Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

ACARA PRAKTIKUM KE :-3


_________ANALISIA KUALITATIF LIPID_________
_____________________________________________

Nama : ALDI YUSRIL MAHENDRA


NIM : 24020119140138
Kelompok :3
Hari, tanggal : Selasa, 31 Maret 2020
Asisten : FAKHRI FADHLURROHMAN P.

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA III
ANALISA KUALITATIF LIPID
I. TUJUAN
1.1 Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi lemak berdasarkan
sifat fisik dan kimianya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lipid
Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen
yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan
golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan,
merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipid
akan larut dalam pelarut organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter,
dan benzene. Lipid memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul
dengan gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR),
yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar,
seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan lain sebagainya.
Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non
polarnya menjadi lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid,
eikosanoat, steroid, lipoprotein, dan vitamin yang larut di dalam
lemak.(Bintang, 2010).
Lipid adalah sekumpulan senyawa dalam tubuh yang memiliki ciri-
ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak Lipid
merupakan ester asam lemak yang tersebar di alam dalam bentuk nabati
maupun hewani. Kegunaan lipid sebagai pelindung seluler karena lipid
merupakan bagian integral dari membrane sel dan lipid sebagai
pelindung aseluler karena lipid merupakan pelindung organism dalam
bentuk jaringan integument. Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai
hidrikarbonnya. Ada asam rantai lurus dan rantai bercabang yag
ditemukan di alam dalam bentuk siklis baik yang jenuh maupun tidak
jenuh. Senyawa -senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam
beberapa golongan, ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor
membagi lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana, yaitu
esterasam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes), lipid gabungan yaitu ester asam lemak
yangmempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida,
derivatlipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnyaasam lemak, gliserol, dan sterol. Komponen integral lipid
terdiri dari alcohol tinggi dan lipoprotein larut dalam air, dan proteolipid
tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada
bahan lain yang berfungsi sebgai emulgator.(Wulan, 2011).
2.2 Klasifikasi Lipid
Lipid diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Lipid sederhana (simple lipids), Lipid sederhana merupakan
ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan
molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana dapat berbentuk
monogliserida, digliserida atau trigliserida (triasilgliserol). Trigliserida
merupakan lipid yang tersimpan dalam sitoplasma sel-sel adiposa. Lipid
kompleks (complex lipids) lipid kompleks, merupakan ester gugus asam
lemak dengan molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan dengan
molekul yang lain, seperti asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu.
Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul
lipid yang lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi
metabolik menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan
lipid.(Christine, 2017)
Senyawa–senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dala m
beberapa golongan, ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor
membagi lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana, yaitu
ester asamlemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin, lipid gabungan yaitu ester asam lemak
yangmempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida,
derivatlipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnyaasam lemak, gliserol, dan sterol. Komponen integral lipid
terdiri dari alcohol tinggi dan lipoprotein larut dalam air, dan proteolipid
tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada
bahan lain yang berfungsi sebgai emulgator. Sebagai penyusun lipid,
asam lemak memiliki sifat. ampifatik dimana memiliki ujung rantai
karbon bermuatan(polar;hidrofilik), dan ujung rantai karbon lainnya
tidak bermuatan(nonpolar;hidrofobik).(Christine, 2017).
2.3 Identifikasi Lipid
Berdasarkan subernya, lipid dikelompokan sebagi lemak hewan,
lemak susu, minyak ikan, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid
dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat
disabunkan, yakni dapat dihidrolisiskan dengan basa contohnya
lemak,dan lipid yang tidak dapat di sabunkan, contohnya steroid. Lemak
yang umum meliputi mentega, lemak hewan dan bagian berlemak dari
daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung biji
kapas, zaitun, kacang dan biji kedelai, meskipun lemak berwujud padat
dan minyak berwujud cair, keduanya memilki struktur dasar organic
yang sama.(Nurul, 2018).
2.3.1 Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat
cair dengan zat cair lainnya dimana satu campuran yang terdiri dari
dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu abahan tersebar di
dalam fasa yang lain, seperti air dan minyak. Dikarenkan setiap
bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap
bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh berbeda-beda.
Emulsi tersususun atas tiga komponen utama yaitu : pertama fase
terdispersi( zat cair yang terbagi –bagi menjadi butiran kecil ke
dalam zat cair lain( fase internal ). Kedua, fase pendispersian ( zat
cair yang berfungsi sebagi bahan dasar( pendukung) dari emulsi
tersebut(fase eksternal) terakhir emulgator( zat yang di gunakan
dalam kestabilan emulsi).(Sutresna, 2010).
Emulsi adalah zat cair yang tidak dapat tercampur yang
terdiri dari dua fase (air dan miyak). Emulglator adalah zat yang
berfungsi untuk mempererat emulsi, dalam hal ini emulgatornya
adalah protein. Pada ikatana protein akan membungkus butiran-
butiran minyak kelapa denagn suatu lapisan tipis sehingga butiran-
butiran minyak tidak bisa tergabung. Begitu juga dengan air.
Emuksi tidak akan terpecah, karena masih ada tegangan muka
protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Untuk merusak
ikatan emulsi lemak pada santan kelapa menggunakan metode
Enzimatis.(Endang, 2017).
2.3.2 Ketidakjenuhaan
Ketidakjenuhan leamk berfungsi untuk menentukan
ketidakjenuhan suatu lemak berfungsi untuk menentukan
ketidakjenuhan suatu lemak atau minyak dan untuk mengetahui
apakah uatu sample termasuk kedalam lemak jenuh atau lemak
tidak jenuh dengan cara mereaksikanyya menggunakan iodium
yang akan mengadisi ikatan rangkap pada sample. Reaksi adisi
adalah reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon yang berikatan
tunggal( jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa lain.
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang memilki ikatan
rangkap. Fungsi larutan yang di pakai dalam uji ketidakjenuhan
lemak adalah iodium yang berfungsi untuk melakuakan adisi pada
suatu ikatan rangkap yang ada pada lemak.(Bintang, 2010)
Hubungan bilangan iodium dengan asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh. Juga ikatan rangkapnya adalah io
digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak
jenuh. Bilangan iodium adalah ukuran derajat ketidakjenuhan.
Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan
iodium 9 dua atomiodium di tambahkan pada setiap ikatan rangkap
dalam lemak). Factor yang menyebabkan ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal adalah karena adanya reaksi adisi oleh iodium yang
akan mengubah senyawa hidrokarbon yang berikatan rangkap(tak
jenuh) menjadi senyawa hidrokarbon yang berikatan
tunggal(jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa
lain(Bintang, 2010)
2.3.3 Grease Spot Test
Salah satu uji analisis kualitatif ipid yang menguji sifat
ketidakjenuhan suatu lipid ialah grease spot test atau biasa dikenal
dengan uji spot lipid, menganalisa senyawa lipid dengan metode
grase spot test dapat dilakuakan dengan cara, minyak bekas atau
minyak baru ditambahkan pelarut eteruntuk melarutkan minyak.
Minyak memilki sifat yaitu tiak dapat larut dalam pelarut seperti
air, melainkan larut dlaam pelarut semi atau non polar, seperti eter.
Hal ini menunjukan minyak bersifat nonpolar penambahan eter
bertujuan untuk melarutkan zat-zat elain lemak yang terkandung
dalam lemak. Hal ini dikarenakan eter merupakan pelarut organic
non polar yang dapat melarutkan lemak atau minyak yang
merupakan senyawa non polar, dimana tingkat kepolaran antara
eter dengan minyak goring hamper sama.( Utomo dan Nugroho,
2011).
Jika digunakan air ebagai pelarutnya maka minyak goring
tidak dapat larut karena antara minyak goring dengan air tidak
dapat larut karena keduanya memilki kepolaritasan yang berbeda.
Selain itu digunakan eter sebagai pelarut dan bukan penguapan eter
dengan cara meleteakan minyak tersebut dicawan porselin untuk
memperbesar area pengupan sehingga eter dapat menguap dengan
lebih cepat.(Utomo dan Nugroho, 2010).
2.4 Sifat- sifat Lipid
Lipid memilki sifat tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam
pelarut organic(benzene, eter,aseton,kloroform, dan karbontetraklorida).
Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen. Beberapa
jenis lipid juga mengandung nitrogen dan fosfor. Hidrolisis dari lipid
akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme
tumbuhan dan hewan. Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang,
berbeda dengan karbohidrat dan protein. lipid yang paling sederhana dan
paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun adalah
triasilgliserol, juga seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau
trigliserida. Triasilgliserol yang terdapat di alam bersifat tidak larut
dalam air. Senyawa ini memiliki gravitas spesifik yang lebih rendah dari
air, yang menyebabkan minyak membentuk lapisan atas pada bumbu
salad campuran minyak dan cuka. (Christine, 2017)
Lipid mempunyai sifat sifat kimia Tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik seperti eter, CHCl3, benzen, alkohol/aseton panas,
xylen, dll. serta dapat diekstraksi dari sel hewan/tumbuhan dengan
pelarut tersebut. Secara kimia, penyusun utama adalah asam lemak
(dalam 100 gram lipid terdapat 95% asam lemak). Lipid mengandung
zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak essential (EFA
contohnya asam linoleat) dari asam linoleat dapat dibuat asam linolenat
dan asam arakidonat. Molekul oksigen dapat bereaksi dengan asam
lemak yang memiliki dua atau lebih ikatan ganda, menghasilkan produk
kompleks yang menyebabkan rasa dan bau menyimpang pada lemak
yang mengalami ketengikan.(Christine, 2017)
2.4.1 Sifat Fisik Lipid
Sifat fisik lemak meliputi berat jenis Berat jenis
lemak/minyak adalah berat minyak (gram) per satuan volume (ml).
pada prinsipnya, berat jenis lemak/minyak ditentukan melalui
perbandingan berat contoh minyak dengan berat air yang
volumenya sama pada suhu yang ditentukan (biasanya 25oC).
minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan
air, yaitu berkisar antara 0,916-0,923 g/ml. Bilangan iod Asam
lemak yang menyusun lemak/minyak umumnya berupa campuran
antara asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Derajat
ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun lemak/minyak dapat
ditentukan berdasarkan reaksi adisi anatara asam lemak dengan iod
(I2). Bilangan iod menyatakan jumlah gram iod yang digunakan
untuk mengadisi 100 gram lemak/minyak. Semakin tinggi
bilangan iod maka semakin banyak ikatan rangkap yang diadisi
dan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak/minyak
tersebut.(Christiane, 2017).
Lemak/ minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat
larut dalam pelarut organik non-polar, seperti heksana, petroleum
eter, atau dietil eter. Sifat kelarutan lemak/ minyak dalam pelarut
organic non polar digunakan untuk melakukan ekstraksi
lemak/minyak. Lemak/minyak 59 tidak larut dalam air karena air
bersifat polar. Indeks refraksi adalah parameter yang berkaitan
dengan berat molekul, panjang rantai asam lemak, tingkat
ketidakjenuhan dan tingkat konjugasi. Pengukuran indeks refraksi
lemak berguna untuk menguji kemurnian suatu lemak. Indeks
refraksi meningkat dengan makin panjangnya rantai C, derajat
ketidakjenuhan, dan suhu yang semakin tinggi. Indeks refraksi
berhubungan erat dengan bilangan iod lemak dan karena itu dapat
digunakan untuk mengendalikan proses hidrogenasi. (Christiane,
2017).
2.4.2 Sifat Kimia Lipid
Sifat kimia meliputi komposisi asam lemak, perbandingan
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, angka asam lemak
bebas, angka iodin, angka penyabunan, dan kandungan vitamin E
(tokoferol). Sifat fisikokimia minyak dipengaruhi beberapa
faktor yaitu: kultivar, kondisi pertumbuhan, penanganan
pascapanen, dan proses pengolahan. Sifat khas dari minyak
nabati bermanfaat untuk menentukan penggunaannya dalam
industry.Dengan demikian, penelitian tentang komposisi asam
lemak dan sifat fisikokimia minyak kenari yang diekstrak
dengan beberapa metode sangat menarik untuk dilakukan.
(Suhartati, 2018).

Asam lemak bebas dalam contoh lemak/minyak mudah


mengalami reaksi oksidasi. Stabilitas oksidasi asam lemak sangat
tergantung pada jumlah ikatan rangkapnya. Semakin banyak ikatan
rangkap yang terdapat pada asam lemak maka stabilitas oksidatif
asam lemak tersebut semakin rendah. Reaksi oksidasi terjadi
melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap propagasi dan
terminasi. Radikal bebas yang terbentuk di tahap awal reaksi (tahap
inisiasi) dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan senyawa
peroksida. Keberadaan senyawa peroksida ini digunakan sebagai
indicator terjadinya oksidasi lemak/minyak. Keberadaan senyawa
peroksida pada lemak/minyak dapat ditentukan dengan metode
spektrofotometri maupun titrimetri. Dekomposisi peroksida
menghasilkan berbagai senyawa, terutama golongan aldehid.
Jumlah aldehid pada contoh minyak/lemak dinyatakan dengan
para-anisidn value (pvalue). Reaksi antara senyawa aldehid dengan
pereaksi paraanisidin pada pelarut asam asetat akan menghasilkan
warna kuning yang absorpsinya dapat diukur pada panjang
gelombang 350 nm.(Christiane, 2017).
III. METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Tabung reaksi
3.1.1.2 Cawan porselin
3.1.1.3 Buku laporan sementara
3.1.1.4 Buku panduan praktikum
3.1.1.5 Kamera handphone
3.1.1.6 Alat tulis
3.1.1.7 Sarung tangan lateks
3.1.1.8 masker
3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Klorofom
3.1.2.2 Eter
3.1.2.3 Air
3.1.2.4 Larutan 1% Na karbonat
3.1.2.5 Larutan empedu encer
3.1.2.6 Hubl reagen
3.1.2.7 Minyak kelapa
3.1.2.8 Minyak kacang
3.1.2.9 Minyak wijen
3.1.2.10 Lemak binatang
3.1.2.11 Zat padat (sample)
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
3.2.1.1 Alat dan bahan disiapkan
3.2.1.2 Ambil 5 tabung reaksi
3.2.1.3 Tabung 1 di isi 2 cc kloroform
3.2.1.4 Tabung 2 di isi 2 cc eter
3.2.1.5 Tabung 3 di isi 2 cc air
3.2.1.6 Tabung 4 di isi larutan 1% Na karbonat
3.2.1.7 Masing-masing tabung di isi setetes minyak kelapa
3.2.1.8 Tutup mulut tabung
3.2.1.9 Gojlok tabung dan tunggu 5 menit
3.2.1.10 Identifikasi perubahan pada masing- masing tabung
3.2.2 Sifat Tidak Jenuh
3.2.2.1 Alat dan bahan disiapkan
3.2.2.2 Pada 10 cc kloroform di tambah 10 tetes Hubl reagen
3.2.2.3 Di bagi larutan berwarna tersebut ke dalam 4 tabung
3.2.2.4 Tabung 1 di tambah minyak kelapa
3.2.2.5 Tabung 2 di tambah minyak kacang
3.2.2.6 Tabung 3 di tambah minyak wijen
3.2.2.7 Tabung 4 di tambah lemak binatang
3.2.2.8 Identifikasi dari percobaan tersebut
3.2.3 Great spot test
3.2.3.1 Alat dan bahan disiapkan
3.2.3.2 Gojlok zat padat atau cair dengan 4 cc eter dalam tabung
reaksi dan tunggu sampe lapisan eter keluar
3.2.3.3 Lapisan eter di pindah dalam cawan porselin kering
Di tunggu eter sampai menguap ( dapat di bantu dengan
kipas)
3.2.3.4 Sesudah eter habis usap cawan porselin dengan kertas
biasa
3.2.3.5 Identifikasi percobaan tersebut
IV. DATA HASIL PENGAMATAN
No. Nama Uji Gambar Referensi Keterangan
1. Kelarutan dan Hasil dari
terjadinya pencampuran air
emulsi dengan empedu
encer setelah
digojok dan
dibiarkan selama 5
menit ialah
terbentuknya
emulsi. Hal ini
dikarenakan air
bersifat polar.
Gambar 4.1 uji kelarutan dan emulsi (
Lia, 2015)

2. Sifat tidak Hasil positif karena


jenuh menunjukkan
warna transparan
kuning karena
menujukkan
banyak gliserol

Gambar 4.2 Uji ketidakjenuhan ( Lia,


2015)

3. Grease Spot Hasil menunjukkan


Test warna transparan
kuning yang berarti
positif karena
mengandung
banyak gliserol

Gambar 4.3 Grease spot test ( Lia, 2015)


V. PEMBAHASAN
Pada praktikum Biokimia acara III yang berjudul “Analisa Kualitatif Lipid”
yang bertujuan untuk mengidentifikasi lemak berdasarkan sifat fisik dan kimianya.
Telah dilaksanakan pada selasa, 31 Maret 2020 pukul 14.00 wib - selesai praktikum
dilakuakn secara online. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi rabung
reaksi, cawan porselin, buku laporan sementara, buku panduan praktikum, alat tulis,
sarung tangan lateks, masker, klorofom, eter, air, larutan 1% Na karbonat, Larutan
empedu encer, Hubl reagen, Minyak kelapa, Minyak kacang, Minyak wijen, Lemak
binatang, Zat padat. Cara kerja meliputi ada tiga bagian yaitu cara kerja kelarutan
dan terjadinya emulsi yaitu alat dan bahan di siapkan, ambil 5 tabung reaksi dengan
masing masing 2 cc kloroform, eter, air dan larutan 1% Na karbonat, masing-
masing di tambah setetes minyak kelapa, tutup mulut tabung dengan ibu jari, gojlok
dan biarkan 5 menit, identifikasi perbuhan yang terjadi; Cara kerja sifat tidak jenuh.
Alat dan bahan di siapkan, pada 10 cc klorofrom tambahkan 10 tetes Hubl reagen,
kloroform menjadi berwarna merah muda, bagi larutan dalam 4 tabung kemudian
campur dengan minyak kelapa, minyak kacang, minyak wijen, lemak binatang,
identifikasi hasilnya. Cara kerja great spot tets meliputi alat dan bahan disiapkan,
zat padat dan cair di gojlok dengan 4cc eter dalam tabung reaksi dan biarkan agar
lapisan eter keluar, lapisan eter di[indahkan dalam cawan porselin, tunggu eter
menguap, usap cawan porselin dengan kertas biasa identifikasi apa yang terjadi.
5.1 Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak dapat
menyatu, seperti minyak dan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutresna (2010)
yang menyatakan bahwa emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat
yang tidak tercampur atau tidak homogen, contohnya dalam sehari-hari yaitu
seperti air dan minyak. Cara kerja uji kelarutan dan terjadinya emulsi ialah alat
dan bahan disiapkan. Tabung reaksi I, II, III, dan IV masing-masing diisi oleh 2cc
(40 tetes) larutan klorotom, larutan eter, air, dan larutan 1% Na karbonat.
Kemudian keempat tabung reaksi tersebut ditambahkan larutan empeduencer
sebanyak 1 tetes lalu digojok dengan kuat. Setelah dikocok dibiarkan selama 5
menit. Jika sudah selesai, perubahan diamati, didokumentasikan, dan di catat pada
buku laporan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosita (2015) yang
menyatakan bahwa cara kerja ialah tabung reaksi yang sudah disiapkan diberi
label sesuai dengan nama lipid yang akan di uji. Pelarut sebanyak 2cc dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Lipid yang akan di uji dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Tabung reaksiyang berisi larutan tersebut digojok dengan kuat kemudian
dibiarkan selama 5 menit. Hasil pengamatan dicatat dilembar laporan praktikum.
Prinsip kerja uji kelarutan ialah kelarutan lemak dalam suatu pelarut
ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Hal ini sesuai dengan Budimarwanti
(2010) yang menyatakan bahwa prinsip kerja uji kelarutan bergantung pada
polaritas pelarut. Terdapat istilah derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu
zat terlarut untuk dapat nlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Derajat
kelarutan ini bergantung pada tingkat polaritas dari pelarut. Hal ini sesuai dengan
prinsip uji kelarutan yaitu berdasarkan pada kaidah like dissolve like yang mana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Kelarutan lipid baik
lemak maupun minyak diuji dengan berbagai jenis pelarut untuk mengetahui
derajat kelarutannya. Sedangkan terjadinya emulsi diperlakukan suatu zat
mengemulsi yang disebut emulsifler. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutresna
(2010) yang menyatakan bahwa prinsip terjadinya emulsimialah suatu campuran
heterogen yang tidak saling larut dapat membentuk emulsi yang stabil atau disebut
dengan emulsifier.
Fungsi perlakuan penambahan pelarut pada sampel ialah untuk
membuktikan kelarutan lemak. Uji kelarutan pada lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Lipid atau lemak dapat larut dalam pelarut non polar seperti
eter dan kloroform. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang mentakan
bahwa untuk mengetahui kelarutan lemak maka dapat menggunakan pelarut
hidrokarbon seperti eter, kloroform, atau benzena. Pada praktikum kali ini
menggunakan kloroform, eter, air, dan larutan Na 1%. Larutan tersebut digunakan
sebagai sampel untuk mengetahui larut atau tidaknya empedu encer terhadap
pelarut tersebut. Fungsi gojok setelah mencapurkan larutan tersebut ialah agar
kedua larutan dapat lebih cepat bereaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Adam
(2011) penggojokkan berfungsi sebagai pemercepat perubahan atau pencampuran
reaksi. Pengguanaan eter, kloroform, air, dan larutan Na 1% digunakan sebagai
pelarut dan minyak kelapa, mentega, gliserol sebagai sampel yang bersifat lipid.
Hasil yang diperoleh dari uji kelarutan dan terjadinya emulsi ialah sampel
I menggunakan kloroform ialah setelah ditambahkan empedu encer kemudian
digojok dan diamkan selama 5 menit menunjukkan hasil tidak terjadinya emulsi,
kloroform larut. Hal ini disebabkan kloroform bersifat non-polar. Sampel II
menggunakan eter yang ditambahkan empedu encer menunjukkan eter larut dalam
empedu encer. Hal ini dikarenakan eter bersifat non polar sehingga mudah larut.
Sampel III menggunakan air ditambahkan air empedu encer menunjukkan
terbentuknya emulsi, jal ini dikarenakan air bersifat polar. Dan sampel IV
menggunakan larutan 1% Na karbonat ditambahkan emedu encer menunjukkan
hasil 1% Na karbonat larut, hal ini menunjukkan bahwa larutan 15 Na karbonat
non polar. Hal ini sesuai dengan pendapat Adam (2011) yang menyatakan bahwa
larutan bersifat non polar yaitu eter, kloroform, dan 1% Na karbonat, sedangkan
air bersifat polar sehingga dapat menhasilkan emulsi. Lipid dapat larut apabila
direaksikan dengan pelarut non-polar, sedangkan jika lipid ditambahkan air akan
terbentuk emulsi.
5.2 Ketidak Jenuhan Lipid
Uji sifat tidak jenuh lipid merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui
lemak mengandung asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
jenuh merupakan asam lemak yang memiliki rantai hidrokarbon ikatan tunggal
sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki rantai
hidrokarbon dengan ikatan rangkap. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat
Bintang (2010) bahwa uji ketidakjenuhan lemak berfungsi untuk menentukan
ketidakjenuhan suatu lemak atau minyak dan untuk mengetahui apakah suatu
sampel termasuk ke dalam lemak jenuh atau lemak tidak jenuh.
Cara kerja uji ini adalah I tabung reaksi disiapkan kemudian ditambahkan
10cc (200 tetes) kloroform dan 10 tetes reagen Hubl. Tabung reaksi berisi larutan
tersebut digojok hingga berubah warna. Kemudian dibagi untuk 4 tabung reaksi.
Masing-masing tabung diberi 8-10 tetes minyak kacang, minyak kelapa, minyak
wijen, dan lemak binatang. Perubahan diamati, didokumentasikan dan dicatat
pada laporan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosita (2015)
menyatakan bahwa 1 ml sampel ditetesi larutan I2/KI tetes demi tetes, kemudian
amati perubahan warna yang terjadi, pada tetesan keberapa warna I2 tidak hilang.
Prinsip kerja uji sifat tidak jenuh pada lipid ialah asam lemak yang terdapat
pada hewan merupakan asam lemak jenuh, sedangkan pada minyak-minyak
nabati merupakan asam lemak tidak jenuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosita
(2015) yang menyatakan bahwa uji sifat tidak jenuh ini memiliki prinsip untuk
menentukan ada tidaknya ikatan rangkap pada lipid. Terjadinya reaksi adisi adalah
reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon yang berikatan rangkap (tak jenuh)
menjadi senyawa hidrokarbon yang berikatan tunggal (jenuh) dengan cara
menambahkan atom dari senyawa lain. Peristiw tersebut ialah hidrogensi, dimana
ikatan rangkap dapat merubah minyak nabati cair menjadi lemak adat. Hidrogensi
ialah penambahan halogen ke ikatan rangkap. Sebagai indikasi adanya ikatan
rangkap maka deklorisasi atau penghilangan warna arutan bromine atau iodine
dapat menunjukkan ada tidaknya ikatan rangkap.
Fungsi adanya perlakuan pada uji ialah penggunaan pelarut non polar yaitu
kloroform dan reagen benedict yang diteteskan ke dalam tabung reaksi berisi
sampel-samel inni bertujuan untuk mengetahui sampel tersebut jenuh atau tidak.
Apabila hasilnya menunjukkan asam lemak jenuh maka akan mengalami reaksi
adisi yaitu terjadinya reduksi lengan ada ikatan rangkap atau ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal. Penggunaan kloroform sebagai pelarut dan penambhan
reagen Hubl bertujuan agar lebih mudah untuk bereaksi/tercampur. Reagen atau
pereaksi Iod hubl/I2 berfungsi untuk mengoksidasi asam lemak yang mempunyai
ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno (2012) menyatakan bahwa untuk mengetahui asam lemak di
uji termasuk asam lemak jenuh atau tidak menggunakan pereaksi iod Hubl. Fungsi
dari masing-masing tabung reaksi dituangi minyak secara setetes agar dapat
perubahan reaksi dapat terlihat. Yaitu warna merah muda yang berangsur hilang
selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi iod
Hubl. Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon yang berikatan
rangkap ( tak jenuh) menjadi senyawa hidrokarbon yang berikatan tunggal (jenuh)
denga cara menambahkan atom dari senyawa lain. Reaksii ini memerlukan
iodium yang berfungsi untuk melakukan adisi pada suatu ikatan rangkap.
Hasil pengamatan uji ini menunjukkan bahwa lemak hewan termasuk
lemak jenuh. Sampel I, minyak kacang menunjukka hasil warna kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak wijen menunjukkan bahwa minyak kacang
merupakan jenis asam lemak tidak jenuh. Sampel II, minyak kelapa menunjukkan
hasil warna kuning. Sampel III minyak wijen menunjukkan hasil warna merah.
Sampel IV lemak binatang menunjukkan hasil warna merah. Sehingga asam
lemak jenuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (2012) menyatakan bahwa
prubahan warna adalah hasil negative sedangkan perubahan warna kuning
menunjukkan hasil positif. Penambhan pereaksi Hubl mengakibatkan perubahan
warna kuning ialah asam lemak tidak jenuh, sedangkan warna merah ialah asam
lemak tidak jenuh. Menurut Lehninger hasil percobaan minyak kelapa
menghasilkan reaksi negative sehingga tergolong ke dalam asam oleat
menunjukkan reaksi positif sehingga dapat digolongkan ke dalam asam lemak
tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap.
5.4. Grease Spot Test
Uji grease spot test merupakan salah satu uji yang dilakukan untuk
menganalisa lipid secara kualitatif. Grease spot test ini dilakukan untuk
mengetahui apakah lipid mengandung gliserol seberapa banyak. Cara kerja uji
grease spot test ini diawali dengan alat dan bahan disiapkan, 8 tabung reaksi
disiapkan. Kedelapan tabung reaksi tersebut masing-masing ditetesi 5 tetes
minyak kacang, minyak kelapa, minyak wijen, lemak binatang, mentega, empedu,
bile salt. Kemudian masing-masing tabung reaksi tadi ditambahi 10 tetes eter lalu
digojok. Isi tabung reaksi dituangkan ke cawan porselin diusap dengan kertas,
diamati, didokumentasi, dan dicatat pada lembar laporan sementara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amstrong dkk (2014) dimana dalam uji Grease spot test nya
menggunakan minyak lemudian ditambahkan eter, dikocok kemudian isinya
dipindahkan ke cawan porselin. Setelah itu ditunggu hingga mengupa yang
selnjutnya akan terbentuk lapisan yang terbentuk pada cawan porselin. Warna dari
hasil uap tadi dibandingkan.
Prinsip kerja dari uji grease spot test adalah digunakan beberapa jenis lipid
cair berupa minyak dan lipid padat yang akan ditambahkan pelarut eter untuk
melarutkan sampel-samel tersebut. Setelah itu digojok dan dituangkan ke cawan
porselin, di tunggu sampai menguap. Hasil dari penguapan tadi di usap
menggunakan kertas. Hasil akan menunjukkan positif (+) ialah kertas transparan
berwarna bening, sedangkan hasil negative transparan bening hingga menembus
kertas. Hal ini sesuai dengan pendapat Marshall (2015) yang menyatakan bahwa
sampel yang ditetesi eter agar terlarut. Hasil penguapan nantinya akan
menunjukkan sampel mna yang menunjukkan kandungan gliserol, apakah
banyak, sedikit, dan tidak ada.
Fungsi perlakuan khusus dan fungsi reagen adalah penggunaan sampel
beberapa minyak, serta eter sebagai pelarut. Pereaksi regaen mudah menguap
sehingga pereaksi berfungsi untuk melarutkan sampel. Setelah itu diuapkan agar
terbentuk lapisan dari residu larutan tersebut. Eter menjadi indicator adanya
gliserol pada minyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Marshall (2015) bahwa
penambahan eter bertujuan untuk melarutkan zat-zat selain lemak yang ada di
dalam kandungan minyak. Eter dipilih sebagai peeaksi dikarenakan eter
memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan dengan alkohol. sifat sedikit
polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak
dapat meniadakan satu sama lainnya.
Hasil dari uji sample grease spot bahwa terbentuknya noda olesan
berwarna kuning yang tembus cahaya pada kertas buram yang telah di usap hal
ini berarti sample mengandung gliserol . hal inu sesuai dengan Sumardjo(2012)
kertas berwarna kuning jiha setelah di olesin noda yang membri hasil bahwa
sample itu menagndung gliserol.
IV. KESIMPULAN
Dari acara praktikum II tentang “Analisis Kuantitatif Karbohidrat” dapat
disimpulkan bahwa Lipid atau lemak memiliki sifat fisik yaitu larut dalam
pelarut non polar (organic). Lemak tidak akan larut dengan pelarut nonpolar
seperti air akibatnya tidak tercampur dan membentuk emulsi. Asam lemak
dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam
lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap atau berikatan tunggal, sedangkan
asam lemak tak jenuh memilki ikatan rangkap. Sifat kimia lemak yaitu reaksi
hidrolisis minyak mengubah lemak dan air menjadi asam lemak dan gliserol.
Reaksi saponifikasi/penyabunan yang terjadi saat lemak dilarutkan dengan
basa kuat (Contoh Na2CO3) akan menjadi garam lemak (sabun) dan gliserol.
DAFTAR PUSTAKA
Airaodion, Augustine. 2019. Mechanisms for controlling the synthesis of lipids-rivew.
International Journal of Research. Nigeria : Departemen of Biochemistry,
Federal University of technology.
Armstrong FB. 2014. Biokimia. Ed ke-3. Maulany RF, penerjemah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Adam JMF. 2011. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta
Budimarwanti, Cornelia. 2010. ANALISIS LIPIDA SEDERHANA DAN LIPIDA
KOMPLEKS.
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf) diunduh
pada 2 Juni 2015.
Djarkasi, Suhartati. 2012. Sifat fisik dan kimia minyak kenari. Jurnal Agritech. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.

Mamuaja, Christine. 2017. Lipida. Manado : Universitas Sam Ratulangi.


Marfira, Nurul. 2018. Identifikasi sifat dan struktur lipid. Jurnal Biokimia. Bogor :
FMIPA IPB.
Marshall, William J. Lapsley, Marta. Day, Andrew P. Ayling, Ruth M. 2014. Clinical
Biochemistry:Metabolic and Clinical Aspects. ISBN-10: 0702051403 Edition:
3rd.
Rosita. 2015. Uji Ketidakjenuhan Lemak. Laboratorium Biokimia Pangan. Bandung :
Universitas Pasundan
Sinaga, Endang. 2017. Pembuatan virgin coconut oil (vco) dari kelapa hibrida dengan
metode enzimatis dan aplikasinya sabun padat transparan. Jurnal chemurgy.
Samarinda: Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
Suhartati. Rendeman. 2018.Nilai ph tekstur, dan aktivitas antioksidan keju segar
dengan bahan pengasaman ekstrak bunga rosella ungu. Jurnal Teknologi
Pagan. Semarang: FPP UNDIP.
Susanti, Wulan. 2011. Kelarutan pengaruh emulgator terhadap kelarutan lipid. Junal
Biokimia praktikum. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sutresna, Nana. 2012. Panduan Menguasai Kimia 2. Bandung: Ganeca Exact.
Sutrisna, Nana. 2010. Kimia. Bandung : Grafindo
Utomo, Suratmi. 2010. Pengaruh konsentrasi pelarut terhadap rendemen hasil
ekstraksi minyak biji alpukat untuk pembuatan krim pelembab kulit. Jurnal
Konversi. Jakarta : Fakultas Tenik UMJ.
Winarno, F. G. 2012. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Semarang, 31 Maret 2020


Asisten Praktikan

Fakhri Fadhlurrohman P. Aldi Yusril Mahendra


24020116140087 24020119140138

Anda mungkin juga menyukai