Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM

JUDUL :
IDENTIFIKASI LARUTAN PENYANGGA

DISUSUN OLEH :

Kelompok :3
Kelas :A
Tanggal Praktikum : Rabu, 1 Maret 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Laporan Resmi Buffer

I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa memahami prosedur pembuatan larutan penyangga
2. Mahasiswa memahami sifat-sifat larutan penyangga
3. Mahasiswa mampu menganalisis aplikasi sistem buffer yang ada di lingkungan dan
dalam tubuh

II. Dasar Teori


1. LARUTAN PENYANGGA DAN KARAKTERNYA
larutan penyangga atau larutan buffer yang mampu melawan perubahan pH
ketika terjadi penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Larutan penyangga ini
dapat mempertahankan pH larutan sehingga pH-nya relatif tetap ( tidak berubah )
walapun ditambahkan sedikit asam atau basa, atau dilakukan pengenceran. Larutan
buffer ini penting dalam bidang biokimia dan bakteriologi. Pada umumnya larutan
buffer terdiri atas campuran asam lemah dan garamnya. Cara kerja larutan buffer
berkaitan dengan pengaruh ion senama. Penambahan ion senama dalam larutan asam
lemah atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan ke atah molekul
asam atau basa yang tidak terurai. Oleh karena itu larutan buffer dapat di definisikan
sebagai campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan
asam konjugasinya. Larutan buffer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu larutan buffer
asam dan basa.
A. Larutan Penyangga Asam
Larutan penyangga asam mengandung asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-). Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan cara sebagai
berikut:
● Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA
menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA).
Contohnya: Larutan CH3COOH + Larutan NaCH3COO
● Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam
lemah yang bersangkutan.
Contohnya: 100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 Ml larutan
NaOH 0,1 M

B. Larutan Penyangga Basa


Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam
konjugasinya (BH+). Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara sebagai
berikut:
● Mencampurkan suatu basa lemah dan garamnya.
Contohnya: Larutan NH3 + larutan NH4Cl
● Mencampurkan suatu basa lemah dengan asam kuat dimana basa
lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih.
Contohnya: 50 mL larutan NH3 0,2 M dicampur dengan 50 mL
larutan HCl 0,1 M.
Secara umum, karakteristik larutan penyangga adalah sebagai berikut :
● Larutan Penyangga mampu mempertahankan pH walaupun ditambah sedikit
asam kuat maupun basa kuat.
● Apabila dilakukan pengenceran pada larutan penyangga, maka nilai pH tidak
akan berubah secara signifikan atau bisa dikatakan hanya berubah sedikit
● Semakin banyak jumlah mol dalam larutan penyangga, maka semakin kuat
juga larutan penyangga tersebut dalam mempertahankan pH.
● Pada suhu yang tetap atau tidak berubah, nilai Ka larutan penyangga akan
selalu tetap.
● Campuran garam dan asam larutan penyangga mempunyai pH yang stabil
jika pH campuran terletak antara pKa-1 dan pKa+1

Sistem penyangga menjaga Ph darah, yaitu untuk pH darah arteri berada pada
kisaran 7.35-7.45 sedangkan untuk darah vena adalah 7.31- 7.41. Apabila mekanisme
pengaturan pH dalam tubuh gagal, sehingga Ph darah turun kebawah 7,0 atau naik ke
atas 7,8 maka dapat terjadi kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan
kematian. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan Ph)
adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus, diare yang terus menerus,
atau makanan berkadar protein tinggi selama jangka waktu yang panjang. Sedangkan
Alkalosis (peningkatan Ph) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang hebat atau
hiperventilasi.

2. SISTEM BUFFER DI LINGKUNGAN


Sistem buffer berfungsi untuk menjaga agar nilai pH tidak berubah atau
hanya berubah sedikit saat ditambahkan asam maupun basa. Tidak hanya terdapat di
dalam tubuh manusia, sistem buffer juga dapat ditemukan di lingkungan seharihari
atau dapat disebut sebagai Green Chemistry. Pengertian secara umum green
chemistry adalah suatu metode baru untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan
praktikum dan menghasilkan produk yang tidak berbahaya dengan proses percobaan
atau praktikum yang menggunakan hemat energi dan dapat menghasilkan limbah
yang tidak berbahaya pada lingkungan (Kenneth & James 2004). Green Chemistry
merupakan istilah yang pertama kali dikenalkan pada tahun 1991 oleh Anastas dan
Warner dalam program khusus yang dikeluarkan oleh US EPA (Environment
Protection Agency).
Prinsip green chemistry diciptakan untuk menangani masalah-masalah polusi
dengan cara alami dan inovatif. Menurut Anastas dan Warner (1998), ada 12
prinsip-prinsip yang digunakan dalam merancang praktikum berbasis green
chemistry:
1. Pencegahan bahan buangan beracun
2. Mengekonomiskan atom
3. Sintesis bahan kimia yang tidak berbahaya
4. Merancang produk bahan kimia yang aman
5. Menggunakan bahan yang aman
6. Menggunakan proses yang hemat energi
7. Menggunakan bahan yang dapat diperbarui
8. Mengurangi turunan yang tidak penting
9. Menggunakan katalis yang aman
10. Menggunakan bahan yang mudah terdegradasi di lingkungan
11. Untuk mencegah polusi
12. Bahan kimia yang aman untuk mencegah kecelakaan
Green chemistry mengurangi penggunaan maupun produksi bahan kimia
berbahaya, pembuatan dan penggunaan produk kimia. Tujuannya dari Green
Chemistry adalah untuk mengurangi limbah, meminimalkan penggunaan bahanbahan
yang berbahaya, mengurangi penggunaan energi dan sumber daya alam tidak
terbarukan, dan memaksimalkan penggunaan suatu bahan dalam proses kimia.
Banyak kegiatan yang membutuhkan reaksi kimia dalam rentang pH tertentu. Dengan
adanya sistem buffer di dalam kehidupan sehari-hari, dapat diketahui bahwa
pengaplikasian konsep buffer juga terjadi di kehidupan seharihari. Seperti contohnya
dalam bidang industri, farmasi, pertanian maupun pengolahan limbah dan lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan merupakan representasi dari asam atau basa
kuat yang ditambahkan dalam larutan basa untuk menguji suatu larutan. Asam atau
basa kuat yang ditambahkan ini dapat berupa jeruk nipis, soda kue, dan lain
sebagainya. Selain menggunakan asam dan basa kuat, juga digunakan air atau
aquades untuk menguji suatu larutan buffer. Semua bahan-bahan yang digunakan
dalam pengujian larutan buffer ini merupakan bahan-bahan yang dapat ditemukan di
alam sehingga mencegah timbulnya polusi dan sesuai dengan penerapan 12 prinsip
Green Chemistry di atas.

3. SISTEM BUFFER TUBUH


Sistem buffer tubuh adalah sistem yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
pH dalam tubuh manusia. pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan, dan
keseimbangan pH dalam tubuh manusia sangat penting untuk menjaga fungsi organ dan
sel tubuh yang normal.
Sistem buffer tubuh terdiri dari beberapa komponen, termasuk sistem
pernapasan, sistem renal atau ginjal, dan sistem buffer kimia dalam tubuh. Sistem
pernapasan bekerja dengan mengubah kadar karbon dioksida (CO2) dalam darah, yang
pada gilirannya mempengaruhi pH darah. Ketika CO2 dalam darah meningkat, maka pH
darah akan menurun (menjadi lebih asam), dan ketika CO2 dalam darah menurun, maka
pH darah akan meningkat (menjadi lebih basa).
Sistem renal atau ginjal juga berperan dalam menjaga keseimbangan pH dalam
tubuh dengan mengeluarkan asam atau basa dalam urine. Ginjal dapat mengekskresikan
ion hidrogen (H+) dalam urine untuk menurunkan pH darah yang tinggi, atau
mengekskresikan ion bikarbonat (HCO3-) dalam urine untuk menaikkan pH darah yang
rendah.
Sistem buffer kimia dalam tubuh terdiri dari berbagai senyawa kimia, seperti
protein dan ion bikarbonat (HCO3-), yang berperan dalam menetralkan asam atau basa
dalam tubuh. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan mengikat atau melepaskan ion
hidrogen (H+) untuk menjaga keseimbangan pH dalam tubuh.
Dalam kondisi normal, tubuh manusia memiliki mekanisme yang sangat efektif
dalam menjaga keseimbangan pH dalam tubuh. Namun, dalam kondisi penyakit atau
gangguan kesehatan tertentu, keseimbangan pH dalam tubuh dapat terganggu, yang dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan pH
dalam tubuh sangat penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang normal.

III. Alat dan Bahan


1. Pengenceran NaOH dan HCl
a) Alat
- Labu Takar
- Gelas ukur
b) Bahan
- Aquades
- NaOH 1M
- HCl 1 M
2. Pembuatan Larutan Buffer dan Nonbuffer
a) Alat
- Gelas beaker
- Gelas ukur
b) Bahan
- NaOH 0.1 M
- CH3COOH 0,1 M
- HCl 0,1 M
- NH4OH 0,1 M
3. Pengujian Larutan Buffer
a) Alat
- Kertas Indikator
- Gelas ukur
b) Bahan
- Sampel A (larutan buffer asam)
- Sampel B (larutan buffer basa)
- Sampel C (larutan non-buffer)
- CH3COOH+NaOH
- HCl+NH4OH
- NaOH+HCl
- HCl 0,1 M
- NaOH 0,1 M
4. Sistem Buffer Darah
a) Alat
- Kertas indikator pH
- Tabung eppendorf 1,5 ml
- Pipet volume
b) Bahan
- Darah
- EDTA
- Minyak parrafin
- HCl 25 mM
- HCl 1 M
- Na2CO3

IV. Cara Kerja

a) Pengenceran NaOH dan HCL

Gunakan rumus berikut untuk melakukan pengenceran larutan.


Perhitungan : V1 x N1 = V2 x N2
V1 = V2×N2
N1
V1 = Volume NaOH yang akan diencerkan
N1 = Normalitas NaOH yang akan diencerkan

V2 = Volume NaOH yang akan dibuat / hasil pengenceran

N2 = Normalitas NaOH yang dibuat

Percobaan 1

1. Siapkan larutan NaOH 0,1 M dari larutan NaOH 1,0 M yang telah disediakan
2. Masukkan ke dalam labu takar larutan NaOH 1,0 sesuai dengan perhitungan (Catt:
dalam labu takar telah disiapkan akuades lebih banyak dari volume NaOH
yang dimasukkan)
3. Encerkan sampai batas volume, tutup labu lalu bolak-balik labu takar sampai
terbentuk larutan homogen

Percobaan 2

1. Siapkan larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 1,0 M yang telah disediakan
2. Masukkan ke dalam labu takar larutan HCl 1,0 sesuai dengan perhitungan (Catt:
dalam labu takar telah disiapkan akuades lebih banyak dari volume HCl yang
dimasukkan)
3. Encerkan sampai batas volume, tutup labu lalu bolak-balik labu takar sampai
terbentuk larutan homogen

b) Pembuatan Larutan Buffer dan Non buffer


Percobaan 1 :

1. Siapkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 20 mL ke dalam gelas beker


2. Siapkan larutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 40 mL, campurkan dengan
larutan NaOH 0,1 M yang telah disiapkan sebelumnya
3. Aduk sampai terbentuk larutan homogen
4. Bagi larutan menjadi 3 bagian sama banyak dan beri label larutan 1.1, 1.2, dan
1.3

Percobaan 2 :

1. Siapkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 20 mL ke dalam gelas beker


2. Siapkan larutan NH4OH 0,1 M sebanyak 40 mL, campurkan dengan larutan
HCl 0,1 M yang telah disiapkan sebelumnya
3. Aduk sampai terbentuk larutan homogen
4. Bagi larutan menjadi 3 bagian sama banyak dan beri label larutan 2.1, 2.2, dan
2.3

Percobaan 3:
1. Siapkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 30 mL ke dalam gelas beker
2. Siapkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 30 mL, campurkan dengan larutan
NaOH 0,1 M yang telah disiapkan sebelumnya
3. Aduk sampai terbentuk larutan homogen
4. Bagi larutan menjadi 3 bagian sama banyak dan beri label larutan 3.1, 3.2, dan
3.3

c) Pengujian Larutan Buffer

Percobaan 1 :

1. Siapkan larutan buffer dan nonbuffer yang telah dibuat.


2. Siapkan larutan 1.1, 2.1, dan 3.1, ukur pH dan catat dalam data.
3. Tambahkan masing-masing 10 mL akuades ke dalam larutan 1.1, 2.1, dan 3.1
4. Ukur pH pada masing-masing larutan. Catat dalam data.
5. Siapkan larutan 1.2, 2.2, dan 3.2, tambahkan masing-masing 5 tetes larutan
NaOH 0,1 M.
6. Ukur pH dengan menggunakan kertas indikator pH. Catat dalam data
7. Siapkan larutan 1.3, 2.3, dan 3.3, tambahkan masing-masing 5 tetes larutan
HCl 0,1 M.
8. Ukur pH dengan menggunakan kertas indikator pH. Catat dalam data.

Percobaan 2 :

1. Siapkan 30 mL sampel A, B, dan C. Ukur nilai pH dan catat dalam data.


2. Bagi sampel menjadi 3 bagian sama banyak. Beri label A1, A2, dan A3 untuk
larutan A; B1, B2, dan B3 untuk larutan B; dan C1, C2, dan C3 untuk larutan
C.
3. Tambahkan masing-masing 5 mL akuades pada larutan A1, B1, dan C1.
Ukur nilai pH dan catat dalam data.
4. Tambahkan masing-masing 5 tetes HCl 0,1 M pada larutan A2, B2, dan C2.
Ukur nilai pH dan catat dalam data.
5. Tambahkan masing-masing 5 tetes NaOH 0,1 M pada larutan A3, B3, dan
C3. Ukur nilai pH dan catat dalam data

d) Sistem Buffer Darah

Percobaan 1 :
1. Ambil darah vena sebanyak 3 mL dan transfer ke dalam tabung sentrifuga
yang telah mengandung sejumlah EDTA. Homogenkan.
2. Ukur pH darah dengan cara mencelupkan kertas indikator pH tersebut ke
dalam tabung. Diamkan sesaat, keringkan dengan tisu kering jika perlu. Cek
nilai pH berdasarkan referensi. Catat dalam data
3. Tambahkan 300 μl minyak paraffin melalui dinding tabung, lalu lakukan
sentrifugasi. Catt : minyak paraffin posisinya berada di atas sampel darah.
4. Ambil plasma darah dengan mikropipet lalu pindahkan ke dalam tabung
eppendorf 1,5 mL. Ukur pH dengan strip indikator pH. Catat dalam data
5. Tambahkan 1 tetes HCl 25 mM ke dalam tabung eppendorf. Ukur pH dan
catat dalam data
6. Ulangi perlakuan nomor (4) sampai 2x. Masing-masing ukur pH dan catat
dalam data

Percobaan 2 :
1. Campurkan 5 mL larutan Na 2CO3 dengan 5 mL larutan HCl 1 M ke dalam
gelas beker terpisah. Ukur pH dan catat dalam data.
2. Pindahkan campuran ke dalam tabung eppendorf 1,5 mL (sesuaikan dengan
kapasitas tabung).
3. Tambahkan 1 tetes HCl 25 mM ke dalam tabung eppendorf. Ukur pH dan catat
dalam data
4. Ulangi perlakuan nomor (4) sampai 2x. Masing-masing ukur pH dan catat
dalam data.

V. Hasil Pengamatan
1. PENGENCERAN NaOH DAN HCl
a) Perhitungan NaOH :

V1 x N1 = V2 x N2

1 x V1 = 0,1 x 50

V1 = 5 mL V yang dimasukkan = V2 - v1

= 50 - 5

= 45 mL

Jadi aquadest 45 mLlalu ditambahkan NaOH 5 mL

b) Perhitungan HCl :

V1 x N1 = V2 x N2

1 x V1 = 0,1 x 50

V1 = 5 mL V yang dimasukkan = V2 - v1

= 50 - 5

= 45 mL

Jadi aquadest 45 mLlalu ditambahkan HCl 5 mL

2. PENGUJIAN LARUTAN BUFFER dan NON-BUFFER

NO PERLAKUAN NILAI pH INTERPRETASI


1. Larutan Buffer Asam

Larutan 1.1 + 10 tetes aquadest 4 Asam

Larutan 1.2 + 10 tetes NaOH 0,1 M 4 Asam

Larutan 1.3 + 10 tetes HCl 0,1 M 4 Asam

2. Larutan Buffer Basa

Larutan 2.1 + 10 tetes aquadest 7-8 Basa

Larutan 2.2 + 10 tetes NaOH 0,1 M 7-8 Basa

Larutan 2.3 + 10 tetes HCl 0,1 M 7-8 Basa

3. Larutan Nonbuffer

Larutan 3.1 + 10 tetes aquadest 7 Netral

Larutan 3.2 + 10 tetes NaOH 0,1 M 8 Basa

Larutan 3.3 + 10 tetes HCl 0,1 M 6 Asam

NO PERLAKUAN NILAI pH

1. Sampel A

Sampel A1 + 5 ml Aquades 5

Sampel A2 + 5 tetes HCL 0,1 M 5

Sampel A3 + 5 tetes NaOH 0,1 M 5


2. Sampel B

Sampel B1 + 5 ml aquades 12

Sampel B2 + 5 tetes HCl 0,1 M 12

Sampel B3 + 5 tetes NaoH 0,1 M 12

3. Sampel C

Sampel C1 + 5 ml aquades 6

Sampel C2 + 5 tetes HCl 0,1 M 3

Sampel C3 + 5 tetes NaOH 0,1 M 10

3. PENGAMATAN SISTEM BUFFER DARAH


Preparasi Plasma Darah

3 ml darah Vena + EDTA + 300 NL Paraffin → Sampel Darah

Titrasi Plasma Darah

NO PERLAKUAN NILAI pH

1. 1, 5 ml sampel darah 7

2. 1, 5 ml sampel darah + 1 tetes HCl mM 7

3. 1, 5 ml sampel darah + 2 tetes HCl mM 7

4. 1, 5 ml sampel darah + 3 tetes HCl mM 7


Preparasi Natrium Karbonat

5 ml Na2CO3 25 mM + 5 ml HCl 1 M → Larutan Natrium Karbonat

Titrasi Natrium Karbonat

NO PERLAKUAN NILAI pH

1. Larutan 1, 5 ml 1

2. Larutan 1, 5 ml + 1 tetes HCl mM 1

3. Larutan 1, 5 ml + 2 tetes HCl mM 1

4. Larutan 1, 5 ml + 3 tetes HCl mM 1

VI. Pembahasan
1. Pembuatan Larutan Buffer dan Non-Buffer

1.1. Buffer Asam


Pada percobaan ini, larutan buffer asam dibuat dengan mencampurkan 20 ml basa
kuat (NaOH 0,1M) dengan 40 ml asam lemah CH3COOH 0,1M). Kedua larutan ini
ketika dicampur akan menghasilkan garam basa konjugasinya dengan asam lemah
yang tersisa.
Reaksinya :

1.2. Buffer Basa


Pada percobaan ini, larutan buffer basa dibuat dengan mencampurkan 20 ml asam
kuat (HCl 0,1M) dengan 40 ml basa lemah (NH4OH 0,1M). Kedua larutan ini ketika
dicampurkan akan menghasilkan garam asam konjugasinya dengan basa lemah yang
tersisa.
Reaksinya :
1.3. Non-Buffer
Pada percobaan ini, larutan non-buffer dibuat dengan mencampurkan 30 ml asam
kuat (HCl 0,1M) dengan basa buat (NaOH 0,1M). Kedua larutan ini ketika
dicampurkan akan menghasilkan larutan non-buffer, yaitu larutan garam dengan pH
7.
Reaksinya :

2. Pengujian Larutan Buffer dan Non-Buffer


1.1. Buffer Asam
Pengujian larutan buffer asam dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter
larutan buffer asam dengan cara menambahkannya dengan aquades, asam kuat, dan
basa kuat.
Nilai pH larutan setelah ditambahkan aquades adalah 4. Adanya penambahan asam
kuat dan basa kuat akan memperlihatkan bagaimana karakteristik dari larutan ini.
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah yang mengalami reaksi
kesetimbangan.

Penambahan 5 tetes basa kuat (NaOH 0,1M), larutan ini masih berada pada pH 4.
Hal ini dapat terjadi karena saat ditambahkan basa kuat, akan terjadi pergeseran
kesetimbangan dimana ion OH- akan bereaksi dengan CH3COOH.
Penambahan 5 tetes asam kuat (HCl 0,1M), larutan ini masih berada pada pH 4.
Hal ini dapat terjadi karena saat ditambahkan asam kuat, akan terjadi pergeseran
kesetimbangan dimana ion H+ akan bereaksi dengan CH3C00-.
Sehingga, didapatkan bahwa larutan buffer Asam dapat mempertahankan pH
sesuai dengan kondisi pH awal (mengurangi perubahan pH hingga sekecil mungkin).

1.2. Buffer Basa


Pengujian larutan buffer basa dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter
larutan buffer basa dengan cara menambahkannya dengan aquades, asam kuat, dan
basa kuat.
Nilai pH larutan setelah ditambahkan aquades adalah 7-8. Adanya penambahan
asam kuat dan basa kuat akan memperlihatkan bagaimana karakteristik dari larutan
ini.
Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah yang mengalami reaksi
kesetimbangan.

Penambahan 5 tetes basa kuat (NaOH 0,1M), larutan ini masih berada pada pH
7-8. Hal ini dapat terjadi karena saat ditambahkan basa kuat, akan terjadi pergeseran
kesetimbangan dimana ion OH- akan bereaksi dengan NH4+.
Penambahan 5 tetes asam kuat (HCl 0,1M), larutan ini masih berada pada pH 7-8.
Hal ini dapat terjadi karena saat ditambahkan asam kuat, akan terjadi pergeseran
kesetimbangan dimana ion H+ akan bereaksi dengan NH3.
Sehingga, didapatkan bahwa larutan buffer basa dapat mempertahankan pH sesuai
dengan kondisi pH awal (mengurangi perubahan pH hingga sekecil mungkin).

1.3. Non Buffer


Secara teori, pencampuran asam kuat dan basa kuat tidak akan menghasilkan
larutan buffer, melainkan larutan garam dengan pH 7. Hasil akhir yang terbentuk
adalah NaCl dan H2O. Oleh karena itu, bisa dipastikan penambahan sedikit Asam
atau basa pada larutan ini akan berefek pada perubahan pH.
Pada saat larutan ditambahkan dengan aquades, didapatkan pH larutan adalah 7.
Pada larutan yang ditetesi basa kuat (NaOH 0,1M) terjadi perubahan pH menjadi 8.
Pada larutan yang ditetesi Asam kuat (HCl 0,1M) terjadi perubahan pH menjadi 6.
Sehingga, didapatkan bahwa pada larutan non-buffer tidak dapat mempertahankan
pH ketika diberikan penambahan Asam kuat maupun basa kuat.

1.4. Uji Sampel


Larutan buffer dapat mempertahankan pH sesuai dengan kondisi pH awalnya.
Adanya perubahan pH pada larutan apabila ditambahkan asam atau basa walaupun
mungkin nanti nya terdapat perubahan pH, akan tetapi tidak terlalu signifikan, karena
suatu larutan disebut sebagai buffer apabila memiliki 2 komponen, yaitu 1 komponen
yang dapat menetralkan asam dan 1 komponen yang dapat menetralkan basa. Maka
dari itu, larutan buffer merupakan asam lemah dengan basa konjugasi dari garamnya
atau basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya. Komponen asam menahan
kenaikan pH dan komponen basa menahan penurunan pH. Sedangkan, perubahan pH
yang cukup signifikan pada larutan non-buffer terjadi karena larutan tersebut tidak
memiliki asam/basa lemah beserta asam / basa konjugasinya yang dapat mengikat
asam atau basa yang ditambahkan ke larutan, sehingga tidak ada yang dapat
menstabilkan nilai pH.
Pada percobaan terdapat sampel A, sampel B dan sampel C yang tidak diketahui
jenis larutannya yang kemudian akan dilakukan beberapa perlakuan pada sampel.
Setelah ditambahkan aquades sebanyak 5 ml pada masing-masing sampel, baik
sampel A, sampel B, dan sampel C. Pada saat pengujian pH, sampel A adalah pH 5,
sampel B adalah pH 12, dan sampel C adalah pH 6. H2O akan menghasilkan H+ dan
OH- dengan kadar yang sama sehingga menyebabkan pH sampel tidak berubah.
Setelah ditambahkan 5 tetes HCl 0,1M pada masing-masing sampel, baik sampel
A, sampel B, dan sampel C terjadi perbedaan pH yang dihasilkan. Pada saat
pengujian pH, sampel A adalah pH 5, sampel B adalah pH 12, dan sampel C adalah
pH 3.
Setelah ditambahkan 5 tetes NaOH 0,1M pada masing-masing sampel, baik
sampel A, sampel B, dan sampel C terjadi perbedaan pH yang dihasilkan. Pada saat
pengujian pH, sampel A adalah pH 5, sampel B adalah pH 12, dan sampel C adalah
pH 10.
Dari hasil yang didapatkan, terlihat perbedaan pH larutan pada sampel A, B, dan C
ketika dilakukan penambahan aquades, HCl 0,1M, dan NaOH 0,1M. Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan dari larutan buffer dan larutan non-buffer. Ketika
penambahan asam atau basa pada larutan non-buffer akan menghasilkan perbedaan
pH yang cukup signifikan, sedangkan penambahan asam atau basa pada larutan
buffer cenderung mempertahankan pH nya atau mungkin akan terjadi perubahan pH
yang sangat kecil.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan pada larutan sampel A dan sampel B
merupakan karakteristik dari larutan buffer, karena larutan tersebut dapat
mempertahankan nilai pH-nya. Dari data hasil pengamatan dapat diketahui larutan
sampel A merupakan larutan buffer asam yang dapat mempertahankan pH-nya pada
angka 5 dan sampel B merupakan larutan buffer basa yang dapat mempertahankan
pH-nya pada angka 12. Pada larutan sampel C bukan merupakan larutan buffer
(larutan non-buffer). Hal ini disebabkan oleh larutan tersebut ketika diberi perlakuan
aquades, HCl 0,1M, dan, NaOH 0,1M. nilai pH larutan tersebut mengalami
perubahan secara signifikan.

3. Pengamatan Sistem Buffer Darah


Percobaan 1 :
Pada percobaan buffer tubuh, sampel yang digunakan adalah 3 mL darah
vena yang diberikan EDTA. Sampel darah dihomogenkan dengan EDTA kemudian
ditambahkan 300 µl Minyak parafin kemudian disentrifugasi untuk dipisahkan dan
diambil plasmanya. Plasma inilah yang akan diberikan beberapa perlakuan.

Perlakuan sampel ditambahkan minyak paraffin berfungsi untuk melapisi


bagian plasma darah dengan tujuan menghambat keluarnya CO2. Karena CO2
merupakan bagian dari sistem karbonat dan saat di sentrifuge dapat membuat CO2
terlepas, sehingga perlu ditahan. Pemberiannya juga harus diteteskan dengan hati-hati
untuk mengurangi tegangan antar permukaan. Jika tidak pelan-pelan, justru akan
bereaksi bukan melapisi.

Pada pengukuran awal pH plasma darah, terukur bahwa pH dari plasma darah
adalah pH 7 (netral). Kemudian, sampel plasma ditambahkan HCl 25mM sebanyak 1
tetes dan setelah dan diaduk dan diukur pH-nya, didapatkan nilai pH yang tidak
berubah tetap pada pH 7. Ketika di tambah lagi hingga 3 tetes pH tetap di angka 7. Ini
menandakan bahwa sistem buffer tubuh bekerja, yaitu buffer karbonat dan buffer
fosfat.

HCl + Na2HPO4→NaH2PO4 + NaCl

Dengan buffer fosfat, HCl diubah menjadi asam lemah NaH2PO4 dan garam
NaCl sehingga perubahan pH-nya menjadi minimal, sementara pada buffer karbonat:

NaHCO3 + HCl → H2CO3+NaCl

Buffer karbonat yang bekerja pada penambahan HCl ini adalah sodium
bikarbonat. Sama seperti buffer fosfat, HCl yang ditambahkan akan berubah menjadi
asam lemah H2CO3 dan garam NaCl sehingga perubahan pH-nya minimal.
Kesimpulannya sistem buffer darah bekerja dengan baik karena tidak terjadi
perubahan pH.

Percobaan 2 :

Pada buffer sintetik ini telah dilakukan beberapa perlakuan pada larutan
buffer sintetis untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan perbedaan dari buffer
tubuh itu sendiri. Untuk langkah kerja sesuai dengan yang telah diberikan di atas
yaitu pertama - tama, menyiapkan larutan buffer sintetis ke dalam gelas beker dan
diukur pH segera menggunakan kertas indikator. Kemudian, tambahkan larutan HCl
0,1 M sebanyak 2 tetes, lalu diaduk beberapa saat dan diukur pH nya menggunakan
kertas indikator pH. Langkah yang terakhir yaitu menambahkan larutan HCl 0,1 M
sebanyak 3 tetes, lalu diaduk beberapa saat dan diukur pH nya. Hasil dari pH tersebut
akan terlihat setelah beberapa saat.

Pada pengukuran awal pH larutan yang ditambahkan 1 tetes HCl 25 mM,


terukur bahwa pH dari larutan adalah pH 1. Kemudian, sampel plasma ditambahkan
HCl 25mM sebanyak 1 tetes lagi, didapatkan nilai pH 1 juga. Ketika di tambah lagi
hingga 3 tetes pH tetap di angka 1. Ini menandakan bahwa sistem buffer tubuh
bekerja, yaitu buffer karbonat dan buffer fosfat.

Akan terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan pH yang drastis setelah


dilakukan penambahan sedikit asam atau basa kuat. Tentunya hal ini menyatakan
bahwa buffer sintetis sama cara kerjanya dengan buffer tubuh dan buffer lainnya.
Untuk buffer sintetis sendiri memiliki banyak sekali pengaplikasiannya dalam
kehidupan. Salah satunya yaitu dalam penggunaan kontak lensa dimana harus
menggunakan larutan buffer agar pH yang terdapat pada permukaan lensa kontak
tidak merusak dan bisa menyesuaikan dengan pH yang terdapat di mata. Pada
pengukuran menggunakan kertas indikator pH in menunjukkan bahwa nilai pH tetap
terjadi penurunan namun hanya sedikit atau tidak signifikan karena adanya sifat
larutan yang mampu mempertahankan nilai pH apabila diberikan tambahan asam atau
basa yang tidak berlebih.

VII. Kesimpulan
1. Larutan buffer merupakan larutan yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan
nilai pH agar tidak terjadi perubahan pH yang signifikan pada saat penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat dalam larutan.
2. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa
kuat sehingga tersisa asam lemah dan dan terbentuk garamnya.
3. Larutan buffer basa dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah yang berlebih
dengan asam kuat sehingga tersisa basa lemah dan garamnya.
4. Larutan buffer garam dapat dibuat dengan mencampurkan asam kuat dan basa kuat
sehingga terbentuk larutan garam netral, tidak ada sisa asam maupun basa.
VIII. Daftar Pustaka
1. Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2017). Principles of anatomy and physiology. John
Wiley & Sons.
2. Silverthorn, D. U. (2016). Human physiology: an integrated approach. Pearson
Education.
3. Ganong, W. F. (2016). Review of medical physiology. McGraw-Hill Education.
4. Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2015). Textbook of medical physiology. Elsevier
Saunders.
5. Sherwood, L. (2016). Human physiology: from cells to systems. Cengage Learning.
6. Widmaier, E. P., Raff, H., & Strang, K. T. (2016). Vander's human physiology: the
mechanisms of body function. McGraw-Hill Education.
7. Lehninger, A. L., Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2017). Principles of Biochemistry
(7th ed.). W.H. Freeman and Company.
8. Voet, D., Voet, J. G., & Pratt, C. W. (2016). Fundamentals of biochemistry: life at the
molecular level (5th ed.). John Wiley & Sons.
9. Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P. (2015).
Molecular biology of the cell (6th ed.). Garland Science.
10. Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2018). Biochemistry (9th ed.). W.H.
Freeman and Company.
11. Campbell, M. K., Farrell, S. O., & McDougall, L. (2018). Biochemistry (8th ed.).
Cengage Learning.
IX. Lampiran
1. Pengenceran
NaOH
No. Gambar Keterangan

1. Masukkan 45 mL aquades
ke dalam gelas ukur lalu
masukkan ke dalam labu
takar
Masukkan NaOH 1 M
sebanyak 5 mL lalu
masukkan ke dalam labu
takar yang telat terisi
aqudest kemudian
homogenkan

HCl

No. Gambar Keterangan

2. Masukkan 45 mL aquades
ke dalam gelas ukur lalu
masukkan ke dalam labu
takar
Masukkan HCl 1 M
sebanyak 5 mL lalu
masukkan ke dalam labu
takar yang telat terisi
aqudest kemudian
homogenkan

2. Hasil Pengujian Larutan Buffer dan Non-Buffer

Larutan 1.1 + 10 tetes Larutan 1.2 + 10 tetes Larutan 1.3 + 10 tetes HCl 0,1
aquadest = 4 NaOH 0,1 M = 4 M=4

Larutan 2.1 + 10 tetes Larutan 2.2 + 10 tetes Larutan 2.3 + 10 tetes NaOH
aquadest = 7-8 NaOH 0,1 M = 7-8 0,1 M = 7-8

Larutan 3.1 + 10 tetes Larutan 3.2 + 10 tetes Larutan 3.3 + 10 tetes HCl 0,1
aquadest = 7 NaOH 0,1 M = 8 M=6
3. Hasil Pengujian Larutan Buffer

Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel


A.1 B.1 C.1

Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel


A.2 B.2 C.2

Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel Hasil Percobaan Sampel


A.3 B.3 C.3
4. Hasil Pengamatan Buffer Darah

No Gambar Keterangan

5 ml Na2CO3 25 mM + 5 ml HCl
1. 1 M → Larutan Natrium Karbonat

1, 5 ml sampel darah = pH 1

1, 5 ml sampel darah + 1 tetes


HCl mM = pH 1

1, 5 ml sampel darah + 2 tetes


HCl mM = pH 1

1, 5 ml sampel darah + 3 tetes


HCl mM = pH 1

2. 3 ml darah Vena + EDTA + 300


NL Paraffin → Sampel Darah

1, 5 ml sampel darah = pH 7

1, 5 ml sampel darah + 1 tetes


HCl mM = pH 7

1, 5 ml sampel darah + 2 tetes


HCl mM = pH 7

1, 5 ml sampel darah + 3 tetes


HCl mM = pH 7

Anda mungkin juga menyukai