BIOKIMIA
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA III
ANALISA KUALITATIF LIPID
I. TUJUAN
1.1 Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi lemak berdasarkan
sifat fisik dan kimianya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lipid
Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen
yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan
golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan,
merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipid
akan larut dalam pelarut organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter,
dan benzene. Lipid memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul
dengan gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR),
yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar,
seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan lain sebagainya.
Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non
polarnya menjadi lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid,
eikosanoat, steroid, lipoprotein, dan vitamin yang larut di dalam
lemak.(Bintang, 2010).
Lipid adalah sekumpulan senyawa dalam tubuh yang memiliki ciri-
ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak Lipid
merupakan ester asam lemak yang tersebar di alam dalam bentuk nabati
maupun hewani. Kegunaan lipid sebagai pelindung seluler karena lipid
merupakan bagian integral dari membrane sel dan lipid sebagai
pelindung aseluler karena lipid merupakan pelindung organism dalam
bentuk jaringan integument. Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai
hidrikarbonnya. Ada asam rantai lurus dan rantai bercabang yag
ditemukan di alam dalam bentuk siklis baik yang jenuh maupun tidak
jenuh. Senyawa -senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam
beberapa golongan, ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor
membagi lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana, yaitu
esterasam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes), lipid gabungan yaitu ester asam lemak
yangmempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida,
derivatlipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnyaasam lemak, gliserol, dan sterol. Komponen integral lipid
terdiri dari alcohol tinggi dan lipoprotein larut dalam air, dan proteolipid
tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada
bahan lain yang berfungsi sebgai emulgator.(Wulan, 2011).
2.2 Klasifikasi Lipid
Lipid diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Lipid sederhana (simple lipids), Lipid sederhana merupakan
ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan
molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana dapat berbentuk
monogliserida, digliserida atau trigliserida (triasilgliserol). Trigliserida
merupakan lipid yang tersimpan dalam sitoplasma sel-sel adiposa. Lipid
kompleks (complex lipids) lipid kompleks, merupakan ester gugus asam
lemak dengan molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan dengan
molekul yang lain, seperti asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu.
Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul
lipid yang lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi
metabolik menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan
lipid.(Christine, 2017)
Senyawa–senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dala m
beberapa golongan, ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor
membagi lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana, yaitu
ester asamlemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin, lipid gabungan yaitu ester asam lemak
yangmempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida,
derivatlipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnyaasam lemak, gliserol, dan sterol. Komponen integral lipid
terdiri dari alcohol tinggi dan lipoprotein larut dalam air, dan proteolipid
tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada
bahan lain yang berfungsi sebgai emulgator. Sebagai penyusun lipid,
asam lemak memiliki sifat. ampifatik dimana memiliki ujung rantai
karbon bermuatan(polar;hidrofilik), dan ujung rantai karbon lainnya
tidak bermuatan(nonpolar;hidrofobik).(Christine, 2017).
2.3 Identifikasi Lipid
Berdasarkan subernya, lipid dikelompokan sebagi lemak hewan,
lemak susu, minyak ikan, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid
dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat
disabunkan, yakni dapat dihidrolisiskan dengan basa contohnya
lemak,dan lipid yang tidak dapat di sabunkan, contohnya steroid. Lemak
yang umum meliputi mentega, lemak hewan dan bagian berlemak dari
daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung biji
kapas, zaitun, kacang dan biji kedelai, meskipun lemak berwujud padat
dan minyak berwujud cair, keduanya memilki struktur dasar organic
yang sama.(Nurul, 2018).
2.3.1 Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat
cair dengan zat cair lainnya dimana satu campuran yang terdiri dari
dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu abahan tersebar di
dalam fasa yang lain, seperti air dan minyak. Dikarenkan setiap
bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap
bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh berbeda-beda.
Emulsi tersususun atas tiga komponen utama yaitu : pertama fase
terdispersi( zat cair yang terbagi –bagi menjadi butiran kecil ke
dalam zat cair lain( fase internal ). Kedua, fase pendispersian ( zat
cair yang berfungsi sebagi bahan dasar( pendukung) dari emulsi
tersebut(fase eksternal) terakhir emulgator( zat yang di gunakan
dalam kestabilan emulsi).(Sutresna, 2010).
Emulsi adalah zat cair yang tidak dapat tercampur yang
terdiri dari dua fase (air dan miyak). Emulglator adalah zat yang
berfungsi untuk mempererat emulsi, dalam hal ini emulgatornya
adalah protein. Pada ikatana protein akan membungkus butiran-
butiran minyak kelapa denagn suatu lapisan tipis sehingga butiran-
butiran minyak tidak bisa tergabung. Begitu juga dengan air.
Emuksi tidak akan terpecah, karena masih ada tegangan muka
protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Untuk merusak
ikatan emulsi lemak pada santan kelapa menggunakan metode
Enzimatis.(Endang, 2017).
2.3.2 Ketidakjenuhaan
Ketidakjenuhan leamk berfungsi untuk menentukan
ketidakjenuhan suatu lemak berfungsi untuk menentukan
ketidakjenuhan suatu lemak atau minyak dan untuk mengetahui
apakah uatu sample termasuk kedalam lemak jenuh atau lemak
tidak jenuh dengan cara mereaksikanyya menggunakan iodium
yang akan mengadisi ikatan rangkap pada sample. Reaksi adisi
adalah reaksi pengubahan senyawa hidrokarbon yang berikatan
tunggal( jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa lain.
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang memilki ikatan
rangkap. Fungsi larutan yang di pakai dalam uji ketidakjenuhan
lemak adalah iodium yang berfungsi untuk melakuakan adisi pada
suatu ikatan rangkap yang ada pada lemak.(Bintang, 2010)
Hubungan bilangan iodium dengan asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh. Juga ikatan rangkapnya adalah io
digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak
jenuh. Bilangan iodium adalah ukuran derajat ketidakjenuhan.
Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan
iodium 9 dua atomiodium di tambahkan pada setiap ikatan rangkap
dalam lemak). Factor yang menyebabkan ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal adalah karena adanya reaksi adisi oleh iodium yang
akan mengubah senyawa hidrokarbon yang berikatan rangkap(tak
jenuh) menjadi senyawa hidrokarbon yang berikatan
tunggal(jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa
lain(Bintang, 2010)
2.3.3 Grease Spot Test
Salah satu uji analisis kualitatif ipid yang menguji sifat
ketidakjenuhan suatu lipid ialah grease spot test atau biasa dikenal
dengan uji spot lipid, menganalisa senyawa lipid dengan metode
grase spot test dapat dilakuakan dengan cara, minyak bekas atau
minyak baru ditambahkan pelarut eteruntuk melarutkan minyak.
Minyak memilki sifat yaitu tiak dapat larut dalam pelarut seperti
air, melainkan larut dlaam pelarut semi atau non polar, seperti eter.
Hal ini menunjukan minyak bersifat nonpolar penambahan eter
bertujuan untuk melarutkan zat-zat elain lemak yang terkandung
dalam lemak. Hal ini dikarenakan eter merupakan pelarut organic
non polar yang dapat melarutkan lemak atau minyak yang
merupakan senyawa non polar, dimana tingkat kepolaran antara
eter dengan minyak goring hamper sama.( Utomo dan Nugroho,
2011).
Jika digunakan air ebagai pelarutnya maka minyak goring
tidak dapat larut karena antara minyak goring dengan air tidak
dapat larut karena keduanya memilki kepolaritasan yang berbeda.
Selain itu digunakan eter sebagai pelarut dan bukan penguapan eter
dengan cara meleteakan minyak tersebut dicawan porselin untuk
memperbesar area pengupan sehingga eter dapat menguap dengan
lebih cepat.(Utomo dan Nugroho, 2010).
2.4 Sifat- sifat Lipid
Lipid memilki sifat tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam
pelarut organic(benzene, eter,aseton,kloroform, dan karbontetraklorida).
Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen. Beberapa
jenis lipid juga mengandung nitrogen dan fosfor. Hidrolisis dari lipid
akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada metabolisme
tumbuhan dan hewan. Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang,
berbeda dengan karbohidrat dan protein. lipid yang paling sederhana dan
paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun adalah
triasilgliserol, juga seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau
trigliserida. Triasilgliserol yang terdapat di alam bersifat tidak larut
dalam air. Senyawa ini memiliki gravitas spesifik yang lebih rendah dari
air, yang menyebabkan minyak membentuk lapisan atas pada bumbu
salad campuran minyak dan cuka. (Christine, 2017)
Lipid mempunyai sifat sifat kimia Tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik seperti eter, CHCl3, benzen, alkohol/aseton panas,
xylen, dll. serta dapat diekstraksi dari sel hewan/tumbuhan dengan
pelarut tersebut. Secara kimia, penyusun utama adalah asam lemak
(dalam 100 gram lipid terdapat 95% asam lemak). Lipid mengandung
zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak essential (EFA
contohnya asam linoleat) dari asam linoleat dapat dibuat asam linolenat
dan asam arakidonat. Molekul oksigen dapat bereaksi dengan asam
lemak yang memiliki dua atau lebih ikatan ganda, menghasilkan produk
kompleks yang menyebabkan rasa dan bau menyimpang pada lemak
yang mengalami ketengikan.(Christine, 2017)
2.4.1 Sifat Fisik Lipid
Sifat fisik lemak meliputi berat jenis Berat jenis
lemak/minyak adalah berat minyak (gram) per satuan volume (ml).
pada prinsipnya, berat jenis lemak/minyak ditentukan melalui
perbandingan berat contoh minyak dengan berat air yang
volumenya sama pada suhu yang ditentukan (biasanya 25oC).
minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan
air, yaitu berkisar antara 0,916-0,923 g/ml. Bilangan iod Asam
lemak yang menyusun lemak/minyak umumnya berupa campuran
antara asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Derajat
ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun lemak/minyak dapat
ditentukan berdasarkan reaksi adisi anatara asam lemak dengan iod
(I2). Bilangan iod menyatakan jumlah gram iod yang digunakan
untuk mengadisi 100 gram lemak/minyak. Semakin tinggi
bilangan iod maka semakin banyak ikatan rangkap yang diadisi
dan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak/minyak
tersebut.(Christiane, 2017).
Lemak/ minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat
larut dalam pelarut organik non-polar, seperti heksana, petroleum
eter, atau dietil eter. Sifat kelarutan lemak/ minyak dalam pelarut
organic non polar digunakan untuk melakukan ekstraksi
lemak/minyak. Lemak/minyak 59 tidak larut dalam air karena air
bersifat polar. Indeks refraksi adalah parameter yang berkaitan
dengan berat molekul, panjang rantai asam lemak, tingkat
ketidakjenuhan dan tingkat konjugasi. Pengukuran indeks refraksi
lemak berguna untuk menguji kemurnian suatu lemak. Indeks
refraksi meningkat dengan makin panjangnya rantai C, derajat
ketidakjenuhan, dan suhu yang semakin tinggi. Indeks refraksi
berhubungan erat dengan bilangan iod lemak dan karena itu dapat
digunakan untuk mengendalikan proses hidrogenasi. (Christiane,
2017).
2.4.2 Sifat Kimia Lipid
Sifat kimia meliputi komposisi asam lemak, perbandingan
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, angka asam lemak
bebas, angka iodin, angka penyabunan, dan kandungan vitamin E
(tokoferol). Sifat fisikokimia minyak dipengaruhi beberapa
faktor yaitu: kultivar, kondisi pertumbuhan, penanganan
pascapanen, dan proses pengolahan. Sifat khas dari minyak
nabati bermanfaat untuk menentukan penggunaannya dalam
industry.Dengan demikian, penelitian tentang komposisi asam
lemak dan sifat fisikokimia minyak kenari yang diekstrak
dengan beberapa metode sangat menarik untuk dilakukan.
(Suhartati, 2018).