Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN KE 2

PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

Ika Satriyani Ritongga (10060321062)

Anggi Nugraha (10060321063)

Nadhira Khairunnisa (10060321064)

Berliana Siti Marchani (10060321065)

Syadza Syahida Zahra (10060321067)

Shift/Kel : B/6

Tanggal Praktikum : 3 Oktober 2022

Tanggal Laporan : 9 Oktober 2022

Nama Asisten : Jihan Farda, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
menghitung kadar karbohidrat (glukosa) dengan metode sulfat fenol.
II. Prinsip Percobaan
Pembentukan kompleks berwarna yang dapat diidentifikasi dengan
Spektrofotometer UV- Sinar Tampak.
III. Teori Dasar

3.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai sebagai


penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah
sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat
adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-
unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total
(CH2O)n (Yazid & Nursanti, 2015).

Berdasarkan rumus umum karbohidrat dapat diketahui bahwa senyawa ini


adalah suatu polimer yang tersusun dari monomer-monomer. Berdasarkan
monomer yang penyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida (Yazid & Nursanti, 2015).

a.) Monosakarida

Monokasarida adalah kabohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi


karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasi sebagai
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom
karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada agugus aldehida atau
keton yang dimiliki senyawa tersebut. Selain aldehida dan keton, alkohol
polihidrat (alkohol gula atau poliol), dengan gugus aldehida atau keton yang
telah direduksi menjadi suatu gugus alkohol, juga terdapat secara alami dalam
makanan. Alkohol ini dibentuk melalui reduksi monosakarida dan digunakan
dalam pembuatan makanan untuk menurunkan berat badan dan untuk pasien
diabetes. Alkohol polihidrat kurang diserap dengan baik dan menghasilkan
separuh energi yang dihasilkan oleh gula (Murray et al., 2009).

b.) Oligosakarida

Oligosakarida adalah karbohirat yang tersusun dari dua sampai sepuluh


satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang terdiri
dar dua satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida.
Contohnya adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa (Yazid & Nursanti, 2015).

c.) Polisakarida

Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung


lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus
atau pun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak manis) tidak seperti
monosakarida dan disakarida. Di dalam ilmu gizi ada tiga jenis yang
berhubungan, yaitu amilum, dekstrin, glikogen, dan selulosa (Maryam, 2016).

Gugus Kromofor merupakan gugus tak jenuh kovalen yang dapat


menyerap radiasi dalam daerah-daerah UV dan vis. Gugus kromofor biasanya
meliputi gugus azo (-N=N-), karbonil (-

C=O-), karbon (-C=C-), karbon-nitrogen (-C=NH- atau -CH=N-), nitroso (-NO


atau N-OH), Nittro (-NO2 atau =NO-OH), dan sulfur (C=S). Pada senyawa
organik dikenal pula gugus Auksokrom yaitu gugus jenuh yang terikat pada
kromofor. Terikatnya auksokrom pada kromofor dapat mengubah panjang
gelombang dan intensitas serapan maksimum (Sastrohamidjodjo, 2001).

Gugus Auksokrom adalah gugus fungsi yang mengandung pasangan


elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat pada kromofor yang
mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada kromofor tersebut, baik panjang
gelombang maupun intensitasnya, misalnya gugus hidroksi, amina, halida,
alkoksi. Beberapa gugus auksokrom adalah –NH3, - COOH, -HSO3, -OH
(Sastroamidjojo,2001).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau absorban


suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna
yang terbentuk (Cairns, 2009).

3.2 Glukosa

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) merupakan heksosa—


monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan
aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya
membentuk cincin yang dinamakan "cincin piranosa", bentuk paling stabil bagi
aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus
samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada
atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang semakin reaktif,
yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Murray, 2009).

Glukosa bisa dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga


akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang semakin penting
bagi organisme tingkat atas merupakan kecenderungan glukosa, dibandingkan
dengan gula heksosa yang lain, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik
dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau
bahkan merusak fungsi bermacam enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini
disebabkan glukosa yang biasanya berada dalam isomer siklik yang kurang
reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal,
dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan
disebabkan oleh glikosilasi protein (Murray, 2009).
3.3 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan


intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar
dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum
ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada
pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada
panjang gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu
lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi
dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu
satuan per panjang gelombang (Dachriyanus,2004).

Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara


energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi berupa
molekul. Besar energy yangdiserap tertentu dan menyebarkan electron
tereksitasi dari ground state ke keadaan terekstasi yangmemiliki energy lebih
tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah UV-Vis untuk semuastruktur
elektronik tetapi hanya pada system system terkonjugasi. Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatis
melalui suatu media, maka sebagian cahaya diserap, sebagian dipantulkan
dansebagian dipancarkan.

Berdasarkan teori tersebut, prinsip keja dari spekrtofotometri adalah suatu


cahaya monokromatis akan melalui suatu media yang memiliki suatu
konsentrasi tertentu, maka akanmembentuk spectrum cahaya, namun ketika
melewati monokromator, cahaya yang keluar hanyaakan terdapat satu cahaya
yaitu sesuai dengan settingan awal, misalnya warna hijau. Setelah keluar dan
monokromator, cahaya akan menembus sampel yang kemudian akan terbaca
hasil pada readout (monitor) (Fatimah,2009).

IV. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu filer, gelas kimia 100
mL , labu Ukur 10 mL dan 100 Ml, neraca analitik, pipet Mikro, pipet tetes,
pipet Volume, spatula, spektrofotometer UV-Vis, tabung Reaksi, ultrasonik,
vortex.

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu Aquadest, asam
sulfat 98%, fenol 80%, glukosa, pb asetat jenuh dan netral, sampel Ekstrak.

V. Prosedur
5.1 Membuat Kurva Standar

1. Membuat Larutan Induk Glukosa

Dibuat larutan induk glukosa dengan melarutkan standar glukosa dalam


aquades hingga diperoleh konsentrasi 100 mg/L, dengan cara ditimbang 10 mg
glukosa ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan aquades hingga
tanda batas kemudian dihomogenkan.

2. Membuat Pengenceraan Seri Standar


Dibuat Pengenceran seri standar dengan menambahkan larutan induk glukosa
dan aquades ke dalam tabung reaksi, di vortex (dilakukan duplo), dengan
mengikuti tabel berikut:

Tabel Mikro glukosa / 2mL


pengenceran
0 10 20 40 60 80 100
seri standar

mL larutan 0 0,1 0,2 0,4 0,6 0,8 1


induk
glukosa

mL aquades 2 1,9 1,8 1,6 1,4 1,2 1

5.2 Membuat Preparasi Sampel


Ditimbang 40 mg sampel ekstrak ke dalam labu ukur 10 mL dilarutkan
dengan aquades, Kemudia disonikasi dan ditanda bataskan (dihomogenkan)
Lalu dipipet 1 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL aquades.
5.3 Menentukan Kadar Glukosa Sampel
1. Dimasukan 50 µL (0,05 mL) dilarutkan dengan fenol 80% kedalam setiap
tabung reaksi dari pin 2 dan 3 (blanko standar dan sampel), kemudian di vortex
untuk dihomogenkan.
2. Ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat (larutan dialirkan melalui dinding tabugn
reaksi secara perlahan-lahan dan hati-hati, arahkan lubang tabung menjauhi
wajah), kemudian divortex dan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang
(25˚C)
3. Dipindahkan 5 mL larutan diatas kedalam kuvet, kemudia diukur absorbansi
dari setiap tabung yang berisi seri standar dan sampel menggunakan alat
spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 490 nm. Untuk blanko
digunakan larutan 0µg glukosa/2mL aquades.
5.4 Analisis Data
Ditentukan kadar polisakarida sampel (ekstrak) dengan memasukan nilai
absorbansi sampel ke persamaan garis pada kurva standar, dan akan
mendapatkan hasil persamaan garis regresi dan nilai konsentrasinya.
VI. Hasil Pengamatan

6.1 Larutan Standar

Sampel Absorbansi

Standar 10 0,056

Standar 20 0,128

Standar 40 0,253

Standar 60 0,429

Standar 80 0,573

Standar 100 0,672

Uji 1 0,603

Uji 2 0,601

6.2 Sampel Konsentrasi Uji

𝐴𝑤𝑎𝑙 = 40𝑚𝑔/10𝑚𝐿 = 4𝑚𝑔/𝑚𝐿

6.3 Absorbansi Sampel

1. 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 = 0,0603


Regresi linier :
𝑎 = −0,013
𝑏 = 0,0071
𝑟 = 0,9975

𝑦 = 𝑏𝑥 – 𝑎
0,603 = 0,0071𝑥 − 0,013
0,616 = 0,0071𝑥
0,616
𝑥=
0,0071
𝑥 = 86,76 𝜇𝑔/2𝑚𝐿

𝑥 = 43,38 𝜇𝑔/𝑚𝐿

43,38×10−3 𝑚𝑔/𝑚𝐿
%𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = × 100%
2𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 2,17%

2. 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 = 0,601


Regresi linier :
𝑎 = −0,013
𝑏 = 0,0071
𝑟 = 0,9975

𝑦 = 𝑏𝑥 – 𝑎
0,601 = 0,0071𝑥 − 0,013
0,614 = 0,0071𝑥
0,614
𝑥=
0,0071
𝑥 = 86,48 𝜇𝑔/2𝑚𝐿

𝑥 = 43,24 𝜇𝑔/𝑚𝐿

43,24×10−3 𝑚𝑔/𝑚𝐿
%𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = × 100%
2𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 2,16%

%𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔


2,17% + 2,16%
= = 2,165%
2

6.4 Kurva Standar


Kurva Kalibrasi
0.8
0.672
0.7
0.573
0.6
Absorbansi

0.5 0.429
0.4
0.253 Absorbansi
0.3
Linear (Absorbansi)
0.2 0.128
0.056
0.1
0
10 20 40 60 80 100
Standar

VII. Pembahasan

7.1 Pembuatan kurva standar


Pada praktikum kali yaitu penetapan kadar karbohidrat. Tujuan dari
percobaan kali ini adalah menghitung kadar karbohidrat (glukosa) dengan
metode sulfat fenol. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia
selain protein dan lemak. Dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah
timbulnya pemecahan-pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan
mineral dan berguna untuk membantu metabolism lemak dan protein (Sri,
2011).

Percobaan pertama yaitu pembuatan kurva standar yang pertama


dilakukan yaitu dengan dibuat larutan standar dengan cara melarutkan standar
glukosa dalam aquadest dan diperoleh konsentrasi 100 mg/L. Selanjutnya
dibuat pengenceran berseri dengan menambahkan larutan induk glukosa
dengan aquadest.

kurva standar dimana kurva tersebut adalah hubungan antara nilai


konsentrasi larutan dengan nilai absorbansi larutan tersebut dengan panjang
gelombang (λ) yang sudah ditentukan (Anonim, 2008).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Pengenceran juga berarti sebagai suatu cara atau metoda yang
diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang
bersifat netral, yaitu memakai aquadest dalam jumlah tertentu. Pengenceran
berseri adalah pengenceran yang seringkali harus dilakukan dalam suatu
tahapan atau beberapa tahap untuk memperoleh tingkat pengenceran tertentu.
Manfaat yang lain dari pengenceran berseri, yaitu dapat menghitung jumlah
koloni dengan pengenceran tertinggi dan dapat menggunakan kontrol,
sehingga hasil menjadi lebih baik (Dwidjoseputro, 1978).

Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan


standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa -
volum larutan).Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersia
pkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day,
1999).
Pengujian sampel dilakukan secara duplo (dua kali) bertujuan agar data
pertama dan kedua dapat dibandingkan, dimana data akhir adalah rata-rata dari
kedua data tersebut sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Pada hasil
pengamatan sampel uji 1 dengan nilai absorbansi 0,603 mendapatkan hasil
43,38 g/ml dan pada sampel uji 2 dengan nilai absorbansi 0,601 mendapatkan
hasil 43,24 g/ml.

7.2 Preparasi Sampel

Pada percobaan kedua yaitu preparasi sampel, Preparasi sampel adalah


proses persiapan sampel agar layak untuk di uji dilaboratorium. Tujuan reparasi
disini yaitu untuk menyiapkan suatu zat yang akan dianalisis di laboratorium.
Hal ini karena dalam analisis kimia ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
sebelum sampel tersebut di uji, antara lain ukuran sampel harus sekian mesh
atau mikrometer. Jadi, sampel yang akan di analisa harus memiliki ukuran yang
sesuai dengan standar yang menjadi metode dalam analisa tersebut, sehingga
hasil analisa menjadi akurat dan presisi (Sugiarto, D. 2017).

Tahapan pertama yaitu sampel (ekstrak) yang mengandung polisakarida


yang ditimbang sebanyak 40mg. Polisakarida adalah polimer hasil kondensasi
monosakarida dan tersusun dari banyak molekul monosakarida yang berikatan
satu sama lain, dengan melepaskan sebuah molekul air untuk setiap ikatan yang
terbentuk. Senyawa ini mempunyai rumus umum (C6H10O5)n, dimana n
adalah bilangan yang besar. Polisakarida terpenting sebagai sumber
karbohidrat yang tersebar luas di alam dan banyak terdapat pada tanaman
adalah pati (Winarno,1995).

Hasil penimbangan dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml. seperti


pada percobaan pertama sampel dilarutkan dengan aquadest kemudian sampel
diambil sebanyak 1 ml lalu ditambahkan dengan air sebanyak 1 ml dan juga
sampel dipersiapkan untuk duplo. Aquadest merupakan larutan yang bersifat
netral. Larutan dapat diencerkan kembali dengan menggunakan aquadest jika
serapan pada spektrofotometer terlalu tinggi.

Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan


konsentrasi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau I
harganya 1 cm dapat diabaikan dan  merupakan suatu tetapan. Artinya
konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan semakin
tinggi,begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang
dihasilkan makin rendah. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur
molekul, dan panjang gelombang radiasi (Rohman, 2007).

7.3 Penetapan Kadar Glukosa Sampel


Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar glukosa dalam
sampel dengan metode spektrofotemeteter UV-Vis. Sampel yang digunakan
pada percobaan kali ini adalah larutan blanko, standar, dan sampel. Adapun
alat yang digunakan untuk menentukan kadar glukosa adalah spektrofometer
UV-Vis. Prinsip pengukuran dengan spektrofotometer adalah interaksi antara
molekul dengan cahaya elektromagnetik berupa serapan sinar monokromatis
oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu.
Pada uji penentuan kadar glukosa sampel dimasukkan 0,05 mL fenol
80% pada tabung reaksi yang berisi larutan blanko standar dan sampel.
Kemudian di vortex untuk dihomogenkan. Setelah itu ditambahkan dengan
asam sulfat pekat 5 mL, digunakan asam sulfat karena senyawa asam sulfat
murah, mudah diperoleh, alat yang digunakan sedikit, dan sederhana. Setelah
ditambahkan asam sulfat pekat tabung reaksi divortex dan didiamkan selama
10 menit pada suhu ruangan. Setelah 10 menit dipindahkan 5 mL larutan
kedalam kuvet kemudian ukur absorbansi dari setiap tabung reaksi yang berisi
larutan standar dan sampel. Untuk larutan blanko digunakan 0µg glukosa/2mL
aquades. Kemudian dalam penentuan kadar glukosa ini yang telah dilakukan
beberapa tahap. Pada pengukuran sample, blanko, dan larutan standar
dilakukan dengan spektrofotometri, yang kemudian akan didapatkan data
berupa absorbansi sampel. Fungsi larutan blanko adalah sebagai pengoreksi
absorbansi senyawa kimia yang akan diukur.
Setelah pengujian dilakukan akhirnya didapat hasil kadar glukosa 2,17%
Berdasarkan literatur kadar glukosa normal dalam darah adalah sekitar 70-
110%. Namun pada percobaan ini dihasilkan kadar glukosa yang sangat tinggi
melebihi standar. Hal ini dapat menyebabkan Hiperglikemia. Hiperglikemia
adalah suatu keadaan dimana kadar gula(gluosa) darah secara abnormal tinggi.
Tingginya kadar glukosa pada sampel bisa disebabkan oleh beberapa
kesalahan. Salah satunya pada saat pemipetan berlangsung serta
ketidakbersihan alat shingga disebabkan terjadinya kontaminasi. Juga terhadap
waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.
7.4 Analisis Data

Pembuatan kurva kalibrasi sangat penting dalam analisis menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis. Kurva kalibrasi digunakan sebagai pembanding
dalam penentuan kadar glukosa. Kalibrasi alat Spektrofotometer UV-Vis
dilakukan dengan menggunakan larutan standar dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari masing-masing larutan standar tersebut diukur dengan
Spektrofotometer UV- Vis. Konsentrasi diukur menggunakan panjang
gelombang yaitu 490 nm. Berdasarkan hasil perhitungan % glukosa yang
terkandung dalam ekstrak buah pisang, didapatkan persen kadar sbesar
2,169% . Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil persen kadar yang
baik.
VIII. Kesimpulan

8.1. Pada uji penetapan kadar karbohidrat,Sampel uji 1 didapatkan nilai


absorbansi 0,603 dengan mendapatkan hasil 43,38 µg/mL dan pada
sampel uji 2 didapatkan nilai absorbansi 0,601 dengan mendapatkan hasil
43,24 µg/mL.

8.2 Pada uji preparasi sampel didapatkan hasil konsesntrasi uji dengan nilai
4mg/mL.

8.3 Pada uji penentuan kadar glukosa hasil sampel didapatkan 2,17%.
Berdasarkan literatur kadar glukosa normal dalam darah adalah sekitar
70-110%. Naamun pada percobaan ini dihasilkan kadar glukosa yang
sangat tinggi melebihi standar. Hal ini dapat menyebabkan
Hiperglikemia. Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula
(glukosa) darah secara abnormal tinggi.

8.4 Kurva grafik standar yang terbentuk menunjukan bahwa semakin besar
konsesntrasi larutan (semakin pekat), maa semankin bsar pula nilai
absorbansinya
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anonim. 2008. Spektrofotometer. http://panjicm.wordpress.com/2010/07/15/31/.


Di akses tanggal 29 April 2011.

Cairns D, (2009). Esssentials of Pharmaceutical Chemistry Second Edition.


Penerjemah: Puspita Rini. Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC.

Dachriyanus.,(2004).,Analisis Struktur Senyawa Organik Secara


Spektrofotometri,hal 1-37, Andalas University Press, Padang.

Day, R.A. dam Underwood, A.L. 2002. Analisis kimia kuantitatif. Erlangga, Jakarta

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Fatimah, syamsul dkk, (2009). “Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium


Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis”. Seminar Nasional V Sdm
Teknologi Nuklir.Yogyakarta.

Maryam, S.( 2016). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika: Jakarta.

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. (2009). Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta:
EGC.

Sastrohamidjojo, (2001). Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta. Liberty


Yogyakarta.

Sri, dkk. 2011. Aspek Biologis. Jakarta: Rineka Cipta

Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yazid Estien dan Lisda Nursanti. (2015). Biokimia Praktikum Analis Kesehatan.
Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai