Anda di halaman 1dari 7

6.

Piperis Betle Folium


a. Kandungan kimia
Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri.
Senyawa saponin bekerja merusak membran sitoplasma dan membunuh sel mikroba.
Flavonoid diduga memiliki mekanisme kerja meidenaturasi protein sel bakteri dan
merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Daun sirih mempunyai aroma yang khas
karena mengandung minyak atsiri, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
vitamin A,B,C, yodium, gula dan pati. Fenol alam yang terkandung dalam minyak atsiri
memiliki daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa (bakterisid dan
fungisid) tetapi tidak sporasid (Darini & Noval, 2021).
b. Khasiat dan manfaat
Tanaman sirih biasa digunakan sebagai tanaman obat yang berkhasiat untuk penyakit
kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus karena memiliki daya antiseptik
yang baik. Bagian dari tanaman yang digunakan yaitu pada bagian daun karena memiliki
kandungan senyawa turunan fenol. Daun sirih hijau selain berfungsi sebagai antibakteri
Escherichia coli, daun sirih hijau juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
lainnya. Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa uji efektivitas ekstrak daun sirih hijau
(Piper betle L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Sehingga
membuktikan bahwa daun sirih hijau bersifat menghambat pertumbuhan bakteri karena
mengandung minyak atsiri dengan fenol dan turunannya sehingga daun sirih hijau dapat
digunakan dalam produk medis seperti hand sanitizer untuk mencegah bakteri atau kuman
pada masa pandemi Covid-19 (Sulastri, 2021).
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu
kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissu. Setelah itu, diteteskan reagen kloral sebanyak 2 tetes, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat
dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Sharmiati, 2003). Lalu
diambil sedikit preparat serbuk folium dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan folium dan juga
reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mkroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen klorat hidrat terdapat permukaan daun bagian bawah, mesofil, pembuluh kayu,
epidermis bawah, dan epidermis atas dengan menggunakan perbesaran 100x. Dari hasil
pengamatan sudah sesuai dengan literatur yaitu Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II.
Kemenkes RI (Kemenkes RI, 2017).
Pada pengamatan makroskopik simpilisia daun sirih didapatkan organoleptis simplisia
daun sirih secara utuh yaitu berwarna hijau kecoklatan, bau yang khas, bertekstur dengan
tulang daun yang melengkung. Serbuk simplisia daun sirih halus dan berwarna hijau tua.

7. Blumeae Balsamiferae Folium


a. Kandungan kimia
Kandungan senyawa aktif pada daun sembung bersifat pedas, sedikit pahit, dan hangat.
Tanaman ini memiliki senyawa aktif, yaitu 0,5% minyak atsiri yang berupa sineol,
borneol, landerol, dan kamper. Selain itu terdapat juga senyawa aktif seperti tanin,
saponin, damar, ksantoksilin, dan flavonoid (Herliana, 2013).
b. Khasiat dan manfaat
Daun sembung berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran gas, memperlancar peredaran
darah, sebagai antiperadangan, peluruh dahak (ekspektoran), astrigen. tonikum,
mematikan pertumbuhan kuman, dan bersifat analgesik. Saat ini, daun sembung banyak
digunakan sebagai tanaman obat yang dapat mengatasi berbagai macam penyakit, seperti
diabetes (kencing manis), rematik, persendian sakit setelah melahirkan, nyeri haid,
influenza, demam, sesak napas, bronchitis, perut kembung. diare, sariawan, dan nyeri dada
akibat penyempitan pembuluh darah koroner (Herliana, 2013).
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu
kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissu. Setelah itu, diteteskan reagen kloral sebanyak 2 tetes, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat
dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Sharmiati, 2003). Lalu
diambil sedikit preparat serbuk folium dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan folium dan juga
reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mkroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen klorat hidrat terdapat fragmen rambut penutup dan serabut sklerenkim dengan
menggunakan perbesaran 100x.
Karena terdapat beberapa fragmen yang belum ditemukan maka diulang kembali
prosedur diatas, tetapi reagen yang digunakannya berbeda yaitu floroglusinol+HCl, pada
penggunaan reagen floroglusinol ketika reagen sudah ditetesi, sampel folium dibiarkan
hingga menguap setelah menguap ditetesi kembali oleh HCl, HCl pekat dengan larutan
floroglusinol merupakan pereaksi untuk mengidentifikasi zat kayu (lignin) yang terdapat
pada simplisia yang diamati. Selain itu, HCl juga digunakan untuk melarutkan kristal
kalsium oksalat. Maka hasil yang didapatkan dari pengamatan menggunakan reagen
floroglusinol+HCl yaitu fragmen berkas pembuluh dengan menggunakan perbesaran 100x.
Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan literatur yaitu Farmakope Herbal Indonesia.
Edisi II. Kemenkes RI (Kemenkes RI, 2017). Tetapi ada beberapa fragmen yang tidak
ditemukan seperti fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dan mesofil. Hal ini
dapat terjadi karena reagen yang digunakan hanya kloral hidrat dengan floroglusinol +
HCL sedangkan sampel yang digunakan banyak dan kesalahan dari praktikan itu sendiri
seperti kurangnya dalam mengatur pecahayaan, ataupun terlalu banyak dalam penggunaan
reagen sehingga fragmen tidak terlihat.
Pada pengamatan makroskopik simpilisia daun sembung didapatkan organoleptis
simplisia daun sembung secara utuh yaitu berwarna coklat, bau yang lemah, bertekstur dan
berbulu. Serbuk simplisia daun sembung halus, sedikit berbulu, dan berwarna hijau tua.

8. Guazumae Ulmifoliae Folium


a. Kandungan kimia
Kandungan kimia daun jati belanda, di antaranya triterpen atau sterol, alkaloida
karotenoid, flavonoida, tanin, karbohidrat, dan saponin (Suharmiati, 2003).
b. Khasiat dan manfaat
Rebusan daun jati belanda bisa digunakan untuk menurunkan berat badan (pelangsing).
Secara empiris, daun jati belanda digunakan sebagai pelangsing. Sementara itu, bijinya
digunakan untuk menghentikan diare dan sebagai karminatif. Rebusan biji yang dibakar
seperti kopi bisa diminum untuk obat sembelit. Di samping itu, biji yang dibakar
tersebut dilumatkan di dalam air dan ditambah minyak adas, bermanfaat mengobati
perut kembung dan sesak Beberapa penelitian farmakologi menyebutkan bahwa daun
jati belanda ternyata dapat menghambat pertambahan berat badan dan mengurangi
kelebihan lemak tubuh (Suharmiati, 2003).
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu
kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissu. Setelah itu, diteteskan reagen kloral sebanyak 2 tetes, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat
dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Sharmiati, 2003). Lalu
diambil sedikit preparat serbuk folium dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan folium dan juga
reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen klorat hidrat terdapat pembuluh kayu, rambut penutup bintang, epidermis bawah
dengan menggunakan perbesaran 100x. Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur yaitu Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Kemenkes RI (Kemenkes RI, 2017).
Tetapi ada beberapa fragmen yang tidak ditemukan seperti fragmen epidermis bawah,
rambut kelenjar, dan hablur kalsium oksalat. Hal ini dapat terjadi karena reagen yang
digunakan hanya kloral hidrat sedangkan sampel yang digunakan banyak dan kesalahan
dari praktikan itu sendiri seperti kurangnya dalam mengatur pecahayaan, ataupun terlalu
banyak dalam penggunaan reagen sehingga fragmen tidak terlihat.
Pada pengamatan makroskopik simpilisia daun jati belanda didapatkan organoleptis
simplisia daun jati belanda secara utuh yaitu berwarna hijau kecoklatan, bau yang khas,
dan bertesktur halus. Serbuk simplisia daun jati belanda halus dan berwarna hijau kelabu.

9. Andropogonis Nardi Folium


a. Kandungan kimia
Tumbuhan sereh memiliki kandungan yaitu minyak dengan komponen sitronelal 32-
45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%,
sitral, kavikol, limonene, kamfen. Minyak mengandung 3 komponen utama yaitu
sitronelal, sitronelol, geraniol (Herlina et all, 2021).
b. Khasiat dan manfaat
Serai wangi dapat digunakan untuk penyakit infeksi dan demam serta dapat untuk
mengatasi masalah sistem pencernaan dan membantu regenerasi jaringan penghubung.
Daun serai wangi berfungsi sebagai peluruh kentut (karminatif), penambah nafsu
makan 11 (stomakik), obat pasca bersalin, penurun panas, dan pereda kejang
(antispasmodik) (Herlina et all, 2021).
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu
kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissu. Setelah itu, diteteskan reagen kloral sebanyak 2 tetes, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat
dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Sharmiati, 2003). Lalu
diambil sedikit preparat serbuk folium dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan folium dan juga
reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen klorat hidrat terdapat epidermis dengan parenkim, epidermis atas dengan stomata
bentuk halter, epidermis atas dan berkas pengangkut dengan penebalan tangga, dan
sklerenkim dengan menggunakan perbesaran 100x. Dari hasil pengamatan sudah sesuai
dengan literatur yaitu Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Kemenkes RI (Kemenkes RI,
2017). Tetapi ada satu fragmen yang tidak ditemukan yaitu epidermis atas dengan sel-sel
palisade dan rambut penutup. Hal ini dapat terjadi karena reagen yang digunakan hanya
kloral hidrat sedangkan sampel yang digunakan banyak dan kesalahan dari praktikan itu
sendiri seperti kurangnya dalam mengatur pecahayaan, ataupun terlalu banyak dalam
penggunaan reagen sehingga fragmen tidak terlihat.
Pada pengamatan makroskopik simpilisia daun serai wangi didapatkan organoleptis
simplisia daun serai wangi secara utuh yaitu berwarna hijau, bau yang khas, bertesktur
kasar dan tajam, serta tulang daun yang sejajar. Serbuk simplisia daun serai wangi halus
dan berserat, serta berwarna hijau.

10. Syzygii Polyanthi Folium


a. Kandungan kimia
Kandungan senyawa aktif daun salam yang bermanfaat untuk kesehatan, yaitu senyawa
antioksidan yang terdiri dari tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid, dan
minyak atsiri. Minyak atsiri yang terkandung dalam daun salam terdiri dari sitral,
seskuiterpen, lakton, fenol, dan eugenol (Herawati et all, 2020).
b. Khasiat dan manfaat
Khasiat dan manfaat daun salam di antaranya menurunkan tekanan darah, mengobati
diare mengatasi maag, mengatasi diabetos, dan mengobati asam urat. Daun salam juga
bersifat diuretik (peluruh kencing) dan analgesik (penghilang nyeri). Sifat diuretik dari
daun salam mampu memperbanyak produksi urine sehingga dapat menurunkan kadar
asam urat darah. Sifat analgestiknya juga mampu mengurangi rasa sakit saat nyeri asam
urat menyerang (Herliana, 2013).
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu
kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissu. Setelah itu, diteteskan reagen kloral sebanyak 2 tetes, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat
dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Sharmiati, 2003). Lalu
diambil sedikit preparat serbuk folium dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan folium dan juga
reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen klorat hidrat terdapat kristal kalsium oksalat bentuk prisma, epidermis atas,
epidermis bawah dengan stomata, unsur-unsur xilem dengan noktah dengan menggunakan
perbesaran 100x. Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan literatur yaitu Farmakope
Herbal Indonesia. Edisi II. Kemenkes RI (Kemenkes RI, 2017). Tetapi ada satu fragmen
yang tidak ditemukan yaitu sklerenkim. Hal ini dapat terjadi karena reagen yang
digunakan hanya kloral hidrat sedangkan sampel yang digunakan banyak dan kesalahan
dari praktikan itu sendiri seperti kurangnya dalam mengatur pecahayaan, ataupun terlalu
banyak dalam penggunaan reagen sehingga fragmen tidak terlihat.
Pada pengamatan makroskopik simpilisia daun salam didapatkan organoleptis simplisia
daun salam secara utuh yaitu berwarna hijau kelabu, bau khas aromatik, bertesktur, serta
tulang daun yang menyirip. Serbuk simplisia daun salam halus dan serta berwarna hijau.

DAPUS
Betna Dewi, M.Farm., Apt., Gina Lestari, M.Farm., Apt. , Herlina, M.Si. (2022). BUKU
AJAR Pembuatan dan Uji Standar Fisika Kimia Virgin Coconut Oil ( VCO ) Metode
Penggaraman Sebagai Basis Pembentuk Sabun Padat Transparan Minyak Sereh
Wangi ( Cymbopogon Nardus L ). Bandung: CV. Mitra Cendekia Media.
Darini Kurniawati, Noval Kunti Nastiti. (2021). Potensi Formulasi Infusa Daun Sirih (Piper
betle L), Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Ekstrak Bundung
(Actinoscirpus grossus) sebagai Terapi Kandidiasis. Pekalongan: Penerbit NEM.
Herliana Erli. (2013). Diabetes Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia.
Herliana Erli. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia.
Suharmiati. (2003). Khasiat & manfaat jati belanda, sipelansing & peluruh kolesterol.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sulastri Sabrina. (2021). Optimalisasi Kemandirian Pangan Dan Ekonomi Dalam
Pemanfaatan SDM Desa Hilir Mesjid Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Hidup
Dimasa Pandemi Covid-19. Banjarmasin: MBUnivPress.
Widiyono, Atik Aryani, Vitri Dyah Herawati. (2020). Buku Kesehatan Air Rebusan Daun
Salam Untuk Menurunkan Kolesterol. Kediri: Lembaga Chakra Brahmana Lentera.

Anda mungkin juga menyukai