, -er-, -em-)
Contoh: geletar, jemari, gelembung, dan lain-lain.
c. Kata yang mendapat akhiran atau sufiks (-i, -an, -kan)
Contoh: pukuli, makanan, ambilkan.
d. Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran secara serentak atau mendapat konfiks
(ke-an, per-an)
Contoh: kedudukan, pelajaran, dan lain-lain.
e. Kata yang mendapat awalan dan akhiran secara bertahap (me-kan, di-kan, pe-i, me-i,
mem-per-kan, mem-per-i, di-per-i, di-per-kan)
Contoh: melarikan, diambilkan, pelajari, memperhatikan, diperhatikan, dan lain-lain.
1.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari karya tulis ini adalah dalam Morfologi (tata bentukan)
dipelajari bentuk kata dan perubahan-perubahannya yang diselidiki melalui morfem( bentuk
bahasa yang terkecil yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-perubahannya). Untuk dapat
lebih mudah menyelidiki bentuk kata dan perubahannya morfem dibagi menjadi 2 yaitu :
morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem bebas dapat disebut kata karena dapat berdiri sendiri sedangkan morfem terikat dapat
disebut imbuhan karena tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada morfem bebas. Kata
yang sudah mendapat imbuhan disebut kata berimbuhan. Kata berimbuhan dapat dibagi lagi
atas :
-Kata yang mendapat awalan atau perfiks ( me-, ber-, di-, pe-, ter-)
-Kata yang mendapat sisipan atau infiks (-el-, -er-, -em-)
-Kata yang mendapat akhiran atau sufiks (-i, -an, -kan)
-Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran secara serentak atau mendapat konfiks (ke-an, per-
an)
-Kata yang mendapat awalan dan akhiran secara bertahap (me-kan, di-kan, pe-i, me-i, mem-per-
kan, mem-per-i, di-per-i, di-per-kan)
1.2 SARAN
1. Pembaca memerlukan pemahaman khusus dalam mempelajari morfologi (tata kata).
2. Pembaca diharapkan memiliki pengetahuan khusus agar dapat menganalisis struktur, bentuk,
dan klasifikasi kata dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Hidayat ,Moh., Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo Surabaya.
15.
Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar.
Dalam bahasa Indonesia, jualadalah kata dasar dari jualan, sedangkan jualan selanjutnya
dapat menjadi kata dasar dari berjualan.
Reduplikasi
Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun
sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur", dan sebagainya.
Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik
Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh:
melihat-lihat
Kata majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai katayang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang
khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya
dengan frasa atau gabungan kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju
hijau adalah frasa.
Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan, bentuk kata
ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan kata
imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan),
tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata Ulang adalah kata
dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh maupun sebagian. Sedangkan
kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk satu arti baru.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata
ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks
atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan
baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar
yang berbeda membentuk suatu arti baru.
2. 6. Prefiks ter-,
berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah
:
1. ‘dalam keadaan di’ contoh : terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk,
terlambat.
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’, contoh : tertinju, terbawa, terpukul.
3. ‘dapat di-’, contoh : terangkat, termakan, tertampung.
4. ‘ paling (superlatif) ‘, contoh : terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
3. 7. Prefiks ke-,
berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan
kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di …
i’, atau ‘yang di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.
4. 8. Sufiks -an,
berfungsi membentuk kata benda. Prefiks ini mengandung arti :
1. ‘ hasil ‘ atau ‘ akibat dari me- ‘ contoh : tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman,
buatan,tinjauan, masukan.
2. ‘ alat untuk melakukan pekerjaan ‘ contoh : timbangan, gilingan, gantungan.
3. ‘ setiap ‘ contoh : harian, bulanan, tahunan, mingguan.
4. ‘ kumpulan ‘, atau ‘ seperti ‘, atau ‘ banyak ‘ contoh : lautan, durian, rambutan.
5. 9. Konfiks ke-an,
berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Konfiks ini
bermakna :
1. ‘ hal tentang ‘ contoh : kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan,
kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
2. ‘ yang di…i ‘ contoh : kegemaran ‘ yang digemari ‘, kesukaan ‘ yang disukai ‘,
kecintaan ‘ yang dicintai ‘..
3. ‘ kena ‘, atau ‘ terkena ‘ contoh : kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran,
kecolongan.
4. ‘ terlalu ‘contoh : kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
5. ‘ seperti ‘ contoh : kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
10. Konfiks pe-an,
berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
1. ‘proses ‘ contoh : pemeriksaan ‘ proses memeriksa ‘, penyesuaian ‘ proses
menyesuaikan ‘, pelebaran ‘ proses melebarkan ‘.
2. ‘ apa yang di- ‘ contoh : pengetahuan ‘ apa yang diketahui ‘, pengalaman ‘ apa yang
dialami ‘ , pendapatan ‘ apa yang didapat ‘
11. Konfiks per-an,
befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
1. ‘ perihal ber- ‘ contoh : persahabatan ‘ perihal bersahabat ‘, perdagangan ‘ perihal
berdagang ‘, perkebunan ‘ perihal berkebun ‘, pertemuan ‘ perihal bertemu ‘.
2. ‘ tempat untuk ber- ‘ contoh : perhentian, perburuan, persimpangan, pertapaan.
3. ‘ apa yang di ‘ contoh : pertanyaan, perkataan.
2.4 Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan
mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna atau
fungsi perulangan kata.
9. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian dan pembahasan yang telah disampaikan dalam bab-bab sebelumnya
mengenai Bentuk kata maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan,
bentuk kata ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan
kata imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau
awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata
Ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh
maupun sebagian. Sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang
berbeda membentuk satu arti baru.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tabel 1
Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk,
juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata.