PERCOBAAN 9
SISTEM KARDIOVASKULAR
Disusun oleh :
Fanny Rahmawati (10060321057)
Mauna Ismi Kusumawati (10060321058)
Andi Anisya Nurlailyah (10060321059)
Nabila Khoerunisa (10060321060)
Shift/Kelompok : B/2
Tanggal Praktikum :20 Desember 2021
2021/1443
PERCOBAAN 9
SISTEM KARDIOVASKULAR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Siklus jantung (cardiac cycle) terdiri dari sistole dan diastole. Jantung
berkontraksi secara berirama dengan pusat kendali impuls berasal dari simpul
sinus. Pengisian darah di dalam ruang-ruang jantung terjadi selama diastole
(diastolic filling) dan pengeluarannya terjadi selama sistole (systolic ejection)
secara berirama dan secara serentak di jantung kanan dan kiri. Pada akhir diastole,
tekanan ventrikel hampir sama dengan tekanan atrium, sebab kedua ruang tersebut
berhubungan langsung melalui katup atrioventrikular yang masih terbuka, tetapi
hanya sedikit atau hampir tidak ada darah yang mengalir di antara ruang-ruang
tersebut ( Ronny, 2009).
Darah, seperti semua cairan, mengalir dari daerah-daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah-daerah yang bertekanan lebih rendah. Kontraksi ventrikel jantung
menghasilkan tekanan darah, yang memberikan gaya ke semua arah. Gaya yang
terarah memanjang dalam suatu arteri menyebabkan darah mengalir dari jantung,
tempat yang bertekanan paling tinggi. Gaya yang diberikan terhadap dinding arteri
yang elastis akan merentangkan dinding tersebut, dan pelentingan kembali dinding-
dinding arteri memainkan peran yang penting dalam mempertahankan tekanan
darah, demikian pula dengan aliran darah, di seluruh siklus jantung. Begitu darah
memasuki jutaan arteriola-arteriola dan kapiler-kapiler yang mungil, diameter
pembuluh-pembuluh ini yang sempit akan menghasilkan tahanan yang cukup besar
terhadap aliran darah. Tahanan ini menyingkirkan sebagian besar tekanan yang
dihasilkan oleh pemompaan jantung pada saat darah memasuki vena-vena
(Campbell, 2008).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi, yang disebut dengan tekanan sistoel.
Tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistole terhadap
tekanan diastole, dengan nilai normal berkisar dari 100/60 mmHg sampai 129/80
mmHg. Rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Abdurrachim, 2016).
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler,
dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja
sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke
pembuluh arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Syaifuddin, 2011).
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolic. Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah pada saat jantung
menguncup ( systole ). Sedangkan tekanan darah diastolic merupakan tekanan
darah pada saat jantung mengendor kembali ( diastole ). Dengan demikian, jelaslah
bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolic.
Tekanan darah manusia senantiasa berayun ayun antara tinggi dan rendah sesuai
dengan detak jantung (Gunawan, 2001).
1. Usia, bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg.
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga
dewasa. Pada orang lanjut usia, arteri nya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap
darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga
meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada
penurunan tekanan darah.
5. Aktivitas dan berat badan. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk
beberapa jam sesudahnya. Para lansia mengalami penurunan tekanan darah
sebanyak 5-10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat
beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah. Olahraga yang tidak cukup dapat
menyebabkan penigkatan berat badan dan obesitas yang merupakan factor
terjadinya hipertensi (Kozier,2009).
2.3. Darah
Darah seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu
cairan tubuh yang berwarna merah dan kental. Kedua sifat utama ini, yaitu warna
merah dan kental, yang membedakan darah dari cairan tubuh lainnya. Kekentalan
ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berat molekul yang berbeda, dari
yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut didalam darah. Warna
merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh senyawa
berwarna merah yang terdapat dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam
darah (Sadikin, 2002).
1. Plasma Darah
Plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi mengangkut
sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi
untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit. Apabila jumlah volume darah
ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya dalam satu
wadah, misalnya tabung, kemudian diputar (setrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm
selama 20 menit maka setelah itu akan terdapat bagian cairan yang terpisah dari
bagian korpuskuli yang terdapat pada bagian bawah. Cairan yang terdapat pada
bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena itu
dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah (Depkes RI, 2001).
Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf
yang berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu kandungan
eritrosit yang sangat penting hemoglobin, hemoglobin inilah yang menyebabkan
darah berwana merah. Jika eritrosit banyak mengikat oksigen maka warnanya
adalah merah terang, jika sedikit maka akan berwarna merah pucat. Sel eritrosit
rata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang sudah tua akan dirombak
dalam hati. Fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut haemoglobin yang akan
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Wiguna, 2009).
Leukosit dalam tubuh organisme hanya sebesar ± 0,2%. Sel ini bertanggung
jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda
yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, seperti virus atau bakteri. Leukosit
mengandung inti, dan darah manusia normal terdapat jumlah leukosit rata-rata
5000 – 9000 sel per milimeter kubik. Jumlahnya pada anak-anak lebih tinggi dan
pada keadaan patologis berbeda nyata dengan yang normal (Leeson, 1996).
4. Trombosit
2.4. Hemoglobin
Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam yaitu: sistem ABO, sistem MN,
dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas
kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti
(aglutinin). Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
3.1. ALAT
3.2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah alat pengukur 6
hematokrit, hemositometer,kaca objek pipet pengencer sel darah merah, kertas tes
Tallquist, Lanset darah, lilin, mikrskop, pipa kapiler hematokrit,pipet pengencer sel
darah putih,pipet Sahli, sentrifuga hematokrit (mikrosentrifuga), stopwatch, tabung
reaksi,tali dan tusuk gigi.
i. Cara Palpatori
4.2. Hyperemia
i. Hyperemia pasif/reaktif
4.3. Anatomi
Untuk pengisian pipet. Langkah pertama pegang pipet dekat pada ujungnya
lalu tempatkan ujung pipet tersebut pada tetesan darah segar sehingga darah masuk
sebanyak 0,5 tanda. Isi pipet dengan cairan pengencer (pipet dalam keadaan
horizontal) sebanyak yang ditentukan dam jangan sampai terbentuk gelembung
udara di dalam pipet. Kemudian tutup ujung pipet dengan jari kemudian kocok
selama 2 menit. Langkah selanjutnya teteskan 2 tetes larutan encer ini pada
hemositometer lalu tutup hemositometer dengan kaca penutup.Setelah ½ menit
dihitung jumlah sel darah di bawah mikroskop.
c. Hematokrit
4.4. Fisiologi
i. Penentuan Hb
a. Metode Tallquist
Pada percobaan metode tallquist .Langkah pertama ambil satu tetes darah
dengan kertas Tallquist. Kemudian tentukan persentase Hb dengan
membandingkan warna yang di peroleh dengan warna pada kertas pembanding.
b. Metode Sahli
Pada percobaan metode Sahli. Langkah pertama tabung Sahli diisi dengan
HCl 0,1N sampai dengan setinggi 10% dari tinggi skala maksimal lalu masukkan
darah sebanyak 20 mikroliter. Kemudian aduk dengan menggunakan pengaduk
yang tersedia. Lalu encerkan dengan HCl sampai warna campuran sama dengan
warna standar pada alat pembacaan dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak
di depan jendela.Angka yang dibaca pada skala langsung menunjukkan kadar Hb
darah dan bandingkan hasil yang diperoleh dari matode tallquist dengan metode
sahli.
Pada percobaan ini ujung jari dilukai dengan lanset steril. Kemudian catat
waktu saat timbulnya tetes darah pertama,lalu Serap darah yang keluar dengan
menggunakan kertas dapat menyerap, misalnya menggunakan tisu. Catat waktu
saat darah berhenti mengalir (saat diserapkan, tidak ada bercak darah pada
tisu).Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah
berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.
Pada percobaan ini.Langkah pertama siapkan kertas tes golongan darah dan
masing-masing diteteskan serum anti-A pada bagian bertanda A dan teteskan
serum anti-B pada bagian bertanda B. Kemudian teteskan satu tetes darah pada
bagian A (anti-A) kemudian campurkan kedua cairan dengan tusuk gigi lalu amati
terjadinya aglutinasi(penggumpalan). Dan teteskan satu tetes darah pada bagian B
(anti-B) kemudian campurkan kedua cairan dengan tusuk gigi lalu amati terjadinya
aglutinasi(penggumpalan). Kemudian tentukan golongan darah dengan cara
melihat terjadinya penggumpalan darah.
Metode Pengamatan
Pada metode palpatori digunakan untuk
menentukan tekanan darah sistolik saja
dengan cara mengukur saat Kembali
Palpatori munculnya denyut jantung atau nadi untuk
pertama kalinya tanpa membutuhkan
stetoskop.
Tabel 2. perbedaan prinsip cara pengukuran tekanan darah dengan metode palpotri
dan auskultasi
ii. Hyperemia
a. Hyperemia pasif/rekatif
b. Hyperemia aktif/fungsional
Maka dapat disimpulkan sel darah merah yang diproleh yaitu 4.760.000 sel/mm3
merupakan sel darah normal karna sesuai dengam panduan eritrosit normal pada
pria dewasa yaitu 4,7 -6,1 sel/mm3.
Tabel 9. Menguukur perbandingan tinggi antara darah(sel darah + plasma) dan sel
darah
iV. Penentuan/ Pengukuran HB
Dapat terkena Dapat terkena Jika HB tinggi sel darah akan semakin
penyakit darah tinggi penyakit anemia banyak
Golonga Pengamatan
n
O Tidak terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
A Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-A
B Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-B
AB Terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
Tabel 14. Pengamatan Penentuan Golongan Darah
Aglutinasi
Aglutinasi dapat terjadi pada saat darah di tetesi serum , karena membran eritrosit
mengandung 2 tipe antigen yaitu antigen A dan antigen B yang disebut
aglutinogen. Kebalikannya antibodi yang terdapat dalam plasma darah akan
bereaksi dengan antigen A maupun antigen B yang spesifik sehingga terjadi
aglutinasi.
Penggolongan darah
Gambar Hasil Pengamatan
Pada percobaan didapati hasil bahwa golongan darah yang
di uji diproleh golongan darah A karena adanya
penggumpalan darah oleh serum anti A dan tidak terdapat
gumpalan pada serum anti B.
Tabel 15. Penentuan Golongan Darah
Tranfusi darah
Golongan darah A hanya dapat meneriman golongan darah A dan O. Golongan
darah A memiliki antigen A dan O merupakan darah universal yang memiliki
antigen A dan B.
Pendonor darah
Jika menjadi pendonor golongan darah A hanya bisa mendonorkan darahnya pada
darah A s dan AB karena sama sama memiliki antigen A.
VI. PEMBAHASAN
Pada pengukuran tekanan darah dilakukan dengan 2 cara yaitu palpatori dan
cara auskultasi, Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah pada saat jantung
menguncup ( systole ). Sedangkan tekanan darah diastolic merupakan tekanan
darah pada saat jantung mengendor kembali ( diastole ). (Murdaka, 2013) Lalu
dilakukan juga pengujian menggunakan alat stigmomanometer digital, Pengukuran
dilakukan dengan berbagai kondisi badan yaitu duduk, berbaring, kaki 90 o tubuh ,
berdiri, kerja otak, gerak badan selama satu menit. Perbandingan tekanan darah
antara laki-laki dan perempuan menunjukkan, tekanan darah laki-laki relatif lebih
tinggi dibandingkan perempuan dengan posisi pengukuran yang sama. Dimana
pengukuran tekanan darah pada posisi berbaring lebih rendah dibandingkan posisi
yang lainnya. Hal ini dikarenakan kontraksi yang dilakukan jantung tidak berat
sehingga tekanan darah tidak meningkat ketika kondisi tubuh tidak melakukan
suatu aktifitas (berbaring). Tekanan darah pada posisi duduk, kaki 90 o tubuh, dan
berdiri menunjukkkan hasil yang lebih rendah dari posisi ketika gerak badan dan
kerja otak. Ketika tekanan darah diukur pada saat otak sedang berfikir keras atau
bisa juga ketika stress hal tersebut memacu pelepasan hormon adrenalin yang akan
berikatan dengan reseptor α jantung sehingga menyebabkan vasokontriksi sehingga
tekanan darah menjadi meningkat. Hal tersebut berlaku juga ketika tubuh
berolahraga tekanan darah akan naik karena jantung berkontraksi lebih cepat untuk
mengalirkan darah keseluruh tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah adalah usia, riwayat penyakit keluarga, indeks massa tubuh, tingkat
pendidikan, stres kerja, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi kafein, konsumsi
obatobatan, jenis kelamin dan kebiasaan merokok (Fitriani et all,2017).
b. Hyperemia
5.2. Darah
Darah diambil dengan cara menusukkan lanset steril pada jari manis yang
telah dibersihkan. Lanset steril ini digunakan untuk menghindari penularan
penyakit dan ketajaman mata lanset tetap baik dan tajam. Lalu diberi larutan
natrium sitrat 2.5% yang berfungsi sebagai pengencer sel darah merah dan
antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah/pembekuan darah.
Sehingga natrium sitrat digunakan sebagai pengencer darah dan agar tidak
terjadinya penggumpalan darah sehingga eritrosit dapat diamati dibawah
mikroskop. Hasil yang didapat jumlah eritrosit yaitu 4.760.000 sel/mm3, hasil ini
didapat dari hasil pengalian dengan 10.000. Jumlah eritrosit normal pada pria
dewasa yaitu 4,3-5,6 juta sel/mm3, sedangkan pada wanita dewasa yaitu 3,9-5,1
juta sel/mm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah eritrosit dalam darah
nomal. Fungsi utama dari sel-sel darah merah yang juga dikenal sebagai eritrosit
adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan. (Snell, 2006).
Pada pengukuran sel darah putih digunakan cairan pengencer yaitu larutan
Turk yang terdiri dari asam asetat glasial, larutan gentian violet, dan akuades.
Larutan Turk fungsi sebagai pengencer sel darah putih. Didalam tubuh manusia,
terdapat beberapa jenis sel darah putih, yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit,
dan monosit. Tetapi, pada percobaan kali ini, menggunakan sel darah putih yang
diukur yaitu sel darah putih secara umum. Dari hasil pengamatan, diperoleh jumlah
leukosit yaitu sebanyak 9400 (dengan faktor pengali 50), ini menunjukkan leukosit
relawan ini masih dalam keadaan jumlah yang normal. Karena leukosit paling
sedikit jumlahnya 4.000-11.000 sel/ml, fungsinya dalam sistem pertahanan tubuh
terhadap infeksi. (Kiswari,2014).
c. Hematoktit
Hematokrit ini merupakan perbandingan antara darah yang mengandung
eritrosit dengan volume seluruh darah. Pada pengujian hematokrit, diawali dengan
darah segar diambil menggunakan lanset steril lalu pipa kapiler hematokrit
diletakkan pada tetes darah tersebut. Pipa kapiler diisi sampai 2/3 penuh dan pipa
ditutup dengan lilin. Pipa ditutup lilin agar sampel darah tidak keluar saat
dilakukan sentrifuga. Pipa kapiler kemudian dimasukkan ke dalam chamber
mikrosentifuga kemudian disentrufuga selama 4 menit. Penggunaan alat sentrifuga
bertujuan untuk memisahkan antara serum dan plasma yang terkandung dalam
sampel darah dengan prinsip objek diputar secara horizontal dengan jarak tertentu.
Setelah itu, diukur tinggi darah (sel darah dan plasma) dengan tinggi sel darah.
Didapatkan hasil pengujian dengan tinggi sel darah yaitu 2,5 cm dan tinggi darah
ditambah plasma yaitu 4,5 cm dengan posisi sel darah berada di atas sedangkan
posisi plasma berada di bawah. Setelah dilakukan perhitungan perbandingan dan
didapatkan hasil 55,56%. Kisaran nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 40-
50% dan pada perempuan adalah 36-44%. Tujuan pengujian hematokrit ini untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Pada pengujian ini, didapatkan hasil
hematokrit di atas nilai normal sehingga dapat diindikasikan anemia (rendahnya
kadar oksigen dalam darah), leukemia, gagal ginjal dan juga tukak lambung.
d. Penentuan Hb
e. Waktu perdarahan
f. Waktu koagulasi
Pengujian waktu koagulasi atau waktu pembekuan darah yaitu ketika darah
berubah dari cair menjadi membentuk benang fibrin (semi padat). Mekanisme
koagulasi terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukkan
finbrin atau protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin (enzim
pembeku) darah dalam proses pembekuan darah. Mekanisme ini terjadi jika ada
cedera di dalam maupun di permukaan tubuh, kondisi darah mudah menggumpal
bisa terjadi karena faktor keturunan, infeksi maupun tingginya antibodi
antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autoimun (Evelyn, 2012).
Pengujian dilakukan dengan ujung jari dilukai dengan lanset steril lalu
darah yang keluar dimasukkan pada sebuah kapiler. Pipa dipatahkan dan diamati
setiap 30 detik sampai terlihat adanya benang fibrin. Waktu koagulasi yang
dihitung adalah selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah sampai
terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi yang didapatkan pada sampel adalah
3 menit. Waktu koagulasi normal yaitu sekitar 1 sampai 8 menit, sehingga dapat
dikatakan bahwa waktu koagulasi sampel normal dan dapat disimpulkan bahwa
sampel darah mengandung cukup senyawa kalsium.
g. Penggolongan darah
VII. KESIMPULAN
Dari Hasil Pengukuran Sel Darah Merah maka dapat disimpulkan Hasil
yang diperoleh yaitu 4.760.000 Sel /mm3 dan merupakan sel darah yang normal.
Dari Hasil Pengukuran Sel Darah Putih maka dapat disimpulkan Hasil yang
diperoleh yaitu 9400 sel/mm3 dan merupakan sel darah yang normal.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tekanan darah adalah tekanan
yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh manusia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, yaitu keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis,
kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi,
kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein.
Abdurrachim, R., Indah, H., Nany, A., 2016. Hubungan Asupan Natrium,
Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dan Bina Lara Budi Luhur
Kota Pekanbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal of The Indonesian Nutrition
Association (p-ISSN: 0436-0265).
Bayu Putra, Safriani Rahman,. 2010. Sistem Jantung dan Pembuluh Darah.
Campbell, Reece and Mitchell. 2008. Biologi Edisi ke Lima Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Feriyawati, lita., 2006. Anatomi sistem saraf dan peranannya dalam regulasi
kontraksi otot rangka. medan: fakultas kedokteran USU.
Kozier, Barbara, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Edisi : 5. Jakarta :
EGC.
Murdaka, Bambang. 2013. Sistem Monitor Tekanan Darah Arteri Pada Lengan
Dengan Metode Nmr (Dalam Bentuk Model). Jogjakarta. Jurnal Fisika
Indonesia XVII (51) Edisi Desember 2013 ISSN: 1410-2994.
Nurachmach, Elly. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem 6th. Jakarta: EGC.
Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Dialih bahasakan
oleh Suguharto L. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Wiguna, I. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah dan Cairan Tubuh dalam
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Denpasar: Universitas Udayana.
Yuniar, H. & Muhiddin, R. &Arif, M., 2014. Perbedaan Golongan Darah ABO di
Anemia Hemolitik Autoimun. (Discrepancy of Blood Group ABO in Auto
Immune Haemolytic). Indonesian Journal Of Clinical Pathologi and
Medical Laboratory. Vol. 20, No. 3.
Zainul,. 2007. Kekuatan Metode Lafidzi Hidup Sehat Dengan Olah Lahir, Fikir &
Dzikir . Jakarta: Qultum Media.