NIM : 2010716320013
PENENTUAN SALINITAS
Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempengaruhi kualitas air.
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas menggambarkan padatan total
di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide
digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam
satuan g/kg atau promil (0 /00). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme,
hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan
salinitas yang kecil. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air 9 tawar ke air laut, curah
hujan, musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi (Dedi Sumarno, 2013). Salinitas air laut
dihitung berdasarkan jumlah muatan yang dihasilkan dari ion – ion di dalamnya. Jumlah muatan
ini kemudian dikorelasikan dengan suhu dan tekanan sehingga nilai salinitas yang sebenarnya
dapat ditentukan meski keberadaan ion – ion tersebut bergantung pada letak geografis air laut
yang dijadikan sampel. Hampir semua organisme hidup pada daerah yang mempunyai
perubahan salinitas yang sangat kecil. Daerah estuaria adalah suatu daerah dimana kadar
salinitasnya berkurang karena adanya sejumlah air tawar yang masuk dan berasal dari sungai-
sungai disebabkan oleh terjadinya pasang surut. berdasarkan toleransinya terhadap salinitas
organisme perairan pada umumnya digolongkan ke dalam:
a. Stenohaline
Stenohaline yaitu organisme perairan yang kisaran toleransinya terhadap salinitas sempit.
Stenohaline laut, hidup pada salinitas > 30 derajatoo
Stenohaline tawar, hidup pada salinitas < 0,5 derajat/oo
b. Yunihaline
Yunihaline laut, organisme yang masih dapat hidup pada salinitas < 3 derajat/oo
Yunihaline tawar, organisme yang masih dapat hidup pada salinitas < 6 derajat/oo
c. Estuaria asli
Yaitu organisme perairan yang mempunyai perairan salinitas 2 - 2,5 derajat/oo
d. Migran
Yaitu organisme perairan yang karena alasan biologisnya melakukan migrasi dari laut ke
perairan tawar/sebaliknya.
A. Metode Salinitas
Untuk pengukuran salinitas, beberapa metode dapat digunakan seperti metode pembiasan
cahaya (refraktometri), metode elektrokimia, metode titrasi klor, dan metode berat jenis.
Penjelasan dari masing – masing metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Metode ini memanfaatkan peristiwa pembiasan cahaya karena adanya perbedaan kecepatan
perambatan cahaya di udara dan dalam suatu zat padat ataupun cair. Pengukuran salinitas secara
refraktometri ini dilakukan pada panjang gelombang 589 nm dengan menggunakan alat yang
disebut refraktometer. Metode ini cenderung dipilih oleh banyak analis karena praktis dan mudah
untuk dilakukan.
Hasil yang diperoleh pun memiliki tingkat akurasi dan presisi yang baik. Selain itu, model
refraktometer yang bervariasi seperti model benchtop memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan
range yang lebih luas sehingga memungkinkan pengguna untuk mengukur sampel dengan kadar
salinitas rendah ataupun tinggi.
2. Metode Elektrokimia
Pengukuran kadar salinitas pada metode ini memanfaatkan interaksi dan aktivitas elektrostatis
yang terjadi antara kation dan anion yang terdapat dalam sampel air laut. Interaksi ini
menghasilkan muatan listrik yang dapat dibaca oleh probe konduktivitas (conductivity probe/
conductivity electrode). Sensor akan membaca aktivitas ion – ion yang ada dalam sampel air laut
dan mengirimkan sinyal pada meter sehingga hasil pengukuran akan terbaca dan muncul pada
display. Meski elektroda dulu mungkin hanya dapat mengukur daya hantar listrik dan analis
harus menerjemahkan kadar salinitas dengan menggunakan rumus :
Dimana R15 adalah perbandingan antara daya hantar listrik air laut yang diukur terhadap daya
hantar air laut yang memiliki salinitas 35 ‰ pada suhu 15°C.
Metode ini didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi (redoks) antara ion klorida (Cl -) dan ion
perak (Ag+) dengan kalium kromat (K2CrO4) berperan sebagai larutan indikator. Metode ini juga
disebut metode Mohr. Dalam hal ini, ion klorida yang terkandung dalam sampel air laut diikat
oleh perak nitrat (AgNO3) sehingga menghasilkan endapan putih perak klorida (AgCl). Endapan
ini kemudian direaksikan dengan kalium kromat dan menghasilkan endapan merah perak kromat
(Ag2CrO4). Serangkaian reaksi ini dapat dituliskan sebagai :
Umumnya metode ini dilakukan dengan menggunakan alat buret kaca (glassware), namun
dewasa ini alat automatic titrator model titrator redox atau titrator conductivity sudah banyak
dipergunakan. Hal ini karena hasil titrasi akan lebih akurat dan lebih presisi jika dibandingan
dengan titrasi manual.
Selain ketiga metode yang telah disebutkan diatas, salinitas juga dapat ditentukan dengan
mengukur berat jenis atau densitas (density). Hubungan antara densitas dan salinitas ini telah
tertulis dalam TEOS-10 dan dikaji ulang oleh Schmidt dkk sebagai fungsi terhadap konduktivitas
dan juga suhu (Δρ = f (S, T ,p)). Alat yang digunakan untuk metode ini adalah hydrometer.
Namun pengukuran dengan metode ini bersifat sementara dan hanya sebagai pengukuran
salinitas secara kasar.
Menghitung nilai salinitas secara fisik adalah untuk menentukan salinitas melalui
konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan prinsip konduktivitas. Salah
satu alat yang paling popular untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi ialah salinometer
yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik. Makin besar salinitas, makin besar pula
daya hantar listriknya. Selain itu telah pula dikembangkan pula alat STD (salinity-temperature-
depth recorder) yang apabila diturunkan ke dalam laut dapat dengan otomatis membuat kurva
salinitas dan suhu terhadap kedalaman di lokasi tersebut (Nontji, 2007).
(Gambar Salimoter)
1. Alat ukur yang langsung mengukur nilai saiinitas ketika alat tersebut dicelupkan ke
dalam air. Umumnya di samping mengukur saiinitas, alat ini mengukur pula suhu air laut
dan kedalaman pe ngukuran atau sejumlah besaran lainnya seperti pH, kadar oksigen
terlarut, kejernihan air dan kecepatan suara di air tergantung dari tipe alat ukurnya. Alat
ukur yang termasuk dalam kelompok ini misalnya STD meter (Salinity, Tem perature,
Depth meter), salithermograph (hanya mengukur saiinitas dan suhu air) dan jenis "water
quality checker" seperti Horiba.
2. Alat ukur yang memerlukan contoh air laut. Alat ukur ini disebut "salinometer", dan pada
umumnya salinometer mempunyai ketelitian yang lebih baik diban dingkan dengan alat
ukur kelompok pertama.
A. Penguapan – Tingkat penguapan yang semakin tinggi disuatu wilayah perairan akan
menyebabkan salinitas semakin tinggi. Sebaliknya, jika tingkat penguapan rendah maka
kadar garamnya cenderung rendah.
B. Curah Hujan – Semakin tinggi intensistas curah hujan di suatu wilayah perairan, maka
kadar garam akan semakin rendah. Sebaliknya, jika curah hujan srenfah maka kadar
garamnya akan semakin tinggi.
C. Muara Sungai – Pada wilayah perairan laut yang menjadi muara banyak sungai, maka
salinitasnya cenderung rendah dibandingkan perairan laut yang memiliki sedikit muara
sungai.
Air laut adalah air saline yang mengandung garam sekitar 3,5%. Akan tetapi, terdapat
pula danau atau lautan yang memiliki kadar garam lebih tinggi dibanding air laut secara umum.
Misalnya adalah Laut Mati yang memiliki kadar garam hingga 30%. Meski secara umum kadar
garam laut di dunia sekitar 3,5% namun dibeberapa tempat mempunyai salinitas yang berbeda-
beda. Air laut yang paling tawar terdapat di daerah timur Teluk Finlandia dan utra Teluk Bothnia
yang menjadi bagian dari Lau Baltik. Kemudian, air laut yang paling asin adalah Laut Merah
karena dipengaruhi suhu dan tingkat penguapan yang tinggi, curah hujan rendah dan sedikit
menampung aliran air tawar dari sungai.
Zat-zat yang terlarut tersebut membentuk garam yang diukur dengan istilah salinitas dan dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu:
Apa yang terjadi di alam umumnya merupakan suatu proses yang rumit dan merupakan
rangkaian berbagai peristiwa yang saling berkaitan. Peristiwa-peristiwa tersebut dipengaruhi.
oleh berbagai faktor yang tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi. Hal yang sama juga terjadi di
lingkungan Laut. Oleh karena itu walaupun salinitas merupakan suatu besaran yang penting
dalam ilmu kelautan, besar - besaran lainnya seperti suhu, kandungan oksigen dalam air laut,
kandungan zat hara di air laut dan sebagainya tidak dapat diabaikan. Walaupun demikian pada
beberapa hal peranan salinitas tersebut memang menonjol dibandingkan dengan besaran-besaran
lainnya. Pengukuran salinitas dapat dipakai untuk berbagai tujuan seperti berikut :
Pertanyaan :
Apa yang menyebabkan nilai salinitas di suatu perairan menjadi lebih tinggi?
Jawaban :
karena berkurangnya pengaruh masukan air tawar dari daratan seirama dengan bertambahnya
kedalaman. Air tawar yang masuk ke perairan memiliki massa air yang lebih rendah, sehingga
massa air tersebut akan berada di atas massa air yang bersalinitas tinggi
Daftar Pustaka
Arief, D. (1984). PENGUKURAN SALINITAS AIR LAUT DAN PERANANNYA DALAM ILMU KELAUTAN. Pusat
Penelitian Oseanografi, Lembaga Oseanologi Nasional - LIPI, Volume IX(Nomor 1), 3-10.
Baigo Hamuna, R. H. (2018). Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan. JURNAL ILMU
LINGKUNGAN, 16 (1), 35-43.