Anda di halaman 1dari 27

Latar belakang masalah

Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga melalui tulisan. Dalam berbahasa diperlukan
berbagai jenis kata yang tentunya memiliki makna yang benar dan dapat dimengerti. Untuk
mendapatkan makna yang berbeda (makna baru) dan mudah dimengerti tentunya dilakukan
perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk. Tanpa perubahan bentuk
ini, maka kata yang berbeda tidak akan terbentuk. Untuk dapat lebih memahami perubahan
bentuk, dapat dipelajari melalui ilmu tata bahasa yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya. Yang sering disebut ”Morfologi” atau Tata kata. Melalui laporan ini kami akan
membahas tentang perubahan bentuk kata.

Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarkat atau remaja yang mengenal bahasa Indonesia
secara benar. Hal ini telah menjadi masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita
sebagai warga negara yang baik, mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik. Analisis kesalahan berbahasa ialah sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan
orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas. Jelas, dimaksudkan sesuatu yang telah
ditargetkan. Sedangkan objek yang dipelajari adalah bahasa. Analisis bahasa terutama dikenakan
pada bahasa yang sedang ditargetkan. Analisis kesalahan sangat berguna sebagai alat pada awal-
awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran bahasa target dilaksanakan (Sri
Hastuti: 1989).

Kesalahan tidak hanya dilakukan pada bahasa lisan saja, namun pada bahasa tulis juga. Salah
satunya adalah kesalahan bidang morfologi. Kesalahan bidang morfologi berhubungan dengan
tata bentuk kata.

Morfologi (tata kata) berasal dari kata morphologie yang berasal dari bahasa Yunani morphe dan
logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Jadi, morfologi berarti ilmu tentang
bentuk. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata
(struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas
kata. A.    Proses Morfologi

Proses morfologis adalah peristiwa (cara) pembentukan kata-kata dengan menghubungkan


morfem yang satu dengan morfem yang lain. Di dalam proses morfologis, yang menjadi bentuk
terkecil adalah morfem dan bentuk terbesarnya adalah kata (Rohmadi, dkk: 2009).

Morfologi  merupakan satu sistem dari suatu bahasa dalam arti luas, sehingga struktur kata yang
senantiasa membentuk kalimat-kalimat tentu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan
jenis kata atau makna kata yang dikehendaki oleh penutur atau penulisnya. Morfologi memiliki
keleluasaan dalam proses pembentukan morfem, kata, dan kombinasi-kombinasinya baik pada
kategori morfem bebas maupun terikat (Rohmadi, dkk. 2009: 3).

B.     Rumusan masalah

Ada tiga rumusan masalah dalam makalah ini yang perlu dibahas.

1. Apakah yang dimaksud dengan tata kata (morfologi) ?


2. Apakah yang dimaksud dengan morfem ?
3. Bagaimana klasifikasi bentuk kata ?
4. Bagaimana penggunaan kata dasar dan kata turunan yang tepat?

C.    Tujuan

Berikut ini merupakan tujuan yang akan dicapai dalam mempelajari makalah ini.
1. Menjelaskan pengertian tata kata atau proses morfologi.
2. Mendeskripsikan bentuk kata dan perubahan-perubahannya
3. Menjelaskan penggunaan kata dasar dan kata turunan secara tepat.

D.    Manfaat

Makalah ini memberikan kontribusi (manfaat) baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.      Manfaat Teoretis

a.       Memperbanyak makalah mengenai analisis kesalahan berbahasa mengenai tata kata


khususnya bentuk kata dasar dan kata turunan.

b.      Sebagai sumber informasi mengenai tata kata dalam bahasa Indonesia khususnya bentuk
kata dasar dan kata turunan.

2.      Manfaat Praktis

Makalah ini memberikan sumbangan informasi dan pengetahuan terhadap semua pembaca
mengenai tata kata dalam bahasa Indonesia khususnya bentuk kata dasar dan kata turunan.

Landasan Teori

Hakikat kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari
segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna, dan
sebagai pembeda makna atau menciptakan makna baru. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (1998:342), Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya -an, me-, me-kan),
klitika/partikel (misalnya -lah, -kah, -tah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan). 
Contoh :

makan + -an = makanan


me- + makan = memakan

Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam:


1) Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
2) Morfem terikat: morfem yang tidak dapat dapat berdiri sendiri dari satu makna. Maknanya
baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan,
akhiran, kombinasi awalan dan akhiran), partikel dan bentuk-bentuk lain yang tidak dapat berdiri
sendiri termasuk morfem terikat.

1. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seting mengalami perubahan.
Misalnya, morfem terikat me dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-,
dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena
pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomor.

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:    Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
    Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:    bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti/mendahuluinya.
Misalnya:    bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:    menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:    ekstrakurikuler, telepon, transmigrasi, pramuniaga, instropeksi, antakota,
mahasiswa, pascasarjana, semiprofesional, dll.

Catatan: 
-Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
-Jika kata maha sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha
Pengasih.

C. Bentuk Ulang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: lauk-pauk, sayur-mayur,
tunggang-langgang, anak-anak, centang-perenang, dll.

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang
empat, dll.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, dll.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita,
kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.
Menurut bentuknya, kata-kata dibedakan menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan
kata majemuk. Setiap kata yang menjadi dasar pembentukan kata baru (kata turunan) disebut
kata dasar.
Kata turunan yang di turunkan dari kata dasar bisa berupa sebagai berikut:
1. Kata berimbuhan (dibentuk dengan menambahkan kata imbuhan atau afiks ke kata
dasarnya.
2. Kata ulang(dibentuk dengan mengulang kata dasarnya).
3. Kata majemuk (dibentuk dengan memadukan dua kata dasar atau lebih).

1.       AFIKSASI
Proses penambahan imbuhan ada bermacam-macam antara lain : prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
dan afiks turunan.
2.       REDUPLIKASI
Proses pembentukan kata-kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Perulangan kata
meliputi sebagai berikut :
1. Perulangan utuh, contohnya anak anak-anak.
2. Perulangan sebagian, contohnya menari menari-nari.
3. Perulangan berimbuhan, contohnya anak anak-anakan.
4. Perulangan berubah bunyi, contohnya sayur  sayur-mayur.
Terdapat kata yang secara sepintas seperti kata ulang , tetapi tidak memiliki bentuk dasar yang di
ulang. Contohnya kupu-kupu, kunang-kunang, dan sebagainya.

3.       KOMPOSISI(proses pemajemukan)
Dalam bahasa indonesia sering terdapat gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan kata
baru yang disebut kata majemuk. Contohnya rumah sakit, kepala desa, matahari, mata kaki,
dan  masih banyak lagi.
Mengenal makna kata, kita mengenal makna leksikal (makna kata secara lepas, makna
kontekstual (makna kata yang ditemukan oleh hubungannya dengan kata yang lain), makna
gramatikal (lazim juga disebut nosi, maknadenotatif (makna harfiah), dan makna
konotatif  (makna kias / tautan). Dalam kaitannya  dengan penggunaan makna kata, kita
mengenal  sinonim dan antonim. Sinonim mengacu ke persamaan atau kemiripan makna, sedang
antonim mengacu ke pertentangan  atau oposisi makna, bukan ingkaran (negasi) makna, makna
dinyatakan dengan kata tidak atau bukan .

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata


turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar
pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan
disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah
(infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata
dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian
sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda
membentuk suatu arti baru. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi
menjadi tujuh kategori, yaitu:

1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnyabaca, lari.

 Verba transitif (membunuh),

 Verba kerja intransitif (meninggal),

 Pelengkap (berumah)

3. Adjektifa (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.


4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang
bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.

 Orang pertama (kami),


 Orang kedua (engkau),

 Orang ketiga (mereka),

 Kata ganti kepunyaan (-nya),

 Kata ganti penunjuk (ini, itu)

6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.

 Angka kardinal (duabelas),

 Angka ordinal (keduabelas)

7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan


peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:

 preposisi (kata depan) (contoh: dari),

 konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi


subordinat (karena),

 artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa


(misalnyathe),

 interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan

 partikel. ( lah, kah, tah )

8. PEMBAHASAN
9. Pengertian Morfologi
Morfologi atau tata bentuk adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-
bagian kata secara gramatikal. Dengan kata lain, morfologi mempelajari dan
menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
Morfologi ialah ilmu tata bahasa yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya.
10. 1. Morfem
Morfem ialah bentuk bahasa yang terkecil yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-
perubahannya.
11. 1.1 Pembagian morfem
Berdasarkan bentuknya morfem di bagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Morfem bebas, ialah morfem yang dapat berdiri sendiri. Suatu morfem bebas telah
dapat disebut sebagai kata.
Contoh: pergi, lari, kursi, kerja, dan lain-lain.
b. Morfem terikat, ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada
morfem bebas. Morfem terikat dapat dibeda-bedakan lagi menurut fungsinya, ada yang
berfungsi untuk membentuk kata kerja, ada yang bertugas untuk membenuk kata benda,
ada pula yang digunakan untuk membentuk kata sifat.
Contoh: me-, ber-, pe-, -kan, -an, -i, dan lain-lain.
Dalam tata bahasa Indonesia morfem dasar atau morfem bebas itu disebut kata dasar,
sedangkan morfem terikat disebut imbuhan.
12. 2. Kata Dasar dan kata berimbuhan
1.1 Pengertian kata
Kata ialah bagian yang terkecil dari suatu kalimat yang dapat berdiri sendiri dan
bermakna.
13. 1.2 Pembagian kata
Berdasarkan bentuknya, kata dibagi dua macam, yaitu:
a. Kata dasar, ialah kata yang belum mendapatkan imbuhan atau belum mendapatkan
perubahan dari bentuk aslinnya. Kata dasar berdiri sendiri dan merupakan morfem bebas.
Kata dasar dapat dibagi lagi menjadi :
1. Kata dasar primer
Kata dasar yang asli dalam Bahasa Indonesia dan cenderung bersuku 2.
Contoh: duduk, lari, sakit, dan lain-lain.
2. Kata dasar sekunder
Kata dasar yang cenderung bersuku lebih dari 2 suku kata.
Contoh: jendela, ketua, kepala, dan lain-lain.
b. Kata jadian, ialah kata yang sudah mengalami perubahan karena mendapat imbuhan,
perulangan, dan penggabungan.
Contoh: makanan, berlari, duduk-duduk, pelajaran.
14. 1.3 Kata berimbuhan
Kata berimbuhan ialah kata dasar yang mendapat imbuhan (afiks). Proses melekatnya
imbuhan (afiks) pada kata dasar disebut afiksasi. Berdasarkan imbuhan yang
ditambahkan pada kata dasar, kata berimbuhan dibagi sebagai berikut:
a. Kata yang mendapat awalan atau perfiks ( me-, ber-, di-, pe-, ter-)
Contoh: menangis, berlari, dipukul, petani, terjatuh, dan lain-lain.
b. Kata yang mendapat sisipan atau infiks (-el-, -er-, -em-)
Contoh: geletar, jemari, gelembung, dan lain-lain.
c. Kata yang mendapat akhiran atau sufiks (-i, -an, -kan)
Contoh: pukuli, makanan, ambilkan.
d. Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran secara serentak atau mendapat konfiks
(ke-an, per-an)
Contoh: kedudukan, pelajaran, dan lain-lain.
e. Kata yang mendapat awalan dan akhiran secara bertahap (me-kan, di-kan, pe-i, me-i,
mem-per-kan, mem-per-i, di-per-i, di-per-kan)
Contoh: melarikan, diambilkan, pelajari, memperhatikan, diperhatikan, dan lain-lain.

1.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari karya tulis ini adalah dalam Morfologi (tata bentukan)
dipelajari bentuk kata dan perubahan-perubahannya yang diselidiki melalui morfem( bentuk
bahasa yang terkecil yang menyelidiki bentuk kata dan perubahan-perubahannya). Untuk dapat
lebih mudah menyelidiki bentuk kata dan perubahannya morfem dibagi menjadi 2 yaitu :
morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem bebas dapat disebut kata karena dapat berdiri sendiri sedangkan morfem terikat dapat
disebut imbuhan karena tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada morfem bebas. Kata
yang sudah mendapat imbuhan disebut kata berimbuhan. Kata berimbuhan dapat dibagi lagi
atas :
-Kata yang mendapat awalan atau perfiks ( me-, ber-, di-, pe-, ter-)
-Kata yang mendapat sisipan atau infiks (-el-, -er-, -em-)
-Kata yang mendapat akhiran atau sufiks (-i, -an, -kan)
-Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran secara serentak atau mendapat konfiks (ke-an, per-
an)
-Kata yang mendapat awalan dan akhiran secara bertahap (me-kan, di-kan, pe-i, me-i, mem-per-
kan, mem-per-i, di-per-i, di-per-kan)

1.2 SARAN
1. Pembaca memerlukan pemahaman khusus dalam mempelajari morfologi (tata kata).
2. Pembaca diharapkan memiliki pengetahuan khusus agar dapat menganalisis struktur, bentuk,
dan klasifikasi kata dengan mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Hidayat ,Moh., Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo Surabaya.

15.
Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar.
Dalam bahasa Indonesia, jualadalah kata dasar dari jualan, sedangkan jualan selanjutnya
dapat menjadi kata dasar dari berjualan.

Reduplikasi
Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun
sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur", dan sebagainya.

Dalam bahasa melayu dikenal reduplikasi berikut.

 reduplikasi fonologis — pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti


dasar

 reduplikasi morfologis — pengulangan morfem, misalnya: papa, mama

 reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh


"malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari,
pekerjaan itu tetap dikerjakannya"

 reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi


reduplikasi morfologis dan sintaksis

 reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar


yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia. Lihat pula: Kata
Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang

 reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna


dasar, contoh "kucing-kucing"
Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok
 perulangan utuh, contoh: rumah-rumah

 perulangan salin suara, contoh: warna-warni

 perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar

 perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan

Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut:


 Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda), contoh:
meja-meja

 Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik

 Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh:
melihat-lihat

 Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang, contoh: kupu-kupu

 Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan

Kata majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai katayang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang
khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya
dengan frasa atau gabungan kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju
hijau adalah frasa.

Kata majemuk dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan


proses morfologis, sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis. Kata majemuk dalam
bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri (1) ketaktersisipan yang berarti di antara unsur-unsur
kompositum tidak dapat disisipi apa pun; (2)ketakterluasan yang berarti setiap unsur
kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali sekaligus; serta (3) ketakterbalikan yang
berarti unsur kompositum tidak dapat dipertukarkan.

3.1 Bentuk Kata


Berdasarkan bentuknya, suatu kata dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan.
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan apapun, baik berupa pengimbuhan, pengulangan, atau
pemajemukan. Contoh orang, kerja, di, pasar. Kata turunan adalah kata yang telah mengalami perubahan bentuk,
baik berupa pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. Contoh perorangan, jalan-jalan, kerja paksa.
Ditinjau dari letak atau posisinya, imbuhan dalam bahasa Indonesia dibagi atas prefiks (awalan contoh  me(N),
ber-, di-, ter-, pe(N), per-, se-, ke-, maha-), infiks (sisipan contoh –el, -em, -er), sufiks (akhiran contoh –kan, -an,
-nys, -wan), konfiks (awalan dan akhiran contoh ke-an, pe(N)-an, per-an, ber-an, se-nya).
Makna me(N)- mengandung makna :
a.        Melakukan perbuatan.
b.       Melakukan perbuatan dengan alat.
c.        Menjadi atau dalam keadaan.
d.       Membuat kesan, seolah-olah.
e.       Menuju ke-.
f.         Mancari.
Makna imbuhan di-
a.        Bermakna suatu perbuatan pasif, sebagai kebalikan awalan me(N) yang bermakna aktif.
Awalan ber- mengandung makna :
a.        Mempunyai.
b.       Memakai.
c.        Mengelurakan.
d.       Menyatakan sikap mental.
e.       Dalam jumlah.
Awalan ter- mengandung makna :
a.        Sudah di- / dapat di –
b.       Ketidaksengajaan.
c.        Tiba-tiba.
d.       Dapat/ kemungkinan.
e.       Paling/superlatif.
Awalan pe- mengandung makna :
a.        Menyatakan yang melakukan perbuatan.
b.       Menyatakan pekerjaan.
c.        Menyatakan alat.
d.       Menyatakan memilki sifat.
e.       Menyatakan penyebab.
1.       Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik itu sebagian atau seluruhnya
dengan disertai perubahan bunyi atau tidak. Ada tiga jenis kata ulang yaitu, pertama perulangan seluruh utuh atau
dwilingga. Contoh buah menjadi buah-buah, lari menjadi lari-lari. Kedua perulangan sebagian atau dwipurwa
adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk kata dasar. Contoh berjalan menajadi berjalan-
jalan, bermain menajdi bermain-main.Ketiga perulangan berubah bunyi atau saling suara adalah bentuk
perulangan yang disertai dengan perubahan bunyi contoh bolak-balik, sayur-mayur.
2.       Kata ulang memiliki beberapa makna diantaranya ada yang (1) bermakna banyak tak tentu contoh buku-
buku, (2) banyak dan bermacam-macam contoh buah-buahan, (3) Menyerupai dan bermacam-macam contoh
mobil-mobilan, kuda-kudaan, (4) Agak atau melemahkan sesuatu yangdisebut pada kata dasar contoh kebarat-
baratan, kehijau-hijauan, (5) Intesitas kuantitatif contoh bercakap-cakap, berlari-lari, (6) Intensitas kualitatif contoh
keras-keras, kuat-kuat (7) Makna kolektif contoh dua-dua, empat-empat, (8) Kesalingan contoh berpandang-
pandanga, bersalam-salaman.
3.       Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Ciri kata majemuk (1)
Dibentuk oleh dua kata atau lebih, (2) Gabungan kata itu membentuk makna baru yang berbeda dengan makna
dari setiap unsurnya., (3) Kata majemuk umumnya dibentuk oleh kata dasar, (4) Unsur kata majemuk tidak dapat
dipisah dengan kata lain “yang atau dan”, (5) Kata majemuk tidak bisa diubah-ubah susunannya. Contoh kata
majemuk, abu gosok, akal kancil, gatal tangan, lapis baja.
Berdasarkan struktur atau susunannya, akata majemuk dikelompokan menjadi tiga, satu pola DM contoh air
terjun, anak emas, mata angin. Dua pola MD contoh besar kepala, panjang tangan, sangat tinggi. Tiga pola sejajar
contohnya luluh lantak, tua Bangka.

Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan, bentuk kata
ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan kata
imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan),
tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata Ulang adalah kata
dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh maupun sebagian. Sedangkan
kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk satu arti baru.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata
ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks
atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan
baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar
yang berbeda membentuk suatu arti baru.

1. 3.2 Kata Dasar


Kata dasar adalah kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan. Kata yang
berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu kata verbal, nominal dan adjektiva.
1) Kata Verbal
Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa cenderung
menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak.
Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri
sebagai P), pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.
Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi sebagai
keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (1) kata
kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat diikuti grase dengan
sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh dapat diperluas menjadi
menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi membaca dengan sangat tenang.
Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak dapat diikuti oleh frase dengan sangat …
sebagai keterangan cara. Misalnya gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan
sangat tiba-tiba atau berhati-hati dengan sungguh-sungguh.
Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O (obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua
yaitu: (1) kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat
dipasifkan, (2) kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah
barang tentu kata kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2) Kata Nominal
Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran frase
tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat diikuti oleh
kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.
Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata nominal
yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata nominal yang
menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi berdasarkan kata yang
digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti yang menggantikan nama, baik
yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti
diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya, kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu
sekalian, anda; dan (c) ketiga, misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata
ganti yang dapat menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu
ini dan itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana,
situ, dan sini.
3) Kata Adjektiva
Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva
memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya mendahuluinya
dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis yang cantik misalnya
adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas makna.
3.3 Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah bentuk kata jadian dengan menambahkan imbuhan atau afiks
terhadap kata dasar.imbuhan itu berupa satuan bunyi terkecil yang mengandung arti
berupa morfem terikat. Cara membentuk kata jadian dengan imbuhan di sebut afiksasi.
Sedangkan hasil bentuknya disebut kata berimbuha atau kata kompleks. Dilihat dari
perkembangannya imbuhan terbagi atas :
• prefiks atau awalan adalah afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. misalnya :
ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-
• Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar. mesalnya
:-em-, -er-, -el-,
• sufiks atau akhiran adalah afiks yang terletak di akhir kata dasar. misalnya : -i -an, -kan,
-isme, -isasi, -is, -if
• konfiks adalah gabungan antara perfiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan dan
bergabung dengan kata dasarnya secara serentak
1. Prefiks me- :
berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti structural:
1. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’ contoh: menari, melompat,
mengarsip, menanam, menulis, mencatat.
2. ‘membuat jadi atau menjadi’ contoh : menggulai, menyatai, menjelas, meninggi,
menurun, menghijau, menua
3. ‘mengerjakan dengan alat’ contoh : mengetik, membajak, mengail mengunci,
mengetam
4. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’ contoh: membujang, menjanda, membabi
buta
5. ‘mencari atau mengumpulkan’ contoh : mendamar, merotan.
2. Prefiks ber :
berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja
sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
1. ‘mempunyai’ contoh : bernama, beristri, beruang, berjanggut
2. ‘memakai’ contoh : berbaju biru, berdasi, berbusana.
3. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’ contoh : berhias, bercukur, bersolek
4. ‘berada dalam keadaan’ contoh : bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria,
berleha-leha.
5. ‘saling’, atau ‘timbal-balik’ (resiprok) contoh : bergelut, bertinju bersalaman,
berbalasan.
3. Prefiks pe- :
berfungsi membentuk kata benda.(dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri).
Prefiks ini mendukung makna gramatikal :
1. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’ contoh : penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
2. ‘alat untuk me…’ contoh : perekat, pengukur, penghadang, penggaris
3. ‘orang yang gemar’ contoh : penjudi, pemabuk, peminum, pencuri pecandu, pemadat.
4. ‘orang yang di …’ contoh : pesuruh.
5. ‘alat untuk …’ contoh : perasa, penglihat, penggali.
4. Prefiks per- :
befungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti :
1. ‘membuat jadi’ (kausatif) contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
2. ‘membuat Iebih’ contoh. pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
3. `menbagi jadi’ contoh: pertiga, persembilan.
5. Prefiks di-,
berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif, contoh : diambil, diketik,
ditulis, dijemput, dikelola.

2. 6. Prefiks ter-,
berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah
:
1. ‘dalam keadaan di’ contoh : terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk,
terlambat.
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’, contoh : tertinju, terbawa, terpukul.
3. ‘dapat di-’, contoh : terangkat, termakan, tertampung.
4. ‘ paling (superlatif) ‘, contoh : terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.

3. 7. Prefiks ke-,
berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan
kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di …
i’, atau ‘yang di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.

4. 8. Sufiks -an,
berfungsi membentuk kata benda. Prefiks ini mengandung arti :
1. ‘ hasil ‘ atau ‘ akibat dari me- ‘ contoh : tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman,
buatan,tinjauan, masukan.
2. ‘ alat untuk melakukan pekerjaan ‘ contoh : timbangan, gilingan, gantungan.
3. ‘ setiap ‘ contoh : harian, bulanan, tahunan, mingguan.
4. ‘ kumpulan ‘, atau ‘ seperti ‘, atau ‘ banyak ‘ contoh : lautan, durian, rambutan.

5. 9. Konfiks ke-an,
berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Konfiks ini
bermakna :
1. ‘ hal tentang ‘ contoh : kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan,
kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
2. ‘ yang di…i ‘ contoh : kegemaran ‘ yang digemari ‘, kesukaan ‘ yang disukai ‘,
kecintaan ‘ yang dicintai ‘..
3. ‘ kena ‘, atau ‘ terkena ‘ contoh : kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran,
kecolongan.
4. ‘ terlalu ‘contoh : kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
5. ‘ seperti ‘ contoh : kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
10. Konfiks pe-an,
berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
1. ‘proses ‘ contoh : pemeriksaan ‘ proses memeriksa ‘, penyesuaian ‘ proses
menyesuaikan ‘, pelebaran ‘ proses melebarkan ‘.
2. ‘ apa yang di- ‘ contoh : pengetahuan ‘ apa yang diketahui ‘, pengalaman ‘ apa yang
dialami ‘ , pendapatan ‘ apa yang didapat ‘
11. Konfiks per-an,
befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
1. ‘ perihal ber- ‘ contoh : persahabatan ‘ perihal bersahabat ‘, perdagangan ‘ perihal
berdagang ‘, perkebunan ‘ perihal berkebun ‘, pertemuan ‘ perihal bertemu ‘.
2. ‘ tempat untuk ber- ‘ contoh : perhentian, perburuan, persimpangan, pertapaan.
3. ‘ apa yang di ‘ contoh : pertanyaan, perkataan.
2.4 Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan
mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna atau
fungsi perulangan kata.

6. 1. Bentuk Kata Ulang


Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
1. Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh
perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang
salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.
Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
3. Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada
unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4. Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak
diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang
tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll.
5. Kata ulang dwipurwa, yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari
komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk
seperti itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami
oleh sebagian dari kata dasar.
Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga.

7. 2. Makna dan Fungsi Kata Ulang


1. Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
1. Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
2. Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-
orangan.
2. Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
1. Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
2. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang
berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
3. Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.
Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
4. menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
3. Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
1. Menyatakan makna lebih (intensitas).
Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
2. Menyatakan makna sampai atau pernah.
Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak
pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
3. Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif
(paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-
layangmu setinggi-tingginya.
4. Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit)
Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
5. Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna
perulangannya kurang jelas.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.

8. 4. Perulangan kata bilangan


1. Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”.
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
2. Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna “hanya satu itu”.
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
3. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus dua, tiga, dst.”.
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
4. Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna
“kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan
bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.
3.4 Kata Majemuk
Kata Majemuk atau Kompositum adalah gabungan dari da kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan arti. Pada umumnya struktur kata majemuk sama seperti kata
biasa yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil. Contoh:
saputangan, matahari, orangtua, kakitangan, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya,
ada bentuk kata yang lazimnya dianggap sebagai kata majemuk, masih menunjukkan
struktur yang renggang, dalam artian masih dapat dipisahkan oleh unsur-unsur lain.
1.4.1. Terjadinya Kata Majemuk
Menurut sejarah kata-kata majemuk itu pada mulanya merupakan urutan kata yang
bersifat sintaksis. Dalam urutannya yang bersifat sintaksis tadi, tiap-tiap bentuk
mengandung arti yang sepenuhnya sebagai sebuah kata. Tetapi lambat laun karena sering
dipakai, hubungan sintaksis itu menjadi beku dan sejalan dengan gerak pembekuan
tersebut, bidang arti yang didukung tiap-tiap bentuk juga lenyap dan terciptalah bidang
arti baru yang didukung bersama. Dan dalam proses ini tidak semua urutan itu telah
sampai kepada taraf terakhir. Ada urutan kata yang masih dalam gerak ke arah
pembekuan, ada yang sudah sampai kepada pembekuan itu yang masih dalam gerak itu
dapat disebabkan karena gabungan itu memang sifatnya sangat longgar atau karena
istilah tersebut baru saja tercipta.
Kata-kata yang masih dalam gerak inilah yang masih dapat dipecahkan strukturnya
dengan meyisipkan kata-kata lain di antaranya, atau dapat dikembalikan kepada bentuk
lain dengan cara transformasi. Tetapi karena frekuensi pemakaian tinggi, serta keterangan
yang menerangkan bentuk itu harus selalu mengenai kesatuannya, maka kata-kata
tersebut dimasukkan juga ke dalam kata majemuk.
Contoh: Rumah makan, walaupun strukturnya agak longgar, namun sering dipakai
sebagai satu kesatuan arti; di samping itu keterangannya harus menerangkan
keseluruhannya. Rumah makan yang baru; ‘yang baru’ bukan menerangkan makan saja
atau rumah saja, tetapi seluruh kesatuan itu.
1.4.2. Sifat Kata Majemuk
Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka
kata majemuk dapat dibagi atas:
a. Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
b. Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung
satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti.
Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya
endosentris. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang,
dan mata merupakan unsur intinya.
1.4.3. Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM
(Diterangkan mendahului Menerangkan).
2.2.4. Bentuk Perulangan pada Kata Majemuk
Pada dasarnya karena kata-kata majemuk membentuk suatu kesatuan maka bentuk-
ulangnya harus secara penuh yaitu diulang keseluruhannya.
Contoh: rumah sakit-rumah sakit, saputangan-saputangan
Tetapi seringkali kita menjumpai hal-hal yang sebaliknya yaitu perulangan yang
dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan hanya sebagian saja.
Contoh: rumah-rumah sakit, sapu-sapu tangan
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan
penghematan dalam pemakaian bahasa, dasar ekonomis. Dasar ekonomis ini hanya dapat
digunakan bila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham. Dalam
hubungan ini agaknya dapat dijelaskan oleh kata ulang dwipurwa dalam bahasa
Indonesia, yakni mula-mula orang mengulang seluruhnya, tetapi karena prinsip ekonomis
tadi, akhirnya hanya sebagian saja dari lingga yang diulang.

9. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian dan pembahasan yang telah disampaikan dalam bab-bab sebelumnya
mengenai Bentuk kata maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan,
bentuk kata ulang dan bentuk kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata imbuhan. Perubahan
kata imbuhan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau
awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (surfiks atau akhiran) kata. Kata
Ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami pengulangan baik seluruh
maupun sebagian. Sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang
berbeda membentuk satu arti baru.

10. 3.2 Saran


Setelah menyelesaikan penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai beberapa saran
yang mungkin bisa di pertimbangkan, yaitu :
1. Mahasiswa di sarankan untuk mengetahui jenis bentuk kata, untuk mengoptimalkan
pemahaman dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan bentuk kata dalam kehidupan sehari-hari.

11. DAFTAR PUSTAKA


85. Membina Budi Pekerti Bahasa Indonesia Baku. Bandung:
Pustaka Prima
Prof. Dr. Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group

- Keraf, Gorys, 1996, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta : PT Gramedia


- Finoza, Lamuddin, 2006, Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Insan Media.
Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tabel 1

Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan

yang Mengandung Berbagai Arti

Kata Dasar Pelaku Proses Hal/Tempat Perbuatan Hasil


Asuh pengasuh pengasuhan Perbuatan mengasuh Asuhan

baca pembaca pembacaan percetakan membaca bacaan

bangun pembangun pembangunan peredaran membangun bangunan

buat pembuat pembuatan perpotongan membuat buatan

cetak pencetak pencetakan persapuan mencetak cetakan

edar pengedar pengedaran mengedar edaran

potong pemotong pemotongan memotong potongan

sapu penyapu penyapuan menyapu sapuan


tulis penulis penulisan menulis tulisan

ukir pengukir pengukiran mengukir ukiran.

Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk,
juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata.

Anda mungkin juga menyukai