BUFFER
Latar Belakang
Buffer atau larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH akibat adanya penambahan asam atau basa maupun
pengenceran oleh air. Buffer terdiri dari asam lemah dan garamnya (basa
konjugasi) yang berfungsi untuk mempertahankan pH<7 sedangkan basa lemah
dan garamnya (asam konjugasi) berfungsi untuk mempertahankan pH>7.
Ruminansia memiliki mikroba rumen yang mampu mensintesis proteinnya
sendiri, sehingga mikroba rumen sangatlah penting. Tanpa adanya mikroba
rumen, hewan ternak tidak akan mampu memproduksi protein untuk tubuhnya
sendiri. Ternak ruminansia akan mengalami defisiensi protein dan asam amino
tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh jika ternak tidak memiliki mikroba rumen
didalam tubuhnya.
Pertumbuhan mikroba bergantung pada suhu, pH, kelembaban, substrat,
serta jumlah kandungan nutrient yang ada didalamnya. Mikroba rumen tetap dapat
hidup meskipun proses fermentasi yang terjadi, karena rumen menghasilkan
larutan penyangga yang dihasilkan epitel rumen yang berfungsi untuk
mempertahankan pH. Buffer pada tubuh ternak sangat penting karena proses
metabolisme terjadi pada pH tertentu. Perubahan pH pada tubuh ternak akan
mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tubuh ternak.
Tujuan
Buffer
NaOH
HCL
Cairan Rumen
Materi
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Buffer ini antara lain kertas indikator
pH, bulb,sendok plastik, gelas piala,pipet, pipet mohr
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Buffer ini antara lain Cairan
Rumen, Larutan Buffer Fosfat, Larutan Saliva Buatan (McDougall),
Larutan NaOH 0,05 N, Larutan HCl 0,05N
Metode
1. Titrasi Buffer Fosfat dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05 N
Disiapkan larutan Buffer Fosfat 20 ml di dalam gelas bening, dicek dan
dicatat pH awal, kemudian larutan NaOH 0,05 N ditambahkan sebanyak
10 ml, cek pH dan dicatat lagi. Larutan NaOH diberikan per 10 ml
menggunakan bulb hingga mencapai pH 12. Selanjutnya, larutan Buffer
fosfat diambil 20 ml yang baru kedalam gelas bening yang baru. HCl 0,05
N ditambahkan per 10 ml menggunakan bulb kedalam larutan Buffer
fosfat hingga pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat
dan digambarkan pada tabel dan grafik.
2. Titrasi Saliva Buatan (Mc Dougall) dengan larutan NaOH 0,05 N dan
larutan HCl 0,05 N
Larutan Saliva Buatan (Mc Dougall) 20 ml disiapkan kedalam gelas
bening, dicek dan dicatat pH awal, kemudian larutan NaOH 0,05 N
ditambahkan sebanyak 10 ml, dicek pH nya dan dicatat lagi. Larutan
NaOH diberikan per 10 ml menggunakan bulb hingga mencapai pH 12.
Selanjutnya, larutan saliva Buatan (Mc Dougall) diambil 20 ml yang baru
kedalam gelas bening yang baru. Ditambahkan HCl 0,05 N per 10 ml
menggunakan bulb kedalam larutan saliva Buatan (Mc Dougall) hingga
pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat dan
digambarkan pada tabel dan grafik.
3. Titrasi Cairan Rumen dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05
N
Cairan Rumen 20 ml disiapkan kedalam gelas bening, dicek dan dicatat
pH awal, kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,05 N sebanyak 10 ml,
dicek pH-nya dan dicatat lagi. Larutan NaOH diberikan per 10 ml
menggunakan bulb hingga mencapai pH 12. Selanjutnya, Cairan Rumen
diambil 20 ml yang baru kedalam gelas bening yang baru. ditambahkan
HCl 0,05 N per 10 ml menggunakan bulb kedalam Cairan Rumen hingga
pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat dan
digambarkan pada tabel dan grafik.
Hasil
Larutan buffer fosfat dititrasi oleh larutan asam dan basa sehingga pH dari
larutan buffer fosfat berubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari
larutan buffer fosfat yang dititrasi oleh asam dan basa.
Tabel 1 Titrasi Buffer Fosfat dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 pH
0,05 N N
0 7 0 7
10 7 10 7
20 8 20 2
30 12 25 1
Cairan rumen dititrasi oleh asam basa sehingga pH dari cairan rumen
tersebut berubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari cairan
rumen yang dititrasi oleh larutan asam dan basa.
Tabel 3 Titrasi Cairan Rumen dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl
0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 pH
0,05 N N
0 9 0 9
10 10 10 6
20 10 20 4
30 12 30 2
40 1
Larutan HCl dititrasi oleh basa NaOH begitupun dengan larutan NaOH
dititrasi oleh asam HCl sehingga pH dari kedua larutan tersebut berubah. Tabel
dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari larutan HCl dan larutan NaOH yang
dititrasi oleh larutan asam dan basa.
Tabel 4 Titrasi larutan NaOH 0,05 N dengan larutan HCl 0,05N dan larutan HCL
0,05N dengan NaOH 0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 Volume HCl 0,05
0,05 N N N
0 1 0 12
10 2 10 3
20 3 20 2
40 7 30 1
50 11
55 12
14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 25 ml 30 ml
Grafik 1 Titrasi buffer fosfat dengan Na0H 0,05 N dan HCl 0,05 N
14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
10 20 30 40 45 50 55 60 65 70 75 80 90 100
Grafik 2 Titrasi cairan saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml
Grafik 3 Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCL 0,05N
14
12
10
8 NaOH
6 HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml 55 ml
Grafik 4. Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 dan HCl 0,05 dengan NaOH 0,05
N
Pembahasan
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat
menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hydrogen atau hidroksida
ditambahkan,atau ketika larutan itu diencerkan. Larutan buffer mengandung
pasangan asam-basa konjugat atau terdiri dari campuran asam lemah dengan
garam yang mengandung anion yang sama dengan asam lemahnya atau basa
lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa lemahnya.
Larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun basa (ion OH-) apa
saja yang memasuki larutan karena mengandung komponen asam dan basa
tersebut. Penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer
tidak mengubah pH nya. Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa. Apabila asam lemah dicampur
dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan buffer asam,dimana
larutannya mempertahankan pH pada daerah asam (pH<7) (Feng at al. 2010).
Proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran mikrobia rumen
yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan zat makanan dan
energi bagi ternak ruminansia tersebut. Sistem buffer dalam ternak ruminansia
adalah sistem yang mengontrol atau mempertahankan pH rumen. Pemberian
konsentrat yang berlebihan dapat mengakibatkan menurunnya pH rumen dengan
timbulnya gejala asidosis. Untuk mengatasi penurunan pH rumen akibat
penggunaan konsentrat ini maka dapat dilakukan dengan penambahan mineral
penyangga atau buffer (Budiansyah 2010). Contoh mineral buffer adalah
NaHCO3,CaCO3, KHCO3, Na2CO3 dan MgO. Cairan rumen mengandung saliva.
Saliva yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahankan pH tetap pada 6,8. Selain itu juga saliva merupakan zat pelumas
dan surfactant yang membantu di dalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva
mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na,K,Ca,Mg,P, dan urea yang
mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba (Ihsan 2013).
Kurva perbandingan titrasi cairan rumen dengan NaOh 0,05 N dan Buffer
fosfat dengan NaOh 0,05 N, menunjukkan bahwa kecepatan perubahan pH yang
sama setelah penambahan NaOH. Buffer fosfat dan cairan rumen dapat mencapai
pH NaOH hanya dengan penambahan 30 ml NaOH 0,05 N hingga pH berubah
menjadi pH awal NaOH yaitu 12. Kurva perbandingan titrasi cairan rumen dengan
HCl dengan titrasi Buffer Fosfat dengan HCl menunjukkan perbedaan kecepatan
dalam penambahan HCl setiap 5-10 ml. Buffer fosfat mengalami penurunan pH
yang sangat signifikan. HCl yang diperlukan untuk titasi Buffer Fosfat hingga
mencapai pH 1 hanya 25 ml. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh cairan rumen,
dibutuhkan setidaknya 40 ml larutan HCl agar pH turun menjadi 1. Penggunaan
saliva buatan penting untuk mempertahankan pH agar tetap berada di kisaran
normal (Ardhy et al. 2015). Titrasi larutan saliva buatan McDougall bisa
mempertahankan pH dengan lama. Butuh sekitar 100 ml larutan NaOH 0,05 N
dan 90 ml larutan HCl 0,05 N agar bisa mendekati pH 12 untuk NaOH dan pH 1
untuk HCl. Larutan saliva buatan (McDougall) merupakan cairan yang paling
baik dalam mempertahankan pH. Titrasi larutan NaOH 0,05 N dengan HCL 0,05
N memerlukan HCL 0,05 N sebesar 30 ml untuk menurunkan pH menjadi 1
seperti pH awal HCL, sedangkan titrasi larutan HCL dengan NaOH memerlukan
larutan NaOH 0,05 N sebesar 55 ml untuk menaikan pH larutan menjadi 12
seperti pH awal NaOH.
Ternak ruminansia sangat memerlukan buffer yang bersifat untuk
pencernaan fermentatif dimana buffer akan mempertahankan pH rumen 6,5 dan
7,5 yang merupakan medium yang cocok untuk pertumbuhan dan aktivitas
mikroba. Pertumbuhan mikroba bergantung pada suhu, pH, kelembaban, substrat,
serta jumlah kandungan nutrient yang ada didalamnya. Mikroba rumen tetap dapat
hidup meskipun proses fermentasi yang terjadi, karena rumen menghasilkan
larutan penyangga yang dihasilkan epitel rumen yang berfungsi untuk
mempertahankan pH. Buffer pada tubuh ternak sangat penting karena proses
metabolisme terjadi pada pH tertentu. Perubahan pH pada tubuh ternak akan
mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tubuh ternak (Purbowati
et al. 2014) .
SIMPULAN
Purbowati. 2014. Karakteristik cairan rumen, jenis, dan jumlah mikrobia dalam
rumen sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan. 38 (1) : 21-
26.
Sahri D M. 2010. Belajar Kimia. Klaten (ID): Sangkal Putung Press.
Shuangchen, Ma, Chai, Jin, Wu, Zhongcheng, Xiang, Yajun. 2018. Experimental
and mechanism research on volatilization characteristics of HCl in
desulfurization wastewater evaporation process using high temperature
flue gas. Journal of Industrial and Engineering Chemistry. 66 (1) : 311-
317.
Sihaloho M. 2010. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memahami Konsep Larutan
Buffer pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Jurnal Entropi. 8
(1): 489-491.
Suningsih. 2017. Level larutan McDougall dan asal cairan rumen pada teknik in
vitro. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 12(3): 341-343.
LAMPIRAN