H031 18 1302
KELOMPOK II
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk melakukan aktivitas itu diperlukan energi. Energi yang dibutuhkan itu
diperoleh dari bahan makanan yang dimakan. Pada umumnya, bahan makanan itu
mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan
reaksi kimia yang terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan
dan saling mempengaruhi satu sama lain.. Sebagai contoh apabila banyak glukosa
yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen dalam akan mengalami
suatu proses hidrolisis untuk membentuk glukosA (Poedjadi dan Titin, 1994).
mengukur konsentrasi atau kadar dari sebuah sampel melalui pengukuran absorban.
Absorban yang diukur melalui panjang gelombang maksimum. Agar kadar glukosa
dapat diketahui, maka sampel-sampel yang ada terlebih dahulu direaksikan dengan
beberapa reaksi dan metode tertentu, salah satunya dengan menggunakan metode
Nelson-Somogyi. Berdasarkan latar belakang, maka dilakukan percobaan penentuan
kadar glukosa.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami teknik
spektronik 20D+.
Adapun prinsip dari percobaan kadar glukosa ini adalah penentuan kadar
glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu2+ oleh glukosa sehingga membentuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan atom-atom tersebut
dan ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya, sehingga ada
disakarida dan dengan struktur kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen,
reaksi-reaksi warna yang dipengaruhi oleh produk hasil penguraian gula dalam asam
kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat
atau metabolisme. Hasil metabolism karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat
dalam darah, sedamgkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan
digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Jadi, ada
pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa yang sangat penting dalam
Pati merupakan polimer yang tersusun dari unit satuan α-D-glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan α-1,4 glikosidik dan ikatan α-1,6 glikosidik pada
percabangan rantainya. Secara alami, pati merupakan campuran dari amilosa dan
amilopektin yang kedua-duanya merupakan suatu polimer dari α-D-glukosa
2.2 Glukosa
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kea rah kanan. Darah manusia
normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara
70-100 mg tiap 100 mL darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes
mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah
yang melebihi normal (hiperglikemia) sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan
insulin relatif maupun absolut. Bila gejala-gejala tersebut tidak diobati dan
artherosklerosis pada jantung, kaki dan otak, kerusakan syaraf perifer, gangguan
terdapat di dalam madu berguna untuk memperlancar kerja jantung dan dapat
meringankan gangguan penyakit hati (lever). Glukosa dapat diubah menjadi glikogen
yang sangat berguna untuk membantu kerja hati dalam menyaring racun-racun dari
zat yang sering merugikan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan sumber energi untuk
karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun,
proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk
dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+,
kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk kompleks
jika digunakan dalam penetapan kadar gula pereduksi pada sampel yang memiliki
(Cu2+) spesifik dengan gula pereduksi menjadi Cu+ (endapan merah bata) kemudian
kompleks berwarna biru kehijauan (Cu+ diubah kembali menjadi Cu2+). Oleh sebab
itu, gula – gula lain non pereduksi yang ada didalam sampel tidak akan
banyaknya gula pereduksi yang terdapat dalam sampel. Pada teknik spektrofotometri,
analisis dari sejumlah mono dan disakarida hanya dapat menggambarkan kadar gula
Hartmann untuk penentuan glukosa dalam bahan biologis telah ditetapkan. Adaptasi
reagen ini untuk penggunaan kalorimetrik dapat dilakukan dengan kelalaian dari
iodida dan iodat dalam persiapan mereka, karena ini mengganggu reagen warna
molibdat. kelalaian ini tidak menghasilkan perubahan utama dalam karakter reagen.
KI dapat menghambat auto reduksi tembaga dan dalam ketiadaan sebuah hasil reagen
yang tidak stabil. Namun demikian, jika tembaga ditambahkan ke seluruh reagen
Ketika reagen mikro Somogyi digunakan dengan cara ini dengan hampir
ditemukan antara kepadatan warna dan glukosa diambil alih berbagai nilai-nilai.
diinginkan dalam reproduksi dari waktu ke waktu dan tidak memiliki stabilitas yang
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
340-625 nm (950 nm dengan detektor merah sensitif), dan memiliki lebar pita yang
efektif tetap 20 nm. Karena lebar pita yang digunakan cukup besar, instrumen ini
lebih tepat untuk analisis kuantitatif daripada analisis kualitatif (Harvey, 2000).
menggunakan spektrofotometer, jika ada data yang tercatat tersedia, dan kuantitatif
yang menyerap radiasi. Spektrofotometri tehnik ini sederhana, cepat, cukup spesifik
dan dapat juga digunakan untuk senyawa yang jumlahnya kecil. Hukum dasar yang
eluen, laju alir eluen serta suhu kolom. Ini disebabkan karena hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi resolusi dari tiap-tiap komponen. Bila dua puncak kromatogram dari
dua komponen terpisah sempurna maka dikatakan resolusi dua komponen tersebut
sempurna. Pemisahan masing-masing komponen dengan menggunakan alat KCKT
harus dilakukan pada kondisi optimum. Pemisahan yang baik adalah bila
yang tidak tumpang tindih tersebut salah satunya dapat dicapai dengan mengatur
suhu kolom dan laju alir dari eluen. Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat
Pada penelitian ini menggunakan mencit jantan sebagai sampel. Sampel darah yang
telah diambil melalui ekor, diteteskan pada strip Accuchek Active yang sudah lebih
dulu dipasang pada alat pengukur Glukosa Darah Accu-chek Active. Ditunggu selama
5 detik, maka kadar glukosa darah akan tampak pada layar glukosa meter Accu-Chek
Active. Bila kadar glukosa darah terlalu tinggi maka pada alat akan muncul huruf “H”
(high) yang berarti kadar glukosa darahnya di atas 600 mg/dL. Bila sampel darah
yang diteteskan terlalu sedikit maka alat tidak dapat membaca dan pada layar akan
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, pipet mikro,
gelas ukur 10 mL, gelas kimia 500 mL, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet skala 1
mL, pipet skala 5 mL, penangas listrik, labu ukur 10 mL, vortex, batang pengaduk,
dengan akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan induk 1 mg/mL.
larutan induk. Dalam pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,02 mg/mL;
0,04 mg/mL; 0,06 mg/mL; dan 0,08 mg/mL. Larutan induk dipipet ke dalam masing-
masing tabung reaksi sebanyak 0,02 mL; 0,04 mL; 0,06 mL; dan 0,08 mL lalu
diencerkan dengan akuades dalam ukuran tertentu hingga masing-masing larutan
mencapai volume 5 mL, yaitu dengan ditambahkan akuades masing-masing 4,99 mL;
4,98 mL; 4,97 mL; 4,96 mL, dan 4,95 mL. Larutan dihomogenkan.
kemudian dihomogenkan.
dipanaskan selama 20 menit, lalu didinginkan dalam air es. Sebanyak 1 mL larutan
f(x) = 0 x + 1
1.11 R² = 0.04
1.1
1.09 blanko kemudian dihomogenkan serta
1.08
1.07 ditambahkan akuades sebanyak 7 mL
1.06
640 650 660 670 680 690 700 710
ƛ (nm) dan dihomogenkan kembali. Seteleh itu
spektrofotometri Uv-Vis
BAB IV
untuk menentukan panjang gelombang maksimum pada percobaan ini yaitu larutan
standar 0,08 mg/mL. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum, dapat dilihat
Jika persamaan y = ax + b
a = Slope
n xy - x. y
a=
n( x2 ) – ( x) 2
(4 x 0,05784) - (0,02 x 0, 876 )
= 2
(4 x 0,0120) - ( 0,02 )
= 4,5
b = Intercept
y.( x 2 ) - x. xy
b=
n( x2 ) - ( x) 2
= 0,196
(n. xy - ( x. y))2
R2 =
( n. x2 - ( x)2 ) ( n. y 2 - ( y)2 )
= 11,4
Persamaan grafik y = ax + b
= 4,5x + 0,196
R2 = 11,4
Konsentrasi Vs Absorbansi
0.15
Absorbansi
0
0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Konsentrasi
y1 =4,5x + 0,196
= 4.5(0,02) + 0,196
= 0,286
y2 = 4,5x + 0,196
= 4,5(0,04) + 0,196
= 0,376
y3 = 4,5x + 0,196
= 4,5(0,06) + 0,196
= 0,466
y4 = 4,5x + 0,196
= 4,5(0,08) + 0,196
= 0,556
Konsentrasi Vs Absorbansi
0.15
Absorbansi
0
0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Konsentrasi
adalah:
y = 4,5x + 0,196
4,5 x = 0,09
0, 0 9
x =
4,5
x = 0,02 mg/mL
kadar glukosa = x . Fp
= 20 mg/mL
4.2 Reaksi
H O
H O
H OH
H OH
OH H
+ CuO Cu2O + OH H
H OH
H OH
H OH
H OH
CH2OH
CH2OH
Cu+
Cu+2 + 1e- x3 3 Cu+ 3Cu2+ + 3e-
MoO42- + 8H+ + 3e- Mo3+ + 4H2O x1 MoO42- + 8H+ + 3e- Mo3+ + 4 H2O
4.3 Pembahasan
Metode Nelson-Somogy didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa
(gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen arsenomolibdat yang memberikan
dilakukan tiga persiapan utama sebelum sampel diukur yakni mempersiapkan larutan
pertama-tama dibuat larutan induk, larutan standar, dan larutan sampel sehingga hasil
warna yang mencolok, yang juga akan memberikan perubahan absorbannya. Metode
yang digunakan pada percobaan ini adalah metode Somogy-Nelson, dimana metode
ini didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana
0,08 mg/mL, larutan sampel, dan blanko kemudian ditambahkan dengan Cu-alkalis
sebanyak 1 mL, dipanaskan selama 20 menit lalu didinginkan dengan air es.
Pada saat penambahan reagen Cu-alkalis (reagen Nelson) pada larutan standar
dan sampel, maka larutan tersebut akan memberikan warna biru sesuai dengan warna
merah bata (Cu2O) pada larutan yang mengandung glukosa (gula reduksi) setelah
dipanaskan di dalam penangas. Hal ini disebabkan karena reduksi CuSO4 oleh gugus
karbonil pada gula reduksi yang telah dipanaskan. Tujuan pemanasan adalah agar
kuprooksida (Cu2O) melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua
disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitas warna yang dihasilkan dari larutan
Vis, pada pengukuran ini akan ditentukan panjang gelombang maksimum terlebih
dahulu. Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan
standar yaitu larutan dengan konsentrasi 0,06 mg/mL. Setelah itu, diukur
berbanding lurus dengan A atau absorban. Artinya, semakin besar konsentrasi yang
diperoleh maka makin besar pula absorbannya (A). Begitu pula sebaliknya semakin
kecil konsentrasi yang diperoleh maka makin kecil pula absorbannya. Selain itu,
berdasarkan hasil percobaan kadar glukosa dalam sampel cair yang diperoleh dari
glukosa dalam sampel cair yang diperoleh dari perhitungan setelah pengenceran 1000
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa kadar glukosa yang terdapat dalam sampel adalah 20 mg/mL.
5.2 Saran
Agar percobaan dapat berjalan sesuai harapan, maka ada baiknya jika sampel
yang digunakan merupakan sampel yang memiliki kadar glukosa yang lebih banyak.
Selain itu, ada baiknya jika bulb diperbanyak agar praktikkan dapat bekerja dengan
cepat.
Al-Kayyis, K. H., dan Hari, S., 2016, Perbandingan Metode Somogy-Nelson dan
Antrhone-Sulfat pada Penetapan Kadar Gula Pereduksi Dalam Umbi
Cilembu (Ipomea batatas L.), Jurnal Farmasi dan Komunitas, 13(2): 81-89.
Behera, S., Subhajit, G., Fahad, A., Saayak, S., dan Stritoma, B., 2012, Uv-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of
Paracetamol Tablet Formulation, Analytical Bioanal Techniques, 6(3): 1-6,
ISSN:2155-9872.
Burhanuddin, Marianti, A. M., dan Faisal, A., 2014, Pengaruh Pemberian Kombinasi
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) dan Herba Sambiloto
(Andrographis Paniculata) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Mencit Jantan (Mus Musculus) Akibat Efek Deksametason, JST Kesehatan,
4(1): 17 – 24.
Harvey, D., 2000, Modern Analytical Chemistry, Mc-Graw Hills, North America.
Kusbandari, A., 2015, Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan
Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.), Pharmaҫiana, 5(1): 35-42.
Nelson, N., 1944, A Photometric Adaptation of the Somogyi Method for the
Determination of Glucose, Journal of Biological Chemistry, 153:375, 380.
Poedjiadi, A., dan Titin, S., 1994, Dasar-dasarBiokimia, Universitas Indonesia Press,
Depok.
Ratnayanti, K., Dwi, A. S., dan Gitadewi, I. G. A. M. A. S., 2008, Penentuan Kadar
Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Kimia, 2(2): 77-86.
Sukandar, U., Achmad, A. S., Lindawati, dan Yadi, T., 2011, Sakarifikasi Pati Ubi
Kayu Menggunakan Amilase Aspergilius Niger ITB CC L74, Jurnal Teknik
Kimia Indonesia, 10(1): 1-8.
Lampiran 1.Bagan Kerja
- Dihomogenkan
- Dihomogenkan
- Dihomogenkan.
Pereaksi Nelson
D. Preparasi Sampel
Sampel
- Dihomogenkan
Hasil
tabung reaksi
- Dihomogenkan.
- Dihomogenkan.
Hasil