Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN DASAR SIRKULASI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :
Nizar Ibnu Maulana

(G3A021026)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem yang bertindak sebagai transportasi berbagai
zat yang masuk dan keluar dalam tubuh. Sistem sirkulasi pada manusia berupa
sistem peredaran darah dan sistem limfe. Menurut Ronny, Setiawan, dan Fatimah
(2009) sirkulasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sirkulasi Sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung
2. Sirkulasi Paru
Sirkulasi paru atau bisa disebut dengan sirkulasi pulmonal merupakan
sirkulasi dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung
3. Sirkulasi Khusus (Sirkulasi pada Janin, Sirkulasi Kononer Jantung)
Sirkulasi ini terjadi dari jantung utuk otot jantung sendiri

2
B. Epidemiologi
Prevalensi orang yang mengalami gangguan sirkulasi padapembuluh darah
yaitu hipetensi menurut American Heart Association (AHA) menunjukkan bahwa
penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi sebanyak
74,5 juta jiwa (Kemenkes RI, 2014). Penduduk Indoneisa sebanyak 25,8% telah
mengalami hipertensi (Riskesdas, 2013). Prevalensi hipertensi di Jawa Timur
tahun 2015 pada laki-laki sebanyak 12,73% dan pada perempuan 17,11% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).

C. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan sirkulasi darah yaitu:
1. Makanan
Jika makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
misalnya kekurangan atau kelebihan sesuatu zat tertentu, maka dapat mengganggu
kenormalan sistem sirkulasi darah. Misalnya kekurangan zat besi (Fe) penyebab
anemia, kelebihan zat lemak hewani menyababkan penyakit jantung, sklerosis,
hipertensi dan lain-lain.
2. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dapat menyebabkan kelainan dan gangguan pada
sistem sirkulasi darah, misalnya infeksi Plasmodium, cacing tambang, virus
HIV,dan lain-lain.
3. Keracunan
Beberapa jenis zat kimia beracun dapat mencemari makanan,minuman dan
udara dinapaskan,dan kemudian dapat menyebabkan gangguan pada sistem
sirkulasi darah. Bahkan beberapa jenis obat yang dikonsumsi tanpa resep dokter
dapat menyebabkan keracunan pada darah.
4. Radiasi
Suatu indikasi yang cukup meyakinkan bahwa radiasi dari sinar-sinar
radioaktif atau zat-zat yang bersifat radioaktif dapat menyebabkan terjadinya
kanker darah (leukemia).
5. Faktor genetik
Beberapa jenis kelainan dan penyakit pada sistem sirkulasi darah dapat
terjadi karena faktor keturunan. Penyakit yang demikian biasanya probabilitasnya
akan menjadi lebih besar jika perkawinan terjadi antar keluarga dekat. Makin
dekat hubungan kekeluargaan,makin besarpun peluang untuk munculnya kelainan
tersebut.

D. Tanda dan Gejala


Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau
diastolik yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai
yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Namun
umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-160 mm Hg dan diastolik antara 90-95
mm Hg dianggap merupakan garis batas hipertensi. Diagnosa hipertensi sudah
jelas pada kasus dimana tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan diastolik
melebihi 95 mm Hg. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit
sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non-
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena payah jantung,
infark miokardium, stroke, atau payah ginjal. (Price and Wilson,2005)
Gejala umum yang ditimbulkan pada setiap penderita hipertensi tidak sama,
bahkan terkadang timbul tanpa adanya tanda dan gejala yang dirasakan. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, rasa
pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti tujuh keliling
serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung tarasa cepat, serta telinga
berdenging (Aspiani, 2014). Pada penderita dengan hipertensi berat terdapat
gejala yang nampak yaitu sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan,
nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis,
pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), dan kasulitan tidur
(Udjianti, 2011). Faktor risiko terjadinya hipertensi salah satunya terdapat dari
umur, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan obesitas. Hipertensi terbanyak yaitu
disebabkan oleh hipertensi primer/hipertensi esensial yang dikatkan oleh gaya
hidup seseorang dan pola makan (Kemenkes RI, 2014)

E. Anatomi Fisiologi

JANTUNG
Jantung adalah organ sistem peredaran darah yang bertugas memompa
darah dan mengalirkan darah dalam pembuluh darah. Jantung terletak pada
rongga dada diantara kedua paru-paru, di atas diafragma dengan posisi condong
ke kiri.

1. Epikardium, merupakan lapisan terluar jantung yang tersusun atas perikardium


2. Miokardium, tersusun atas otot jantung yang bertanggung jawab atas gerak
jantung
3. Endokardium, adalah lapisan tipis bagian dalam jantung yang berhubungan
langsung dengan darah
Jantung manusia terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi/atrium dan dua
bilik/ventrikel

1. Serambi kanan (atrium dekstra), menerima darah kotor dari seluruh tubuh
melalui vena kava superior dan inverior

2. Bilik kanan (ventrikel dekstra), memompa darah ke paru-paru melalui arteri


pulmonalis
3. Serambi kiri (atrium sinistra), menerima darah dari paru-paru melalui vena
pulmonalis
4. Bilik kiri (ventrikel sinistra), memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta

Jantung mendapat nutrisi yang disuplai oleh pembuluh arteri koronaria dan
vena koronaria. Pembuluh darah baru terisi ketika jantung berelaksasi. Jantung
berdenyut karena adanya gerakan kontraksi dan relaksasi harmonis otot-otot
jantung. Ketika berkontraksi, darah keluar dari jantung (katup semilunar terbuka),
sedangkan ketika berelaksasi, darah masuk ke jantung (katup antrioventrikular
terbuka).
Denyut jantung menghasilkan denyut pembuluh darah dan tekanan darah.
Tekanan darah merupakan gaya hidrostatik yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah yang menyebabkan darah dapat mengalir. Tekanan darah terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik, yang terjadi ketika jantung berkontraksi memompa
darah yang normalnya 120 mmHg
2. Tekanan darah diastolik, terjadi ketika jantung berelaksasi menerima darah
yang normalnya 80 mmHg

PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah merupakan saluran yang berfungsi mengalirkan darah dari
jantung menuju seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Ada tiga jenis pembuluh
darah, yaitu:
1. Arteri, adalah pembuluh darah yang mengantarkan darah keluar dari jantung
yaitu arteri terbesar disebut aorta. Struktur dinding pembuluh arteri:

2. Vena, adalah pembuluh darah yang mengantarkan darah menuju jantung yaitu
vena terbesar disebut vena kava.

3. Kapiler, adalah pembuluh darah tipis dan berpori yang berfungsi untuk difusi zat-
zat yang akan diangkut darah.

F. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Hipertensi terjadi karena adanya mekanisme yang mengontrol kontriksi dan
relaksasi pembuluh darah yang terletak dipusat vasomotor pada medula di otak.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui neuron saraf simpatis, yang berlanjut menuju korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf setelah ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Aspiani, 2014).
Faktor-faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang untuk melepaskan epinefrin yang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Sistem korteks adrenal sendiri
diaktivasi jika hipotalamus melepaskan CRF (Corticotropin Releasing Hormone)
yang merupakan suatu zat dimana zat tersebut bekerja pada kelenjar hipofisis
yang terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mengeluarkan
hormon ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) yang dibawa melalui aliran darah
ke korteks adrenal yang juga menstimulasi pelepasan sekelompok hormon
termasuk kortisol.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensi II, vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya mrangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth,
2002 dalam Aspiani, 2014).
Clinical Pathway

Ganggan Sirkulasi

vasokontriksi

Penyumbatan pembuluh darah

Perubahan struktur

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Ginjal Otak Pembuluh darah

Resistensi pemb. Vasokontriksi pembuluh


darah otak Suplai O2 otak sistemik koroner
darah ginjal
menurun

Gangguan vasokontriksi Iskemi miokard


Nyeri akut Sinkop Aliran darah menurun
pola tidur
Afterload
Nyeri dada
Risiko
Respon RAA (renin- meningkat
ketidakefektifan angiotensin-aldosteron)
perfusi jaringan
otak
Fatique
Rangsangan aldosteron Penurunan curah
jantung Intoleransi
Kelebihan volume cairan aktivitas
Edema Retensi Na

8
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gangguan kebutuhan sirkulasi dengan hipertensi yaitu
pemberian obat-obat anti hipertensi, terdiri dari:
1. Diuretik
a. Kemanjuran maksimal rendah; Indapamid (Lozol), Ftalimidin, Tiazid
b. Kemanjuran maksimal tinggi; Bumetanid (Bumex), Asam Etakrinat
(Edeerin), Furosemid (Lasix)
c. Hemat Kalium; Amilorid (Midomir), Spironolakton (Aldaetone), Trianteren
(Dyrenium).
2. Obat Simpatolitik
a. Bekerja pada SPP; Klonidin (Catapres), Guanabenz (Wytensin), Metildopa
(Aldomet)
b. Bekerja pada gonglion otonom; Trimetafan (Arfonad)
c. Bekerja pada neuron simpatis pasca ganglion; Guanadrel (Hylorel),
Guanetidin (Isenelin), Penghambat monoamin oksidase, Reserpin
d. Penghambat reseptor, terdiri dari:
1) Adrenoreseptor; Fenoksibenzamin (Dibenzyline), Fentolamin
(Reqitinin), Prazosin (Minipres)
2) Adrenoreseptor; Atenol (Tenormin), Labetol (Normodyne, Trandate),
Metoprolol (Lopressor), Nadolol (Corgard), Pindolol (Visken),
Propanolol (Inderal), Timolol (Blocadren)
3) Vasodilator; Diazoksid (Hyperstat), Diltiazem (Cardizem), Hydralazin
(Apresoline), Minoksidil (Lomitmen), Nifedipin (Adelat, Procardia),
Verapamil (Calan, Isoptin)
4) Penghambat sistem renin angiostenin; Captopril (Capoten), Enalapril
(Vasotec), Saralisin (Sarenin)
3. Diit Hipertensi/Diit Rendah Garam
Hipertensi dapat dikendalikan dengan Diit rendah Garam, merupakan diit
dengan pembatasan konsumsi garam untuk membantu menghilangkan retensi
garam/air dalam jaringan tubuh. Syarat-syarat diit rendah garam , diantaranya :
a. Cukup kalori, mineral dan vitamin

9
b. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
c. Jumlah natrium yang diperolehh disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam/air dan/atau hipertensi

Macam diit rendah garam jika ditinjau dari jumlah natrium yang perlu
dikonsumsi, diit rendah aram dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Diit Rendah Garam I (DRG I) mengandung natrium 200-400 mg. Dalam
pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi natrium
dihindarkan. Makanan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites
dan/atau hipertensi berat
b. Diit Rendah Garam II (DRG II) mengandung natrium 600-800 mg. Pemberian
makanan sama dengan DRG I. dalam pemasakan makanan diperbolehkan
menggunakan ¼ sdt garam dapur (1 gr). Bahan makanan tinggi natrium
dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites
dan/atau hipertensi sedang ini diberikan kepada penderita dengan oedema,
ascites dan/atau hipertensi sedang
c. Diit Rendah Garam III (DRG III) mengandung natrium 1000-1200 mg.
Pemberian makanan sama dengan DRG I. Dalam pemasakan boleh diberi
garam dapur ½ sendok teh (2 gr). Makanan ini diberikan kepada penderita
dengan edema, dan/atau hipertensi ringan.

H. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sirkulasi


1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik Paru-paru
1) Inspeksi
a) Bentuk Dada
 Normal : diameter anterior posterior – transversal = 1:2
 Pigeont chest (dada burung) : strernum menonjol ke depan, diameter
anterior posterior > transversal
 Barrel chest (dada tong) : anterior posterior : transversal = 1:1
 Funnel chest : anterior posterior mengecil, strenum menonjol ke dalam
b) Ekspansi : simetris/tidak
c) Sifat pernapasan : pernapasan dada dan perut
d) Frekuensi pernapasan : 16-20 x/menit

2) Palpasi
a) Nyeri tekan pada dada kemungkinan terapat fraktur atau tidak
b) Kesimetrisan ekspansi dada, dengan cara meletakkan kedua telapak tangan
secara datar, bisa anterior dan posterior, anjurkan tarik nafas
c) Taktil fremitus, dengan cara meletakkan tangan sama dengan cara
pemeriksaan ekspansi dada, anjurkan pasien menyebutkan tujuh-tujuh

3) Perkusi
a) Paru normal : sonor
b) Pneumothoraks : hipersonor
c) Jaringan padat (jantung, hati) : pekak
d) Daerah yang berongga : tympani
e) Batas organ
 Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor : ics 7/8 (paru-
lambung)
 Sisi dada kanan : ics 4/5 (paru-hati)
 Dinding posterior : supraskapularis (3-4 jari di pundak) batas atas paru

4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler
b) Suara tambahan
 Ronchi (ronchi kering) : terdapat sekret kental/lengket
 Rales (ronchi basah) : suara yang terputus akibat aliran udara melewati
cairan dan terdengar pada saat inspirasi
 Wheezing : karena obstruksi jalan napas
b. Pemeriksaan Fisik Jantung
1) Inspeksi
a) Bentuk Dada
 Normal : simetris
 Menonjol : pembesaran jantung, efusi pleura
 Denyut jantung amati apeks (ics 5 midclavikula sinistra)

2) Palpasi
a) Denyut apeks (letak dan kekuatan), meningkat bila curah jantung bedar,
hipertrofi jantung

3) Perkusi
a) Jantung normal : pekak

4) Auskultasi
a) Bunyi jantung I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
b) Bunyi jantung II (S2) : penutupan katub aorta dan pulmonal = DUB

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul (PES)


a. Nyeri akut
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
Berhubungan dengan :
- Agens cedera biologis - Agens cedera fisik
- Agens cedera kimiawi
Yang ditandai dengan :
- Perubahan selera makan - Perubahan pada parameter fisiologis
- Diaforesis - Perilaku distraksi
- Perilaku ekspresif - Ekspresi wajah nyeri
- Sikap tubuh melindungi - Putus asa
- Fokus menyempit - Sikap melindungi area nyeri
- Perilaku protektif - Dilatasi pupil
- Fokus pada diri sendiri
- Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
- Keluhan tentang intensitas menggunkaan standart skala nyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen
nyeri
- Bukti nyeri dengan menggunakan standart daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya

b. Gangguan pola tidur


Definisi :
Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal
Berhubungan dengan :
- Ganguan karena cara tidur pasangan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
Yang ditandai dengan :
- Kesulitan berfungsi sehari-hari - ketidakpuasaan tidur
- Kesulitan memulai tertidur - tidak merasa cukup istirahat
- Kesulitan mempertahankan tetap tisur - terjaga tanpa jelas penyebabnya
-
c. Intoleransi aktivitas
Definisi :
Ketidakckupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan
Berhubungan dengan :
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Imobilitas
- Tidak pengalaman dengan suatu aktivitas
- Fisik tidak bugar
- Gaya hidup kurang gerak
Yang ditandai dengan :
- Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
- Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
- Perubahan elektrokardiogram (EKG)
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
- Dispnea setelah beraktivitas
- Keletihan
- Kelemahan umum

d. Kelebihan volume cairan


Definisi :
Peningkatan asupan dan/atau retensi cairan
Berhubungan dengan :
- Kelebihan asupan cairan - kelebihan asupan natrium
Yang ditandai dengan :
- Bunyi napas tambahan - anasarka
- Gangguan tekanan darah - ansietas
- Perubahan status mental - edema
- Perubahan tekanan arteri pulmonal - ketidakseimbangan elektrolit
- Gangguan pola napas - hepatomegali
- Perubahan berat jenis urine - efusi pleura
1. Perencanaan/Nursing Care Plan
DIAGNOSIS
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan perawatan 1x24 jam, pasien Pemberian Analgesik
berhubungan menunjukkan: 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
dengan agen cedera kualitas dan keparahan nyeri
fisik yang ditandai Kontrol Nyeri (1605) sebelum mengobati pasien
dengan laporan Tujuan 2. Cek perintah pengobatan meliputi
No Indikator Awal
tentang perilaku 1 2 3 4 5 obat, dosis, frekuensi obat
nyeri atau 1. Mengenali kapan nyeri terjadi  analgesik yang diresepkan
perubahan aktivitas 2. Menggambarkan faktor  3. Cek adanya riwayat alergi obat
penyebab 4. Pilih analgesik atau kombinasi
3. Mengunakan tindakan  analgesik yang sesuai ketika lebih
pencegahan dari satu yang diberikantentukan
4. Menggunakan tindakan  analgesik sebelumnya, rute
pengurangan (nyeri) tanpa pemberian, dan dosis untuk
analgesik mencapai hasil pengurangan nyeri
5. Menggunakan analgesik yang  yang optimal
direkomendasikan 5. Pilih rute intravena daripada rute
Keterangan: intramuskular, untuk injeksi
1. Tidak pernah menunjukkan pengobatan nyeri yang sering, jika
2. Jarang menunjukkan memungkinkan
3. Kadang-kadang menunjukkan 6. Monitor tanda vital sebelum dan
4. Sering menunjukkan setelah memberikan analgesik

15
5. Secara konsisten menunjukkan pertama kali
7. Evaluasi efektivitas analgesik,
a. Pasien dapat mengetahui kapan nyeri terjadi (160502) tanda dan gejala
b. Pasien mampu menggambarkan faktor penyebab terjadinya
nyeri (160501) Manajemen Nyeri
c. Dapat mencegah terjadinya nyeri (160503) 1. Observasi reaksi nonverbal dari
d. Nyeri berkurang dengan tindakan non analgesik (160504) ketidaknyamanan
e. Nyeri berkurang dengan analgesik (160505) 2. Gunakan teknik komunikasi
teraputik untuk mengetahui
Tingkat Nyeri (2102) pengalaman nyeri pasien
Tujuan 3. Kaji kultur yang mempengaruhi
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 respon nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan  4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
2. Ekspresi nyeri wajah  lampau
3. Tidak bisa istirahat  5. Evaluasi bersama pasien dan tim
4. Ketegangan otot  kesehatan lain tentang efektifitas
tindakan pengobatan nyeri yang
Keterangan:
pernah digunakan
1. Berat
sebelumnyabantu pasien dan
2. Cukup berat
keluarga untuk mencari dan
3. Sedang
menemukan dukungan
4. Ringan
6. Kontrol lingkungan yang dapat
5. Tidak ada
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
a. Nyeri yang dilaporkan tidak ada (210201)
b. Ekspresi nyeri wajah tidak ada (210106) kebisingan
c. Bisa istirahat (210108) 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Tidak ada ketegangan otot (210109) 8. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (fakmakologis,
nonfarmakologis dan interpersonal)
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain jika ada
keluhan dan tindakan nyeri yang
tidak berhasil

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan perawatan 1x24 jam, pasien Peningkatan Tidur
tidur berhubungan menunjukkan: 1. Tentukan pola tidur/aktivitas
dengan kendala pasien
lingkungan yang Tidur (0004) 2. Perkirakan tidur/siklus bangun
ditandai dengan Tujuan pasien di dalam perawatan
No Indikator Awal
kesulitan berfugsi 1 2 3 4 5 perencanaan
sehari-hari 1. Jam tidur  3. Jelaskan pentingnya tidur yang
2. Pola tidur  cukup selama penyakit, tekanan
psikososial, dan lain-lain
3. Kualitas tidur  4. Monitor pola tidur pasien dan
4. Perasaan segar setelah tidur  jumlah jam tidur
5. Tempat tidur yang nyaman  5. Monitor pola tidur pasien dan catat
kondisi fisik (misalnya apnea tidur,
sumbatan jalan nafas, nyeri) dan
psikologis (misalnya ketakutan dan
kecemasan) keadaan yang
mengganggu tidur
6. Sesuaikan lingkungan (misalnya
cahaya, kebisingan, suhu, kasur
dan tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
7. Monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman yang dapat
mengganggu tidur
8. Ajarkan pasien untuk menghindari
makanan sebelum tidur dan
minuman yang mengganggu tidur
9. Bantu pasien untuk membatasi
tidur siang dengan menyediakan
aktivitas yang meningkatkan
kondisi terjaga, dengan tepat
10. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot autogenik
atau bentuk non farmakologis
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

a. Jam tidur lancar (000401)


b. Pola tidur baik (000403)
c. Tidur menjadi berkualitas (000404)
d. Merasakan segar setelah tidur (000408)
e. Tempat tidur nyaman dan tidak terganggu (000419)
lainnya untuk memancing tidur

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, pasien Terapi Aktivitas
berhubungan menunjukkan hasil: 1. Kolaborasi dengan tenaga
dengan ketidak rehabilitasi medik dalam
seimbangan antara Toleransi tehadap aktivitas (0005) merencanakan program terapi yang
suplai dan Tujuan tepat
No Indikator Awal
kebutuhan oksigen 1 2 3 4 5 2. Bantu pasien untuk
yang ditandai 1. Saturasi oksigen ketika  mengidentifikasi aktivitas yang
dengan kelemahan beraktivitas mampu dilakukan
umum, keletihan 2. Frekuensi nadi ketika  3. Bantu untuk memilih aktivitas
beraktivitas konsisten yang sesuai dengan
3. Frekuensi pernapasan ketika  kemampuan fisik, psikologi dan
beraktivitas sosial
4. Tekanan darah sistolik ketika  4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
beraktivitas mendapatkan sumber yang
5. Tekanan darah diastolik  diperlukan untuk beraktivitas yang
ketika beraktivitas diinginkan
Keterangan: 5. Bantu untuk mendapatkan alat
1. Sangat terganggu bantu aktivitas seperti kursi roda
2. Banyak terganggu 6. Bantu untuk mengidentifikasi
3. Cukup terganggu aktivitas yang disukai
4. Sedikit terganggu 7. Bantu pasien untuk membuat
5. Tidak terganggu jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien atau keluarga untuk
a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas normal (000501) mengidentifikasi kekurangan
b. Frekuensi nadi ketika beraktivitas normal (000502) dalam aktif beraktivitas
c. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas normal (000503) 9. Sediakan penguatan positf bagi
d. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas normal (000504) yang aktif beraktivitas
e. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas normal 10. Bantu pasien untuk
(000505) mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Moitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
G. PENATALAKSAAN BERDASARKAN EVIDENCE BASED
Penatalaksanaan farmakologis, nonfarmakologis terintegrasi dalam konsep
self-care pasien hipertensi primer pada kehidupan sehari-hari. Self-care atau
perawatan diri pasien adalah pelaksanaan aktivitas individu yang berkaitan dengan
pemenuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
(Asmadi, 2008), Masalah kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi adalah
bagaimana penerapan perawatan diri yang benar agar penyakit hipertensi dapat
dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. Terdapat tiga klasifikasi sistem
keperawatan dalam perawatan diri menurut Asmadi (2008) yaitu:
a. wholly compensatory system, merupakan suatu tindakan keperawatan
dengan memberikan kompensasi penuh kepada pasien disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawatan secara
mandiri;
b. partialy compenastory system, merupakan sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan diri kepada pasien secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal;
c. supprotive educative system, merupakan tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien
mampu melakukan perawatan mandiri. Pelatihan dan penerapan terapi
komplementer keperawatan untuk hipertensi primer termasuk dalam
sistem ini.
Menurut hasil penelitian bahwa latihan isometrik dapat menurunkan tekanan
darah khususnya tekanan darah sistolik lebih besar dibandingkan tekanan darah
sistolik bila dilakukan latihan secara teratur 3 kali seminggu dalam waktu >9
minggu. Apabila penderita hipertensi melakukan latihan isometrik dikominasi
dengan farmakologi antihipertensi maka tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
besar penurunannya. Latihan isometrik bermanfaat untuk menurunkan berat
badan, menurunkan kolestrol, meningkatkan massa otot, meningkatkan kekuatan
otot, dan mencegah kerapuhan tulang. Latihan isometrik sangat dianjurkan pada
usia 35 – 55 tahun, karena pada usia tersebut lebih beresiko menderita hipertensi,
dengan latihan isometrik pada usia tersebut dapat mencegah peningkatan tekanan

21
darah, dan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Carlson, Dieberg,
McFarlane, Hess, Smart, & Inder, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Carlson, D. J., Dieberg, G., McFarlane, J. R., Hess, N. C., Smart, N. A., & Inder,
J. D. (2016). Isometric Exercise Training For Blood
Pressuremanagement: A Systematic Review And Meta-Analysis To
Optimize Benefit. Hypertension Research, 39, 88–94.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Timur
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-l Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 / editor, T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru;
alih bahasa, Budi Anna Keliat, Henny Suzana Mediani, Teuku Tahlil; editor
penyelaras, Monica Estrer, Wuri Praptiani. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M, H.K Buther, J.M Dochterman, C.M Wagner. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC); editor Bahasa Indoneisa I. Nurjanah,
R.D Tumanggor: Edisi Keenam. Elzevier: Moko Media
Moorhead, S, M. Johnson, M.L. Maas, E. Swanson. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). editor Bahasa Indoneisa I. Nurjanah, R.D
Tumanggor: Edisi Kelima. Elzevier: Moko Media
Price, S.A., Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit dan Praktik, vol.2 edisi 2, Jakarta: EGC
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. 1 Desember 2013. Jakarta
Ronny, Setiawan & S. Fatimah. 2009. Fisiologi Kardiovaskuler: Berbasis Masalah
Keperawatan. Jakarta: EGC
Udjianti, W.J. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai