Anda di halaman 1dari 8

Tanggal Praktikum: 22 Agustus 2011 Tanggal Penyerahan Laporan: 12 September 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN II PENGUJIAN LARUTAN BUFFER DAN PENGUJIAN KESTABILANNYA

Anggota kelompok 3: Raissa Ghea Yovita (240210090083) Prescillia Uli J.P. (240210090084) Ryan Rachim Rivaldi (240210090085) Rani Sinta Sirait (240210090086) Lita Almira Simamora (240210090087) Nyoman Ratni Prawitasari (240210090088)

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JATINANGOR 2011

Nama: Raissa Ghea Yovita NPM: 240210090083

V. HASIL PENGAMATAN

pH perhitungan teoritis
4 4,5 4,76 5 5,5

pH hasil pengukuran
4,92 5,41 5,69 5,79 6,19

Berat garam (gram)


1,221 2,92 4,125 5,2366 6,9795

Volume asam (ml)


4,869 3,688 2,857 2,0874 0,88

Kestabilan (%)
94,25 79,778 80,46 84,2 87,45

VI. PEMBAHASAN

Buffer atau larutan penyangga / larutan dapar adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Buffer berfungsi mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung, misalnya dalam tubuh makhluk hidup untuk menjaga kestabilan metabolisme sistem biologis karena sedikit saja perubahan pH dapat mengganggu metabolisme. Buffer juga penting untuk percobaan biokimia atau bioteknologi yang melibatkan penggunaan enzim penting. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan buffer dan pengujian kestabilannya mengingat pentingnya larutan ini. Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari: 1. Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam. 2. Basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.

Larutan penyangga yang bersifat asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya, atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Basa kuat yang umum digunakan antara lain natrium, kalium, barium, kalsium, dan sebagainya. Larutan penyangga yang bersifat basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan dibuat dari basa lemah dan garamnya yang berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Buffer yang dibuat pada saat praktikum adalah buffer yang bersifat asam, dari campuran asam asetat dan natrium asetat dengan pH 4; 4,5; 4,76; 5; 5,5. pH tersebut adalah pH secara teoritis. Setelah jadi, pH buffer diukur menggunakan pH meter, hasilnya pH dari masing-masing buffer menyimpang dengan selisih yang cukup jauh. Hal yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ini adalah ketidaktepatan pengukuran volume asam asetat dan berat natrium asetat yang akan digunakan untuk membuat buffer. Selain itu dapat disebabkan terserapnya uap air dari udara akibat sifat higroskopis dari garam. Cara kerja dari buffer adalah sebagai berikut: 1. Buffer asam Cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan dengan proses: Pada penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COOmembentuk molekul CH3COOH. CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) Pada penambahan basa, ion OH- dari basa akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air. CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l)

2. Buffer basa Cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan dengan proses sebagai berikut: Pada penambahan asam ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan

berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+. NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq) Pada penambahan basa kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan komponen asam (NH4+) membentuk komponen basa (NH3) dan air. NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OHsehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Untuk menguji apakah buffer yang dibuat sudah baik, maka dilakukan kestabilan dengan menambahkan asam atau basa, dan mengencerkan larutan buffer, kemudian diukur kembali pH-nya dengan pH meter dan dihtung persentase kestabilannya. Namun pada praktikum kali ini pengujian kestabilan buffer belum dilakukan karena adanya keterbatasan waktu sehingga belum dapat dipastikan apakah buffer yang dibuat sudah stabil atau belum. Pada kehidupan sehari-hari, fungsi buffer dapat dilihat seperti pada obatobatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini dapat dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel, dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Sistem penyangga tersebut dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai pengaruh

terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor. Sebagai contoh buffer phosphat akan menghambat aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturat

menghambat fosforilasi oksidatif. Tris buffer bereaksi dengan amin primer dan memodifikasi transport electron dan fosforilasi pada kloroplas. Tris juga menghambat enzim respirasi di mitokondria. Masih banyak lagi efek lain yang diberikan buffer. Oleh karena itu penggunaan buffer lebih baik dengan konsentrasi serendah mungkin yang masih dapat memaintain pH.

VII. KESIMPULAN

Buffer terbuat dari campuran asam lemah dengan basa konjugatnya atau basa lemah dengan asam konjugatnya. Sifat khas buffer adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan penambahan asam atau basa kuat. Buffer mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Berdasarkan hasil pengamatan, pH buffer secara teoritis berbeda dengan pH hasil pengukuran. Buffer dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain dalam tubuh manusia dan obat-obatan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim,

2011.

Larutan

Penyangga.

Available

at:

http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penyangga (diakses pada tanggal 11 September 2011). Thenawijaya, M. 1993. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Wahyu Riyadi, 2009. Berbagai Larutan Buffer. Available at:

http://sciencebiotech.net/berbagai-larutan-buffer-2/ (diakses pada tanggal 11 September 2011)

Anda mungkin juga menyukai