Anda di halaman 1dari 16

REVISI MODUL

PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI LAUT

DISUSUSUN OLEH :

TIM DOSEN DAN ASISTEN

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

HALAMAN PENGESAHAN

0
REVISI MODUL PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI LAUT

Judul : Modul Praktikum Planktonologi Laut


(223L1113)
Nama Koordiator MK : Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si
NIP : 196901251993031002
Pangkat/Gol : Lektor Kepala/IV a
Departemen : Ilmu Kelautan
Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan/Universitas
Hasanuddin
Waktu Penyajian : Semester Awal 2017/2018
Tim Dosen : 1. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si
2. Dr. Khairul Amri, St, M.Sc
3. Dr. Ir. Arniati Massinai, M.Si
4. Dr. Ir. Muhammad Lukman, St, M.Sc
5. Dr. Ir. Muh Hatta, M.Si
6. Drs. Sulaiman Gosalam, M.Si
7. Dr. Yayu A Lanafi, S.Kel, M.Sc

Makassar, 21 Agustus 2017

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Dan Pengembangan FKIP-Unhas Koordinator MK

ttd ttd

Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si
NIP. 19690605 199303 2 002 NIP. 19690125 199303 1 002

1
I. PENDAHULUAN

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887,
dan disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890. Difinisi tentang plankton telah banyak
dikemukakan oleh para ahli dengan pendapat yang hampir sama yakni, seluruh
kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau
melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak
dapat melawan arus. Individu plankton (plankter) umumnya berukuran mikroskopis,
meskipun demikian ada plankter yang berukuran beberapa meter misalnya ubur-
ubur dapat mencapai ukuran 1 meter dengan tentakel sepanjang 25 meter.
Secara umum plankton didefinisikan sebagai organisme yang tidak dapat
menyebar melawan pergerakan massa air, yang meliputi fitoplankton dan
zooplankton (Parson, Takashi, dan Hergrave,1977). Goldman dan Horne (1983)
menggolongkan plankton menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
didefinisikan sebagai plankton yang disusun oleh biota nabati mikroskopik yang
dapat memanfaatkan bahan anorganik dan merubahnya menjadi bahan organik
dengan bantuan sinar matahari. Sedangkan zooplankton adalah plankton hewani
yang hanya mampu memanfaatkan bahan organik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh faktor fisika dan kimia
lingkungan seperti intensitas sinar matahari, suhu dan unsur hara serta faktor
biologi seperti struktur komunitas fitoplankton.
Dalam perkembangannya, plankton kemudian dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok berdasarkan cara makan, habitat, asal, ukuran dll.
Pengelompokkan plankton yang paling umum didasarkan pada cara makannya.
Berdasarkan cara makan plankton dapat dibedakan menjadi saproplankton,
fitoplankton, dan zooplankton. Di perairan, peran plankton tersebut sangat penting.
Terutama dalam usaha budidaya ikan/udang, plankton dapat berfungsi sebagai
pakan alami yang ramah lingkungan. Plankton juga dapat digunakan sebagai
indikator kesuburan perairan.
Komunitas organisme adalah sesuatu yang dinamis, dimana populasi yang ada
di dalamnya saling berinteraksi, dan mengalami variasi dari waktu ke waktu. Variasi
atau perubahan komunitas tersebut tidak lain karena adanya pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang komplek. Demikian pula dengan plankton juga mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Spesies yang dominan pada waktu tertentu sering
menjadi langka atau menghilang sama sekali pada waktu berikutnya, atau

2
sebaliknya. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor fisika (suhu, intensitas cahaya),
faktor kimia (unsur hara), dan faktor biologis (kompetisi dan pemangsaan). Jenis
plankton yang berbeda mempunyai reaksi yang berbeda pula misalnya terhadap
suhu dan intensitas cahaya.
Keberadaan plankton di perairan tidak selalu menguntungkan, keadaan
merugikan adalah ketika plankton jenis tertentu tumbuh secara berlebihan atau
disebut juga blooming plankton. Blooming akan merusak keseimbangan perairan,
terutama jika terjadi defisiensi oksigen pada saat malam hari. Blooming plankton
biasanya disebabkan oleh spesies tertentu seperti Gymnodinium sp., Spirulina sp,
dll.
Banyaknya peran dan pengaruh plankton bagi perairan khususnya dalam
bidang perikanan maka studi tentang plankton dijadikan objek tersendiri dan disebut
planktonologi. Untuk menambah pengetahuan tentang planktonolgi, selain informasi
yang didapat dari perkuliahan diperlukan pendalaman lebih lanjut yang dilakukan
melalui kegiatan praktikum.
Praktikum planktonologi juga akan mempelajari hubungan plankton dengan
lingkungan perairan, seperti potensi plankton nabati (fitoplankton) dalam mensuplai
oksigen, sebagai baseline dalam rantai makanan ataupun fungsi lainnya.
Sedangkan untuk menganalisa parameter- parameter yang mempengaruhi tersebut
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sangat sensitif seperti mikroskop,
botol DO, water sampler, buret, dan lain lain. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
alat, praktikan harus mentaati peraturan yang dibuat oleh asisten maupun peraturan
dalam laboratorium serta memahami buku panduan praktikum terutama setiap alat
yang digunakan dalam praktikum.

3
PRAKTIKUM LAPANGAN

2.1 Pengamatan Komponen Lingkungan Perairan Laut


Tujuan : agar praktikan dapat mengetahui komponen linkungan perairan laut
yang mempengaruhi kehidupan plankton. Pengamatan komponen linkungan
perairan laut dibagi menjadi 2, yaitu pengamatan komponen Biotik dan Abiotik.

2.1.1 Pengamatan Komponen Biotik


Pengamatan ini dilakukan dengan cara melihat aspek biologi yang ada di
dalam perairan dalam hal ini plankton (fitoplankton dan zooplankton). Pengambilan
contoh plankton dapat dilakukan melalui :
a. Penyaringan (Filtration method)
b. Pengendapan air contoh (sedimentation method)
c. Centrifuge

2.1.2 Pengamatan Komponen Abiotik


Komponen abiotik yang diukur diantaranya parameter fisika (suhu, kecerahan),
parameter kimia (pH, DO, CO2, nitrat nitrogen, orthofosfat, bahan organik total
(TOM))
 Parameter Fisika
a. Suhu
b. Kecerahan

 Parameter Kimia
a. pH
b. DO
c. CO2
d. Nitrat Nitrogen
e. Orthophosphat
f. TOM (TOTAL ORGANIC MATTER)

2.2 Pengambilan Sampel Plankton di Perairan


Tujuan :
 Menambah keterampilan praktikan terutama dalam penentuan lokasi dan
pengambilan sampel plankton

4
 Menambah pengetahuan praktikan tentang tata cara penyimpanan sampel
plankton
Dasar teori :
Teknik pengumpulan plankton dari perairan yang paling mudah umumnya dapat
dilakukan dengan menyaring sejumlah massa air dengan jaring halus (planktonet).
Bergantung pada tujuannya sampling plankton dapat dilakukan secara kualitatif atau
kuantitatif.
Sampling plankton secara kualitatif, dapat dilakukan dengan menjaring
plankton dengan planktonet atau dengan menarik planktonet secara horizontal
maupun vertical. Selain menggunakan planktonet bisa juga menggunakan ikan
planktivor (ikan pemakan plankton), ikan tersebut dapat mengumpulkan berbagai
jenis plankton berukulan nano yang masih bisa lolos dari jala. Untuk menghindari
agar plankton yang dimakan tidak dicerna lebih lanjut, ikan yang diperoleh harus
segera dibunuh.
Sampling plankton secara kuantitatif, Pada umumnya pengumpulan plankton
secara kuantitatif dapat dilakukan dengan botol, jaring (planktonet), pompa dan
Continous Plankton Recorder. Cara sampling seperti ini umumnya dilakukan untuk
mengetahui kepadatan plankton per satuan volume dengan pasti.

Alat dan bahan :


Alat
 plankton net
 botol film
 Kammerer water sampler/ ember ukuran 5 liter
 pipet tetes
 cool box
Bahan :
 bahan preservasi (lugol, formalin, alkohol)
 es batu
 kertas label

Prosedur :
1. Kalibrasi terlebih dahulu planktonet dengan aquades dengan cara disemprot
menggunakan botol semprot diseluruh permukaan planktonet, atau dengan

5
air lokal (air yang akan diambil planktonnya) dengan cara dicelupkan
kedalam perairan sampai seluruh permukaan terkena air kolam.
2. Botol film dipasangkan pada ujung planktonet
3. Ambil sampel air dengan menggunakan kammarer water sampler/ ember
dan disaring menggunakan plankton net (pada saat air disaring plankton net
digoyangkan agar plankton yang menempel di permukaan jaring dapat
masuk ke botol film. Jumlah air yang disaring dicatat sebagai (Vd). Dalam
praktikum ini jumlah air yang disaring sebanyak 10 liter.
4. Konsentrat plankton yang tertampung dalam botol plankton net selanjutnya
dipindahkan ke dalam botol film volume 100 ml (Vt ) kemudian diberi bahan
preservasi (pengawet lugol 1%) sebanyak 1-2 ml, kemudian diberi label.
Keterangan pada label ditulis menggunakan pensil/spidol.
5. Sampel plankton yang sudah diberi label dimasukkan ke dalam cool box
yang berisi es batu.
6. Sampel plankton disimpan dalam refrigerator dengan suhu 4oC jika tidak
dianalisa pada hari dimana pengambilan dilakukan.

6
PENGAMATAN LABORATORIUM

3.1. Pembuatan Preparat Plankton


Tujuan : menambah keterampilan mahasiswa dalam membuat preparat plankton
Alat :
 Cover glass
 Sedgwig Rafter Cell (SRC)
 Botol semprot
Bahan :
 Sampel plankton
 Tissue
 Aquades
Prosedur :
1. Cover glass dikalibrasi menggunakan aquades kemudian dilap secara
searah menggunakan tissue
2. Sampel plankton dikocok secara perlahan, kemudian diambil menggunakan
pipet tetes lalu diteteskan ke permukaan SRC sebanyak 1 ml (Vcg)
3. Tutup SRC dengan cover glass dengan hati2 agar memperkecil
kemungkinan terjadi gelembung
4. Jika terdapat gelembung dalam pembuatan preparat sebaiknya diulangi agar
pengamatan dibawah mikroskop menjadi lebih mudah

3.2. Pengamatan Plankton di bawah Mikroskop


Tujuan :
 Menambah keterampilan praktikan dalam penggunaan mikroskop
 Menambah pengetahuan praktikan tentang bentuk- bentuk plankton serta
dapat membedakan antara fitoplankton, zooplankton dan seresah
 Menambah pengetahuan tentang cara mengggunakan SRC untuk
perhitungan plankton
Alat :
 Preparat plankton
 Mikroskop
 SRC
 Alat tulis

7
Prosedur :
 Preparat plankton yang sudah jadi diletakkan diatas meja objek mikroskop
 Sebelum dinyalakan, dipastikan pengatur cahaya mikroskop berada pada
frekuensi terkecil, jika sudah bisa dinyalakan.
 Cahaya diperjelas dengan memutar pengatur cahaya dan bukaan diafragma,
kemudian pilih perbesaan yang diharapkan (40x, 100x, 400x, 1000x)
 Menemukan fokus dengan memutar pemutar kasar dan halus sedemikian rupa
sehingga preparat terlihat jelas, untuk perbesaran 1000x menggunakan minyak
emercy agar tidak terjadi gesekan dan memperjelas objek
 Teknik pencarian plankton dengan penyapuan/keseluruhan luas SRC.

3.3. Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan


Identifikasi
Tujuan : Menambah pengetahuan praktikan tentang bagaimana cara
mengidentifikasi plankton dan menemukan klasifikasinya.

Dasar teori :
Plankton dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti fitoplankton,
dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan mikroskopis berklorofil yang
umumnya terdiri atas Chrisophyta, Chlorophyta, Chyanophyta, Rodhophyta,
Dinoflagelata, dll. Zooplankton merupakan kelompok plankter yang mempunyai cara
makan holozoik. Anggota kelompok ini meliputi hewan dari filum protozoa,
coelenterata, arthropoda, molusca, rotifera, annelida, copepoda dan masih banyak
lagi. Golongan zooplankton yang mendominasi adalah dari filum copepoda.
Untuk mengidentifikasi, apakah plankton yang diamati masuk dalam golongan
fitoplankton, atau zooplankton dapat menggunakan buku identifikasi, buku- buku
tersebut menggunakan prinsip identifikasi secara dikotomi yaitu penentuan jenis
berdasarkan kesamaan ciri dari karakteristik plankton. Adapun buku yang bisa
digunakan untuk mengidentifikasi antara lain Davis (1955), Yamaji (1979) dan
Tomas (1997) dll, bisa juga dicari melalui internet.

3.3.1. Estimasi Kelimpahan Plankton


Tujuan : menambah pemahaman praktikan tentang perhitungan kelimpahan
plankton sehingga dapat menganalisa kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan
planktonnya.

8
Dasar teori :
Pada umumnya estimasi kelimpahan plankton yang sering dilakukan adalah
pengukuran biomassa (berat kering, berat basa, atau volume plankton) dan
menghitung jumlah plankter per satuan volume. Masing-masing cara tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengukuran biomassa bertujuan untuk
mengetahui banyaknya plankton secara kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini
merupakan cara yang praktis dan sederhana namun kurang teliti karena sering
terbawa materi lain di luar plankton. Pengukuran volume plankton kurang
memberikan informasi yang tepat, oleh karena rongga antara plankton sering ikut
terukur. Estimasi kelimpahan plankton dengan cara menghitung jumlah plankter per
satuan volume merupakan informasi yang lebih teliti, karena dapat memberikan
gambaran yang lebih pasti mengenai kelimpahan plankton di suatu tempat.
Kelimpahan plankton dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran atau distribusi
plankton dalam suatu area.
Para peneliti sering menganalisa kelimpahan plankton berdasarkan jumlah sel
plankton per liter air. Pada metode ini tidak diketahui kelimpahan jenisnya atau
spesies plankton yang dominan pada perairan tersebut. Dengan demikian metode
ini dalam banyak hal belum memberikan informasi tentang plankton secara
menyeluruh. Namun secara kuantitatif metode ini cukup baik.

3.3.2. Pencacahan Sel/Individu Plankton

Penanganan sampel untuk pencacahan sel/individu plankton dilakukan


menurut metode penyaringan. Sebanyak 100 ml sampel yang disaring dan disimpan
dalam botol film (volume 100 ml) selanjutnya diawetkan dengan larutan lugol.
Sebanyak 1 ml dari sampel itu, kemudian dimasukkan ke dalam SRC dengan pipet
berskala untuk menghitung kelimpahan sel/individu plankton.
Metode perhitungan kelimpahan sel/individu plankton adalah penyapuan
(sensus) dengan menggunakan SRC (APHA 1998) yaitu :
Vt 1
N=nx x
V cg Vd

di mana :
N = Kelimpahan total plankton (sel/L : fitoplankton atau Individu/L :
zooplankton)
n = Jumlah sel/ind plankton yang teramati

9
Vt = Volume sample yang tersaring (ml)
Vcg = Volume SRC (ml)
Vd = Volume sample yang disaring (l)
Untuk identifikasi jenis fitoplankton dilakukan dengan menggunakan beberapa
buku standar indentifikasi, seperti : Davis (1955), Yamaji (1979) dan Tomas (1997).

3.3.3. Komposisi Jenis Plankton

Untuk menghitung komposisi jenis digunakan rumus (Boyd, 1979):

Komposisi jenis(%) = X 100 %

Dimana :

ni = Jumlah individu setiap jenis yang diamati

N = Jumlah total individu

3.3.4. Indeks Lingkungan

Indeks Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung Indeks


Keanekaragaman (diversity index) jenis, indeks keseragaman, dan indeks dominasi
dihitung menurut Odum (1998) dengan rumus sebagai berikut :

a. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener


Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus “Shannon
Indeks of Diversity” (Odum, 1983) :

Ket :
= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
= Jumlah individu genus ke-
= Jumlah total individu seluruh genera

10
Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(modifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Mason (1981) :
: keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
: keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

: keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

b. Indeks Keseragaman
Indeks Keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus “Evenness
Indeks” (Odum,1983) :
E=

dimana :
E : Indeks Keseragaman
H’ : Indeks Keanekaraman
S : Jumlah Seluruh spesies

Indeks Keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai mendekati 1 sebaran


individu antar jenis merata. Nilai E mendekati 0 apabila sebaran individu
antar jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan.

c. Indeks Dominasi
Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus “indeks of
Dominance” dari Simpson (Odum, 1983) :

Dimana :
D : Dominansi Simpson
ni : Jumlah individu tiap spesies
N : Jumlah individu seluruh spesies
Dengan kriteria sebagai berikut :
D mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat jenis
yang mendominasi.

11
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM LAPANG

Kelompok :

Lokasi :

Waktu Pengamatan :

Deskripsi Lokasi Pengamatan :


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………

Deskripsi lingkungan sekitar lokasi pengamatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………

Denah lokasi pengamatan :

12
Laporan Sementara Praktikum Laboratorium

Kelompok : ………

No Gambar Jumlah Klasifikasi

13
Perhitungan :

A. Pencacahan Plankton

B. Komposisi Plankton

C. Indeks Keanekaragaman

D. Indeks Keseragaman

E. Indeks Dominansi

14
KARTU KENDALI

Nama : …………………………………………

NIM/kelas : …………………………………………

Asisten : …………………………………………

Nama Ttd
No. Nama Kegiatan Tanggal
Asisten Asisten
Praktikum
1
Lapangan
Laporan
Sementara
2
Praktikum
Lapangan
Praktikum
3
Laboratorium
Laporan
Sementara
4
Praktikum
Laboratorium

5 Laporan Praktikum

FOTO Mengetahui,
Koordinator Asisten
3X4

…………………
NIM : ……………

15

Anda mungkin juga menyukai