Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 9

SISTEM KARDIOVASKULAR

Disusun oleh :
Fanny Rahmawati (10060321057)
Mauna Ismi Kusumawati (10060321058)
Andi Anisya Nurlailyah (10060321059)
Nabila Khoerunisa (10060321060)

Salsa Aura Al-Rahma (10060321061)

Ika Satryani Ritonga (10060321062)

Anggi Nugraha (10060321063)


Nadhira Khairunnisa (10060321064)

Shift/Kelompok : B/2
Tanggal Praktikum :20 Desember 2021

Tanggal Laporan :27 Desember 2021

Nama Asisten : Gina Aulia, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2021/1443

PERCOBAAN 9
SISTEM KARDIOVASKULAR

I. TUJUAN PERCOBAAN

I.I.Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya

I.2.Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah

I.3.Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter parameter


hematologi

II. TEORI DASAR

2.1. Sistem Kardiovaskular

Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai


oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam
proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan
menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ
tubuh menerima nutrisi dengan adekuat (Nurachmach, 2009).

Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan


mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu
contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-
organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ
tersebut (Nurachmach, 2009).

Siklus jantung (cardiac cycle) terdiri dari sistole dan diastole. Jantung
berkontraksi secara berirama dengan pusat kendali impuls berasal dari simpul
sinus. Pengisian darah di dalam ruang-ruang jantung terjadi selama diastole
(diastolic filling) dan pengeluarannya terjadi selama sistole (systolic ejection)
secara berirama dan secara serentak di jantung kanan dan kiri. Pada akhir diastole,
tekanan ventrikel hampir sama dengan tekanan atrium, sebab kedua ruang tersebut
berhubungan langsung melalui katup atrioventrikular yang masih terbuka, tetapi
hanya sedikit atau hampir tidak ada darah yang mengalir di antara ruang-ruang
tersebut ( Ronny, 2009).

Darah, seperti semua cairan, mengalir dari daerah-daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah-daerah yang bertekanan lebih rendah. Kontraksi ventrikel jantung
menghasilkan tekanan darah, yang memberikan gaya ke semua arah. Gaya yang
terarah memanjang dalam suatu arteri menyebabkan darah mengalir dari jantung,
tempat yang bertekanan paling tinggi. Gaya yang diberikan terhadap dinding arteri
yang elastis akan merentangkan dinding tersebut, dan pelentingan kembali dinding-
dinding arteri memainkan peran yang penting dalam mempertahankan tekanan
darah, demikian pula dengan aliran darah, di seluruh siklus jantung. Begitu darah
memasuki jutaan arteriola-arteriola dan kapiler-kapiler yang mungil, diameter
pembuluh-pembuluh ini yang sempit akan menghasilkan tahanan yang cukup besar
terhadap aliran darah. Tahanan ini menyingkirkan sebagian besar tekanan yang
dihasilkan oleh pemompaan jantung pada saat darah memasuki vena-vena
(Campbell, 2008).

2.2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi, yang disebut dengan tekanan sistoel.
Tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistole terhadap
tekanan diastole, dengan nilai normal berkisar dari 100/60 mmHg sampai 129/80
mmHg. Rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Abdurrachim, 2016).

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler,
dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja
sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke
pembuluh arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Syaifuddin, 2011).
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolic. Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah pada saat jantung
menguncup ( systole ). Sedangkan tekanan darah diastolic merupakan tekanan
darah pada saat jantung mengendor kembali ( diastole ). Dengan demikian, jelaslah
bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolic.
Tekanan darah manusia senantiasa berayun ayun antara tinggi dan rendah sesuai
dengan detak jantung (Gunawan, 2001).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Adalah Sebagai Berikut :

1. Usia, bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg.
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga
dewasa. Pada orang lanjut usia, arteri nya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap
darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga
meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada
penurunan tekanan darah.

2. Jenis Kelamin, ,Berdasarkan Jurnal Of Clinical Hypertension oparil


menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita
menyebabkan wanita Lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga
menyebabkan resiko wanita terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi.

3. Stress.Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stress emosinal dapat mengakibatkan


stimulasi simpatis yang meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah jantung, dan
resistensi vaskuler. Efek simpatis ini meningkatkan tekanan darah. Kegelisahan
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.

4. Obat-Obatan, Beberapa obat dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya


adalah analgesic opioid yang dapat menurunkan tekanan darah. Vasokonstriktor
dan asupan cairan intravena yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.

5. Aktivitas dan berat badan. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk
beberapa jam sesudahnya. Para lansia mengalami penurunan tekanan darah
sebanyak 5-10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat
beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah. Olahraga yang tidak cukup dapat
menyebabkan penigkatan berat badan dan obesitas yang merupakan factor
terjadinya hipertensi (Kozier,2009).

2.3. Darah

Darah merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah yang


memiliki fungsi mengatur keseimbangan asam dan basa,mentransportasikan O2,
karbohidrat, dan metabolit, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau
hantaran, membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh, dan pengaturan hormon dengan membawa dan
mengantarkan dari kelenjar ke sasaran. Jumlah dalam tubuh bervariasi, tergantung
dari berat badan seseorang. Pada orang dewasa, 1/13 berat badan atau kira-kira 4,5-
5 liternya adalah darah. Faktor lain yang menentukan banyaknya darah adalah usia,
pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah (Syaifuddin, 2009).

Darah seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu
cairan tubuh yang berwarna merah dan kental. Kedua sifat utama ini, yaitu warna
merah dan kental, yang membedakan darah dari cairan tubuh lainnya. Kekentalan
ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berat molekul yang berbeda, dari
yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut didalam darah. Warna
merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh senyawa
berwarna merah yang terdapat dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam
darah (Sadikin, 2002).

Fungsi Darah adalah untuk mengedarkan sari makanan ke seluruh bagian


tubuh melalui plasma darah, sel darah merah akan mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh, sel darah putih akan membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh,
keping-keping darah akan menutup setiap luka yang dialami tubuh, dan darah akan
menjaga kestabilan suhu tubuh (Snell,2006).

Komponen-Komponen Penyusunan Sel Darah Ada 4 Yaitu :

1. Plasma Darah
Plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi mengangkut
sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi
untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit. Apabila jumlah volume darah
ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya dalam satu
wadah, misalnya tabung, kemudian diputar (setrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm
selama 20 menit maka setelah itu akan terdapat bagian cairan yang terpisah dari
bagian korpuskuli yang terdapat pada bagian bawah. Cairan yang terdapat pada
bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena itu
dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah (Depkes RI, 2001).

2. Eritrosit ( Sel Darah Merah )

Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf
yang berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu kandungan
eritrosit yang sangat penting hemoglobin, hemoglobin inilah yang menyebabkan
darah berwana merah. Jika eritrosit banyak mengikat oksigen maka warnanya
adalah merah terang, jika sedikit maka akan berwarna merah pucat. Sel eritrosit
rata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang sudah tua akan dirombak
dalam hati. Fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut haemoglobin yang akan
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Wiguna, 2009).

3. Leukosit ( Sel Darah Putih )

Leukosit dalam tubuh organisme hanya sebesar ± 0,2%. Sel ini bertanggung
jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda
yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, seperti virus atau bakteri. Leukosit
mengandung inti, dan darah manusia normal terdapat jumlah leukosit rata-rata
5000 – 9000 sel per milimeter kubik. Jumlahnya pada anak-anak lebih tinggi dan
pada keadaan patologis berbeda nyata dengan yang normal (Leeson, 1996).
4. Trombosit

Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan


hemostasis (menghentikan perdarahan). Jumlahnya dalam darah dalam keadaan
normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai masa
hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira- kira 8 hari (Guyton Arthur , 2002).

2.4. Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan


konjugat protein. Inti Fe dan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin)
menyebabkan warna darah merah. Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi
karboksi hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen
dan darah vena mengandung karbondioksida (Sudikno dan Sandjaja, 2016).

Hemoglobin mempunyai beberapa fungsi diantaranya :

a. Mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh


b. Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan bakar.
c. Membawa CO2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme menuju ke
paru-paru untuk dibuang (Sherwood,2012).

2.5. Golongan Darah

Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam yaitu: sistem ABO, sistem MN,
dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas
kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti
(aglutinin). Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :

a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan


antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-
negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun,
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif (Setiawan, 2009).

III. ALAT BAHAN

3.1. ALAT

Dalam percobaan sistem kardiovaskuler ini alat yang digunakan yaitu


alkohol 70%, asam asetat, gentian violet,Kapas, Na sitrat, NaCl, serum anti A,
serum anti B, serum Rh,sfignomanometer,stetoskop.

3.2. BAHAN

Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah alat pengukur 6
hematokrit, hemositometer,kaca objek pipet pengencer sel darah merah, kertas tes
Tallquist, Lanset darah, lilin, mikrskop, pipa kapiler hematokrit,pipet pengencer sel
darah putih,pipet Sahli, sentrifuga hematokrit (mikrosentrifuga), stopwatch, tabung
reaksi,tali dan tusuk gigi.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

4.1. Pengukuran Tekanan Darah

i. Cara Palpatori

Pada percobaan dengan menggunakan cara palpatori.Langkah pertama


tutup sekrup pentil pada bola karet yang dipegang dengan tangan kanan kemudian
rabalah nadi dengan ibu jari tangan kiri lalu pada pergelangan tangan yang akan
diukur tekanannya,dengan Berangsur-angsur kemudian kembangkanlah ban
dengan memompa bola karet. Perhatikan tekanan pada saat denyut jantung
menghilang dan Nilai tekanan dinaikkan lagi 10mmHg di atas tekanan tadi lalu
Turunkan tekanan berangsur-angsur dengan cara perlahan-lahan membuka sekrup
pentil .Tekanan manometer di saat munculnya kembali denyut nadi untuk pertama
kali adalah tekanan sistolik yang diukur.

ii. Cara Auskultasi

Pada percobaan dengan menggunakan cara Auskultasi.Langkah pertama


Ikatkan ban pada lengan atas. Kemudian tempatkan bel stetoskop pada
percabangan arteri bronchial menjadi arteri ulnaris dan arteri radialis. Lalu naikkan
tekanan dalam ban sehingga aliran darah dalam arteri radialis dan arteri ulnaris
dihambat.Langkah selanjutnya turunkan tekanan berangsur-angsur dengan
membuka sekrup pentil,lalu catat tekanan saat bunyi terdengar untuk pertama
kalinya. Ini merupakan tekanan sistolik. Turunkan terus tekanan dalam ban,sampai
pada suatu saat bunyi tidak terdengar lagi.Kemudian Catat tekanan saat bunyi
menghilang dan ini merupakan tekanan diastolik.

4.2. Hyperemia

i. Hyperemia pasif/reaktif

Pada percobaan Hyperemia pasif/reaktif. Langkah pertama Ikatkan seutas


benang di atas sendi kedua pada sebuah jari tangan. Kemudian biarkan beberapa
menit lalu amati peristiwa yang terjadi (perubahan warna, perubahan ukuran,
perbahan suhu).

ii. Hyperemia aktif/fungsional

Pada percobaan hyperemia aktif/fungsional. Langkah pertama Rendam


sebuah jari tangan dalam air panas (dengan suhu tertinggi yang dapat tahan).
Kemudian biarkan beberapa menit lalu amati peristiwa yang terjadi (perubahan
warna, perubahan ukuran dan perubahan suhu).

4.3. Anatomi

i. Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan

Pada percobaan kali ini.Langkah pertama bersihkan jari manis atau


kelingking dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70%. Kemudian biarkan
alkohol menguap dan ambil darah dengan cara menusukkan lanset steril ke ujung
jari yang telah dibersihkan.Sebaiknya darah mengalir dengan sendirinya tanpa
ditekan dan Jangan menggunakan tetes pertama.

ii. Cara pengisian pipet

Untuk pengisian pipet. Langkah pertama pegang pipet dekat pada ujungnya
lalu tempatkan ujung pipet tersebut pada tetesan darah segar sehingga darah masuk
sebanyak 0,5 tanda. Isi pipet dengan cairan pengencer (pipet dalam keadaan
horizontal) sebanyak yang ditentukan dam jangan sampai terbentuk gelembung
udara di dalam pipet. Kemudian tutup ujung pipet dengan jari kemudian kocok
selama 2 menit. Langkah selanjutnya teteskan 2 tetes larutan encer ini pada
hemositometer lalu tutup hemositometer dengan kaca penutup.Setelah ½ menit
dihitung jumlah sel darah di bawah mikroskop.

iii. Karakteristik dan morfolgi darah

a.Pengukuran sel darah merah


Pada percobaan ini.Langkah pertama ambil darah segar dengan cara seperti
di atas lalu encerkan 200x dengan cairan pengencer sel darah merah yaitu natrium
sitrat 2,5%. Lalu kocok dan teteskan 2 tetes pada hemositometer 7. Kemudian
hitung jumlah sel darah merah yang menyentuh batas atau berada di atas
batas,yang dihitung hanya pada sisi yang saling tegak lurus dengan kotak yang
bersangkutan. Faktor perhitungan untuk menghitung sel darah merah adalah
10.000. Jadi untuk memperoleh nilai sel darah merah per mm3 darah, kalikanlah
jumlah sel darah merah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan 10.000.
Faktor perhitungan ini diperoleh dari hasil perhitungan antara kamar hitung pada
hemositometer dengan faktor pengenceran (lihat pada literatur, bagaimana bentuk
sel darah merah).

b. Pengukuran sel darah putih

Pada pengukuran sel darah putih.Langkah pertama ambil darah segar


seperti cara di atas,kemudian encerkan 20x dengan cairan pengencer yaitu larutan
Turk Larutan Turk terdiri dari: Asam asetat glasial 1 ml Larutan gentian violet 1%
(dalam air) 1 ml Akuades ad 100 ml lalu di Kocok dan teteskan 2 tetes pada
hemositometer lalu dihitung jumlah sel darah putih dan dihitung juga jumlah
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit serta persentasenya terhadap sel
darah putih total .Sel darah putih yang dihitung adalah yang terdapat pada 4 kotak
besar pada kedua sudut hemositometer. Pada sel darah putih yang berada pada
batas, dihitung dari dua sisi yang saling tegak lurus dari kotak yang bersangkutan.
Faktor perhitungan untuk menghitung sel darah putih adalah 50. Jadi untuk
memperoleh nilai sel darah putih per mm3 darah, kalikanlah sel darah utih yang
diperoleh dari hasil perhitungan dengan 50. Faktor perhitungan ini diperoleh dari
hasil perhitungan antara volume kamar hitung pada hemositometer dengan faktor
pengenceran (lihatlah pada literatur bentuk-bentuk sel darah putih).

c. Hematokrit

Pada percobaan hematokrit.Langkah pertama ambil darah segar dengan


cara seperti di atas dan tempatkan pipa kapiler hematokrit pada tetes tersebut. Lalu
isi kapiler hematokrit, minimal sampai dengan 2/3 penuh kemudian tutup pipa
kapiler yang telah terisi darah tersebut dengan lilin dan letakkan pipa-pipa kapiler
ada chamber mikrosentrifuga sedemikian rupa sehingga posisinya seimbang (jika
jumlah pipa kapiler yang disentrifuga tidak memungkinkan untuk membuat posisi
yang seimbang, dapat ditambahkan pipa kapiler kosong sebagai penyeimbang).
Kemudian tutup chamber dengan tutup sentrifuga dan sentrifuga dilakukan pada
kecepatan tinggi selama 4 menit. Tentukan nilai hematokrit dengan cara mengukur
perbandingan tinggi antara darah (sel darah dan plasma) dengan sel darah atau
dapat pula dengan menggunakan alat pengukur hematokrit. Amati pula: warna
plasma, di bagian mana terdapat sel darah dan bandingkan nilai hematokrit dari
laki-laki dan perempuan.

4.4. Fisiologi

i. Penentuan Hb

a. Metode Tallquist

Pada percobaan metode tallquist .Langkah pertama ambil satu tetes darah
dengan kertas Tallquist. Kemudian tentukan persentase Hb dengan
membandingkan warna yang di peroleh dengan warna pada kertas pembanding.

b. Metode Sahli

Pada percobaan metode Sahli. Langkah pertama tabung Sahli diisi dengan
HCl 0,1N sampai dengan setinggi 10% dari tinggi skala maksimal lalu masukkan
darah sebanyak 20 mikroliter. Kemudian aduk dengan menggunakan pengaduk
yang tersedia. Lalu encerkan dengan HCl sampai warna campuran sama dengan
warna standar pada alat pembacaan dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak
di depan jendela.Angka yang dibaca pada skala langsung menunjukkan kadar Hb
darah dan bandingkan hasil yang diperoleh dari matode tallquist dengan metode
sahli.

ii. Waktu Perdarahan

Pada percobaan ini ujung jari dilukai dengan lanset steril. Kemudian catat
waktu saat timbulnya tetes darah pertama,lalu Serap darah yang keluar dengan
menggunakan kertas dapat menyerap, misalnya menggunakan tisu. Catat waktu
saat darah berhenti mengalir (saat diserapkan, tidak ada bercak darah pada
tisu).Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah
berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.

iii. Waktu Koagulasi

Pada waktu koagulasi.Langkah pertama ujung jari dilukai dengan lanset


steril,kemudian isikan darah yang keluar dari ujung jari pada sebuah kapiler Pada
interval waktu ½ menit. Lalu patahkan sebagian dari pipa kapiler sampai teramati
terjadinya benang halus fibrin pada bagian yang dipatahkan.Waktu koagulasi
(waktu pembekuan darah) adalah selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah
dari luka, sampai terbentuknya benang fibrin tersebut kemudian dicatat hasil yang
diperoleh.

iv. Penggolongan Darah

Pada percobaan ini.Langkah pertama siapkan kertas tes golongan darah dan
masing-masing diteteskan serum anti-A pada bagian bertanda A dan teteskan
serum anti-B pada bagian bertanda B. Kemudian teteskan satu tetes darah pada
bagian A (anti-A) kemudian campurkan kedua cairan dengan tusuk gigi lalu amati
terjadinya aglutinasi(penggumpalan). Dan teteskan satu tetes darah pada bagian B
(anti-B) kemudian campurkan kedua cairan dengan tusuk gigi lalu amati terjadinya
aglutinasi(penggumpalan). Kemudian tentukan golongan darah dengan cara
melihat terjadinya penggumpalan darah.

IV. DATA PENGAMATAN

4.1. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah


i. Pengukuran Tekanan Darah

NO Posisi/Aktivitas Tekanan Darah Tekanan Darah Gambar spigmomanometer


. Perempuan Laki-Laki otomatis/digital
(Sistole/Diastole) (SistoleDiastole)
mmHg mmHg

1. Duduk 119/80 120/80

2. Berbaring 100/70 105/72

3. Kaki 90˚ tubuh 108/71 110/73

4. Berdiri 110/72 115/75

5. Kerja otak 123/88 127/90


(diberi soal
hitungan)
6. Gerak badan 130/100 135/114
selama 1 menit
Tabel 1. Hubungan Tekanan Darah dengan Posisi atau Aktivitas Tubuh
Pada percobaan hubungan tekanan darah dengan posisi atau aktivitas tubuh
dilakukan berbagai posisi/ aktivitas, yang akan mempengaruhi kenaikan tekanan
darah, ini dikarenakan adanya peningkatan denyut jantung yang signifikan, karna
danya resppon dari radiovaskular terhadap kontraksi otot dan peningkatan curah
jantung yang berfungsi untuk melakukan kontrasksi dengan cara mengangkut 02.
Serta peningkatan tekana darah juga bisa dipengaruhi karna bobot/ aktivitas sehari
hari yang dilakukan , dan posisi tubuh yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi

Metode Pengamatan
Pada metode palpatori digunakan untuk
menentukan tekanan darah sistolik saja
dengan cara mengukur saat Kembali
Palpatori munculnya denyut jantung atau nadi untuk
pertama kalinya tanpa membutuhkan
stetoskop.

Pada metode auskultasi digunakan untuk


menentukan tekanan darah sistolik dan
distolik dengan cara mendengar kan suara
Auskultasi alami tubuh untuk pertama kalinya dan
membutuhkan stetoskop.

Tabel 2. perbedaan prinsip cara pengukuran tekanan darah dengan metode palpotri
dan auskultasi

ii. Hyperemia

a. Hyperemia pasif/rekatif

Definisi Gambar Pengamatan Peristiwa fisiologis


Hyperemia Dikatakan hyperemia pasif Peritiwa fisiologis yang
adalah kondsi karna adanya penyumbatan menyebabkan nya
dimana terdapat arteri sehingga darah tidak karena kegagalan
volume darah dapat mengalir pada saat jantung dalam
secara berlebihan jari di ikat.Ini ditandai memompa darah.
disuatu area dengan adanya perubahan
tubuh warna jari menjadi biru
keunguan, suhu menjadi
dingin dan ukuran yang
mengecil.
Tabel 3. Hyperemia pasif/reaktif
Pengamatan Gambar Peristiwa fisiologis

Dikatakan Hyperemia aktif Peritiwa fisiologis


karna adanya pelebaran yang menyebabkan
pembuluh darah yang nya terangsangnya
ditandai dengan adanya saraf vasodilator
perubahan warna jari atau kelumpuhan
menjadi kemerahan, suhu vasokontriktornya.
menjadi hangat dan timbul
kerutan sehingga ukuranya
menjadi besar.

b. Hyperemia aktif/fungsional

Tabel 4. Hyperemia aktif/fungsional


Pengamatan Perbedaan Hyperemia
Pasif Aktif
Penyebab Penumpukan darah Pelebaran pembuluh darah
Suhu Dingin Hangat/ agak panas
Warna Kemerahan Biru keunguan

Ukuran Mengecil Membesar/ Melebar

Tabel 5.Perbandingan hyperemia pasif dan aktif


4.2. Darah

i. Pengukuran Sel darah Merah

Fungsi natrium kisaran jumlah eritrosit Perhitungan


sitrat 25% normal dalam darah Diketahui sel darah merah
(sel/mm3)
Berfungsi sebagai Pria dewasa : 4,7-6,1 M1= 85 (M1+M2+M3+M4+M5)x10.000
koagulan yang Wanita dewasa : 4,2-5,4 M2= 90 = (85+90+93+108+100)x10.000
membuat darah Anak- anak : 4- 5,5 M3= 93 = 476x 10.000
tidak menggumpal M4=108 = 4.760.000 sel/mm3
M5=100
Tabel 6. Pengukuran Sel darah Merah

Maka dapat disimpulkan sel darah merah yang diproleh yaitu 4.760.000 sel/mm3
merupakan sel darah normal karna sesuai dengam panduan eritrosit normal pada
pria dewasa yaitu 4,7 -6,1 sel/mm3.

ii. Pengukuran Sel Darah Putih

Fungsi kisaran jumlah Perhitungan


leuokosit normal Diketahui sel darah putih
Asam asetat pewarna
gentian violet dalam darah
glasial
(sel/mm3)
Melisiskan Memberi Dewasa :4.5000-10.000 P1= 50 (P1+P2+P3+P4) x 50
eritrosit untuk warna pada Anak anak:4.500- P2= 45 = (50+45+48+45 )x 50
menghancurkan inti dan 13.500 P3= 48 = 188 x 50
sel selain sel granula P4= 45 = 9.400 sel/mm3
darah putih. leukosit agar
terlihat jelas
dibawah
mikroskop
Tabel 7. Pengukuran Sel Darah Putih
Maka dapat disimpulkan sel darah putih yang diproleh yaitu 9.400 sel/mm3
merupakan sel darah normal karna sesuai dengam panduan eritrosit normal pada
orang dewasa yaitu 4.5000-10.000 sel/mm3.

Tujuan Kisaran nilai Hematokrit


normal Diatas normal Dibawah normal
Untuk menentukan Pria : 42- 50 % Dapat mengindikasikan Dapat
jumlah sel darah merah Wanita : 36-47 % penyakit dehidrasi, diare mengindikasikan
untuk dibandingkan berat, jantung dan paru- penyakit anem
dengan volume darah paru. gagal ginjal, kank
dalam satuan persen (%) kekurangan vitamin
dan B serta tuk
lambung.
iii. Pengukuran Hematokrit

Tabel 8. pengukuran % Hemakorit

Tinggi Perhitungan % hematokrit Kesimpulan


Sel darah Sel darah +
merah plasma
2,5 cm 4,5 cm Maka dapat disimpulkan b
tinggi sel darah hematokrit pada percobaan
(tinggi sel darah+plasma)100 % notrmal karna melebihi
hemtokrit normal pada laki
= 2,5 yaitu 42-50% sedangkan hema
4,5 x 100 % yang diproleh pada percobaan
= 55, 5 % 55,5 %

Tabel 9. Menguukur perbandingan tinggi antara darah(sel darah + plasma) dan sel
darah
iV. Penentuan/ Pengukuran HB

Metode HB yang diproleh Nilai normal


pada percobaan HB orang
dewasa (g/dl)
Tallquist Sahli Tallquist Sahli wanita pria
Bersifat Kualitatif Sampel darah yang 70% 80% 12- 15 13-17
dengan diambil, dimasukkan setara
membandingkan kedalam tabung sahli 13 g/dl
warna dari sampel kemudian di encerkan
dengan kertas buku sehingga warna pada
medtode taulquist. tabung sahli mirip
dengan warna tabung
pembanding dan bersifat
kuantitatif/
Tabel 10. Penentuan/ Pengukuran HB

Nilai HB Hubungan dengan sel darah


Diatas normal Dibawah Normal

Dapat terkena Dapat terkena Jika HB tinggi sel darah akan semakin
penyakit darah tinggi penyakit anemia banyak

Tabel 11. Penentuan/ Pengukuran HB


V. Waktu Pendarahan

Waktu pendarahan Mekanisme penghentian darah(mekanisme


homeostasis)
Normal Percobaan
20- 120 Detik 90 detik Terjadi pada homeostasis primer
Dapat disimpulkan 1. .Fase kontriksi -> Penyempitan pembuluh
bahwa pada waktu darah.
pendarahan di 2. Pembentukan sumbat platelet
percobaan normal.  Adresi : platetlet menempel di prmbuluh
yang rusak.
 Agregasi: Darah tidak dapat keluar
Tabel 12. Waktu pendarahan

Vi. Waktu Koagulasi

Nilai wajtu koagulasi Mekanisme


Normal Percobaan penghentian darah
(mekanisme
homeostasis) koagulasi
115-300 detik 3 Menit / 180 Detik Terjadi pada
Dapat disimpulkan bahwa pada homeostasis sekunder
waktu koagulasi di percobaan dimana darah
normal. membentuk benang
fibrin.
Tabel 13. Waktu Koagulasi
Vii. Penggolongan Darah

Golonga Pengamatan
n
O Tidak terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
A Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-A
B Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-B
AB Terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
Tabel 14. Pengamatan Penentuan Golongan Darah

 Aglutinasi
Aglutinasi dapat terjadi pada saat darah di tetesi serum , karena membran eritrosit
mengandung 2 tipe antigen yaitu antigen A dan antigen B yang disebut
aglutinogen. Kebalikannya antibodi yang terdapat dalam plasma darah akan
bereaksi dengan antigen A maupun antigen B yang spesifik sehingga terjadi
aglutinasi.

 Penggolongan darah
Gambar Hasil Pengamatan
Pada percobaan didapati hasil bahwa golongan darah yang
di uji diproleh golongan darah A karena adanya
penggumpalan darah oleh serum anti A dan tidak terdapat
gumpalan pada serum anti B.
Tabel 15. Penentuan Golongan Darah

 Tranfusi darah
Golongan darah A hanya dapat meneriman golongan darah A dan O. Golongan
darah A memiliki antigen A dan O merupakan darah universal yang memiliki
antigen A dan B.
 Pendonor darah
Jika menjadi pendonor golongan darah A hanya bisa mendonorkan darahnya pada
darah A s dan AB karena sama sama memiliki antigen A.

VI. PEMBAHASAN

Sistem kardiovaskular meliputi jantung, darah dan pembuluh darah yang


keberadaan dari ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Pada praktikum
kali ini dilakukan berbagai prosedur kerja yang mencakup dari ketiga komponen
sistem kardiovaskular.

5.1.Pembuluh darah dan tekanan darah

a. Pengukuran tekanan darah

Pada pengukuran tekanan darah dilakukan dengan 2 cara yaitu palpatori dan
cara auskultasi, Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah pada saat jantung
menguncup ( systole ). Sedangkan tekanan darah diastolic merupakan tekanan
darah pada saat jantung mengendor kembali ( diastole ). (Murdaka, 2013) Lalu
dilakukan juga pengujian menggunakan alat stigmomanometer digital, Pengukuran
dilakukan dengan berbagai kondisi badan yaitu duduk, berbaring, kaki 90 o tubuh ,
berdiri, kerja otak, gerak badan selama satu menit. Perbandingan tekanan darah
antara laki-laki dan perempuan menunjukkan, tekanan darah laki-laki relatif lebih
tinggi dibandingkan perempuan dengan posisi pengukuran yang sama. Dimana
pengukuran tekanan darah pada posisi berbaring lebih rendah dibandingkan posisi
yang lainnya. Hal ini dikarenakan kontraksi yang dilakukan jantung tidak berat
sehingga tekanan darah tidak meningkat ketika kondisi tubuh tidak melakukan
suatu aktifitas (berbaring). Tekanan darah pada posisi duduk, kaki 90 o tubuh, dan
berdiri menunjukkkan hasil yang lebih rendah dari posisi ketika gerak badan dan
kerja otak. Ketika tekanan darah diukur pada saat otak sedang berfikir keras atau
bisa juga ketika stress hal tersebut memacu pelepasan hormon adrenalin yang akan
berikatan dengan reseptor α jantung sehingga menyebabkan vasokontriksi sehingga
tekanan darah menjadi meningkat. Hal tersebut berlaku juga ketika tubuh
berolahraga tekanan darah akan naik karena jantung berkontraksi lebih cepat untuk
mengalirkan darah keseluruh tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah adalah usia, riwayat penyakit keluarga, indeks massa tubuh, tingkat
pendidikan, stres kerja, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi kafein, konsumsi
obatobatan, jenis kelamin dan kebiasaan merokok (Fitriani et all,2017).

b. Hyperemia

Merupakan suatu kondisi dimana terdapat darah secara berlebihan didalam


pembuluh darah atau penurunan jumlah darah yang mengalir ke salah satu
pembuluh darah. Pada hiperemia aktif dilakukan pengujian dengan mencelupkan
jari tangan kedalam air panas sehingga menyebabkan warna jari tangan menjadi
merah, suhu hangat, dan ukuran tangan sedikit lebih besar hal ini dikarenakan
adanya dilatasi arteriol atau kapiler yang bekerja sebagai katup yang mengatur
aliran darah akibat terangsangnya saraf yang menyebabkan vasodilator . sedangkan
pada hiperemia pasih dilakukan dengan pengujian mengikat salah satu jari tangan
dengan karet. Hasilnya warna jari tangan menjadi biru, suhu dingin dan ukuran
mengecil hal ini terjadi karena tidak ada aliran darah kedalam pembuluh darah
tersebut atau terjadi pengosongan darah. Faktor yang menyebabkan hyperemia
pasif (Reaktif) ini yaitu terjadinya dilatasi arteriol sehingga mengakibatkan jumlah
darah yang masuk lebih banyak, penyumbatan pembuluh darah, kekurangan
oksigen dan obstruk (Pearce,2006).

5.2. Darah

a. Pengukuran sel darah merah

Percobaan selanjutnya yaitu pengukuran sel darah merah. Darah merupakan


komponen utama yang ada di dalam sistem kardiovaskular, selain darah ada organ
yang terpenting yang meregulasi keluar masuknya darah yaitu jantung (Snell,
2006).

Darah diambil dengan cara menusukkan lanset steril pada jari manis yang
telah dibersihkan. Lanset steril ini digunakan untuk menghindari penularan
penyakit dan ketajaman mata lanset tetap baik dan tajam. Lalu diberi larutan
natrium sitrat 2.5% yang berfungsi sebagai pengencer sel darah merah dan
antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah/pembekuan darah.
Sehingga natrium sitrat digunakan sebagai pengencer darah dan agar tidak
terjadinya penggumpalan darah sehingga eritrosit dapat diamati dibawah
mikroskop. Hasil yang didapat jumlah eritrosit yaitu 4.760.000 sel/mm3, hasil ini
didapat dari hasil pengalian dengan 10.000. Jumlah eritrosit normal pada pria
dewasa yaitu 4,3-5,6 juta sel/mm3, sedangkan pada wanita dewasa yaitu 3,9-5,1
juta sel/mm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah eritrosit dalam darah
nomal. Fungsi utama dari sel-sel darah merah yang juga dikenal sebagai eritrosit
adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan. (Snell, 2006).

b. Pengukuran sel darah putih

Pada pengukuran sel darah putih digunakan cairan pengencer yaitu larutan
Turk yang terdiri dari asam asetat glasial, larutan gentian violet, dan akuades.
Larutan Turk fungsi sebagai pengencer sel darah putih. Didalam tubuh manusia,
terdapat beberapa jenis sel darah putih, yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit,
dan monosit. Tetapi, pada percobaan kali ini, menggunakan sel darah putih yang
diukur yaitu sel darah putih secara umum. Dari hasil pengamatan, diperoleh jumlah
leukosit yaitu sebanyak 9400 (dengan faktor pengali 50), ini menunjukkan leukosit
relawan ini masih dalam keadaan jumlah yang normal. Karena leukosit paling
sedikit jumlahnya 4.000-11.000 sel/ml, fungsinya dalam sistem pertahanan tubuh
terhadap infeksi. (Kiswari,2014).

c. Hematoktit
Hematokrit ini merupakan perbandingan antara darah yang mengandung
eritrosit dengan volume seluruh darah. Pada pengujian hematokrit, diawali dengan
darah segar diambil menggunakan lanset steril lalu pipa kapiler hematokrit
diletakkan pada tetes darah tersebut. Pipa kapiler diisi sampai 2/3 penuh dan pipa
ditutup dengan lilin. Pipa ditutup lilin agar sampel darah tidak keluar saat
dilakukan sentrifuga. Pipa kapiler kemudian dimasukkan ke dalam chamber
mikrosentifuga kemudian disentrufuga selama 4 menit. Penggunaan alat sentrifuga
bertujuan untuk memisahkan antara serum dan plasma yang terkandung dalam
sampel darah dengan prinsip objek diputar secara horizontal dengan jarak tertentu.
Setelah itu, diukur tinggi darah (sel darah dan plasma) dengan tinggi sel darah.
Didapatkan hasil pengujian dengan tinggi sel darah yaitu 2,5 cm dan tinggi darah
ditambah plasma yaitu 4,5 cm dengan posisi sel darah berada di atas sedangkan
posisi plasma berada di bawah. Setelah dilakukan perhitungan perbandingan dan
didapatkan hasil 55,56%. Kisaran nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 40-
50% dan pada perempuan adalah 36-44%. Tujuan pengujian hematokrit ini untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Pada pengujian ini, didapatkan hasil
hematokrit di atas nilai normal sehingga dapat diindikasikan anemia (rendahnya
kadar oksigen dalam darah), leukemia, gagal ginjal dan juga tukak lambung.

d. Penentuan Hb

Pengujian penentuan Hb dilakukan dengan dua metode, metode tallquist


dan metode sahli. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam darah, tiap
liter darah mengandung sekitar 15gr hemoglobin (Damin Sumardjo, 1990).

Metode tallquist merupakan metode kualitatif yang dilakukan dengan warna


sampel darah dibandingkan dengan warna pada kertas pembanding. Pada metode
tallquist ini didapatkan hasil yang terbaca adalah 70. Selanjutnya dilakukan metode
sahli dengan prinsip kuantitatif, metode ini dilakukan dengan tabung sahli diisi
oleh HCl 0,01 M sampai setinggi 10% atau sampai skala 14. Sampel darah diambil
oleh pipet 20 mikroliter lalu dimasukkan ke tabung sahli yang berisi HCl
ditambahkan kembali dengan HCl, HCl berfungsi untuk memecah heme dan gobin
menjadi hematin. HCl ditambahkan sedikit-sedikit lalu diaduk dengan batang
pengaduk agar sampel tercampur dan didapatkan warna hasil akhir sama dengan
pembanding. Kemudian skala yang dibaca yang menunjukan Hb darah yaitu 80.
Menurut Syamsunir 1992, cara sahli tidak memiliki ketepatan yang teliti karena
batang gelas dapat berubah warnanya bila sudah lama. Presentase Hb normal untuk
metode tallquist dan sahli berkisar 70- 100%, maka dapat dikatakan bahwa kadar
Hb sampel merupakan Hb normal. Jika Hb di atas normal maka dapat
diindikasikan darah tinggi, sedangkan jika Hb di bawah normal maka diindikasikan
anemia. Semakin tnggi nilai Hb maka semakin banyak pula kandungan sel darah
merah. (Damin Sumardjo, 1990).

e. Waktu perdarahan

Waktu pendarahan merupakan selang antara waktu mulai timbulnya tetes


darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir. Pada
pengujian waktu pendarahan ini, pertama-tama ujung jari dilukai dengan lanset
steril kemudian waktu saat timbulnya darah pada saat tetes pertama dicatat sampai
waktu pada saat darah berhenti mengalir. Pada mekanisme hemostatis, darah
berhenti mengalir pada tahap vasokontriksi pembuluh darah, kemudian terjadi
tahap sumbat platelet dimana platelet akan menempel pada pembuluh darah dan
berkumpul menjadi sumbat, saat itu lah darah akan berhenti mengalir. Selisih
waktu pendarahan yang didapatkan adalah 90 detik. Waktu pendarahan normal
menurut Pearce (2006) berkisar antara 15 sampai 120 detik, maka dapat
disimpulkan bahwa waktu pendarahan sampel yaitu normal.

f. Waktu koagulasi

Pengujian waktu koagulasi atau waktu pembekuan darah yaitu ketika darah
berubah dari cair menjadi membentuk benang fibrin (semi padat). Mekanisme
koagulasi terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukkan
finbrin atau protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin (enzim
pembeku) darah dalam proses pembekuan darah. Mekanisme ini terjadi jika ada
cedera di dalam maupun di permukaan tubuh, kondisi darah mudah menggumpal
bisa terjadi karena faktor keturunan, infeksi maupun tingginya antibodi
antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autoimun (Evelyn, 2012).
Pengujian dilakukan dengan ujung jari dilukai dengan lanset steril lalu
darah yang keluar dimasukkan pada sebuah kapiler. Pipa dipatahkan dan diamati
setiap 30 detik sampai terlihat adanya benang fibrin. Waktu koagulasi yang
dihitung adalah selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah sampai
terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi yang didapatkan pada sampel adalah
3 menit. Waktu koagulasi normal yaitu sekitar 1 sampai 8 menit, sehingga dapat
dikatakan bahwa waktu koagulasi sampel normal dan dapat disimpulkan bahwa
sampel darah mengandung cukup senyawa kalsium.

g. Penggolongan darah

Pengujian penggolongan darah pada manusia ditentukan menurut jenis


antibodi dan antigen yang ada dalam darah. Pengujian ini diawali dengan ujung jari
dilukai dengan lanset steril. Penggunaan lanset steril bertujuan agar tidak terjadinya
infeksi. Darah yang keluar diteteskan pada bagian A dan bagian B pada kaca objek.
Diteteskan serum-A pada bagian A dan serum-B pada bagian B. Sampel diaduk
dengan tusuk gigi agar serum dan sampel darah tercampur. Setelah diaduk dan
diamati, Berdasarkan hasil percobaan golongan darah relawan adalah A karena
terjadi penggumpalan darah oleh serum anti-A. Prinsip pemeriksaan golongan
darah yaitu reaksi antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit (aglutinogen)
dengan antibodi yang sama ( aglutinin ) sehingga terbentuk aglutinasi. Antibodi
terdapat pada serum karena antibodi golongan darah merupakan protein globulin
yang bertanggung jawab sebagai komponen kekebalan tubuh (Yuniar et al, 2014).

VII. KESIMPULAN

Dari Hasil Pengamatan Hyperemia Pasif didapatkan bahwa Jari dalam


percobaan mengalami perubahan warna dari Merah muda menjadi Keunguan,
Perubahan ukuran dari normal menjadi mengecil, dan perubahan suhunya menjadi
dingin.

Dari Hasil Pengamatan Hyperemia Aktif didapatkan bahwa jari dalam


percobaan mengalami perubahan warna dari warna Merah muda menjadi
Kemerahan, perubahan ukuran dari normal menjadi melebar, dan perubahan
suhunya menjadi lebih Hangat.

Dari Hasil Pengukuran Sel Darah Merah maka dapat disimpulkan Hasil
yang diperoleh yaitu 4.760.000 Sel /mm3 dan merupakan sel darah yang normal.

Dari Hasil Pengukuran Sel Darah Putih maka dapat disimpulkan Hasil yang
diperoleh yaitu 9400 sel/mm3 dan merupakan sel darah yang normal.

Karakteristik darah berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi golongan


A, B, AB, dan O. Penilaian komponen sel darah dilakukan dengan menentukan
jumlah Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Presentase Hemoglobin (Hb), Hyperemia,
Hematokrit, dan Hemeostatis.

Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tekanan darah adalah tekanan
yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh manusia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, yaitu keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis,
kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi,
kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachim, R., Indah, H., Nany, A., 2016. Hubungan Asupan Natrium,
Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dan Bina Lara Budi Luhur
Kota Pekanbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal of The Indonesian Nutrition
Association (p-ISSN: 0436-0265).

Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi Parasitisme untuk Perawat.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bayu Putra, Safriani Rahman,. 2010. Sistem Jantung dan Pembuluh Darah.
Campbell, Reece and Mitchell. 2008. Biologi Edisi ke Lima Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.

Depkes RI., 2001. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah


Sakit.Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Evelyn, P. (2005). Anatomi Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Evelyn, P. (2006). Anatomi Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia

Feriyawati, lita., 2006. Anatomi sistem saraf dan peranannya dalam regulasi
kontraksi otot rangka. medan: fakultas kedokteran USU.

Fitriani.N., dan Neffrety. N. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah Pada Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di Pt. X Gresik.
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health. Vol. 2, No. 1.

Gunawan, Lani. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.

Gunawan, Lani. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius.

Guyton, Arthur C. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Kasron, 2011. Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta Pengobatannya.


Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.

Kiswari, R., 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kozier, Barbara, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Edisi : 5. Jakarta :
EGC.

Leeson, T. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Murdaka, Bambang. 2013. Sistem Monitor Tekanan Darah Arteri Pada Lengan
Dengan Metode Nmr (Dalam Bentuk Model). Jogjakarta. Jurnal Fisika
Indonesia XVII (51) Edisi Desember 2013 ISSN: 1410-2994.
Nurachmach, Elly. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia.

Ronny., Setiawan., Fatimah. Sari. 2009. Fisiologi Kardiovaskular Berbasis


Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sadikin, M. 2002. Biokimia enzim. Jakarta: Widya medika.

Setiawan, R. 2009. Fisiologi Kardiovaskular Berbasis Masalah Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem 6th. Jakarta: EGC.

Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Dialihbahasakan


oleh Suguharto L. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Dialih bahasakan
oleh Suguharto L. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Sudikno dan Sandjaja., 2016. Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya


Kesehatan Masyarakat.Balitbangkes, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta,
Etal.

Syaifuddin,. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan Dan Kebidanan. Edisi 4.


Jakarta : EGC.

Wiguna, I. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah dan Cairan Tubuh dalam
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Denpasar: Universitas Udayana.

Yuniar, H. & Muhiddin, R. &Arif, M., 2014. Perbedaan Golongan Darah ABO di
Anemia Hemolitik Autoimun. (Discrepancy of Blood Group ABO in Auto
Immune Haemolytic). Indonesian Journal Of Clinical Pathologi and
Medical Laboratory. Vol. 20, No. 3.
Zainul,. 2007. Kekuatan Metode Lafidzi Hidup Sehat Dengan Olah Lahir, Fikir &
Dzikir . Jakarta: Qultum Media.

Anda mungkin juga menyukai