Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya

guna,yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada

zat cair lainnya.  Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyak unsur-unsur

pokok yang terdapat dalam air laut (Hutabarat, S & S.M. Evans. 2005).

Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat

pula dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam

prakteknya, suatu habitat akuatik apabila mediumnya baik eksternal

maupun internalnya adalah air (Tim Penuntun Praktikum Ekologi

Perairan, 2013).

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di

uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1

keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).

Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter

ini meliputi parameter biologi.

Menurut Acehpedia (2010) Kualitas air dapat diketahui dengan

melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang


dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan

warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga

tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk

menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Zonneveld, Huisman dan Boon dalam penuntun praktikum ekologi

perairan (2013) mengatakan bahwa dalam mengamati tingkat

pencemaran dapat diamati melalui biondikator, diantaranya adalah

melalui plankton dan bentos. Karena organisme ini merupakan makhluk

hidup yang rentan terhadap jenis racun yang ada diperairan. Bentos

merupakan makhluk yang paling lambat perpindahannya, sehingga

bentos merupakan organisme yang paling menderita akibat bahan

pencemar. Oleh sebab itu, bentos sering dijadikan bio-indikator dalam

mengamati pencemaran perairan selain plankton dan ikan.

2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis

plankton di waduk FAPERIKA Universitas Riau dan sebagai informasi

mengenai benthos bagi para pembaca, khususnya mahasiswa FAPERIKA

Universitas Riau juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum

Ekologi Perairan mengenai Plankton.


2.2.Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu diharapkan agar

praktikan dapat memberikan suatu gambaran mengenai kondisi perairan

lokasi praktikum. Mengetahui jenis-jenis benthos apa sajakah yang

terdapat di kolam, perhitungan Indeks keragaman jenisnya, Indeks

dominansi,dan indeks keseragaman dan lain - lain.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam

sedimen dasar di suatu badan air. (Hehanusa, 2001). (Siagian, 2001)

Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan

menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan

menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna .

Odum (1971) benthos adalah berbagai jenis organisme yang

mendiami suatu perairan. Benthos yang hidup diatas dasar perairan

disebut epifauna, sedangkan benthos yang hidup membenamkan diri

atau membuat lubang dalam lumpur pada substrat lunak disebut

infauna.

Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan

dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan

menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna (Siagian

dalam rambe, 1999).

Selain itu, menurut Barus (2004) bentos juga dibedakan menjadi

dua jenis berdasarkan atas sifat hidupnya, yakni fitobentos dan

zoobentos. Fitobentos merupakan organisme bentos yang bersifat


tumbuhan. Sedangkan zoobentos merupakan bentos yang bersifat

hewan.

Tubuh bentos banyak mengandung 2 kapur. Batu-batu karang

yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau

kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah

binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di

pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga

Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit

( Kinnear, 2001).

Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun

abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen,

yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan benthos.

Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu,

oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), (COD), serta

kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Hariyanto,

2008).

Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai

baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh

benthos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut,
terumbu karang dan lain-lain. Sebuah penelitian menjelasakan bahwa

bentos yang hidup di daerah estuari memiliki pengaruh besar terhadap

lingkungan ikan di daerah tersebut, karena ikan-ikan muda

mengkonsumsi organisme benthos di zona pasang surut. Kehidupan

benthos di dasar perairan sudah teradaptasi sedemikian rupa walaupun

tekanan lingkungan alamiah sudah cukup menghalangi untuk kehidupan

organisme lain (Hendrasarie, 2001).

Gaufin dalam Nardi (2010) mengelompokkan spesies

makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran

karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran.

Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan

berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang

dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme fakultatif yaitu

organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan

yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran.


III. METODOLOGI

III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah dilaksanakan pada jumat 14 april 2017 pada

pukul 9.30 WIB sampai dengan selesai di waduk FAPERIKA Universitas

Riau dan di Laboratorium Ekologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Riau.

III.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Pipa paralon,

saringan,cawan petri,buku identifikasi,ember, buku penuntun

praktikum, lembar kerja praktikan, dan bahan yang diteliti adalah

benthos

III.3. Metode Praktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah

metode survey, yakni penelitian langsung ke lokasi. Data dan informasi

yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara mengamati secara

langsung dilokasi pratikum lapangan, sehingga dapat mengetahui jenis-

jenis benthos pada suatu perairan, terutama perairan yang dijadikan

objek praktikum.
III.4. Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara

menggunakan alat-alat yang akan digunakan nantinya. Asisten juga

menjelasakan cara perhitungan kelimpahan atau pencacahan plankton.

Kemudian, asisten beserta praktikan pergi menuju ke waduk sambil

membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian.

Pertama tancapkan pipa paralon ke dalam air dengan posisi pipa

agak miring dimana tangan kiri berada di depan batang paralon.

Sedangkan tangan kanan menutupi lubang pangkal pada pipa. Angkat

pipa secara perlahan. Tuangkan substrat yang diperoleh ke dalam

saringan. Temukan organisme bentos diatas saringan tersebut, lalu

letakkan bentos yang anda temukan ke dalam cawan petri.

Lalu lakukan pengamatan dengan membawa bentos ke

laboratorium. Tujuannya untuk mengetahui berbagai jenis serta

klasifikasi bentos yang diperoleh. Amati setiap bentos yang ditemui.

Pengamatan dilakukan tanpa alat khusus (hanya dengan penglihatan).

Setelah itu, gambarlah bentos yang ditemui dibuku praktikum.

Kemudian klasifikasikan bentos dengan cara menemukan jenis bentos

dibuku klasifikasi yang telah disediakan.


DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, S. & Evans, S. M. (1985). Kunci Indetifikasi Zooplankton.


Jakarta: UIPress. Diambil dari www.e-journal.blogspot.com pada
November 2010.

Tim Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. 2013. Fakultas Perikanan dan


Ilmu Kelautan. Pekanbaru. UR press. Pekanbaru.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115. 2003. Pedoman


Penentuan Status Mutu Air. Jakarta. 15 halaman.

Acehpedia, 2010. Fungsi Unsur Hara. Diakses dari


http://acehpedia.org/ Fungsi Unsur Hara. Diakses 10 April 2011.

Zonneveld., Huisman., Boon, 2013. laporan Praktikum Ekoper


plankton.laboratorium ekoper faperika.Universitas riau.

Hehanusa. 2001. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Diakses


pada November 2012.

Odum,E.P.1971.Dasar-DasarEkologi. EdisiKetiga. Terjemahan oleh


Koesbiono, D.G. Bengon, M. Eidmen& S. Sukarjo. PT. Gramedia.
Jakarta. Diakses pada November 2010.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air


Daratan. Program Studi Biologi FMIPA USU. Medan.

Siagian dalam rambe. 1999. Benthos. diambil dari http://ardana-


izzat.blogspot.co.id. Diakses pada Juli 2014.

Gaufin dalam Nardi . 2010. Hubungan antara Karakteristik Substrat


dengan Struktur Komunitas Makrozoobnthos, Jurnal Perikanan
dan kelautan, 3 (3) : 222.

Hariyanto. 2008. Keberadaan Benthos. Bogor: Institut Pertanian


Bogor. Diakses pada Januari 2012.
Hendrasarie. 2001. Diversitas Bentos di Danau Atas Kabupaten Solok
Sumbar, diakses hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 20:00 WITA,
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai