Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 9
IDENTIFIKASI FRUCTUS

Disusun oleh :

Ika Satryani Ritonga (10060321062)


Anggi Nugraha (10060321063)
Nadhira Khairunnisa (10060321064)
Berliana Siti Marchiani (10060321065)
Syadza Syahida Zahra (10060321067)

Shift / Kelompok :B/6


Tanggal Praktikum : 30 November 2022
Tanggal Laporan : 7 Desember 2022
Asisten : Anindi Febrilia., S. Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1444 H
PERCOBAAN 9

IDENTIFIKASI FRUCTUS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengidentifikasi secara makroskopik pada masing-masing simplisia fructus
2. Mengidentifikasi fragmen pengenal dari masing-masing simplisia fructus
secara mikroskopik menggunakan berbagai jenis reagen.

II. TEORI DASAR

2.1 Fructus
Buah adalah salah satu organ tumbuhan untuk pembiakan, mengandung biji
setelah pembuahan pistil (bunga betina) tumbuh jadi buah. Ovum tumbuh
menjadi biji, dinding ovarium jadi kulit buah. Pengertian buah dalam lingkup
pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah
di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal
buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena
itu,untuk membedakannya buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa
disebut buah sejati. Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang
merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya
membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas
kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan
(Campbell, 2003).
Pada umumnya buah hanya akan terbentuk sesudah terjadi penyerbukan dan
pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin pula buah terbentuk tanpa
ada penyerbukan dan pembuahan. Peristiwa terbentuknya buah yang demikian
itu dinamakan partenokarpi (parthenocarpy). Buah yang terjadinya dengan cara
ini biasanya tidak mengandung biji, atau jika ada bijinya, biji itu tidak
mengandung lembaga, jadi bijinya tak dapat dijadikan alat perkembangbiakan.
Pembentukan buah dengan cara ini lazim kita dapati pada pohon pisang (Musa
paradisiacal L.) (Tjitrosoepomo, 2007).
Buah pada tumbuhan umumnya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Buah semu atau buah tertutup
Buah terbentuk dari bakal buah beserta bagian-bagian lain bunga, yang
perlahan menjadi bagian utama buah ini, sedangkan buah yang sesungguhnya
kadang-kadang tersembunyi. Buah semu dapat dibedakan atas :
a. Buah semu tunggal, yaitu buah terjadi dari satu bunga dengan satu bakal
buah. Pada buah ini selain bakal buah ada bagian lain bunga yang ikut
membentuk buah, misalnya: tangkai bunga, pada buah jambu monyet dan
kelopak bunga pada buah ciplukan (Rosanti, 2013).
b. Buah semu ganda, jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal buah
yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi
buah, tetapi di samping itu ada bagian lain pada bunga itu yang ikut tumbuh, dan
merupakan bagian buah yang mencolok (dan seringkali yang berguna) misalnya
pada buah arbe (Fragraria vesca L.) (Tjitrosoepomo,2005).
c. Buah semu majemuk, ialah buah semu yang terjadi dari bunga majemuk,
tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah saja, misalnya buah nangka
(Artocarpus integra Merr.), dan keluwih (Artocarpus communis Forst.), yang
terjadi dari ibu tangkai bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun tenda
bunga yang pada ujungnya berlekatan satu sama lain, hingga merupakan kulit
buah semu ini (Tjitrosoepomo,2005).
2. Buah sejati atau buah telanjang
Buah yang terjadi dari bakal buah, dan jika ada bagian bunga lainnya yang
masih tinggal bagian ini tidak merupakan bagian buah yang berarti
(Tjitrosoepomo,2005). Buah sejati terdapat 3 golongan, yaitu :
a. Buah sejati tunggal, ialah buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan
satu bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula tersusun
dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak ruangan. Buah sejati
tunggal dapat dibedakan lagi dalam dua golongan, yaitu :
• Buah sejati tunggal yang kering (siccus), yaitu buah sejati tunggal yang bagian
luarnya keras dan mengayu seperti kulit yang kering, misalnya buah kacang
tanah (Arachis hypogoea L.).
• Buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus), ialah jika dinding buahnya
menjadi tebal berdaging.
3. Buah sejati ganda, adalah buah yang terjadi dari satu bunga dengan banyak
bakal buah yang masing-masing bebas, dan kemudian tumbuh menjadi buah
sejati, tetapi ke semuanya tetap berkumpul pada satu tangkai.
4. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga majemuk,
yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah, tetapi setelah
menjadi buah tetap berkumpul, sehingga seluruhnya tampak seperti buah saja,
misalnya pada pandan (Pandanus tectorius Sol.) (Mulyani, 2006).
2.2 Simplisia
1. Tanaman Lada Hitam (Piperis Nigri Fructus)
Buah lada umumnya dikenal dalam dua jenis, yaitu lada hitam dan lada puith.
Yang membedakan kedua jenis ini adalah proses pembuatannya. Proses
pembuatan lada hitam adalah dengan mengambil buah yang masih hijau,
diperam, kemudian dijemur sampai kering. Dari penjemuran diperoleh buah lada
yang keriput dan berwarna kehitam-hitaman. Sedangkan lada putih diambil dari
buah yang hampir masak, direndam, dan dikupas kulitnya yang kemudian
dijemur hingga berwarna putih (Rismunandar, 2007).
Tanaman lada dengan nama latin Piper nigrum L. merupakan salah satu
rempah-rempah yang terpenting dan tertua di dunia. Tanaman lada merupakan
tanaman merambat dan mempunyai daun tunggal berwarna hijau dengan
ketinggian hampir 10 m. Bunga lada mempunyai kelamin berjenis tunggal tanpa
memiliki hiasan bunga dan buah lada berbentuk bulat dengan kulit buah yang
lunak namun memiliki biji yang keras (Rismunandar, 2003). Buah lada
berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang
masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Buah yang
sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Sesudah dikeringkan
lada berwarna hitam. Buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada
malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm, sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat
100 biji kurang lebih 38 gram atau rata-rata 4,5 gram. Kulit buah atau pericarp
terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp (kulit tengah), endocarp
(kulit dalam) Kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-
biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Sutarno dan Agus Andoko,
2005).
Klasifikasi tanaman lada diklasifikasikan sebagai berikut (Ditjenbun, 2013) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionata (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliopsida (berkepimg dua/dikotil)
Kelas : Magnoliidae
Sub-kelas : Monocotyledonae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae (Suku sirih-sirihan)
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
Kandungan kimia tanaman lada hitam dalam ekstrak aquoeous, ekstrak
metanol dan ekstrak etanol positif mengandung karbohidrat, protein, tannin,
fenol, kumarin, alkaloid dan antrakuinon. Kandungan alkaloid Piper nigrum
Linn. sebanyak 5-9% mengandung senyawa utama piperin, piperidin, piperetin,
dan piperenin (Kadam et al, 2013).
Khasiat dan manfaat dari tanaman lada hitam adalah sebagai antioksidan,
karminatif, tekanan darah tinggi, sesak nafas, Mengontrol kadar gula darah, dan
Mencegah tumbuhnya sel kanker (Tjitrosoepomo, 2003).
2. Tanaman Kapulaga (Amomi Compacti Fructus )
Kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m,
berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau.
Mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan
tepi rata. Pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar
10- 12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Batang kapulaga disebut
batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk
batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m. Batang tumbuh dari
rhizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-
30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh
dari rhizoma lain (Maryani, 2003).
Buahnya berupa buah kotak,terdapat dalam tandan kecil-kecil dan pendek.
Buah bulat memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang
berbulu, berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap
ruang dipisahkan oleh selaput tipis setebal kertas. Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil-
11 kecil, berwarna coklat atau hitam, beraroma harum yang khas. Dalam ruang
biji-biji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat satu sama lain. Buah tersusun
rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada setiap tandannya. Bentuk buah bulat
dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah berbulu
halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sinaga, 2008).
Klasifikasi Tanaman Kapulaga dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Taufik
Hidayat, 2011) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Seper Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum compactum Soland.
Kandungan kimia Kapulaga mengandung senyawa sineol, metal hepton, β-
terpeniol, sabinen, linalool, geraniol, α-pinen, sabinen, limonene, dan terpenil
asetat. Selain itu juga tanaman herbal ini diketahui mengandung antioksidan
misalnya senyawa fenolik (asam fenolat, flavonoid, kuinon, kumarin, lignin,
stilbenes, tannin), senyawa nitrogen (alkaloid, amina, betalin), vitamin,
terpenoid dan beberapa metabolit endogen. Bagian tanaman kapulaga yang
banyak digunakan adalah minyak atsiri yang didalamnya terdapat α-pinena, β-
pinena, p-simena, 1,8-cineole dan α-terpineol (Winarsi, 2014).
Khasiat dan manfaat dari tanaman buah kapulaga yaitu sebagai antioksidan,
Rempah, batuk, influenza, obat kumur, radang amandel, radang lambung,
gangguan haid, sesak nafas, melegakan tenggorokan, dan menghilangkan bau
mulut (Prasasty,2003).
3. Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)
Tanaman ketumbar berasal dari sekitar Laut Tengah dan Kaukasus. Ketumbar
berakar tunggang bulat, bercabang, dan berwarna putih. Batangnya berkayu
lunak, beralur, dan berlubang dengan percabangan dichotom berwarna hijau.
Tangkainya berukuran sekitar 5-10 cm. daunnya majemuk, menyirip,
berselundang dengan tepi hijau keputihan. Tanaman dapat dipanen setelah
berumur tiga bulan. Tanaman ketumbar di Indonesia dibudidayakan secara
intensif dalam skala luas, penanaman hanya terbatas pada lahan pekarangan
dengan sistem tumpang sari dan jarang secara monokultur (Astawan, 2009).
Klasifikasi Ketumbar diklasifikasikan sebagai berikut (Mahendra & Bisht,
2011) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superfilum : Spermatophyta
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum L.
Species : Coriandrum sativum L.
Kandungan kimia Ketumbar memiliki kandungan komponen aktif yaitu
vitamin, rasa, peptida, mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids,
antioksidan, nzim dan sel hidup. Kandungan kimia terbesar pada ketumbar yaitu
minyak atsiri dengan prosentasi 1,8%. Penyulingan minyak mengandung
linalool (coriandrol) sekitar 65-70%, yang tergantung pada sumbernya.
Kandungan lainnya seperti Monoterpene hidrokarbonα-pinene, β-pinene,
limonene, γ-terpinene, ρ-lymene, borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan
Geranylacetate; Hetero-cyclic compounds –pyrazine, pyridine, thiazole, furan,
tetrahydrofuran derivatives; Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin,
coriandrones A-E, glazonoids; Phthalides-neochidilide, Z-digustilide; Phenolic
acids, sterols, dan flavonoid (Bhat, et al., 2014).
Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah,
nyeri lambung, pusing, anti-emetik, sariawan, dan gangguan haid selain untuk
meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis. Komponen aktif pada ketumbar
adalah sabinene, myrcene, alfa-terpinene, ocimene, linalool, geraniol, dekanal,
desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam oktadasenat, d-mannite,
skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Komponen-komponen
tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus sebagai
komponen obat (Astawan, 2009).
4. Tanaman Buah Cabai (Capsicum annuum )
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman perdu dari famili terong-
terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua
Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika,
Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe
pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang
sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit
dan paprika (Baharuddin, 2016).
Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji. Plasenta ini
terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai renyah dan
ada pula yang lunak. Ukuran buah cabai beragam, mulai dari pendek sampai
panjang dengan ujung tumpul atau runcing (Pratama et al., 2017).
Klasifikasi Tanaman Cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Purnamawati,2011) :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetale
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solonaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Kandungan kimia pada Tanaman Cabai adalah mengandung zat-zat gizi yang
sangat diperlukan untuk kesehatan manusia seperti , karbohidrat, fosfor (P),
vitamin dan juga mengandung senyawa-senyawa alkaloid seperti capsaicin,
flavonoid, dan minyak essential. (Sutrisni,2016).
Manfaat dari tanaman Cabai yaitu dapat digunakan sebagai rempah, tekanan
darah rendah, patah selera, melawan radikal bebas, menurunkan berat badan, dan
meredakan nyeri. dibidang farmasi antara lain, digunakan sebagai pestisida
kumbang kentang Colorado, sebagai antibiotik Helicobacter pylori (Setiadi,
2005).
5. Tanaman Cabai Jawa (Piper retrofractum )
Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) memiliki batang memanjat,
melilit, atamelata. Daunnya berbentuk bundar telur sampai lonjong dengan
pangkal daun berbentuk jantung atau membundar, ujung daun runcing dengan
bintik-bintik kelenjar terdapat tenggelam di permukaan bawahnya. Panjang helai
daun 8,5 hingga 30 cm dan lebarnya 3 sampai 13 cm, panjang tangkai daun 0,5
sampai 3 cm. bunga tanaman ini berupa bulir yang tegak atau sedikit merunduk
dengan gagang sepanjang 0,5 sampai 2 cm. Daun gagang berbentuk bundar telur
yang panjangnya 1,5 mm hingga 2 mm berwarna kuning yang melekat pada
gagang pada satu titik. Bulir jantan panjangnya 2,5 cm sampai 8,5 cm dengan
benang sari berjumlah 2 atau 3 dan pendek, sedangkan pada bulir betina
panjangnya 1,5 cm sampai 3 cm dengan putik sejumlah 2 sampai 3 buah. Buah
cabe jawa berbentuk bulat dan berwarna merah cerah, bijinya berukuran 2 mm
sampai 2,5 mm. Tanaman ini di budidayakan dengan biji atau stek batang dan
perlu dipangkas setinggi 1,5 meter dari tanah agar tanaman ini dapat berbunga
(Wasito, 2011).
Klasifikasi Tanaman Cabe Jawa diklasifikasikan sebagai berikut (Depkes,
2001) :
Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Subclass : Dicotyledonae
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper retrofractum Vahl.
Kandungan kimia pada Tanaman Cabe Jawa yaitu terdapat Minyak atsiri 0,9%,
piperin 4-6%, damar, piperidin. mengandung alkaloida piperin, metil piperin,
pipernonalin, piperetin, asarinin, pellitorin, piperundekalidin, piperlongumin,
piperlonguminin, retrofraktamid A, pergumidien, brakistamid- B, dimer
desmetoksipiplartin, N -isobutil-dekadienamid, brakiamid- A,brackhstin,
pipersid, piperderidin, longamid (Winarto,2003).
Manfaat dari tanaman cabe Jawa di bidang farmasi antara lain, buah cabe jawa
mengandung piperin yang dapat berkhasiat sebagai stimulan alami. Selain itu
dapat digunakan sebagai tonikum. Tonikum adalah istilah yang digunakan untuk
golongan obat-obatan yang dipercaya mempunyai khasiat untuk mengembalikan
tonus normal pada jaringan. Sejumlah penyakit yang bisa diatasi dengan Cabe
Jawa adalah diare, carminative, obat kuat, expectorant, oxytoxic, stimulant,
bronkitis, batuk, aphrodisiac, diuretic, antiseptic, gonorhoea, disentri, rematik,
iritasi ringan, mempermudah kelahiran, obat cuci mulut, dan sakit gigi (Winarto,
2003).
6. Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Tanaman mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai dengan ketinggian 1500 dpl
baik di tanah yang subur atau marginal. Mengkudu mempunyai penyebaran yang
cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan
Vietnam. Pohon mengkudu memiliki tinggi antara 4 – 6 m, batang pohon
mengkudu bercabang - cabang, berdahan kaku, dan kasar. Ukuran daunnya 15 –
50 x 5 -17 cm yang merupakan daun tunggal berbentuk jorong – langset, tepi
daunnya rata, ujung lancip pendek. Pangkal daunnya berbentuk pasak, tulang
daunnya menyirip. Warna daunnya hijau mengkilap tidak berbulu
(Tjitrosoepomo, 2002).
Klasifikasi Tanaman Mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut (Sjabana dan
Bahalwan, 2002):
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citriffolia L.
Kandungan kimia dan Manfaat Buah mengkudu (M. citrifolia) banyak
mengandung zat kimia di antaranya scopoletin glikosida, flavonoid sebagai
analgesic, antiradang, antikanker, dan imunosti, Alizarin, Acubin,
L.Asperuloside, dan antrakuinon sebagai antibakteri memiliki kekuatan dalam
melawan bakteri infeksi seperti Esccherchia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Stapylococcus aereus, serta dapat mengontrol perkembangan pertumbuhan
bakteri yang mematikan seperti Salmonella dan Shigella. Dalam sari buah
mengkudu juga terdapat senyawa saponin. Senyawa saponin merupakan suatu
molekul yang dapat menarik air (hidrofilik) menyebabkan hancurnya bakteri
sehingga dapat bersifat sebagai zat antibakteri serta vitamin C sebagai
antioksidan (Waha, 2000; Winarti, 2005).
7. Tanaman Jinten Putih (Cuminum cyminum)
Jintan putih merupakan tanaman semusim berukuran kecil dengan tinggi
sekitar 0,3-0,6 meter dan tumbuh tegak dengan batang ramping tunggal yang
memiliki banyak cabang. Ciri-ciri umum jintan putih adalah batang berkayu
serta daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun tumbuhan ini
mempunyai pelepah daun yang berbentuk seperti ranting-ranting kecil. Bentuk
daunnya tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang pendek
yang kaku. Warna hijau merupakan warna dominan daun tumbuhan ini.
Bunganya berwarna kuning tua berukuran kecil dan ditopang oleh tangkai agak
panjang. Biji tumbuhan ini memiliki aroma yang wangi. jintan putih memiliki
ukuran yang kecil berbentuk persegi panjang, tebal di tengah, padat kesamping
dengan sembilan punggung, dan berwarna kuning-coklat (Anonimus,2003).
Klasifikasi Tanaman Jinten Putih diklasifikasikan sebagai berikut
(Bansal,2014) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae/ Umbelliferae
Genus : Cuminum
Spesies : Cuminum cyminum L.
Kandungan kimia dari tanaman jinten Putih yaitu Jintan putih mengandung
minyak atsiri sebanyak kurang lebih 2-5%. Komponen utama dalam minyak
atsiri tersebut adalah cuminaldehyde (32%) dan safranal (24%). Selain itu,
komponen lain yang terkandung dalam minyak jintan putih yaitup-cimene, B-
pinene, serta ẞ- fellandren (Guenther, 1990: Anonim, 2009).
Manfaat dari Jinten putih secara umum, minyak esensial jintan putih memiliki
fungsi sebagai pemberi aroma pada jintan putih. Manfaat yang dapat diperoleh
dengan menggunakan tanaman jintan putih ialah antioksidan, antimikroba,
antidiabetes, antiosteoporosis, antikarsinogenik, dan antitusif (Bansal, dkk.,
2014).
8. Tanaman Lada Putih (Piper nigrum )
Buah lada umumnya dikenal dalam dua jenis, yaitu lada hitam dan lada puith.
Yang membedakan kedua jenis ini adalah proses pembuatannya. Proses
pembuatan lada hitam adalah dengan mengambil buah yang masih hijau,
diperam, kemudian dijemur sampai kering. Dari penjemuran diperoleh buah lada
yang keriput dan berwarna kehitam-hitaman. Sedangkan lada putih diambil dari
buah yang hampir masak, direndam, dan dikupas kulitnya yang kemudian
dijemur hingga berwarna putih (Rismunandar, 2007).
Tanaman lada dengan nama latin Piper nigrum L. merupakan salah satu
rempah-rempah yang terpenting dan tertua di dunia. Tanaman lada merupakan
tanaman merambat dan mempunyai daun tunggal berwarna hijau dengan
ketinggian hampir 10 m. Bunga lada mempunyai kelamin berjenis tunggal tanpa
memiliki hiasan bunga dan buah lada berbentuk bulat dengan kulit buah yang
lunak namun memiliki biji yang keras (Rismunandar, 2003). Buah lada
berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang
masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Buah yang
sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Sesudah dikeringkan
lada berwarna hitam. Buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada
malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm, sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat
100 biji kurang lebih 38 gram atau rata-rata 4,5 gram. Kulit buah atau pericarp
terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp (kulit tengah), endocarp
(kulit dalam) Kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-
biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Sutarno dan Agus Andoko,
2005).
Klasifikasi tanaman lada (Ditjenbun, 2013) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionata (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliopsida (berkepimg dua/dikotil)
Kelas : Magnoliidae
Sub-kelas : Monocotyledonae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae (Suku sirih-sirihan)
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
kandungan kimia dari lada putih adalah piperin, piperidin, lemak, asam
piperat, chavisin, dan miinyak terbang yang terdiri dari felanden, kariofilen,
dan terpen-terpen. Minyak esensial pada lada putih hanya terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit yaitu sekitar 1%. Ketajaman aroma lada putih lebih
menyengat tetapi kurang memiliki aroma dibandingkan dengan lada hitam dan
lada hijau (Nely, 2007).
Khasiat dan Manfaat dari tanaman lada putih yaitu untuk Sebagai bumbu
masakan, sebagai stimulan pengeluaran keringat (diaphoretik), pengeluaran
angin (carminatif), peluruhan air kencing (diuretik), peningkatan nafsu makan,
peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan percepatan
pencernaan zat lemak. Selain itu biji lada pun dapat dipakai untuk ramuan obat
reumatik. Bahkan, banyak yang memanfaatkan bubuk lada sebagai obat kuat
fisik setelah dicampur telur ayam setengah matang. Bubuk lada pun dapat
dicampur dengan madu sebagai ramuan peningkat vitalitas (Rismunandar,
2003).

III. ALAT DAN BAHAN


Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu: reagen
floroglusinol, HCl, reagen I2KI, dan reagen kloral hidrat, simplisia utuh
dan serbuk dari: buah lada hitam, buah kapulaga, buah ketumbar, buah
cabe, buah cabe jawa, buah mengkudu, buah jinten putih,buah lada putih.

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu: jarum ose lurus,
kaca objek, kaca penutup, dan mikroskop binokuler, pipet tetes.

IV. PROSEDUR
4.1 Pengamatan Makroskopik
Diamati secara visual dengan melihat bentuk dan warna dari simplisia
utuh dan serbuk.
4.2 Pembuatan preparat dengan menggunakan reagen kloral hidrat

Diteteskan sebanyak 2-3 kloral hidrat sebagai reagen pada kaca objek
kemudian diambil sedikit preparat. yang berupa serbuk halus (secukupnya).
Setelah itu, preparat diaduk secara merata menggunakan jarum ose lurus,
kemudian kaca objek ditutup dengan kaca penutup, dan diamati dengan
mikroskop perbesaran 100x dan 400x.

4.3 Pembuatan preparat dengan menggunakan reagen Floroglusinol dan


HCL
Diteteskan sebanyak 2-3 tetes floroglusinol sebagai reagen pada kaca objek
kemudian diambil sedikit preparat yang berupa serbuk halus (secukupnya),
kemudian diamkan hingga mengering, lalu ditambahkan reagen HCl, diaduk
hingga merata. Setelah itu tutup dengan kaca penutup, dan diamati dengan
mikroskop perbesaran 100x dan 400x.
4.4 Pembuatan preparat dengan menggunakan reagen I2KI
Diteteskan sebanyak 2-3 I2KI sebagai reagen pada kaca objek kemudian
diambil sedikit preparat yang berupa serbuk halus (secukupnya). Setelah itu,
preparat diaduk secara merata, kemudian kaca objek ditutup dengan kaca
penutup, dan diamati dengan mikroskop perbesaran 100x dan 400x.

V. DATA PENGAMATAN
5.1 Makroskopik
No Simplisia Literatur Hasil Pengamatan
1. Nama Simplisia: Piperis
Nigri Fructus
Nama Tanaman: Piper
nigrum
Nama Umum: Buah
Lada Hitam (Kemenkes RI, 2017)
Warna: kehitaman
Bau: aromatik
Bentuk: bulat
Warna: hitam kecoklatan
Tekstur: kasar
Bentuk: hampir bulat
Tekstur: keriput kasar
2 Nama Simplisia: Amomi
Compacti Fructus
Nama Tanaman:
Amomum compactum
Nama Umum: Buah
Kapulaga (Kemenkes RI, 2017) Warna: kuning
Bau: khas aromatik kecoklatan
Warna: cokelat Bentuk: bulat
kemerahan Tekstur: kasar
Bentuk: hampir bulat
Tekstur: bergaris-garis
3 Nama Simplisia:
Coriandri Sativi Fructus
Nama Tanaman:
Coiandrum sativum
Nama Umum: Buah
Ketumbar (Kemenkes RI, 2017) Warna: cokelat
Bau: khas Bentuk: bulat kecil
Warna: kuning Tekstur: kasar
kecoklatan
Bentuk: bulat
Tekstur: kasar
4 Nama Simplisia: Capsici
Annui Fructus
Nama Tanaman:
Capsicum Annuum
Nama Umum: Buah
Cabe (Kemenkes RI, 2017) Warna: merah
Bau: khas kehitaman
Warna: merah kehitaman Bentuk: lonjong
Bentuk: memanjang Tekstur:
Tekstur: licin mengilat kusut/bertekstur halus
5 Nama Simplisia: Piperis
Retrofracti Fructus
Nama Tanaman: Piper
retrofractum
Nama Umum: Buah
Warna: hitam
Cabe Jawa (Kemenkes RI, 2017)
kecoklatan
Bau: khas
Warna: kelabu kecoklatan Bentuk: panjang
Bentuk: memanjang Tekstur: kasar
Tekstur: bertonjolan
teratur
6 Nama Simplisia:
Morindae Citrifoliae
Fructus
Nama Tanaman:
Morinda citrifolia L.
Nama Umum: Buah (Kemenkes RI, 2017)
Mengkudu Bau: khas
Warna: cokelat
Bentuk: irisan pipih
Tekstur: kasar
Warna: hitam
Bentuk: membulat
Tekstur: kasar
Serbuk: coklat tua
dan halus
7 Nama Simplisia: Cumini
Cimini Fructus
Nama Tanaman:
Cuminum cyminum
Nama Umum: Buah
Jinten Putih (Kemenkes RI, 2017)
Bau: aromatis
Warna: kuning
kecoklatan
Bentuk: lonjong
Tekstur: kasar
Warna: kecokelatan
Bentuk: pipih kecil
Tekstur: kasar
Serbuk: cokelat dan
halus
8 Nama Simplisia: Piperis
Nigri Fructus
Nama Tanaman: Piper
ningrum
Nama Umum: Lada (Suwarto, 2010)
Putih Bau: aromatik Warna: putih
Warna: putih kelabu Bentuk: bulat
Bentuk: hampir bulat Tekstur: kasar
Tekstur: keriput kasar

5.2 Mikroskopik
No Simplisia literatur Data pengamatan
1 Nama Simplisia:
Piperis Nigri Fructus
Nama Tanaman: Piper
nigrum
Nama Umum: Buah
Fragmen epikarp Fragmen epikarp
Lada Hitam

Kelompok sel batu dan Kelompok sel batu dan


hipodermis hipodermis

Fragmen perisperm Fragmen perisperm


(DepKes RI, 1980) • Reagen : Kloral
Hidrat
• Perbesaran : 400×
2 Nama Simplisia:
Amomi Compacti
Fructus
Nama Tanaman:
Amomum compactum
Nama Umum: Buah Epidermis luar terlihat Epidermis luar terlihat
Kapulaga tangensial tangensial

Sel dengan minyak atsiri Sel dengan minyak atsiri


• Reagen : Kloral
(DepKes RI, 1980) Hidrat
• Perbesaran : 400×
3 Nama Simplisia:
Coriandri Sativi Fructus
Nama Tanaman:
Coiandrum sativum
Nama Umum: Buah
Ketumbar Serabut sklerenkim Serabut sklerenkim
mesokarp mesokarp

Mesokarp
Mesokarp
• Reagen : Kloral
Hidrat
(DepKes RI, 1980)
• Perbesaran : 400×
4 Nama Simplisia:
Capsici Annui Fructus
Nama Tanaman:
Capsicum Annuum
Nama Umum: Buah
Cabe Epidermis kulit biji Epidermis kulit biji

Tampak atas sel epidermis Tampak atas sel


sebelah luar epidermis sebelah luar
• Reagen : fluroglusinol
(DepKes RI, 1980) + HCL
• Perbesaran : 400×
5 Nama Simplisia:
Piperis Retrofracti
Fructus
Nama Tanaman: Piper
retrofractum
Hipodermis
Nama Umum: Buah Hipodermis
Cabe Jawa

Endokarp
Endokarp
• Reagen : Kloral
(DepKes RI, 1980)
Hidrat
• Perbesaran : 400×
6 Nama Simplisia:
Morindae Citrifoliae
Fructus
Nama Tanaman:
Morinda citrifolia L. Kulit biji

Nama Umum: Buah Kulit biji


Mengkudu

Sklerenkim
Sklerenkim
(Kemenkes RI, 2017) • Reagen :
Fluroglusinol + HCL
• Perbesaran : 400×
7 Nama Simplisia:
Cumini Cimini Fructus
Nama Tanaman:
Cuminum cyminum
Sklereida Sklereida
Nama Umum: Buah
Jinten Putih

Perikarpium

Perikarpium

Perikarpium Perikarpium
Parenkim endosperm

Parenkim endosperm

Perikarpium

(Kemenkes RI, 2017) Perikarpium


• Reagen : Kloral
Hidrat
• Perbesaran : 100×
8 Nama Simplisia:
Piperis Nigri Fructus
Nama Tanaman: Piper
ningrum
Sklereid Sklereid
Nama Umum: Lada
Putih • Reagen : Kloral
Hidrat
• Perbesaran : 100×

Sklerenkim
Sklerenkim
(Kemenkes RI, 2017) • Reagen :
Fluroglusinol + HCL
• Perbesaran : 100×
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan Identifikasi terhadap simplisia,
simplisia yang diamati pada percobaan kali ini yaitu berupa Fructus (Buah),
dengan tujuan praktikan mampu melakukan identifikasi simplisia fructus secara
makroskopik ataupun mikroskopik. Secara makroskopik maksudnya dengan
percobaan organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga bentukan secara luar,
yang dapat dilihat dengan indra. Sedangkan secara mikroskopik maksudnya
dilakukan dengan bantuan mikroskop sehingga praktikan dapat melihat bentukan
spesifik yang dimiliki oleh simplisia tersebut sehingga nantinya kita dapat
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Pemeriksaan secara
mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia
yang ditetesi dengan menggunakan beberapa reagen yaitu Kloral Hidrat dan
Floroglusinol + HCl. Berikut beberapa simplisia Fructus yang diamati pada
percobaan kali ini :
1. Piperis nigri Fructus
Buah lada hitam atau Piper nigrum yang dikeringkan kaya akan komponen
bioaktif fitokimia dan lada hitam diambil ketika bijinya belum matang. Pada
umumnya lada hitam (black pepper) dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, sama
halnya dengan lada putih (white pepper). (Kunnumakkara, 2009). Hal yang
pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu kaca
objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral hidrat, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium
oksalat dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Suharmiati,
2003). Lalu diambil sedikit preparat fructus dengan menggunakan jarum ose lurus,
lalu dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan fructus
dan juga reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup
preparat dengan kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit
dengan penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan dari hasil
pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat didapatkan
hasil yaitu terdapat Fragmen berupa epikarp, perisperm, dan sel batu hipodermis
dan endokarpium dengan menggunakan perbesaran 400×. Dipilih fragmen berupa
epikarp karena bentuknya yang prisma berisi zat warna kuning kecoklatan dan aga
merah didalamnya terdapat permukaan yang bulat bulat. Dipilih fragmen sel batu
dari hipodermis karena didalamnya terdapat sel batu. Dipilih perisperm karena
bentuknya yang Panjang dan memiliki titik titik pada bagian dalamnya.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah lada hitam berupa perikarpium, sklereida (sel batu), berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga, sklerenkim dan skelereida, dan
parenkim dengan tetes minyak. Hasil mikroskopik yang didapatkan secara umum
telah sesuai dengan literatur.
Secara makroskopik buah lada putih memiliki warna hitam dengan bentuknya
yang pipih kecil pada simplisia kering, sedangkan pada buah lada hitam segar
memiliki warna hijau tua bentuknya yang pipih kecil. Menurut Farmakope Herbal
Edisi II Depkes RI 2017 menyatakan bahwa simplisia buah lada hitam berupa buah
berbentuk hampir bulat, permukaan keriput kasar, menyerupai jala; pada ujung
buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai, perikarpium melekat
erat pada biji; warna cokelat kelabu sampai hitam kecokelatan; bau aromatik; rasa
sangat pedas. Dari hasil pengamatan Makroskopik secara umum telah sesuai
dengan literatur diatas.
2. Amomi Compacti Fructus
Kapulaga atau Amomum compactum Soland dikenal sebagai raja dari segala
jenis rempah-rempah yang ada di dunia. Ada dua jenis kapulaga di Indonesia yaitu
kapulaga lokal (Amomum cardamomum) dan kapulaga sebrang (Eletaria
cardamomum). (Agoes, 2010). Kapulaga selain mengandung minyak atsiri juga
mengandung saponin,tanin, alkaloid, flavonoid dan polifenol yang diketahui
memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Dalimartha, 2002). Hal yang pertama
dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu kaca objek yang
akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan
tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral hidrat tujuan digunakannya reagen ini
yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat dan untuk
mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Suharmiati, 2003). Lalu diambil
sedikit preparat fructus dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu dicampurkan
ke reagen yang berada diatas kaca objek, lalu ditutup preparat dengan kaca
penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan. Dari
hasil pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat didapatkan hasil yaitu
terdapat Fragmen berupa epidermis luar terlihat tangensial, perisperm, dan sel
minyak dengan atsiri dengan menggunakan perbesaran 400×. Dipilih fragmen
berupa epidermis luar terlihat tangensial karena bentuk yang disajikan pada hasil
mikroskop dengan bentuk garis-garis panjang. Dipilih fragmen perisperm karena
bentuknya yang bulat lonjong dan terdapat bintk-bintik hitam didalamnya. Dipilih
fragmen sel minyak dengan atsiri karena bentuknya yang terlihat bentuk bulat
lonjong dan sedikit berminyak pada bagiannya.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah kapulaga berupa epikarpium, endokarpium, dan perisperm
dengan idioblas berupa sel minyak. Hasil mikroskopik yang didapatkan secara
umum telah sesuai dengan literatur.
Secara Makroskopik buah kapulaga memiliki warna merah muda pada buah
segarnya tetapi memiliki warna kecoklatan dengan bentuk bulat pada simplisia
kering. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
simplisia buah kapulaga berupa bentuk hampir bulat, menggembung aga keriput,
pada permukaan terdapat 3 alur membujur yang membagi buah menjadi 3 bagian,
permukaan luar yang licin atau bergaris-garis membujur. Memiliki kulit buah
berwarna kecoklatan atau kuning kecoklatan, biji berwarna coklat kemerahan,
bauk has aromatic dan memiliki rasa yang aga pedas. Dari hasil pengamatan
Makroskopik secara umum telah sesuai dengan literatur diatas.
3. Coriandri Sativa Fructus
Ketumbar atau (Coriandrum sativum L) di Indonesia umumnya dibudidayakan
di dataran tinggi seperti di daerah Boyolali, Salatiga, Temanggung, Sumatera
Barat, dan lainnya. Hasil panen umumnya dijual ke pasar tradisional untuk
keperluan rempah rumah tangga (Hadipoentyanti et al., 2004). Bubuk ketumbar
dan minyak esensial ketumbar sebagai makanan preservatif alami termasuk
sebagai antibakteri, antifungi dan antioksidan (Politeo et al., 2007). Hal yang
pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu kaca
objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral hidrat, tujuan
digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium
oksalat dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Suharmiati,
2003). Lalu diambil sedikit preparat fructus dengan menggunakan jarum ose lurus,
lalu dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, lalu ditutup preparat
dengan kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan
penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan dari hasil
pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat didapatkan
hasil yaitu terdapat Fragmen berupa epidermis luar terlihat tangensial, perisperm,
dan sel minyak dengan atsiri dengan menggunakan perbesaran 400×. Dipilih
fragmen berupa serabut sklerenkim karena bentuk yang disajikan pada hasil
mikroskop dengan bentuk garis-garis panjang. Dipilih fragmen mesokarp karena
bentuknya bulat lonjong dengan bintik hitam didalamnya dan berkerumun tetapi
pada pengamatan ini hanya ditemukan mesokarp tanpa endokarps.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah ketumbar berupa mesokarpium, endokarpium, sklerenkim.
Hasil mikroskopik yang didapatkan secara umum telah sesuai dengan literatur.
Secara makroskopik buah ketumbar memiliki warna hijau aga kekuningan dan
bentuk bulat kecil pada buah segar, tetapi memiliki warna coklat dengan bentuk
bulat kecil pada simplisia kering. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI
2017 menyatakan bahwa simplisia buah ketumbar berupa buah berbentuk bulat,
pada ujung buah terdapat lima sisa daun kelopak kecil dan satu sisa putik pendek,
warna kuning kecokelatan atau cokelat keunguan, bau khas dan rasa lama
kelamaan agak pedas. Dari hasil pengamatan Makroskopik secara umum telah
sesuai dengan literatur diatas.
4. Capsici Annui Fructus
Cabe atau Capsicum annum L. merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai
ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk keperluan industri makanan (Jannah,2010). Hal yang pertama
dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu kaca objek yang
akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan
tissue. Setelah itu, diteteskan reagen fluroglusinol+HCl, tujuan digunakannya
reagen ini yaitu HCl pekat dengan larutan floroglusinol merupakan pereaksi untuk
zat kayu (lignin). Selain itu, HCl juga digunakan untuk melarutkan kristal kalsium
oksalat (Baiq Wahidah, 2016). Lalu diambil sedikit preparat fructus dengan
menggunakan jarum ose lurus, lalu dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca
objek, dicampurkan fructus dan juga reagen dengan menggunakan jarum ose lurus
sampai merata, lalu ditutup preparat dengan kaca penutup, kemudian diletakkan
dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil
yang didapatkan dari hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen fluroglusinol+HCl didapatkan hasil yaitu terdapat Fragmen berupa
epidermis kulit biji dengan mesentrik dan tampak atas sel epidermis dengan
menggunakan perbesaran 400×. Dipilih fragmen berupa epidermis kulit biji
dengan mesentrik karena berbentuk seperti usus. Dipilih fragmen tampak atas sel
epidermis sebelah luar karena terdapat struktur sel yang berbentuk bulat dan garis
luar berwarna hitam.
Menurut modul Praktikum Farmakognosi (2022), menyatakan bahwa fragmen
simplisia buah cabe berupa epidermis kulit biji, epidermis bagian dalam buah
dengan noktah jelas, tetesan minyak, tampak atas sel minyak, dan endosprem.
Hasil mikroskopik yang didapatkan secara umum telah sesuai dengan literatur.
Secara makroskopik buah cabe memiliki warna merah kehitaman, berbentuk
panjang lonjong dan kisut, pada simplisia kering, sedangkan jika dibandingkan
dengan tanaman segarnya buah cabe berwarna merah, berbentuk panjang. Hal ini
terjadi karena adanya oksidasi yang membuat warna dari tanaman tersebut
berubah. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan
bahwa simplisia buah cabe berupa potongan buah, memanjang, kisut, permukaan
luar licin mengilat, kulit buah liat, warna merah kecokelatan hitaman, biji berwarna
kuning muda sampai kuning jingga kecoklatan, bauk has dan memiliki rasa pedas.
Dari hasil pengamatan Makroskopik secara umum telah sesuai dengan literatur
diatas.
5. Piperis Retrofracti Fructus
Cabai jawa adalah kerabat lada yang sudah sejak lama dikenal sebagai bahan
untuk membuat jamu tradisional (Nia Kurniawati, 2010). Hal yang pertama
dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah disiapkan dahulu kaca objek yang
akan digunakan, kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan
tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral hidrat, tujuan digunakannya reagen ini
yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat dan untuk
mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel (Suharmiati, 2003). Lalu diambil
sedikit preparat fructus dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu dicampurkan
ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan fructus dan juga reagen
dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup preparat dengan
kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit
mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan. Dari
hasil pengamatan menggunakan reagen klorat hidrat didapatkan hasil yaitu
terdapat Fragmen berupa hipodermis dan endokarpium dengan menggunakan
perbesaran 400×. Dipilih fragmen berupa hipodermis karena bentuk yang disajikan
pada hasil mikroskop berbentuk yang lonjong polos dengan sedikit terdapat sel
minyak. Dipilih fragmen endokarpium karena bentuk nya yang lonjong dengan
pinggirannya yang berwarna lebih gelap atau tebal dan didalamnya terdapat titik-
titik hitam yang tersebar secara merata.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah Cabe Jawa berupa Epikarpium, Endokarpium, Endosperm,
Skelereida, dan Perisperm. Hasil mikroskopik yang didapatkan secara umum telah
sesuai dengan literatur.
Secara Makroskopik buah cabe jawa memiliki warna hitam kecoklatan, dengan
bentuknya yang panjang, dan bertekstur kasar, sedangkan jika dibandingkan
dengan tanaman segarnya buah cabe jawa berwarna hijau kemerahan. Hal ini
terjadi karena adanya oksidasi yang membuat warna dari tanaman tersebut
berubah. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI 2017 menyatakan bahwa
simplisia buah cabe jawa berupa buah majemuk, bentuk bulir memanjang sampai
silindris, bergagang panjang atau tanpa gagang, pangkal buah rata, ujung agak
menyempit, permukaan luar tidak rata, bertonjolan teratur; warna kelabu hingga
cokelat sampai hitam; bau khas; rasa pedas. Dari hasil pengamatan Makroskopik
secara umum telah sesuai dengan literatur diatas.
6. Morindae Citrifoliae Fructus
Mengkudu atau Morinda citrifolia L. adalah jenis buah yang umum dipakai
untuk obat, bila dimakan secara langsung rasanya aneh, banyak mengandung
mineral dan serat dengan bentuk buahnya seperti ada bintik-bintiknya (Bayu
Stevano, 2005). Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan adalah
disiapkan dahulu kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan dan
dikeringkan dengan menggunakan tissue. Setelah itu, diteteskan reagen
fluroglusinol+HCl, tujuan digunakannya reagen ini yaitu HCl pekat dengan larutan
floroglusinol merupakan pereaksi untuk zat kayu (lignin). Selain itu, HCl juga
digunakan untuk melarutkan kristal kalsium oksalat (Baiq Wahidah, 2016). Lalu
diambil sedikit preparat fructus dengan menggunakan jarum ose lurus, lalu
dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek, dicampurkan fructus dan
juga reagen dengan menggunakan jarum ose lurus sampai merata, lalu ditutup
preparat dengan kaca penutup, kemudian diletakkan dimeja mikroskop dan dijepit
dengan penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil yang didapatkan dari hasil
pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan reagen fluroglusinol+HCl
didapatkan hasil yaitu terdapat Fragmen berupa kulit biji dan sklerenkim dengan
menggunakan perbesaran 100×. Dipilih fragmen berupa kulit biji karena bentuk
yang disajikan pada hasil mikroskop dengan bentuk garis-garis panjang yang
berhimpitan. Dipilih fragmen sklerenkim karena bentuknya yang panjang.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah mengkudu berupa kulit biji, sklerenkim, mesokarpium dan
endokarpium. Hasil mikroskopik yang didapatkan secara umum telah sesuai
dengan literatur.
Secara Makroskopik buah mengkudu memiliki warna hitam, dengan
bentuknya yang bulat, dan bertekstur kasar, dengan serbuk yang berwarna coklat
tua dan bertektur halus, sedangkan jika dibandingkan dengan tanaman segarnya
buah mengkudu berwarna hijau. Hal ini terjadi karena adanya oksidasi yang
membuat warna dari tanaman tersebut berubah. Menurut Farmakope Herbal Edisi
II Depkes RI 2017 menyatakan bahwa simplisia buah mengkudu berupa irisan
melintang buah, bentuk irisan pipih, permukaan luar halus dengan sisa-sisa liang
biji, permukaan dalam kasar, terdapat sekat ruang buah berjumlah 4-5, tiap-tiap
sekat dengan 2-3 biji, tonjolan-tonjolan biji tampak jelas; warna cokelat; bau khas;
rasa sedikit pahit. Dari hasil pengamatan Makroskopik secara umum telah sesuai
dengan literatur diatas.
7. Cumini Cymini Fructus
Jintan putih atau Cuminum cyminum adalah sejenis rempah yang aromatik
dengan rasa pahit dan bau yang khas oleh sebab kandungan minyaknya yang tinggi
(Lenny Jusup. 2015). Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan
adalah disiapkan dahulu kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan
dan dikeringkan dengan menggunakan tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral
hidrat, tujuan digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya
hablur kalsium oksalat dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel
(Suharmiati, 2003). Lalu diambil sedikit preparat fructus dengan menggunakan
jarum ose lurus, lalu dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek,
dicampurkan fructus dan juga reagen dengan menggunakan jarum ose lurus
sampai merata, lalu ditutup preparat dengan kaca penutup, kemudian diletakkan
dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil
yang didapatkan dari hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen kloral hidrat didapatkan hasil yaitu terdapat Fragmen berupa perikarpium
dan parenkim endosperm dengan menggunakan perbesaran 100×. Dipilih fragmen
berupa perikarpium karena bentuk yang disajikan pada hasil mikroskop berbentuk
persegi panjang yang berukuran cukup besar. Dipilih fragmen parenkim
endosperm karena bentuknya terlihat seperti jaring laba-laba dengan bentuk yang
terlihat kotak memanjang. Selanjutnya dikarenakan belum terdapat beberapa
fragmen yang belum ditemukan maka diulang kembali prosedur diatas, dengan
menggunakan reagen yang berbeda yaitu floroglusinol+HCl, pada saat
penggunaan reagen floroglusinol ketika reagen sudah ditetesi, sampel folium
dibiarkan hingga menguap, setelah menguap sampel ditetesi kembali oleh HCl.
Tujuan digunakannya reagen ini yaitu HCl pekat dengan larutan floroglusinol
merupakan pereaksi untuk zat kayu (lignin). Selain itu, HCl juga digunakan untuk
melarutkan kristal kalsium oksalat (Baiq Wahidah, 2016). Hasil yang didapatkan
dari pengamatan menggunakan reagen floroglusinol+HCl yaitu terdapat fragmen
sklereida dan perikarpium dengan perbesaran 100x. Dipilih fragmen berupa
sklereida karena bentuk yang disajikan pada hasil mikroskop berbentuk garis-garis
kecil yang berhimpitan. Dipilih fragmen perikarpium karena bentuk yang disajikan
pada hasil mikroskop berbentuk persegi panjang yang berukuran cukup besar.
Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017) menyatakan bahwa
fragmen simplisia buah jinten putih berupa perikarpium, perikarpium dan berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga, parenkim endosperm, parenkim dan
berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, parenkim dengan tetes minyak,
dan kumpulan sklereida pada endokarpium.. Hasil mikroskopik yang didapatkan
secara umum telah sesuai dengan literatur.
Secara Makroskopik buah jinten putih memiliki warna kecoklatan, dengan
bentuknya yang pipih kecil, dan bertekstur kasar, dengan serbuk yang berwarna
coklat dan bertektur halus. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017)
menyatakan bahwa simplisia buah mengkudu berupa buah berbentuk lonjong,
bertangkai, beralur 5, membujur, permukaan luar kasar; warna kuning
kecokelatan; bau aromatis; rasa sedikit pedas. Dari hasil pengamatan Makroskopik
secara umum telah sesuai dengan literatur diatas.
8. Piperis Nigri Fructus
Lada putih atau Piper nigrum adalah biji kering berwana kuning muda dari
buah yang dipanen pada saat belum matang (saat masih berwana hijau)
(Wisnuwati, 2018). Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan pengamatan
adalah disiapkan dahulu kaca objek yang akan digunakan, kemudian dibersihkan
dan dikeringkan dengan menggunakan tissue. Setelah itu, diteteskan reagen kloral
hidrat, tujuan digunakannya reagen ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya
hablur kalsium oksalat dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel
(Suharmiati, 2003). Lalu diambil sedikit preparat fructus dengan menggunakan
jarum ose lurus, lalu dicampurkan ke reagen yang berada diatas kaca objek,
dicampurkan fructus dan juga reagen dengan menggunakan jarum ose lurus
sampai merata, lalu ditutup preparat dengan kaca penutup, kemudian diletakkan
dimeja mikroskop dan dijepit dengan penjepit mikroskop setelah itu diamati hasil
yang didapatkan dari hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan menggunakan
reagen kloral hidrat didapatkan hasil yaitu terdapat Fragmen skelereida dengan
menggunakan perbesaran 100×. Dipilih fragmen berupa skelereida karena bentuk
yang disajikan pada hasil mikroskop berbentuk bulat dengan ada titik hitam
didalamanya. Selanjutnya dikarenakan belum terdapat beberapa fragmen yang
belum ditemukan maka diulang kembali prosedur diatas, dengan menggunakan
reagen yang berbeda yaitu floroglusinol+HCl, pada saat penggunaan reagen
floroglusinol ketika reagen sudah ditetesi, sampel folium dibiarkan hingga
menguap, setelah menguap sampel ditetesi kembali oleh HCl. Tujuan
digunakannya reagen ini yaitu HCl pekat dengan larutan floroglusinol merupakan
pereaksi untuk zat kayu (lignin). Selain itu, HCl juga digunakan untuk melarutkan
kristal kalsium oksalat (Baiq Wahidah, 2016). Hasil yang didapatkan dari
pengamatan menggunakan reagen floroglusinol+HCl yaitu terdapat fragmen
skelerenkim dengan perbesaran 100x. Dipilih fragmen berupa sklerenkim karena
bentuk yang disajikan pada hasil mikroskop bentuknya yang panjang.
Karena lada hitam dan lada putih itu kandunganya sama, hanya berbeda pada
saat waktu pengambilan. Pengambilan lada putih itu ketika bijinya sudah keadaan
matang, sedangkan lada hitam diambil ketika bijinya belum matang. Jadi
menggunakan literatur Farmakope tentang lada hitam. Menurut Farmakope Herbal
Edisi II Depkes RI 2017 menyatakan bahwa fragmen simplisia buah lada putih
berupa perikarpium, sklereida, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga,
sklerenkim dan sklereida, parenkim endosperm dengan tetes minyak. Hasil
mikroskopik yang didapatkan secara umum telah sesuai dengan literatur.
Secara Makroskopik buah lada putih memiliki warna kecoklatan, dengan
bentuknya yang pipih kecil, dan bertekstur kasar, dengan serbuk yang berwarna
coklat dan bertektur halus. Menurut Farmakope Herbal Edisi II Depkes RI (2017)
menyatakan bahwa simplisia buah lada putih berupa buah berbentuk hampir bulat,
permukaan keriput kasar, menyerupai jala; pada ujung buah terdapat sisa dari
kepala putik yang tidak bertangkai, perikarpium melekat erat pada biji; warna
cokelat kelabu sampai hitam kecokelatan; bau aromatik; rasa sangat pedas. Dari
hasil pengamatan Makroskopik secara umum telah sesuai dengan literatur diatas.
VII. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengamatan yang dilakukan secara makroskopik dapat
disimpulkan bahwa pada setiap simplisia dan serbuknya memiliki ciri khas
berbeda-beda yang dapat dilihat dari bentuk permukaan, tekstur simplisia,
warna simplisa, perbedaan bentuk antara buah yang masih segar dan yang
sudah menjadi simplisia yang dimiliki masing-masing simplisia tersebut.
2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan secara mikroskopik dapat
disimpulkan bahwa pada setiap sampel biasanya ditemukan fragmen yang
berbeda-beda. Akan tetapi pada pengamatan fructus terdapat juga fragmen
yang khas pada pengamatan fructus ini adalah mesokarpium dan
endokarpium.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika
Anonimus,(2003). Tanaman Obat Indonesia : Jinten Putih.
Astawan. (2009). Tinjauan Pustaka Ketumbar Tanaman Ketumbar. Jurusan Pertanian
Baharuddin, R. (2016). Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum.
L) Terhadap Pengurangan Dosis NPK Dengan Pemberian Pupuk Organik. Dinamika
Pertanian. 32 (2) :115-124.
Baiq Farhatul Wahidah, S.Si., M.Si. (2016). Botani Farmasi. Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Bayu Stevano. (2005). 20 Kreasi Buah Coreldraw 12+cd. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Bhat, Gh. Mohd., M. A. Mukhdoomi, B. A. Shah, Mohd S. Ittoo. (2014). Dermatoglyphics:
in health and disease - a review. International Journal of Research in Medical Sciences.
2(1):31-37.
Budidaya Cabai Merah. Universitas Riau Press. 58 hlm.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima. Alih
Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker, Penebar Swadaya :
Jakarta
DepKes RI.(1980). Materia Medika Indonesia. Jakarta
Ditjenbun. (2013). Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Dra. Wisnuwati, M.Pd., (2018). Produksi Makanan dan Minuman Herbal. Malang: Media
Nusa Creative (MNC Publishing).
Guenther, E., (1990). Minyak Atsiri I. diterjemahkan S. Ketaren, Jilid I, Penerbit UI Press,
Jakarta, 19-20, 133-134
Hadipoentyanti, Endang dan Wahyuni S, 2004, Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasar
Sifat Morfologi, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, 10, pp. 1.
I. Prasasty, Suranto & R. Setyaningsih (2003). Aktivitas Anticendawan Biji dan Buah
Kapulaga Lokal (Amomum cardamomum Willd.) terhadap Botrytis cinerea Pers. asal
Buah Anggur (Vitissp.), BioSMART, 5(1), 61–64 ISSN: 1411–321 X.
Kadam, Yadav KN, Patel FA, Karjikar. (2013). Pharmacognostic, PhytochemicalStudies of
Piper nigrum Linn. Fruit ( Piperaceae). International Research Journal of Pharmacy.
(4) : 189-193.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Kunnumakkara AB, Koca Cemile, Sanjit Dey et al, 2009, Traditional uses of spices: An
Overview: Molecular targets and therapeutic uses of spices Modern Uses for Ancient
Medicine, World Scientific Publishing Co Pte Ltd; 2009:1−24.
Laboratorium farmasi terpadu unit B.(2022). Modul Praktikum Farmakognosi. Bandung :
Universitas Islam Bandung
Lanjut. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Lenny Jusup. (2015). 100 Resep Sehat Lezat dari Tanaman Herbal & Bumbu Dapur. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Mahendra P, Bisht S. (2011). Coriandrum sativum: A Daily Use Spice with Great Medicinal
Effect. Pharmacognosy J. 3(21):84–8.
Maryani, Herti dan Suharmiati. (2003). Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia
Masyarakat dan Fakultas Pertanian IPB: Bogor
Mulyani, Sri. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Nely, F. (2007). Antivitas Antioksidan Rempah-Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polifenol dan Uji Aom (Active Oxygen Method). Skripsi FTP, IPB.
Nia Kurniawati. (2010). Sehat & Cantik Alami Berkat: Khasiat Bumbu Dapur. Bandung:
Qanita.
Nurlelawati, N., A. Jannah. dan Nimih. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.) Varietas Prabu Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Pospat
Dan Bokasi Jerami Limbah Jamur Merang. Jurnal Agrika. 4 (1) : 9-20.
Penebar Swadaya. P. 1-12
Politeo O, Jukic M, dan Milos M, 2007, Chemical composition and antioxidant capacity of
free volatile aglycones from basil (Ocimum basilicum L.) compared with its essential
oil, Food Chem, 101, pp. 379-385.
Pustaka. Jakarta.
Rismunandar.(2007). Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya. Jakarta. hlm. 2-88.
Rosanti, Dewi.( 2013). Morfologi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga.
Setiadi. (2005). Bertanam Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sinaga, E. (2008). Amomum cardamomum Willd. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sjabana, D. Dan Bahalwan, R.R., (2002). Seri Referensi Herbal : pesona Tradisional dan
Ilmiah Buah mengkudu (Morinda citrifolia, L). Salemba Medika, Jakarta.
Sutarno dan Agus Andoko. (2005). Budi Daya Lada Si Raja Rempah-Rempah. PT Agro Media
Suwarto, Y dan Octaviany. (2010). Budidaya Tanaman Perkebunan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta
Swastika, S., Pratama, D., Hidayat, T., Andri, K.B.,( 2017). Buku Petunjuk Teknis Teknologi
Tjitrosoepomo, G. (2005). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo. (2007). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tumbuhan Obat. UNAS. Jakarta.
Warsito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Winarsi, Hery. (2014). Antioksidan Daun Kapulaga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winarti, C (2005). Peluang Pengembangan Minuman Fungsional dari Buah Mengkudu
(Morinda Citrifolia Linn)’, Jurnal Litbang Pertanian, 24 4 FKUI: 1857
Winarto W.P. (2003). Sambiloto: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. 1st ed. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai