Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

ACARA PRAKTIKUM KE : 2
______ ANALISIS KUANTITATIF KARBOHIDRAT_______
_____________________________________________

Nama : ALDI YUSRIL MAHENDRA


NIM : 24020119140138
Kelompok :3
Hari, tanggal : 24 Maret 2020
Asisten : FAKHRI FADHLURROHMAN P.
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA II
ANALISIS KUANTITATIF KARBOOHIDRAT
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat menganalisis karbohidrat secara kuantitatif pada sample.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh
manusia yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-
persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas
unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). karbohidrat yang penting
dalam ilmu gizi di bagi menjadi dalam dua golongan yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari atas
monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida
yang terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida
yaitu gula rantai pendek yang dibentuk olh galaktosa, glukosa dan fruktosa.
Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua
ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida
nonpati.(Nurmahidah, 2014).
Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga
mempunyai fungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu
pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme
lemak, membantu pengeluaran feses. Karbohidrat sendiri dalam
pengelomkokan karbohidrat sederhana dibagi menjadi monosakarida,
disakarida, oligosakarida. Sedangkan karbohidrat kompleks di bagi menjadi
polisakarida, dan polisakarida non pati. Sumber karbohidrat adalah padi-
padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil
olahan bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepungtepungan, selai, sirup
dan lainnya. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan
pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas dan
sagu.(Nurmahidah, 2014).

2.2 Glukosa
glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan
merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lain. Semua
jenis sel manusia memeperlukan glukosa untuk mendapatkan energy. Gula
lain dalam makanan diubah menjadi glukosa atau zat antara dalam
metabolisme glukosa.Glukosa merupakan salah satu bentuk hasil
metabolisme karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energy utama yang
dikontrol oleh insulin. Kelebihan glukosa diubah menjadi glikogen yang akan
di simpan di dalam hati dan otot untuk cadangan jika di perlukan.( Putri,
2016).

Glukosa,adalah salah satu gula monosakrida dan salah satu


karbohidrat penting yang biasa digunakan sebagai sumber tenaga bagi
tumbuhan dan hewan. Juga merupakan salah satu hasil utama fotosintesis.
Glukosa sering di sebut juga dengan dekstrosa,d-glukosa ataupun gula buah
glukosa juga menjadi sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam
biologi fungsi glukosa yaitu sebagi sumber intermediet metabolisme dan
sebagi sumber energy. (putri, 2016).

2.3 Analisa Kuantitatif Karbohidrat


Analisia kuantitatif karbohidrat umumnya digunakan untuk
menghitung kadar atau konsentrasi karbohidrat bergugus pereduksi dalam
sampel (produk atau substrat). Gula pereduksi merupakan golongan gula
(karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima electron,
contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi
adalah ujung yang mengandung gugusaldehida atau keto bebeas. Umumnya
gula pereduksi yang di hasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim,
dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang di hasilkan. Jumlah gula pereduksi yang di hasilkan selama
reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat atau
dinitrosalycili acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm, semakin tinggi
absorbasi yang di hasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang
terkandung.(Bintang, 2017)
Uji kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
metode luff school, metode DNS, dan metode asam Fenol sulfat. Metode luff
school digunakan untuk menentukan glukosa dalam bahan yang akan diuji
berdasarkan reaksi titrasi iodometri dari kelebihan Cu. Metode
Dinitrosalysilat (DNS) digunakan untuk mengukur gulla pereduksi dengan
teknik klorometri. Teknik ini hanya bisa mendeteksi satu gula pereduksi,
misalnya glukosa. Metode asam fenol sulfat atau metode total sugar
digunakan untuk mengukur total gula, metode ini dapat mengukur dua gula
pereduksi.( Bintang, 2017).

2.4 Kurva Regresi Linier Standar


Dalam regresi linear ini menerangkan bahwa kita hanya
mempertimbangkan satu variable bebas. Regresi liniear standar menjelaskan
mengenai hubungan antar dua variable yang biasanya dapat dinyatakan dalam
suatu garis regresi. Serta merupakan teknik dalam statistika parametic yang
digunakan secara umum untuk menganalisis rata-rata respon dari variable Y
yang berubah sehubungan dengan besarnya intervensi dari variable X. dalam
regresi linier, variable Y di sebut juga sebagai variable output dan tidak bebas
(dependent0. Adapun variable X dapat disebut sebgai variable explanatory,
input, regressor, dan bebas(independent).( Kurniawan, 2016).
Kurva standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan
standart yang masih dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinerkan.
memilki fungsi digunakan untuk menunjukan besarnya konsentrasi larutan
sample dari hasil pengukuran sehingga konsentrasi sample larutan bisa di
perolah dengan mudah kurva standar. Dari kurva standart akan dihasilkan
suatu persamaan y = mx + c, dengan m = kemiringan garis, c konstanta.
Regrasi linier merupakan alat statistika yang di pergunakan untuk mengetahui
pengaruyh antara satu atau beberapa variable terhadap satu buah variable.
(Uray, 2012).

2.5 DNS
DNS adalah asam dinitro salsilat. DNS umum digunakan sebagai
pereaksi pada reaksi untuk menghasilkan gula pereduksi, contohnya glukosa
dan fruktosa. Fungsi penembahan DNS adalah untuk memberikan reaksi
kompleks yang membantu dalam pengukuran absorbansii larutan pada
spektrofometer dan berfungsi menghentikan kerja enzim, sehingga enzim
tidak memecah pati. DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi
dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membantu
3-amino-5-nitrosalicylic acid, suatu senyawaw yang mampu menyerap
dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 560 nm. Semakin
banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sample, maka akan
semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang berbentuk
dan mengakibatkan serapan semakin tinggi.(Ariandi, 2017).
Reaksi yang terjdi dengan adanya penambahan DNS merupakan
reaksi redoks pada gugus aldehida gula ndan teroksidasi menjadi gugus
karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan tereduksi membenetuk
3 amino dan 5- nitrosalicylic. Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Bila
terdapat guhla pereduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya
berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga menimbulkan
warna jingga kemerahan. Kerja dari pereduksi DNS yang ditambahkan dapat
dioptimalkan dan di percepat dengan cara dipanaskan. Itulah mengapa DNS
ditambahkan sebelum larutan dipanaskan dalam waterbath.(Ariandi, 2017).
III. METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Tabung reaksi
3.1.1.2 Rak tabung reaksi
3.1.1.3 Pipet tetes
3.1.1.4 Spektrofometer
3.1.1.5 Tabung cuvet
3.1.1.6 Sentrifuge
3.1.1.7 Ose
3.1.1.8 Lampu spirtus
3.1.1.9 Erlenmeyer
3.1.1.10 Alat tulis
3.1.1.11 Buku laporan sementara
3.1.1.12 Buku petunjuk praktikum
3.1.1.13 Masker
3.1.1.14 Sarung tangan latex
3.1.1.15 Kamera handphone

3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Sample
3.1.2.2 Glukosa
3.1.2.3 Reagen DNS
3.1.2.4 Kultur air mikroba
3.1.2.5 Larutan glukosa standart
3.1.2.6 Aquades
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Alat dan bahan disiapkan
3.2.2 Larutan standart glukosa dengan konsentrasi 0 mg/ml,
2mg/ml, 4ml, 6 mg/ml, 8 mg/ml, dan 10 mg/ml dipersiapkan.
3.2.3 Larutan direaksikan dengan DNS
3.2.4 spektrofometer disiapkan, dihubungkan listrik dan ditunggu
sampai dapat dipakai
3.2.5 Larutan standart diukur dengan panjang gelombang 570 nm
3.2.6 Nilai absorbs di catat
3.2.7 Kurva standart dibuat menggunakan nilai absorbansi dan
diperoleh persamaan linier
IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel konsentrasi glukosa


Konsentrasi glukosa (mg/ml) Absorbansi 540 nm
0,2 0,11
0,4 0,18
0,6 0,28
0,8 0,37
1 0,46
4.2 Kurva Standar Glukosa

absorbansi 540 nm
0.5
y = 0.445x + 0.013
0.45
R² = 0.9976
0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
V. PEMBAHASAN

Praktikum Biokimia acara II yang berjudul Analisa Kuantitatif


Karbohidrat yang bertujuan untuk menganalisis karbohidrat secara kuantitatif
pada sampel telah dilaksanakan pada selasa, 24 Maret 2020 pukul 14.00 WIB-
selesai bertempat Secara online . Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, spektrofometer, tabung cuvet, alat
tulis, buku laporan sementara, buku petunjuk praktikum, masker, sarung tangan
latex, kamera handphone, sampel, glukosa, reagen DNS, dan aquades. Cara kerja
meliputi alat dan bahan di siapkan, kemudian membuat larutan glukosa lalu
membuatv kurva standart

5.1 Pembuatan Kurva Standar Glukosa


Kurva standar dibuat untuk mengetahui nilai aktivitas glukosa yang
terdapat dalam sample. Hal ini di sampaikan Fuadi(2015), grafik kurva standar
digunakan untuk mengetahui nilai aktivitas enzim yang terdapat dalam sample.
Cara membuat kurva standar adalah dengan mengambil larutan glukosa
dan memasukannya kedalam tabung reaksi, kemudian dicampur dengan larutan
fenol 50% dan asam sulfat pekat. Ditempatkan dalam penangas air dalam waktu
tertentu, lalu dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya, hal ini
disampaikan Islamiyah (2013), pembuatan kurva standar dilakakuan dengan cara
mengambil 2 ml larutan glukosa standar (10 ppm,20 ppm, 40 ppm dan 50 ppm)
memasukkannya dalam tabung reaksi, menambahkan 1 ml larutan fenol 5%
dikocok, kemudian ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat, didiamkan selama 10
menit, dikocok, ditempatkan Dallam penangas air selama 15 menit pada 40℃,
lalu ditempatkan dalam kuvet yang telah dimatchingkan diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 490 nm dan dibuat kurva standarnya.

Cara membuat kurva standar di Microsoft excel yaitu data yang diperoleh
di input atau di masukan setelah itu,tekan insert dan gunakan diagram,lalu klik
kanan pada grafik,tekan display Equation on chart dan display Rsquared value on
chart akan muncul sendiri angka yang akan di masukan otomatis. Hal ini
disampaikan Agung (2010) membuat kurva standar pada Microsoft excel dengan
cara sample semua di masukan dalam bentuk data dijadikan table, setelah itu buat
diagram lalu pada diagram di setting atau di pencet tombol Equation onchart dan
Display Rsquared agar memunculakan hasil kurva standar yang kita masukan
datanya tersebut.
Absorbansi 540 nm
0.5
y = 0.445x + 0.013
0.45
R² = 0.9976
0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Berdasarkan persamaan linier y = ax + b, maka nilai yang di


peroleh adalah y= 0,445x +0,013.
Keterangan :

Sumbu x = konsentrasi gula reduksi


Sumbu y = absorbansi

5.2 Pengukuran absorbs sample


Aborbansi adalah perbandingan sinar yang diserap dengan sinar yang
dating bergantung pada zat atau kadar yang terkandung didalamnya. Hal ini
disampaikan Neldawati (2013), Absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar
yang diserap dengan intensitas sinar dating. Nilai absorbansi ini akan bergantung
pada kadar zat yang terkandung didalamnya, semakin banyak kadar zat yang
terkandung dalam suatu sample mak semakin banyak molekul yang akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi
semakin besar atau dengan kata lain nilai absorbansi akan berbanding lurus
dengan konsentrasi zat yang terkandung didalam suatu sample. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamtana, dimana larutan dengan konsetrasi glukosa tertinggi
yaitu pada 1 mg/ml akan menghasilkan nilai absorbansi yang paling tinggi juga
yaitu 0,46.
Cara memperoleh nilai absorbansi ini menggunakan metode
spektrofometri. Hal ini disampaikan Neldawati (2013), spektrofometri dirancang
untuk mengukur konsentrasi yang ada dalam suatu sample, dimana molekul yang
ada dalam sel sample disinariu dengan cahaya yang memilkki panjang
geklombang tertentu. Pada spektrofotometri, cahaya dating atau cahaya masuk
atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak
dapat di ukur, yang dapat diukur adalah transmittasi atau absorbansi.
Pengukuran absorbansi sampel dapat dilakukan dengan cara larutan
sampel dipersiapkan. Kemudian, larutan sampel direaksikan dengan reagen DNS.
Lalu, dimasukkan satu per satu ke dalam spektofotometer. Larutan sampel diukur
absorbansinya pada spektofotometer menggunakan panjang gelombang 540 nm.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Julaeha (2016) yang menyatakan bahwa
pengukuran absorbansi sampel dapat dilakukan dengan cara mengambil 1 ml
sampel kedalam tabung, kemudian ditambahkan 1 ml reagen DNS dan 2 ml
aquadest, ditambahkan pada tiap tabung reaksi menggunakan pipet. Tabung reaksi
dipanaskan di dalam water bath selama 5 menit agar terjadi reaksi antara glukosa
dengan DNS. Absorbansi tiap larutan diukur pada 540 nm. Penentuan konsentrasi
sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: y = ax + b; y b =
ax. Keterangan y = Absorbansi, a = Konstanta, b = Koefisien regresi, x =
Konsentrasi
VI. KESIMPULAN
Dari acara praktikum II tentang Analisis Kuantitatif Karbohidrat dapat
disimpulkan bahwa pengukuran kurva standar digunakan untuk mengetahui
aktivitas glukosa dengan cara mengambil larutan glukosa dan memsukanya
dalam tabung reaksi, kemudian dicampur dengan larutan fenol 50% dan asam
sulfat pekat. Dan dibuat kurva standarnya melalui bantuan Microsoft excel.
Pengukuran absorbs sample adalah perbandingan intensitas sinar dengan
intensitas sinar dating, semakin banyak zat yang terkandung maka semakin
banyak molekul yang menyerap cahaya, cara memperoleh nilai absorbansi
menggunakan metode spektrofometer dimana molekul yang ada dalam sel
sample di sinari dengan cahaya yang memilki panjang gelombang tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Al- masaudi,saad. 2019. A metagenomics investigation of carbohydrate-active enzyme.
Jurnal International Microbiology. Switzerland : salgado flores.
Ariandi, A. 2017. Pengenalan Enzim Amilase (Alpha-Amylase) Dan Reaksi
Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa. Dinamika, 7(1), 74-
82.
Auliya, Putri. 2016. Gambaran kadar gula darah pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Andalas yang memiliki berat badan berlebih dan obesitas. Jurnal
Kesehatan Andalus. Padang : fakultas kedokteran Universitas Andalas Padang.
Hasanah, I. 2014. Studi komparasi kandungan karbohidrat tepung biji mangga Manalagi
dan Arumanis sebagai alternatif sumber karbohidrat pada pembuatan jenang
pelok (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo).
Islamiyah, U., Gonggo, S. T., & Pursitasari, I. D. 2013. Profil Kinetika Perubahan Kadar
Glukosa Pada Nasi Dalam Pemanas. Jurnal Akademika Kimia, 2(3), 160-165.
Julaeha, Eha. 2015. Pemanfaatan tepung gadung (Dioscorea hispida densest) pada
produksi amilase menggunakan Bacillus sp. Jurnal Fortech. Tasikmalaya :
Univeritas Pendidikan Indonesia.
Kurniawan, Robert. 2016. Analisis Regresi. Jakarta : Kencana.
Lusiana, Uray. 2012. Penerapan kurva kalibrasi bagan kendali akurasi dan presisi sebagai
pengendalian mutu internal pada pengujian cod dalam air limbah. Jurnal Biopropal
industry. Pontianak : Baristand Industri Pontianak. Vol 3 no. 1
McKee, L. S. 2017. Measuring enzyme kinetics of glycoside hydrolases using the 3, 5-
dinitrosalicylic acid assay. In Protein-Carbohydrate Interactions. Humana Press,
New York, NY.
Maria bintang, Biokimia-Teknik Penelitian, (Jakarta: Erlangga, 2010),
Marks, Dawn. 2000. Basic Medical Biochemistry : a clinical Approach.
Neldawati, N. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk
Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics, 2(1) : 76-83.
Siregar, N. S. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(02), 38-44.
Suriyansyah, Agung. 2010. Perbandingan metode kurva kalibrasi dan metode adisi
standar pada pengukuran merkuri dalam air yang memiliki kandungan senyawa
organik tinggi menggunakan spektrofometer serapan atom.Tanjungpura :FMIPA
Universitas Tanjungpura.
Wibawa, putu. 2017. Karbohidrat. Bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Semarang, 24 Maret 2020


Asisten Praktikan

Fakhri Fadhlurrohman P. Aldi Yusril Mahendra


24020116140087 24020119140138
International
Microbiology

https://doi.org/10.1
ORIGINAL PAPER
007/s10123-019-
00068-2

A metagenomics investigation of carbohydrate-active


enzymes

along the goat and camel intestinal tract


Saad Al-Masaudi1 & Abdessamad El Kaoutari2 & Elodie Drula 3,4
& Elrashdy M. Redwan1 & Vincent
Lombard 3,4 &
Bernard Henrissat 1,3,4

Received: 24 October 2018 / Revised: 25 February 2019 / Accepted: 26 February 2019

# Springer Nature Switzerland AG 2019

Abstract
Studies of the digestive microbiota of ruminant animals most often focus on the bacterial diversity in the
rumen or the feces of the animals, but little is known about the diversity and functions of their distal intestine.
Here, the bacterial microbiota of the distal intestinal tract of two goats and two camels was investigated by
metagenomics techniques. The bacterial taxonomic diversity and carbohydrate-active enzyme profile were
estimated for samples taken from the small intestine, the large intestine, and the rectum of each animal. The
bacterial diversity and abundance in the small intestine were lower than in the rectal and large intestinal
samples. Analysis of the carbohydrate-active enzyme profiles at each site revealed a comparatively low
abundance of enzymes targeting xylan and cellulose in all animals examined, similar to what has been
reported earlier for sheep and therefore suggesting that plant cell wall digestion probably takes place
elsewhere, such as in the rumen.

Keywords Ruminant animals . Intestine . Microbial diversity . Carbohydrate-active enzymes

Introduction appended carbohydrate-binding modules (CBM) (El


Kaoutari et al. 2013). All these enzymes and domains thereof
The mammalian digestive microbiota confers to the host the are classified in sequence-based families that are presented in
ability to digest the myriads of polysaccharides found in the
diet. This is particularly important for nutrition and health as
carbohydrates represent the major energy source for humans
and animals. The cleavage of polysaccharides is performed by
a large array of glycoside hydrolases (GH) and polysaccharide
lyases (PLs) assisted by carbohydrate esterases (CE) and
the carbohydrate-active enzyme database (CAZy; investigations have targeted the upper gastrointestinal tract
www.cazy. org) (Cantarel et al. 2009; Lombard et al. 2014). of ruminants, namely the rumen (Cersosimo et al. 2015;
Because animal feed is a significant cost in farming, the Gruninger et al. 2014; Hess et al. 2011; Nathani et al. 2015;
efficient and complete digestion of the recalcitrant Omoniyi et al. 2014; Pitta et al. 2016; Pope et al. 2012;
polysaccharides present in the cell walls of plants are Zhang et al. 2016) and more occa- sionally the animal feces
particularly important for farm ruminants that are raised (Ming et al. 2017; Muegge et al.
either for milk or for meat produc- tion. A large number of
2011; Salgado-Flores et al. 2016). By contrast, much less

PENERAPAN KURVA KALIBRASI, BAGAN KENDALI AKURASI DAN PRESISI


SEBAGAI PENGENDALIAN MUTU INTERNAL PADA PENGUJIAN COD
DALAM AIR LIMBAH
(Application of Calibration Curve, Accuracy and Precision Chart as Internal Quality Control at
COD Testing in Wastewater)

Uray Lusiana
Baristand Industri Pontinak, Jl. Budi Utomo No.41 Pontianak E-mail :
padeci_babeda@yahoo.com

ABSTRAK. Jaminan mutu adalah salah satu persyaratan teknis yang termasuk dalam sistem
manajemen mutu yang mengacu kepada SNI ISO/IEC 17025 : 2008. Jaminan mutu adalah
keseluruhan proses yang direncanakan dan kegiatan yang sistematis yang diterapkan dalam
pengujian, sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan atau pengguna data. Jaminan
mutu yang diterapkan untuk pengujian COD dalam air limbah adalah kurva kalibrasi, bagan
kendali akurasi dan presisi. Tujuan penerapan kurva kalibrasi, bagan kendali akurasi dan presisi
adalah untuk mengendalikan data pengujian COD sehingga dapat menjamin keabsahan dan
keandalan hasil pengujian yang dilaporkan dan untuk menjaga konsistensi hasil pengujian secara
statistik sepanjang waktu. Kurva kalibrasi pengujian COD mempunyai nilai koefisien korelasi
0,99987 dan memenuhi persyaratan SNI karena nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama
dengan 0,995. Bagan kendali akurasi mempunyai garis kendali BTA = 104,95%, BPA = 102,97%,
BIA = 100,98%, BTB = 93,03%, BPB = 95,02% and BIB = 97,0%. Data akurasi dapat diterima jika
data berada diantara garis BPA dan BPB (± 2 SD), data akan diperingatkan jika data tersebut
berada diantara BTA-BPA atau BTB-BPB (± 2 SD atau ± 3 SD), dan data dinyatakan outlier jika data
berada diluar garis BTA dan BTB (± 3 SD). Data presisi dapat diterima jika nilai RPD tidak lebih dari
10 % dari nilai hasil pengujian COD.

Kata kunci : akurasi, bagan kendali, jaminan mutu, kurva kalibrasi, presisi
ABSTRACT. Quality assurance is one of the technical requirements that include in the quality
management system based on SNI ISO/IEC 17025 : 2008. Quality assurance is all the process that
planned and systematic activity that applied in analysis, so can give the confidence to the
customer or data user. Quality assurance that is applied for COD testing in wastewater are
calibration curve, accuracy and precision control chart. The purpose of calibration curve, accuracy
and precision control chart applied was to control the data of COD testing so that guaranty the
validity to report and to keep the consistence of testing result as statistic all the time. Calibration
curve of COD testing have a coefficient correlation 0,99987. Accuracy control chart have limited
line BTA = 104,95%, BPA = 102,97%, BIA = 100,98%, BTB = 93,03%, BPB = 95,02% and BIB =

97,0%. Accuracy data can be accepted if that data present between line of BPA and BPB (± 2 SD),
data is warned if that data present between line BTA-BPA or BTB-BPB (± 2 SD and ± 3 SD), and
data is outlier if that data present out of line BTA and BTB (± 3 SD). The precision data can accepted
if that the RPD value is not more than 10 % of COD testing result.

Keywords: accuracy, calibration curve, control chart, precision, quality assurance

Anda mungkin juga menyukai