Disusun Oleh :
Nizar Ibnu Maulana
(G3A021026)
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem yang bertindak sebagai transportasi berbagai
zat yang masuk dan keluar dalam tubuh. Sistem sirkulasi pada manusia berupa
sistem peredaran darah dan sistem limfe. Menurut Ronny, Setiawan, dan Fatimah
(2009) sirkulasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sirkulasi Sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung
2. Sirkulasi Paru
Sirkulasi paru atau bisa disebut dengan sirkulasi pulmonal merupakan
sirkulasi dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung
3. Sirkulasi Khusus (Sirkulasi pada Janin, Sirkulasi Kononer Jantung)
Sirkulasi ini terjadi dari jantung utuk otot jantung sendiri
2
B. Epidemiologi
Prevalensi orang yang mengalami gangguan sirkulasi padapembuluh darah
yaitu hipetensi menurut American Heart Association (AHA) menunjukkan bahwa
penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi sebanyak
74,5 juta jiwa (Kemenkes RI, 2014). Penduduk Indoneisa sebanyak 25,8% telah
mengalami hipertensi (Riskesdas, 2013). Prevalensi hipertensi di Jawa Timur
tahun 2015 pada laki-laki sebanyak 12,73% dan pada perempuan 17,11% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).
C. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan sirkulasi darah yaitu:
1. Makanan
Jika makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
misalnya kekurangan atau kelebihan sesuatu zat tertentu, maka dapat mengganggu
kenormalan sistem sirkulasi darah. Misalnya kekurangan zat besi (Fe) penyebab
anemia, kelebihan zat lemak hewani menyababkan penyakit jantung, sklerosis,
hipertensi dan lain-lain.
2. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dapat menyebabkan kelainan dan gangguan pada
sistem sirkulasi darah, misalnya infeksi Plasmodium, cacing tambang, virus
HIV,dan lain-lain.
3. Keracunan
Beberapa jenis zat kimia beracun dapat mencemari makanan,minuman dan
udara dinapaskan,dan kemudian dapat menyebabkan gangguan pada sistem
sirkulasi darah. Bahkan beberapa jenis obat yang dikonsumsi tanpa resep dokter
dapat menyebabkan keracunan pada darah.
4. Radiasi
Suatu indikasi yang cukup meyakinkan bahwa radiasi dari sinar-sinar
radioaktif atau zat-zat yang bersifat radioaktif dapat menyebabkan terjadinya
kanker darah (leukemia).
5. Faktor genetik
Beberapa jenis kelainan dan penyakit pada sistem sirkulasi darah dapat
terjadi karena faktor keturunan. Penyakit yang demikian biasanya probabilitasnya
akan menjadi lebih besar jika perkawinan terjadi antar keluarga dekat. Makin
dekat hubungan kekeluargaan,makin besarpun peluang untuk munculnya kelainan
tersebut.
E. Anatomi Fisiologi
JANTUNG
Jantung adalah organ sistem peredaran darah yang bertugas memompa
darah dan mengalirkan darah dalam pembuluh darah. Jantung terletak pada
rongga dada diantara kedua paru-paru, di atas diafragma dengan posisi condong
ke kiri.
1. Serambi kanan (atrium dekstra), menerima darah kotor dari seluruh tubuh
melalui vena kava superior dan inverior
Jantung mendapat nutrisi yang disuplai oleh pembuluh arteri koronaria dan
vena koronaria. Pembuluh darah baru terisi ketika jantung berelaksasi. Jantung
berdenyut karena adanya gerakan kontraksi dan relaksasi harmonis otot-otot
jantung. Ketika berkontraksi, darah keluar dari jantung (katup semilunar terbuka),
sedangkan ketika berelaksasi, darah masuk ke jantung (katup antrioventrikular
terbuka).
Denyut jantung menghasilkan denyut pembuluh darah dan tekanan darah.
Tekanan darah merupakan gaya hidrostatik yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah yang menyebabkan darah dapat mengalir. Tekanan darah terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik, yang terjadi ketika jantung berkontraksi memompa
darah yang normalnya 120 mmHg
2. Tekanan darah diastolik, terjadi ketika jantung berelaksasi menerima darah
yang normalnya 80 mmHg
PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah merupakan saluran yang berfungsi mengalirkan darah dari
jantung menuju seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Ada tiga jenis pembuluh
darah, yaitu:
1. Arteri, adalah pembuluh darah yang mengantarkan darah keluar dari jantung
yaitu arteri terbesar disebut aorta. Struktur dinding pembuluh arteri:
2. Vena, adalah pembuluh darah yang mengantarkan darah menuju jantung yaitu
vena terbesar disebut vena kava.
3. Kapiler, adalah pembuluh darah tipis dan berpori yang berfungsi untuk difusi zat-
zat yang akan diangkut darah.
Ganggan Sirkulasi
vasokontriksi
Perubahan struktur
8
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gangguan kebutuhan sirkulasi dengan hipertensi yaitu
pemberian obat-obat anti hipertensi, terdiri dari:
1. Diuretik
a. Kemanjuran maksimal rendah; Indapamid (Lozol), Ftalimidin, Tiazid
b. Kemanjuran maksimal tinggi; Bumetanid (Bumex), Asam Etakrinat
(Edeerin), Furosemid (Lasix)
c. Hemat Kalium; Amilorid (Midomir), Spironolakton (Aldaetone), Trianteren
(Dyrenium).
2. Obat Simpatolitik
a. Bekerja pada SPP; Klonidin (Catapres), Guanabenz (Wytensin), Metildopa
(Aldomet)
b. Bekerja pada gonglion otonom; Trimetafan (Arfonad)
c. Bekerja pada neuron simpatis pasca ganglion; Guanadrel (Hylorel),
Guanetidin (Isenelin), Penghambat monoamin oksidase, Reserpin
d. Penghambat reseptor, terdiri dari:
1) Adrenoreseptor; Fenoksibenzamin (Dibenzyline), Fentolamin
(Reqitinin), Prazosin (Minipres)
2) Adrenoreseptor; Atenol (Tenormin), Labetol (Normodyne, Trandate),
Metoprolol (Lopressor), Nadolol (Corgard), Pindolol (Visken),
Propanolol (Inderal), Timolol (Blocadren)
3) Vasodilator; Diazoksid (Hyperstat), Diltiazem (Cardizem), Hydralazin
(Apresoline), Minoksidil (Lomitmen), Nifedipin (Adelat, Procardia),
Verapamil (Calan, Isoptin)
4) Penghambat sistem renin angiostenin; Captopril (Capoten), Enalapril
(Vasotec), Saralisin (Sarenin)
3. Diit Hipertensi/Diit Rendah Garam
Hipertensi dapat dikendalikan dengan Diit rendah Garam, merupakan diit
dengan pembatasan konsumsi garam untuk membantu menghilangkan retensi
garam/air dalam jaringan tubuh. Syarat-syarat diit rendah garam , diantaranya :
a. Cukup kalori, mineral dan vitamin
9
b. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
c. Jumlah natrium yang diperolehh disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam/air dan/atau hipertensi
Macam diit rendah garam jika ditinjau dari jumlah natrium yang perlu
dikonsumsi, diit rendah aram dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Diit Rendah Garam I (DRG I) mengandung natrium 200-400 mg. Dalam
pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi natrium
dihindarkan. Makanan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites
dan/atau hipertensi berat
b. Diit Rendah Garam II (DRG II) mengandung natrium 600-800 mg. Pemberian
makanan sama dengan DRG I. dalam pemasakan makanan diperbolehkan
menggunakan ¼ sdt garam dapur (1 gr). Bahan makanan tinggi natrium
dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites
dan/atau hipertensi sedang ini diberikan kepada penderita dengan oedema,
ascites dan/atau hipertensi sedang
c. Diit Rendah Garam III (DRG III) mengandung natrium 1000-1200 mg.
Pemberian makanan sama dengan DRG I. Dalam pemasakan boleh diberi
garam dapur ½ sendok teh (2 gr). Makanan ini diberikan kepada penderita
dengan edema, dan/atau hipertensi ringan.
2) Palpasi
a) Nyeri tekan pada dada kemungkinan terapat fraktur atau tidak
b) Kesimetrisan ekspansi dada, dengan cara meletakkan kedua telapak tangan
secara datar, bisa anterior dan posterior, anjurkan tarik nafas
c) Taktil fremitus, dengan cara meletakkan tangan sama dengan cara
pemeriksaan ekspansi dada, anjurkan pasien menyebutkan tujuh-tujuh
3) Perkusi
a) Paru normal : sonor
b) Pneumothoraks : hipersonor
c) Jaringan padat (jantung, hati) : pekak
d) Daerah yang berongga : tympani
e) Batas organ
Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor : ics 7/8 (paru-
lambung)
Sisi dada kanan : ics 4/5 (paru-hati)
Dinding posterior : supraskapularis (3-4 jari di pundak) batas atas paru
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler
b) Suara tambahan
Ronchi (ronchi kering) : terdapat sekret kental/lengket
Rales (ronchi basah) : suara yang terputus akibat aliran udara melewati
cairan dan terdengar pada saat inspirasi
Wheezing : karena obstruksi jalan napas
b. Pemeriksaan Fisik Jantung
1) Inspeksi
a) Bentuk Dada
Normal : simetris
Menonjol : pembesaran jantung, efusi pleura
Denyut jantung amati apeks (ics 5 midclavikula sinistra)
2) Palpasi
a) Denyut apeks (letak dan kekuatan), meningkat bila curah jantung bedar,
hipertrofi jantung
3) Perkusi
a) Jantung normal : pekak
4) Auskultasi
a) Bunyi jantung I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
b) Bunyi jantung II (S2) : penutupan katub aorta dan pulmonal = DUB
15
5. Secara konsisten menunjukkan pertama kali
7. Evaluasi efektivitas analgesik,
a. Pasien dapat mengetahui kapan nyeri terjadi (160502) tanda dan gejala
b. Pasien mampu menggambarkan faktor penyebab terjadinya
nyeri (160501) Manajemen Nyeri
c. Dapat mencegah terjadinya nyeri (160503) 1. Observasi reaksi nonverbal dari
d. Nyeri berkurang dengan tindakan non analgesik (160504) ketidaknyamanan
e. Nyeri berkurang dengan analgesik (160505) 2. Gunakan teknik komunikasi
teraputik untuk mengetahui
Tingkat Nyeri (2102) pengalaman nyeri pasien
Tujuan 3. Kaji kultur yang mempengaruhi
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 respon nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
2. Ekspresi nyeri wajah lampau
3. Tidak bisa istirahat 5. Evaluasi bersama pasien dan tim
4. Ketegangan otot kesehatan lain tentang efektifitas
tindakan pengobatan nyeri yang
Keterangan:
pernah digunakan
1. Berat
sebelumnyabantu pasien dan
2. Cukup berat
keluarga untuk mencari dan
3. Sedang
menemukan dukungan
4. Ringan
6. Kontrol lingkungan yang dapat
5. Tidak ada
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
a. Nyeri yang dilaporkan tidak ada (210201)
b. Ekspresi nyeri wajah tidak ada (210106) kebisingan
c. Bisa istirahat (210108) 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Tidak ada ketegangan otot (210109) 8. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (fakmakologis,
nonfarmakologis dan interpersonal)
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain jika ada
keluhan dan tindakan nyeri yang
tidak berhasil
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan perawatan 1x24 jam, pasien Peningkatan Tidur
tidur berhubungan menunjukkan: 1. Tentukan pola tidur/aktivitas
dengan kendala pasien
lingkungan yang Tidur (0004) 2. Perkirakan tidur/siklus bangun
ditandai dengan Tujuan pasien di dalam perawatan
No Indikator Awal
kesulitan berfugsi 1 2 3 4 5 perencanaan
sehari-hari 1. Jam tidur 3. Jelaskan pentingnya tidur yang
2. Pola tidur cukup selama penyakit, tekanan
psikososial, dan lain-lain
3. Kualitas tidur 4. Monitor pola tidur pasien dan
4. Perasaan segar setelah tidur jumlah jam tidur
5. Tempat tidur yang nyaman 5. Monitor pola tidur pasien dan catat
kondisi fisik (misalnya apnea tidur,
sumbatan jalan nafas, nyeri) dan
psikologis (misalnya ketakutan dan
kecemasan) keadaan yang
mengganggu tidur
6. Sesuaikan lingkungan (misalnya
cahaya, kebisingan, suhu, kasur
dan tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
7. Monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman yang dapat
mengganggu tidur
8. Ajarkan pasien untuk menghindari
makanan sebelum tidur dan
minuman yang mengganggu tidur
9. Bantu pasien untuk membatasi
tidur siang dengan menyediakan
aktivitas yang meningkatkan
kondisi terjaga, dengan tepat
10. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot autogenik
atau bentuk non farmakologis
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, pasien Terapi Aktivitas
berhubungan menunjukkan hasil: 1. Kolaborasi dengan tenaga
dengan ketidak rehabilitasi medik dalam
seimbangan antara Toleransi tehadap aktivitas (0005) merencanakan program terapi yang
suplai dan Tujuan tepat
No Indikator Awal
kebutuhan oksigen 1 2 3 4 5 2. Bantu pasien untuk
yang ditandai 1. Saturasi oksigen ketika mengidentifikasi aktivitas yang
dengan kelemahan beraktivitas mampu dilakukan
umum, keletihan 2. Frekuensi nadi ketika 3. Bantu untuk memilih aktivitas
beraktivitas konsisten yang sesuai dengan
3. Frekuensi pernapasan ketika kemampuan fisik, psikologi dan
beraktivitas sosial
4. Tekanan darah sistolik ketika 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
beraktivitas mendapatkan sumber yang
5. Tekanan darah diastolik diperlukan untuk beraktivitas yang
ketika beraktivitas diinginkan
Keterangan: 5. Bantu untuk mendapatkan alat
1. Sangat terganggu bantu aktivitas seperti kursi roda
2. Banyak terganggu 6. Bantu untuk mengidentifikasi
3. Cukup terganggu aktivitas yang disukai
4. Sedikit terganggu 7. Bantu pasien untuk membuat
5. Tidak terganggu jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien atau keluarga untuk
a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas normal (000501) mengidentifikasi kekurangan
b. Frekuensi nadi ketika beraktivitas normal (000502) dalam aktif beraktivitas
c. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas normal (000503) 9. Sediakan penguatan positf bagi
d. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas normal (000504) yang aktif beraktivitas
e. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas normal 10. Bantu pasien untuk
(000505) mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Moitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
G. PENATALAKSAAN BERDASARKAN EVIDENCE BASED
Penatalaksanaan farmakologis, nonfarmakologis terintegrasi dalam konsep
self-care pasien hipertensi primer pada kehidupan sehari-hari. Self-care atau
perawatan diri pasien adalah pelaksanaan aktivitas individu yang berkaitan dengan
pemenuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
(Asmadi, 2008), Masalah kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi adalah
bagaimana penerapan perawatan diri yang benar agar penyakit hipertensi dapat
dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. Terdapat tiga klasifikasi sistem
keperawatan dalam perawatan diri menurut Asmadi (2008) yaitu:
a. wholly compensatory system, merupakan suatu tindakan keperawatan
dengan memberikan kompensasi penuh kepada pasien disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawatan secara
mandiri;
b. partialy compenastory system, merupakan sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan diri kepada pasien secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal;
c. supprotive educative system, merupakan tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien
mampu melakukan perawatan mandiri. Pelatihan dan penerapan terapi
komplementer keperawatan untuk hipertensi primer termasuk dalam
sistem ini.
Menurut hasil penelitian bahwa latihan isometrik dapat menurunkan tekanan
darah khususnya tekanan darah sistolik lebih besar dibandingkan tekanan darah
sistolik bila dilakukan latihan secara teratur 3 kali seminggu dalam waktu >9
minggu. Apabila penderita hipertensi melakukan latihan isometrik dikominasi
dengan farmakologi antihipertensi maka tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
besar penurunannya. Latihan isometrik bermanfaat untuk menurunkan berat
badan, menurunkan kolestrol, meningkatkan massa otot, meningkatkan kekuatan
otot, dan mencegah kerapuhan tulang. Latihan isometrik sangat dianjurkan pada
usia 35 – 55 tahun, karena pada usia tersebut lebih beresiko menderita hipertensi,
dengan latihan isometrik pada usia tersebut dapat mencegah peningkatan tekanan
21
darah, dan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Carlson, Dieberg,
McFarlane, Hess, Smart, & Inder, 2016).
DAFTAR PUSTAKA