Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Ke-2 Hari/ Tanggal : Kamis/ 30 Januari 2020

Biokimia Nutrisi Tempat Praktikum : Lab Terpadu bagian


Biokimia dan
Mikrobiologi Nutrisi
Asisten :
Kurnia Laila F. (D24160023)

BUFFER

Nadya Zahra Rahmadilla


D24190082
4/ G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buffer atau larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH akibat adanya penambahan asam atau basa maupun
pengenceran oleh air. Buffer terdiri dari asam lemah dan garamnya (basa
konjugasi) yang berfungsi untuk mempertahankan pH<7 sedangkan basa lemah
dan garamnya (asam konjugasi) berfungsi untuk mempertahankan pH>7.
Ruminansia memiliki mikroba rumen yang mampu mensintesis proteinnya
sendiri, sehingga mikroba rumen sangatlah penting. Tanpa adanya mikroba
rumen, hewan ternak tidak akan mampu memproduksi protein untuk tubuhnya
sendiri. Ternak ruminansia akan mengalami defisiensi protein dan asam amino
tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh jika ternak tidak memiliki mikroba rumen
didalam tubuhnya.
Pertumbuhan mikroba bergantung pada suhu, pH, kelembaban, substrat,
serta jumlah kandungan nutrient yang ada didalamnya. Mikroba rumen tetap dapat
hidup meskipun proses fermentasi yang terjadi, karena rumen menghasilkan
larutan penyangga yang dihasilkan epitel rumen yang berfungsi untuk
mempertahankan pH. Buffer pada tubuh ternak sangat penting karena proses
metabolisme terjadi pada pH tertentu. Perubahan pH pada tubuh ternak akan
mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tubuh ternak.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan larutan asam


dan larutan basa ke dalam larutan buffer serta membuat kurva titrasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Buffer

Buffer merupakan suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai


pH akibat adanya penambahan asam atau basa maupun pengenceran oleh air. pH
larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam atau
basa maupun air. Pembentukan larutan buffer dapat dilakukan dengan cara
mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya atau
mencampurkan asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah dengan asam kuat
(Sihaloho 2010).
Buffer berguna untuk mempertahankan pH di dalam lambung ruminansia
(pH 6-7) walaupun proses fermentasi di lambung ruminansia menghasilkan pH
yang asam. Larutan penyangga atau buffer ini berasal dari saliva yang
dieksresikan oleh mikroba yang terdapat di lambung ruminansia (Sahri 2010).

NaOH

Natrium Hidroksida (NaOH) adalah sejenis basa logam kaustik. Bila


dibiarkan di udara akan menyerap karbondioksida dan lembab. Mudah larut dalam
air dan dalam etanol namun tidak dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila
dilarutkan dalam air. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion
natrium dan hidroksida (Mara 2012).

HCL

Hidrogen Klorida adalah asam monoprotik yang dapat berdisosiasi


melepas satu H+ hanya sekali. H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk
ion hydronium (H3O+). Ion lain yang terbentuk adalah Cl¯. Asam klorida adalah asam
kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air (Shuangchen et al. 2018).

Saliva Buatan (McDougall)

Saliva buatan atau larutan McDougall berperan sebagai larutan penyangga


atau buffer dalam medium atau sebagai pengganti fungsi saliva. Penggunaan
saliva buatan penting untuk mempertahankan pH agar tetap berada di kisaran
normal (Ardhy et al. 2015). Larutan saliva buatan digunakan sebagai media
pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen selama in vitro (Suningsih
2017).
Buffer Fosfat

Buffer fosfat merupakan larutan penyangga netral dengan pH 7. Buffer


fosfat dapat dibuat dengan mencampurkan monosodium fosfat (NaH2 PO4 ) dan
basa konjugasinya yaitu disodium fosfat (Na2 HPO4 ). Buffer fosfat merupakan
cairan penyangga, namun cara kerja buffer fosfat tidak lebih baik dari cairan
rumen dalam mempertahankan pH. Di dalam rumen terdapat proses saliviasi yang
menghasilkan kelenjar ludah dan berperan sebagai buffer alami bagi rumen
sehingga kemampuan mempertahankan pH lebih baik (Alviyulita et al. 2014).

Cairan Rumen

Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam


rumen dapat optimal. Proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran
mikrobia rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan
zat makanan dan energi bagi ternak ruminansia tersebut. Tekanan osmos pada
rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperature dalam rumen adalah 38-
42°C, pH dipertahankan dengan adanya absorbs asam lemak dan ammonia. Saliva
yang masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahankan pH tetap pada 6,8.Di dalam cairan rumen juga terdapat saliva
yang berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8.
Saliva bertipe cair, membuffer asam-asam,hasil fermentasi mikroba rumen. Selain
itu juga saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu di dalam
proses mastikasi dan ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit tertentu
seperti Na,K,Ca,Mg,P, dan urea yang mempertinggi kecepatan fermentasi
mikroba (Purbowati et al. 2014).
MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Buffer ini antara lain kertas indikator
pH, bulb,sendok plastik, gelas piala,pipet, pipet mohr

Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Buffer ini antara lain Cairan
Rumen, Larutan Buffer Fosfat, Larutan Saliva Buatan (McDougall),
Larutan NaOH 0,05 N, Larutan HCl 0,05N

Metode

1. Titrasi Buffer Fosfat dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05 N
Disiapkan larutan Buffer Fosfat 20 ml di dalam gelas bening, dicek dan
dicatat pH awal, kemudian larutan NaOH 0,05 N ditambahkan sebanyak
10 ml, cek pH dan dicatat lagi. Larutan NaOH diberikan per 10 ml
menggunakan bulb hingga mencapai pH 12. Selanjutnya, larutan Buffer
fosfat diambil 20 ml yang baru kedalam gelas bening yang baru. HCl 0,05
N ditambahkan per 10 ml menggunakan bulb kedalam larutan Buffer
fosfat hingga pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat
dan digambarkan pada tabel dan grafik.

2. Titrasi Saliva Buatan (Mc Dougall) dengan larutan NaOH 0,05 N dan
larutan HCl 0,05 N
Larutan Saliva Buatan (Mc Dougall) 20 ml disiapkan kedalam gelas
bening, dicek dan dicatat pH awal, kemudian larutan NaOH 0,05 N
ditambahkan sebanyak 10 ml, dicek pH nya dan dicatat lagi. Larutan
NaOH diberikan per 10 ml menggunakan bulb hingga mencapai pH 12.
Selanjutnya, larutan saliva Buatan (Mc Dougall) diambil 20 ml yang baru
kedalam gelas bening yang baru. Ditambahkan HCl 0,05 N per 10 ml
menggunakan bulb kedalam larutan saliva Buatan (Mc Dougall) hingga
pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat dan
digambarkan pada tabel dan grafik.

3. Titrasi Cairan Rumen dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05
N
Cairan Rumen 20 ml disiapkan kedalam gelas bening, dicek dan dicatat
pH awal, kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,05 N sebanyak 10 ml,
dicek pH-nya dan dicatat lagi. Larutan NaOH diberikan per 10 ml
menggunakan bulb hingga mencapai pH 12. Selanjutnya, Cairan Rumen
diambil 20 ml yang baru kedalam gelas bening yang baru. ditambahkan
HCl 0,05 N per 10 ml menggunakan bulb kedalam Cairan Rumen hingga
pH turun menjadi 1. Lama perubahan pH kemudian dicatat dan
digambarkan pada tabel dan grafik.

4. Titrasi larutan NaOH 0,05 N dengan larutan HCl 0,05 N


Disiapkan larutan NaOH 0,05 N sebanyak 20 ml kedalam gelas bening,
dicek dan dicatat pH awal. Ditambahkan HCl 0,05 N per 10 ml
menggunakan bulb kedalam larutan NaOH 0,05 N hingga pH turun
menjadi 1. Kemudian disiapkan larutan HCl 0,05 N, berikan larutan NaOH
0,05 N per 10 ml hingga pH menjadi 12. Lama perubahan pH kemudian
dicatat dan digambarkan pada tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Larutan buffer fosfat dititrasi oleh larutan asam dan basa sehingga pH dari
larutan buffer fosfat berubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari
larutan buffer fosfat yang dititrasi oleh asam dan basa.

Tabel 1 Titrasi Buffer Fosfat dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl 0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 pH
0,05 N N
0 7 0 7
10 7 10 7
20 8 20 2
30 12 25 1

Saliva buatan (McDougall) dititrasi oleh asam basa sehingga pH dari


saliva buatan tersebut berubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perubahan pH
dari saliva buatan yang dititrasi oleh larutan asam dan basa.
Tabel 2 Titrasi Larutan Saliva Buatan ( Mc Dougall) dengan larutan NaOH 0,05
N dan larutan HCl 0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 Volume HCl 0,05
0,05 N N N
0 8 0 8
10 9 10 7
20 11 20 7
30 11 30 6
40 11 40 5
45 11 50 4
50 11 60 2
55 11 70 2
60 11 80 2
65 11 90 1
70 11
75 11
80 11
90 11
100 12

Cairan rumen dititrasi oleh asam basa sehingga pH dari cairan rumen
tersebut berubah. Tabel dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari cairan
rumen yang dititrasi oleh larutan asam dan basa.

Tabel 3 Titrasi Cairan Rumen dengan larutan NaOH 0,05 N dan larutan HCl
0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 pH
0,05 N N
0 9 0 9
10 10 10 6
20 10 20 4
30 12 30 2
40 1

Larutan HCl dititrasi oleh basa NaOH begitupun dengan larutan NaOH
dititrasi oleh asam HCl sehingga pH dari kedua larutan tersebut berubah. Tabel
dibawah ini menunjukkan perubahan pH dari larutan HCl dan larutan NaOH yang
dititrasi oleh larutan asam dan basa.

Tabel 4 Titrasi larutan NaOH 0,05 N dengan larutan HCl 0,05N dan larutan HCL
0,05N dengan NaOH 0,05N
Volume NaOH pH Volume HCl 0,05 Volume HCl 0,05
0,05 N N N
0 1 0 12
10 2 10 3
20 3 20 2
40 7 30 1
50 11
55 12
14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 25 ml 30 ml

Grafik 1 Titrasi buffer fosfat dengan Na0H 0,05 N dan HCl 0,05 N

14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
10 20 30 40 45 50 55 60 65 70 75 80 90 100

Grafik 2 Titrasi cairan saliva buatan dengan NaOH 0,05 N dan HCl 0,05 N
14
12
10
8
NaOH
6
HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml

Grafik 3 Titrasi cairan rumen dengan NaOH 0,05 N dan HCL 0,05N

14
12
10
8 NaOH
6 HCL
4
2
0
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml 55 ml

Grafik 4. Titrasi NaOH 0,05 N dengan HCl 0,05 dan HCl 0,05 dengan NaOH 0,05
N
Pembahasan

Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat
menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hydrogen atau hidroksida
ditambahkan,atau ketika larutan itu diencerkan. Larutan buffer mengandung
pasangan asam-basa konjugat atau terdiri dari campuran asam lemah dengan
garam yang mengandung anion yang sama dengan asam lemahnya atau basa
lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa lemahnya.
Larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun basa (ion OH-) apa
saja yang memasuki larutan karena mengandung komponen asam dan basa
tersebut. Penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer
tidak mengubah pH nya. Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa. Apabila asam lemah dicampur
dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan buffer asam,dimana
larutannya mempertahankan pH pada daerah asam (pH<7) (Feng at al. 2010).
Proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran mikrobia rumen
yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan zat makanan dan
energi bagi ternak ruminansia tersebut. Sistem buffer dalam ternak ruminansia
adalah sistem yang mengontrol atau mempertahankan pH rumen. Pemberian
konsentrat yang berlebihan dapat mengakibatkan menurunnya pH rumen dengan
timbulnya gejala asidosis. Untuk mengatasi penurunan pH rumen akibat
penggunaan konsentrat ini maka dapat dilakukan dengan penambahan mineral
penyangga atau buffer (Budiansyah 2010). Contoh mineral buffer adalah
NaHCO3,CaCO3, KHCO3, Na2CO3 dan MgO. Cairan rumen mengandung saliva.
Saliva yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahankan pH tetap pada 6,8. Selain itu juga saliva merupakan zat pelumas
dan surfactant yang membantu di dalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva
mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na,K,Ca,Mg,P, dan urea yang
mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba (Ihsan 2013).
Kurva perbandingan titrasi cairan rumen dengan NaOh 0,05 N dan Buffer
fosfat dengan NaOh 0,05 N, menunjukkan bahwa kecepatan perubahan pH yang
sama setelah penambahan NaOH. Buffer fosfat dan cairan rumen dapat mencapai
pH NaOH hanya dengan penambahan 30 ml NaOH 0,05 N hingga pH berubah
menjadi pH awal NaOH yaitu 12. Kurva perbandingan titrasi cairan rumen dengan
HCl dengan titrasi Buffer Fosfat dengan HCl menunjukkan perbedaan kecepatan
dalam penambahan HCl setiap 5-10 ml. Buffer fosfat mengalami penurunan pH
yang sangat signifikan. HCl yang diperlukan untuk titasi Buffer Fosfat hingga
mencapai pH 1 hanya 25 ml. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh cairan rumen,
dibutuhkan setidaknya 40 ml larutan HCl agar pH turun menjadi 1. Penggunaan
saliva buatan penting untuk mempertahankan pH agar tetap berada di kisaran
normal (Ardhy et al. 2015). Titrasi larutan saliva buatan McDougall bisa
mempertahankan pH dengan lama. Butuh sekitar 100 ml larutan NaOH 0,05 N
dan 90 ml larutan HCl 0,05 N agar bisa mendekati pH 12 untuk NaOH dan pH 1
untuk HCl. Larutan saliva buatan (McDougall) merupakan cairan yang paling
baik dalam mempertahankan pH. Titrasi larutan NaOH 0,05 N dengan HCL 0,05
N memerlukan HCL 0,05 N sebesar 30 ml untuk menurunkan pH menjadi 1
seperti pH awal HCL, sedangkan titrasi larutan HCL dengan NaOH memerlukan
larutan NaOH 0,05 N sebesar 55 ml untuk menaikan pH larutan menjadi 12
seperti pH awal NaOH.
Ternak ruminansia sangat memerlukan buffer yang bersifat untuk
pencernaan fermentatif dimana buffer akan mempertahankan pH rumen 6,5 dan
7,5 yang merupakan medium yang cocok untuk pertumbuhan dan aktivitas
mikroba. Pertumbuhan mikroba bergantung pada suhu, pH, kelembaban, substrat,
serta jumlah kandungan nutrient yang ada didalamnya. Mikroba rumen tetap dapat
hidup meskipun proses fermentasi yang terjadi, karena rumen menghasilkan
larutan penyangga yang dihasilkan epitel rumen yang berfungsi untuk
mempertahankan pH. Buffer pada tubuh ternak sangat penting karena proses
metabolisme terjadi pada pH tertentu. Perubahan pH pada tubuh ternak akan
mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tubuh ternak (Purbowati
et al. 2014) .

SIMPULAN

Buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH dengan


penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat. Rumen dapat mempertahankan pH
yang dimilikinya dari bahan-bahan yang bersifat asam maupun basa. Penambahan
asam maupun basa sangat berpengaruh pada perubahan pH larutan buffer. Larutan
asam dapat menurunkan pH larutan hingga pH<7, sedangkan pH larutan basa
dapat menurunkan pH larutan hingga pH>7. Saliva buatan lebih bagus dalam
mempertahankan pH dikarenakan adanya proses saliviasi di dalam rumen. Saliva
yang dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagi buffer alami bagi rumen sehingga
kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus.
DAFTAR PUSTAKA

Alviyulita M, Hasibuan P R M, Hanum F. 2014. Pengaruh Penambahan


Ammonium Sulfat (NH4)2SO4 dan waktu perendaman buffer fosfat
terhadap perolehan crude papain dari daun papaya (Carica Papaya, L).
Jurnal Teknik Kimia USU. 3 (3) : 88-93
Ardhy S, Gunawarman, Affi J. 2015. Perilaku korosi titanium dalam larutan
modifikasi saliva buatan untuk aplikasi ortodontik. Jurnal Mekanikal. 6
(2): 115-120.

Budiansyah.2010. Isolasi dan karakteristik enzim karbohidrase cairan rumen sapi


asal Rumah Potong Hewan. Journal Of Animal Science and Technology.
33 (1) : 225-231.
Feng Z, Cheng X, Dong C, Xu L, Li X. 2010. Passivity of 316L stainless steel in
borate buffer solution studied by Mott–Schottky analysis, atomic
absorption spectrometry and X-ray photoelectron spectroscopy. Corrosion
Science. 52 (11) : 3646-3653.
Ihsan A, Bahri S, Musafira. 2013. Produksi biogas menggunakan cairan isi rumen
sapi dengan limbah cair tempe. Journal Of Science and Technology. 2(2) :
150-158.
Mara M. 2012. Analisis penyerapan gas karbondioksida (CO2) dengan Larutan
NaOH terhadap kualitas biogas kotoran sapi. Dinamika Teknik Mesin. 2
(1) : 2-3.

Purbowati. 2014. Karakteristik cairan rumen, jenis, dan jumlah mikrobia dalam
rumen sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan. 38 (1) : 21-
26.
Sahri D M. 2010. Belajar Kimia. Klaten (ID): Sangkal Putung Press.
Shuangchen, Ma, Chai, Jin, Wu, Zhongcheng, Xiang, Yajun. 2018. Experimental
and mechanism research on volatilization characteristics of HCl in
desulfurization wastewater evaporation process using high temperature
flue gas. Journal of Industrial and Engineering Chemistry. 66 (1) : 311-
317.
Sihaloho M. 2010. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memahami Konsep Larutan
Buffer pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Jurnal Entropi. 8
(1): 489-491.

Suningsih. 2017. Level larutan McDougall dan asal cairan rumen pada teknik in
vitro. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 12(3): 341-343.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai