Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH POSISI BERBARING, DUDUK DAN BERDIRI

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI DESA BUMIHARJA KECAMATAN TARUB
KABUPATEN TEGAL

Moh.Alfat Faizal1), Firman Hidayat2), Khodijah 3)


1)
Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi 52416, Tegal Indonesia
2) 3)
Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia

Email: alfathroang@gmail.com

ABSTRAK
Prevalensi hipertensi setiap tahun semakin meningkat, salah satu cara mengontrol hipertensi dengan
cara pengukuran tekanan darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tekanan darah yaitu posisi
saat pengukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi berbaring, duduk dan
berdiri terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan quasy
eksperimental. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, besar sampel yaitu sebanyak 42
responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan tensimeter digital. Hasil analisis
data menggunakan Kruskal Wallis Test menunjukkan sistol p value 0,006 (p<0,050) dan diastol p
value 0,001 (p<0,050) yang berarti ada pengaruh posisi berbaring, duduk dan berdiri terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Kata Kunci: Pengaturan Posisi, Tekanan Darah, Hipertensi

THE INFLUENCE OF LYING, SITTING AND STANDING AGAINST


BLOOD PRESSURE IN HYPERTENSIVE PATIENTS IN THE VILLAGE
OF BUMIHARJA SUB-DISTRICT TARUB DISTRICT TEGAL

ABSTRACT
The prevalence of hypertension every year is increasing, one way to control hypertension is by
measuring blood pressure. one of the factors that influence the results of blood pressure is the position
when measuring. This study aims to determine the effect of lying position, sitting and standing against
blood pressure in hypertensive patients in the village of Bumi harja Sub-District Tarub District
Tegal.this research is a quantitative study with an experimental quasy design. the sampling technique
is total sampling, the sample size is 42 respondents. Instrumen penelitian menggunakan lembar
observasi dan tensi meter digital. The results of data analysis using the Krusskal Wallis test showed a
systole P value 0.006 (p <0.050) and diastole P value 0.001 (p <0.050) which means that there was an
effect of lying position, sitting and standing against blood pressure in hypertensive patients in the
village of Bumi harja Subdistrict, Tegal Regency.

Keywords: Position Settings, Blood Pressure, Hypertension


Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan kanker, dan jantung. Dari hasil pengukuran
30% dari kematian di seluruh dunia. Data hipertensi di kabupaten/kota di Jawa Tengah
menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia dengan presentase tertinggi adalah kota
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di Salatiga (77,72%) dan presentase terendah
dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya Kendal (2,72%) sedangkan Kota Tegal
36,8% di antaranya yangminum obat. Jumlah sebanyak 9,75%.3
penderita hipertensi di dunia terus meningkat
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai
setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.
atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta
mmHg. Menurut InaSH (Perhimpunan
orang meninggal akibat hipertensi dan
Hipertensi Indonesia), untuk menegakkan
komplikasi.1
diagnosis hipertensi perlu dilakukan
Di Indonesia, berdasarkan dari prevalensi pengukuran tekanan darah minimal 2 kali
hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%, dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
prevalensi tertinggi terjadi di Kalimantan kurang dari 160/100 mmHg.4Tekanan darah
Selatan (44,1%) dan yang terendah di Papua yang terus meningkat secara abnormal terjadi
(22,2%). Sementara itu, data Survei Indikator terus menerus dalam beberapa kali
Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2018 pemeriksaan yang disebabkan oleh satu atau
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi beberapa faktor resiko yang gagal dalam
pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar mempertahankan tekanan darah secara normal
34,2%.2 disebut hipertensi.5

Hipertensi merupakan penyakit yang sering Tekanan darah arteri adalah tekanan yang
dijumpai diantara Penyakit Tidak Menular dihasilkan oleh darah saat mengalir melalui
(PTM) lainnya. Jawa Tengah merupakan salah arteri dan bergerak secara bergelombang, Ada
satu provinsi yang mempunyai prevalensi dua jenis tekanan darah yaitu pertama tekanan
hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. sistolik yang merupakan tekanan darah yan
Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun dihasilkan oleh kontraksi ventrikel yang
2017 pada kelompok penyakit jantung dan merupakan tekanan pada puncak gelombang
pembuluh darah adalah penyakit hipertensi. darah, kedua tekanan diastolik merupakan
Prevalensi kasus hipertensi paling tinggi di tekanan ventrikel pada saat istirahat.6
provinsi Jawa Tengah tahun 2017 sebesar
Tekanan darah penting karena merupakan
64,83% dibandingkan dengan penyakit tidak
kekuatan pendorong bagi darah agar dapat
menulr lainnya seperti stroke, DM, asma,
beredar ke seluruh tubuh untuk memberikan Manembu melakukan penelitian tentang
darah segar yang mengandung oksigen dan pengaruh posisi duduk dan berdiri terhadap
nutrisi ke organ-organ tubuh. Tekanan darah tekanan darah sistolik dan diastolik pada
bervariasi seperti usia, aktivitas fisik, dan pegawai negeri sipil kabupaten Minahasa
perubahan posisi. Untuk orang dewasa, 120/80 Utara, bahwa pengukuran tekanan darah
mmHg dianggap sebagai nilai yang normal. sistolik maupun diastolik antara posisi duduk
Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah dan posisi berdiri berbeda bermakna dimana
daripada orang dewasa Tekanan darah anak terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
didasarkan pada jenis kelamin, usia, dan tinggi. maupun diastolik dari posisi duduk ke posisi
Tekanan darah bisa bervariasi bahkan pada berdiri.11
orang yang sama misalnya pada saat
METODE PENELITIAN
berolahraga dan perbedaan posisi saat
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif. teknik
pengukuran.7
pengambilan sampel dilakukan secara total
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah sampling, rancangan penelitian ini
seseoran diantaranya usia, olah raga atau menggunakan quesi eksperimen. Sampel
aktifitas fisik, stress, ras, jenis kelamin, obat- berjumlah 42 responden penderita
obatan, obesitas, variasi diurnal dan posisi hipertensi.Alat pengambilan data mengunakan
tubuh.Posisi tubuh seseorang dapat tensimeter digital dan lembar observasi.
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan Analisis bivariat menggunakan uji Kruskal-
darah. Posisi pengukuran tekanan darah dibagi Wallis.
menjadi tiga posisi diantaranya posisi
HASIL PENELITIAN
berbaring, posisi duduk dan posisi berdiri.
Tabel 1Tendensi Sentral Posisi Berbaring pada
Posisi yang pertama pada saat pengukuran
responden yang mengalami hipertensi di Desa
tekanan darah yaitu posisi berbaring, Pada
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
posisi ini gaya gravitasi bekerjasecara merata.
Tahun 2019.
Darah dapat kembali ke jantung secaramudah
pada posisi berbaring. Isi sekuncup dalam Karakteristik Berbaring
posisiberbaring mencapai nilai Sistol & Diastol

maksimal.8Tekanan darah normalnya turun Mean 148,55/93,07


Median 147,50/93
sebanyak 20 mmHg atau kurang saat tidur.9 Modus 145/93
Nilai Maksimal 169/98
Kerja jantung pada posisi duduk, dalam Nilai Minimal 140/90
Sumber : Data primer yang diolah
memompa darah akan lebih keras karena
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa posisi
melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan
berbaring pada responden di Desa Bumiharja
denyut jantung meningkat.10penelitiannya
mayoritas tekanan darahnya 145/93 mmHg,nilai Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa posisi
rata-rata tekanan darah posisi berbaring adalah berdiri pada responden di Desa Bumiharja
148,55/93,07 mmHg, tekanan darah terendah mayoritas tekanan darahnya 149/96 mmHg,
140/90 mmHg dan tekanan darah tertinggi nilai rata-rata tekanan darah posisi berdiri adalah
169/98 mmHg. 151,26/95,25 mmHg, tekanan darah terendah
143/96 mmHg dan tekanan darah tertinggi
Tabel 2 Tendensi Sentral Posisi Duduk pada
165/99 mmHg.
responden yang mengalami hipertensi di Desa
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tabel 4 Hasil Uji Kruskal Wallis Tekanan
Tahun 2019. Sistol dalam Posisi Berbaring, Duduk dan
Berdiri pada Penderita Hipertensi
Karakteristik Duduk
Sistol & Diastol
Variabel Mean P value
Mean 149,14/93,98 Dependen
Median 148/94 Tekanan Darah 42 148,55
Modus 152/93 Sistol Posisi
Nilai Maksimal 170/99 Berbaring
Nilai Minimal 140/90 Tekanan Darah 42 149,14
Sumber : Data primer yang diolah Sistol Posisi 0,006
Duduk
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa posisi
Tekanan Darah 42 151,26
duduk pada responden di Desa Bumiharja Sistol Posisi
Berdiri
mayoritas tekanan darahnya 152/93 mmHg,
nilai rata-rata tekanan darah posisi duduk adalah Berdasarkan Tabel 4 tekanan darah sistol dalam
149,14/93,98 mmHg, tekanan darah terendah posisi berbaing, duduk dan berdiri pada
140/90 mmHg dan tekanan darah tertinggi penderita hipertensi ada pengaruh yang karena
170/99 mmHg. p value 0,006<0,050.

Tabel 3 Tendensi Sentral Posisi Berdiri pada Tabel 5 Hasil Uji Kruskal Wallis Tekanan
responden yang mengalami hipertensi di Desa Diastol dalam Posisi Berbaring, Duduk dan
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Berdiri pada Penderita Hipertensi
Tahun 2019.
Variabel Mean P value
Dependen
Karakteristik Berdiri
Tekanan Darah 42 93,07
Sistol & Diastol
Diastol Posisi
Mean 151,26/95,26 Berbaring
Median 149,50/96 Tekanan Darah 42 93,98
Modus 149/96 Diastol Posisi 0,001
Nilai Maksimal 165/99 Duduk
Nilai Minimal 143/96 Tekanan Darah 42 95,26
Sumber : Data primer yang diolah Diastol Posisi
Berdiri
Berdasarkan Tabel 5 tekanan darah diastol Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
dalam posisi berbaing, duduk dan berdiri pada tentang perbedaan posisi antara posisi
penderita hipertensi ada pengaruh karena p berbaring dan berdiri didapatkan hasil
value 0,001<0,050. perbedaan antara posisi berbaring dan berdiri
dengan hasil dengan selisih rata-rata pada
PEMBAHASAN
posisi berbaring dan berdiri yaitu sistol sebesar
Tabel 1 pada pengukuran tekanan darah posisi 4,98 mmHg dan diastol sebesar 6,87 mmHg.13
berbaring pada penderita hipertensi di Desa
Peneliti berpendapat bahwa hasil pengukuran
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
tekanan darah pada posisi berbaring rata-rata
yang berjumlah 42 responden didapatkan hasil
relatif lebih rendah dibandingkan dengan posisi
mayoritas tekanan darah sistonyal 145 mmHg
lainnya. Hal ini disebabkan posisi jantung
dan diastol 93 mmHg, nilai rata-rata tekanan
seseorang lebih tenang, karena pada posisi
darah posisi berbaring pada sistolnya 148,55
berbaring sirkulasi aliran darah responden lebih
mmHg dan nilai rata-rata diastolnya 93,07
efektif. Pengukuran tekanan darah pada posisi
mmHg, kemudian nilai tekanan darah terendah
berbaring klien terlihat lebih tenang dari pada
pada posisi berbaring sistolnya 148 mmHg dan
posisi lainnya. Mayoritas pengukuran tekanan
terkanan darah pada diastolnya 90 mmHg dan
darah posisi berbaring pada penderita
nilai tekanan darah tertinggi pada posisi
hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub
berbaring sistolnya 169 mmHg dan nilai tekanan
Kabupaten Tegal 145/93 mmHg. Pengukuran
diastolnya 98 mmHg.
tekanan darah posisi berbaring relatif lebih
Darah yang berasal dari kapiler akan masuk ke efektif karena rata-ratanya relatif lebih rendah
pembuluh vena yang melebar daripada kembali dari pada posisi lainnya. Rata-rata pengukuran
ke jantung. Dalam waktu yang sama, tekanan darah pada posisi berbaring pada
peningkatan tekanan kapiler yang disebabkan penderita hipertensi 148,55/93,07 mmHg,
oleh gaya gravitasi menyebabkan peningkatan tekanan darah terendah posisi berbaring pada
filtrasi cairan dari kapiler ke ruang interstitial. penderita hipertensi 140/90 mmHg dan tekanan
Akibat mengumpulnya darah di vena dan darah tertinggi posisi berbaring pada penderita
peningkatan filtrasi kapiler, akan mengurangi hipertensi 169/98 mmHg.
volume sirikulasi darah efektif. Penurunan
Tabel 2 pada pengukuran tekanan darah posisi
aliran balik vena menyebabkan penurunan
duduk pada penderita hipertensi di Desa
sementara volume akhir diastolik. Hal ini akan
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
mengurangi stroke volume dan pada akhirnya
yang berjumlah 42 responden didapatkan hasil
mengurangi curah jantung serta penurunan
mayoritas tekanan darah sistolnya 152 mmHg
tekanan darah.12
dan diastol 93 mmHg, nilai rata-rata tekanan
darah posisi duduk pada sistolnya 149,14 tekanan darahnya cenderung lebih besar dari
mmHg dan nilai rata-rata diastolnya 93,98 pada rata-rata tekanan darah pada penderita
mmHg. kemudian nilai tekanan darah terendah hipertensi pada posisi berbaring. Pada saat
pada posisi duduk sistolnya 140 mmHg dan pengukuran posisi duduk responden terlihat
terkanan darah pada diastolnya 90 mmHg dan lebih kurang nyaman dibandingkan pada
nilai tekanan darah tertinggi pada posisi duduk pengukuran tekanan darah pada posisi
sistolnya 170 mmHg dan nilai tekanan berbaring. Hasil pengukuran tekanan darah
diastolnya 99 mmHg. posisi duduk pada penderita hipertensi rata-
ratanya 149,14/93,98 mmHg relatif lebih tinggi
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan
dibandingkan posisi berbaring. Mayoritas hasil
darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pengukuran tekanan darah posisi duduk pada
pada saat duduk sistem vasokontraktor simpatis
penderita hipertensi sebesar 152/93 mmHg.
terangsang melalui saraf rangka menuju otot-
Tekanan darah tertinggi pada posisi duduk
otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus
pada penderita hipertensi 170/99 mmHg dan
dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh
tekanan darah Posisi duduk terendah pada
vena cadangan abdomen, membantu
penderita hipertensi 140/90 mmHg.
mengelurkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat Tabel 3 Pada pengukuran tekanan darah posisi
darah yang tersedia bagi jantung untuk berdiri pada penderita hipertensi di Desa
dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
respon ini disebut refleks kompresi yang berjumlah 42 responden didapatkan hasil
abdomen.8Kerja jantung pada posisi duduk, Bumiharja mayoritas tekanan darah sistolnya
dalam memompa darah akan lebih keras karena 149 mmHg dan diastol 96 mmHg, nilai rata-rata
melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan tekanan darah posisi berdiri pada sistolnya
denyut jantung meningkat.10 151,26 mmHg dan nilai rata-rata diastolnya
95,26 mmHg. kemudian nilai tekanan darah
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitiannya
terendah pada posisi berdiri sistolnya 143
sebelumnya yang berjudul pengukuran tekanan
mmHg dan terkanan darah pada diastolnya 91
darah sistolik dan diastolik antara posisi duduk
mmHg dan nilai tekanan darah tertinggi pada
dan posisi berdiri diperoleh perbedaan yang
posisi berdiri sistolnya 165 mmHg dan nilai
signifikan dengan nilai p =0,000 <𝛼 = 0,05
tekanan diastolnya 99 mmHg.
dimana perubahan yang terjadi ialah penurunan
tekanan darah sistolik dariposisi duduk ke Peningkatan tekanan akibat gravitasi
posisi berdiri.14 mempengaruhi volume sirkulasi darah efektif
melalui beberapa cara. Pertama, peningkatan
Peneliti berpendapat pengukuran tekanan darah
tekanan hidrostatik yang terjadi di kaki ketika
posisi duduk pada penderita hipertensi rata-rata
seseorang berdiri akan mendorong keluar pada posisi berdiri pada penderita hipertensi
dinding vena sehingga menyebabkan distensi. sebesar 143/91 mmHg.
Hasilnya adalah mengumpulnya darah di
Tabel 4 dan 5 hasil uji kruskal wallis diperoleh
pembuluh vena.12
nilai signifikansi sistol lebih kecil 0,006. Nilai
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitiannya signifikansi sistol uji kruskal wallis lebih kecil
sebelumnya yang berjudul pengukuran tekanan dari 0,05 (P value 0,006<0,05) maka keputusan
darah sistolik maupun diastolik antara posisi uji adalah ada pengaruh pada sistol posisi
duduk dan posisi berdiri berbeda bermakna baring, duduk dan berdiri terhadap tekanan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah darah pada penderita hipertensi di Desa
sistolik maupun diastolik dari posisi duduk ke Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.
posisi berdiri.11 Hasil uji kruskal wallis diperoleh nilai
signifikansi diastol sebesar 0,001. Nilai
Peneliti berpendapat pada posisi berdiri pada
signifikansi distol uji kruskal wallis lebih kecil
penderita hipertensi rata-rata tekanan darahnya
dari 0,05 (P value 0,001<0,05) maka keputusan
cenderung lebih besar dari pada rata-rata
uji adalah ada pengaruh pada diastol posisi
tekanan darah pada penderita hipertensi posisi
baring, duduk dan berdiri terhadap tekanan
berbaring maupun posisi duduk karena pada
darah pada penderita hipertensi di Desa
saat pengukuran tekanan darah pada penderita
Bumiharja Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.
hipertensi posisi berdiri, karena keadaan
responden kurang tenang mengakibatkan curah Pengukuran tekanan darah pada seseorang
jantung lebih berdetak lebih kencang, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia,
mengakibatkan tekanan darahnya lebih besar aktivitas, obat-obatan yang diminum, fase
dipandingkan posisi lainnya. Pengukuran diurnal, serta perubahan posisi. Perawat
tekanan darah posisi berdiri jangan dilakukan diharapkan mengetahui pengaruh faktor-faktor
di Rumah Sakit maupun di masyakat umum di atas saat hendak mengukur tekanan darah,
karena posisi berdiri sangat tidak efektif. Hasil agar hasil tekanan darah pasien yang diperoleh
pengukuran tekanan posisi berdiri pada benar-benar menunjukkan keadaan
penderita hipertensi mayoritas 149/96 mmHg. kardiovaskularnya. Saat berada di Rumah
Rata-rata hasil pengukuran tekanan tekanan Sakit, beberapa kali peneliti menjumpai
darah posisi berdiri cenderung lebih besar keadaan dimana perawat mengharuskan pasien
dibandingan dengan hasil rata-rata pengukuran untuk berbaring bila akan diukur tekanan
tekanan darah posisi lainya sebesar darahnya. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah
151,26/95,26 mmH. Tekanan darah tertinggi ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah
posisi berdiri pada penderita hipertensi sebesar pada berbagai posisi.15
165/99 mmHg dan tekanan darah terendah
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitiannya SIMPULAN DAN SARAN
sebelumya tentang pengukuran tekanan darah
Ada pengaruh hasil pengukuran posisi berbaring
sistolik antara posisi duduk dan posisi berdiri
berbaring, duduk dan berdiri pada penderita
diperoleh perbedaan yang signifikan dengan
hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub
nilai p =0,000 <𝛼 = 0,05 dimana perubahan
Kabupaten Tegal.
yang terjadi ialah penurunan tekanan darah
sistolik dari posisi duduk ke posisi berdiri.14 Sebaiknya pada saat dilakukan pengukuran
Penelitian sebelumnya yang sama tentang tekanan darah, pasien diposisikan berbaring agar
pengukuran tekanan darah sistolik antara posisi hasilnya lebih baik dikarenakan posisi berbaring
duduk dan posisi berdiri berbeda bermakna akan mempunyai sirkulasi darah ke jantung
dimana terjadi peningkatan tekanan darah lebih efektif dan diharapkan peneliti selanjutnya
sistolik maupun diastolik dari posisi duduk ke dapat menggunakan alat tensi meter air raksa
posisi berdiri.11 yang lebih valid hasilnya, dan memperhatikan
waktu dari responden saat pengumpulan data.
Peneliti berpendapat ada pengaruh yang
signikan pada diastol posisi baring, duduk dan UCAPAN TERIMAKASIH
berdiri terhadap tekanan darah pada penderita
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada
hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub
seluruh responden yang telah memberikan
Kabupaten Tegal 2019 dibuktikan dengan nilai
kontribusi yang besar dan berperan sebagai
p value 0,001<0,05 dan ada pengaruh yang
objek penelitian di Desa Bumiharja Kecamatan
signikan pada sistol posisi baring, duduk dan
Tarub Kabupaten Tegal. Selain itu, ucapkan
berdiri terhadap tekanan darah pada penderita
terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta
hipertensi di Desa Bumiharja Kecamatan Tarub
teman-teman yang memberikan do’a dan
Kabupaten Tegal 2019 dibuktikan p value
dukungan terus mengalir hingga akhir penelitian
0,006<0,05. Pengaruh hasil pengukuran tekanan
ini.
darah paling besar didapatkan pada posisi
berdiri dan berbaring yaitu sistol sebesar
2,71mmHg dan diastol sebesar 2,19 mmHg.
Pengukuran tekanan darah lebih efektif
menggunakan posisi berbaring karena jantung
lebih tenang dan rata-rata pengukuran tekanan
darah lebih menunjukan pada posisi berbaring.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. (2015). Pravalance Depression Of 10. Sucipto, J., Nurhidayati, T., & Syamsianah,
Hypertension. USA: World Health A. (2013). Perbedaan Hasil Pengukuran
Organization. Tekanan Darah antara Posisi Duduk dan
Berbaring Pada Lansia di Unit
2. Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Semarang.
dan Pengembangan
Kesehatan.http://www.depkes.go.id/resource 11. Manembu, Mercy. (2015). Pengaruh Posisi
s/download/general/HasilRiskesdas2018.pdf Duduk dan Berdiri terhadap Tekanan
diakses pada 2 Februari 2019 Pkl.15.00 Darah Sistolik dan Diastolik pada
WIB. Pegawai Negeri Sipil Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal: e-Biomedik
3. Dinkes, Jateng. (2016). Jumlah Penderita (eBm). Vol. 3, No. 3.
Diabetes Mellitus Di Jateng. Dinkes Jateng.
12. Kowalski RE. (2010). Teori Hipertensi :
4. Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman Dengan Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan
Hipertensi. Jakarta : Agromedia Darah Tinggi dan Mengurangi Risiko
5. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB Serangan Jantung dan Stroke Secara
1. Bengkulu: Nuha Medika. Alami. Bandung : Qanita.

6. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 13. Maria. (2013). Perbedaan Hasil
S. J. (2010). Fundamental Keperawatan Pengukuran Tekanan Darah antara Posisi
Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC. Berbaring dan Berdiri Pada Lansia di
Unit Rehabilitasi Sosial Bandung. Vol. 4,
7. Rebecca JS. (2012). High blood pressure. No. 3.
[cited 2019 Feb 15]. Available From:
http://health.cvs.com/ . 14. Amiruddin, M. A., Danes, V. R., Lintong,
F. L. (2015). Analisa Hasil Pengukuran
8. Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Buku Tekanan Darah antara Posisi Duduk dan
ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Posisi Berdiri pada Mahasiswa Semester
VII (Tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas
9. Ganong, W. F. (2012). Fisiologi Kedokteran. Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Penerjemah dr. Brahm U. Pendit. Jakarta: Jurnal e-Biomedik (eBm) Vol. 3 No. 1.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2Halaman 125-129.

15. Agrina, Rini, & Hairitama. (2011).


Mengenal Hipertensi. Yogyakarta : PT
Argo Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai