Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum ke II Hari/tgl : Jum’at/ 9 Mei 2008

MK. Integrasi Proses Nutrisi Tempat : Lab. BFM


Asisten : 1. Evrin Safrilya
2. Ratna Mahajati
3. Tresnia Purwantari
4. Joko Sulistyo

Buffer

Nama : Krisna Praditya Johan


NRP : D14061865
Kelompok : 2

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Buffer adalah cairan yang cenderung mempertahankan perubahan pH jika


terjadi penambahan sedikit asam atau basa. Sistem buffer adalah dari asam lemah
(donor proton) dan asam konjugat (akseptor proton). Larutan penyangga memiliki
pH tetap apabila diencerkan sedikit asam atau basa tetapi kalau pengencernya lebih
dari 10 kali maka pH akan berubah. Kekuatan buffer merupakan ekspresi dari dua
reaksi ekuilibrium yang terjadi dilarutan suatu donor proton dan akseptor
konjugatnya, jika keduanya terdapat dalam konsentrasi yang sama.
Rumen adalah bagian terbesar dari saluran pencernaan ruminansia. Di dalam
rumen terdapat mikroba alat pencernaan fermentatif dengan kondisi anaerob, suhu
rumen sekitar 39 oC dengan pH 6-7 atau pada kondisi basa. Mengetahui kegunaan
yang dimiliki buffer di dalam cairan rumen dapat diketahui dengan melakukan
percobaan, yaitu dengan penambahan NaOH dan HCl ke dalam cairan rumen.
Percobaan ini akan meneliti pengaruh dari penambahan HCl dan NaOH terhadap pH
cairan rumen.

Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan, agar mahasiswa dapat mempelajari pengaruh
penambahan asam atau basa pada cairan rumen, serta untuk membuktikan sifat
penyangga pada rumen.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumen
Perut hewan ruminansia yang merupakan saluran pencernaan, terdiri atas
rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Volume rumen pada ternak sapi dapat
mencpai 100 liter atau lebih dan untuk domba berkisar 10 liter (Putnam, 1991).
Bagian cair dari isi rumen sekitar 8-10% dari berat sapi yang digunakan sebelum
dipotong (Gohl, 1981). Rumen merupakan bagian terbesar pada saluran pencernaan
ruminansia. Di dalam rumen dan reticulum terdapat mikroba dan merupakan alat
pencernaan fermentative dengan kondisi anaerob, suhu 39 oC dan pH 6-7 (Sutardi,
1977).
Rumen merupakan salah satu saluran pencernaan pada ruminansia yang
dihuni oleh mikroba dan berfungsi sebagai tempat pencernaan fermentatif. Rumen
dihuni oleh bakteri, protozoa, dan fungi yang berfungsi dalam pencampuran,
pengadukan, pencernaan, dan pengaliran digesta ke organ pencernaan berikutnya. Di
rumen terjadi proses fermentasi, penyerapan produk fermentasi, sintesis sel mikroba,
sintesis vitamin B12 dan vitamin K (Despal, et. al., 2007).
Retikulo rumen mengandung mikroba yang terdiri atas protozoa dan bakteri
yang berfungsi melakukan fermentasi untuk mensintesis asam amino, vitamin B
komplek dan vitamin K sebagai sumber zat makanan bagi hewan induk semang
(Hungate, 1966). Mikroba-mikroba rumen tersebut aktif mendegradasi polisakarida
hijauan terutama yang menempel pada partikel pakan. Fermentasi makanan oleh
mikroba rumen akan berlangsung baik apabila didukung oleh kondisi yang sesuai
untuk kehidupan mikroba.
Faktor-faktor yang diperhatikan adalah kondisi rumen mendekati anaerob, pH
diusahakan 6,6-7,0 dengan saliva sebagai larutan penyangga, kontrksi rumen
menambah kontak antara enzim dengan makanan. Laju pengosongan rumen diatur
selalu terisi walaupun ternka menderita lapar dalam waktu lama, serta suhu rumen
konstan, factor tersebut dibutuhkan untuk kelangsungan proses fermentasi (Sutardi,
1977).
Bagian cair dari isi rumen kaya akan protein, vitamin B komplek, serta
mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen (Gohl, 1981). Church (1979)
menyatakan bahwa cairan rumen mengandung enzim α-amilase, galaktosidase,
hemiselulose dan selulose. Williams dan Withers (1992) menambahkan selain
enzim-enzim tersebut di atas, cairan rumen juga mengandung enzim xilanase yang
aktif pada xilan dan arabinosa. Nilai aktivitas enzim xilanase cairan rumen dan
seluruh isi cairan rumen menurut Lee et al. (2002) berkisar antara 528 U/ml-1.751
U/ml.

Buffer
Buffer adalah larutan yang pHnya tidak berubah apabila terjadi penambahan
sedikit asam, sedikit basa atau dilakukan pengenceran. Semua cairan tubuh
merupakan larutan buffer, agar pH cairan tubuh selalu konstan saat metabolisme.
Terdapat dua jenis larutan buffer, yaitu buffer asam dan buffer basa. Komponen
buffer asam adalah asam lemah dan basa konjugasinya, sedang buffer basa terdiri
dari basa lemah dan konjugasinya (Dikmenum, 2008).
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
Saroji (1996) menyatakan bahwa buffer adalah larutan zat yang digunakan
untuk memperlambat perubahan pH pada reaksi atau penambahan
asam/alkali/larutan yang memperlambat proses kimia. Dantith (1990) menambahkan
bahwa buffer adalah larutan yang menahan perubahan pH bila asam atau basa
ditambahkan atau bila larutan diencerkan.

HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl),
merupakan asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani
dengan peralatan kesehtan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif
(Wikipedia, 2008).
NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari
Na+. Basa ini mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium Na +. Ciri dari
golongan alkali adalah reduktor kuat (mampu mereduksi asam), larut dalam air,
merupakan penghantar arus yang baik, urutan kerektifannya meningkat seiring
dengan bertambahnya kulit atom (Linggih, 1988).
NaOH biasanya digunakan sebagai pelarut, disebabkan kegunaan dan
efektivitasnya sangat banyak, antara lain untuk menetralkan asam. NaOH dihasilkan
dari elektrolisis larutan NaCL dan merupakan basa kuat (Anshori dalam Fauzan,
2001).
MATERI DAN METODE

Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pH meter, pengaduk,
gelas ukur dan gelas piala atau wadah apa saja untuk menampung larutan. Bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cairan rumen, larutan HCL, larutan
NaOH, dan larutan buffer pospat.

Metode

Uji fosfat (buffer alam)+ HCL


Larutan fosfat dimasukan kedalam gelas piala dan diukur pHnya. Hcl diukur
pH-nya dengan pH meter. 20ml HCL dimasukkan kedalam larutan fosfat dan larutan
fosfat dengan HCL kemudian diukur pH-nya. Langkah penambahan 20ml HCL
dilakukan sampai pH larutan rumen dengan HCL menyamai pH HCL.

Uji fosfat (buffer alam) + NaOH


Larutan fosfat dimasukan kedalam gelas piala dan diukur pHnya. NaOH
diukur pH-nya dengan pH meter. 20ml NaOH dimasukkan kedalam larutan fosfat
dan larutan fosfat dengan NaOH kemudian diukur pH-nya. Langkah penambahan
20ml NaOH dilakukan sampai pH larutan rumen dengan NaOHmenyamai pH NaOH.

Uji NaOH + HCL


Larutan NaOH diukur pHnya. Larutan HCL diukur pHnya. Larutan NaOH
dicampur dengan larutan HCL kemudian diukur pHnya. Larutan ditambahkan larutan
HCL sampai pHnya mendekati pH HCL.

Uji rumen + HCL


Cairan rumen 50ml dimasukan kedalam gelas piala dan diukur pHnya. Hcl
diukur pH-nya dengan pH meter. 20ml HCL dimasukkan kedalam cairan rumen dan
larutan rumen dengan HCL kemudian diukur pH-nya. Langkah penambahan 20ml
HCL dilakukan sampai pH larutan rumen dengan HCL menyamai pH HCL.
Uji rumen + NaOH
Cairan rumen 50ml dimasukan kedalam gelas piala dan diukur pHnya. NaOH
diukur pH-nya dengan pH meter. 20ml NaOH dimasukkan kedalam cairan rumen
dan larutan rumen dengan NaOH kemudian diukur pH-nya. Langkah penambahan
20ml NaOH dilakukan sampai pH larutan rumen dengan NaOH menyamai pH
NaOH.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

1. Tabelperubahan pH buffer dengan penambahan basa ( NaOH )

Penambahan NaOH pH

20 ml 11

Grafik :

2. Tabel perubahn pH buffer dengan penambahan asam ( HCl )

Penambahan HCl pH

20 ml 2
Grafik :

3. Tabel perubahan pH rumen dengan penambahan basa (NaOH )

Penambahan NaOH pH

20 ml 7

40 ml 9

60 ml 11

80 ml 12

Grafik :
4. Tabel perubahan pH rumen dengan penambahan asam ( HCl )

Penambahan HCl pH

20 ml 7

40 ml 5

60 ml 4.5

80 ml 4

100 ml 3

120 ml 2

140 ml 1

Grafik :

5. Tabel perubahan pH NaOH dengan penambahan HCl


Penambahan HCl pH

20 ml 12

40 ml 12

60 ml 12

80 ml 11

100 ml 4

120 ml 2

Grafik :

Pembahasan
Praktikum mengenai buffer kali ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
serta penambahan larutan asam dan basa jika dimasukkan dalam cairan rumen. pH
dari buffer tidak akan berubah terhadap penambahan sedikit asam, sedikit basa atau
pengenceran. Rumen yang digunakan merupakan limbah dari RPH yang telah
mengalami pendinginan dan disimpan dalam lemari Es.
Percobaan pertama yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan asam
terhadap pH cairan rumen dan buffer fosfat. pH dari asam (HCl) adalah 2. Rumen
memiliki cairan yang bersifat buffer. Sifat dari buffer itu sendiri adalah agar pH
cairan selalu konstan saat metabolisme terjadi. Hasil percobaan memperlihatkan
bahwa pH awal rumen yaitu 7, menurut Aurora (1989) yang menyatakan bahwa pH
dari cairan rumen adalah 6,8. Hal ini mungkin dapat disebabkan rumen terlalu lama
disimpan dalam lemari es, sehingga mengakibatkan pH rumen berbeda. Setelah
mengalami penambahan HCL sebanyak 20 ml setiap penambahan ditujukan agar pH
2 dan hal itu terjadi setelah ditambahkan HCl sebanyak 140 ml, sehingga menjadi
asam dengan pH 1. Pada buffer fospat hanya dilakukan 20 ml penembahan HCl
untuk menjadi konstan dengan pH asam 2.5.
Percobaan kedua dilakukan dengan penambahan basa terhadap pH cairan
rumen dan buffer fospat, pH NaoH (basa) itu sendiri 13 Penambahan pada rumen
dengan NaoH akan menyebabakan pH menjadi basa, hal ini terjadi pada pH rumen
yang awalnya 7 naik jadi 12 setelah dilakukan penambahan NaoH sebanyak 80 ml.
Pada buffer fospat kenaikan pH menjadi 11 atau mendekati pH konstan basa sebesar
12 terjadi setelah dilakukan penambahan NaoH sebanyak 20 ml. Hal ini terjadi akibat
penambahan basa pada larutan buffer sebagian besar adalah ion hidroksida, yang
bergabung membentuk air, dan sebagian besar ion hidrogen dihilangkan, pH akan
berubah tetapi karena kesetimbangan ikut terlibat, maka pH akan naik.
Percobaan terakhir adalah pembuatan titrasi asam dan basa. Perlakuan yang
ditujukan sebagai satandarisasi antara NaOH sebagai basa kuat dengan HCl sebagai
asam kuat. pH akhir yang didapat setelah pencampuran antara HCl dan NaOH yaitu
2, ini berarti kondisi asam.
KESIMPULAN
Cairan rumen yang merupakan buffer atau larutan penyangga. Namun
berbeda cara dalam mempertahankan kondisi pH terhadap penambahan NaoH dan
HCl. Cairan rumen cenderung mempertahankan pH lebih lama dibuktikan dengan
lamanya penambahan larutan untuk menjadi asam ataupun basa. Sedangkan larutan
buffer terjadi perubahan pH yang sangat signifikan serta penambahan larutan yang
sedikit untuk mencapai perubahan asam maupun basa.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2002. Larutan Penyangga. http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-


Pendamping/Praweda/Kimia/0188%20Kim%202-2d.htm

Aurora, S.P.1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia.Gajah Mada University


Press, Yogyakarta.

Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. 2nd Edition.


Oxford Press, Oregon.

Dantith, J. 1990. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga, Jakarta.

Dikmenum. 2008. Buffer. http://www. Dikmenum.go.id/dataapp/e-


learning/bahan/kelas3/images/LARUTAN%20BUFFER.swf. [21 April
2008].

Fauzan, A. 2001. Pengaruh konsentrasi NaOH dan suhu proses terhadap derajat
deasetilasi khitosan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Gohl, B. O. 1981. Tropical Feed. Food an Agriculture Organization of The United


Nation, Roma.

Hungate, R. E. 1966. The Ruments and Its Microbes. Academic Press, New Jersey.

Lee, S. S., C. H. Kim, J. K. Ha, Y. H. Moon., N. J. Choi, dan K. J. Cheng. 2002.


Distribution and activities of hydrolytic enzymes in the rument
compartments of hereford bulls feed alfalfa based diet. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. 15 (12): 1725-1731.

Linggih,S. R dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca Exact, Bandung.


Orskov, E.R. 1988. Feed Science. Elsevier Science PublishersB.V., Amsterdam.

Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academic Press, San Diego.

Saroji. 1996. Kamus Kimia. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Badan Khusus Peternakan Sapi Perah.


Direktorat Jendral Peternakan Lembang, Lembang.

Wikipedia. 2008. Asam Klorida. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_klorida. [21 April


2008].

Williams, A. G., and S. E. Withers. 1992. Changes in the rumen microbial and its
activities during the refaunation periode after the reintroduction of cilliate
protozoa into the rumen of defaunated sheep. Can. J. Microbiol. 39: 61-69

Anda mungkin juga menyukai